BAB I PENDAHULUAN. Yasin (2014) menyatakan perilaku konsumen merupakan sesuatu yang unik,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja. hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Kotler dan Armstrong (2019:253) produk adalah segala sesuatu yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan perekonomian Indonesia semakin meningkat.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. meraih konsumen baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya brand bisa menjadi nama yang dianggap mewakili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam setiap perusahaan yang semakin, membutuhkan

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. A+ CSR Indonesia. (2008). CSR Perbankan di Indonesia: Antara Konsep dan Realitas. Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

penting sejalan dengan perkembangan zaman. Perkembangan teknologi selalu prinsip-prinsip sentral pemasaran. Pemasaran adalah mengenai memahami

BAB II LANDASAN TEORI

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi merupakan suatu unsur penting dalam pembangunan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. mengelola kinerja merek adalah Konsumen dapat menyadari akan level

BAB I PENDAHULUAN. gratis kepada konsumen misalnya telepon gratis, internet gratis, dan lain-lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Griffin (2003:5) menyatakan bila seseorang merupakan pelanggan loyal, ia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan pasar (marketdriven).

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi persaingan antar merek. Merek bukan hanya dianggap sebagai sebuah nama, logo,

BAB II LANDASAN TEORI. kesetiaan. Secara umum loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang

BAB II KERANGKA TEORI. Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan dunia modern dan juga di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. menjadi sasaran dan penyesuaian kegiatan perusahaan sedemikian rupa sehingga

Integrated Marketing Communication I

BAB II LANDASAN TEORI. mempengaruhi segala aspek perusahaan. Tanpa pemasaran tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suatu produk yang dikeluarkan pada masing masing perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. komputer mulai dari komunikasi, push , belanja online, browsing, bahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003).

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat, serta mampu melindungi dan meningkatkan merek di pasar.

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pemasaran yang semakin global, persaingan yang hypercompetitive

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya

MANAJEMEN PEMASARAN NILAI PELANGGAN, KEPUASAN PELANGGAN LOYALITAS PELANGGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang dikaitkan dengan suatu negara tertentu. Gambaran tersebut dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai penemuan dan inovasi yang semakin kompleks. Dalam waktu kurun 10

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. yang sejenis dan merupakan suatu proses psikologis.

BAB II LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KESEDIAAN KONSUMEN MEMBAYAR HARGA PREMIUM Margareta Wijaya Setiawan J. Ellyawati

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai. spesifik disebut konsumen). Semakin ketatnya persaingan toko ataupun

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berbeda dari pada produk-produk sebelumnya, seperti Blackberry,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk meningkatkan kualitas produk masing-masing. Perubahan konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan merupakan hal yang wajar terjadi dalam dunia bisnis baik pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan globalisasi yang melanda dunia saat ini, dunia bisnis tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di pasar yang sudah ada. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku konsumen sangat unik dan kompleks karena sikap dari konsumen berbeda-beda dalam menanggapi sebuah produk dan jasa tergantung dari segmen mana konsumen yang menanggapi produk dan jasa tersebut. Rizky & Yasin (2014) menyatakan perilaku konsumen merupakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap objek setiap orang berbeda-beda dan konsumen juga berasal dari berbagai segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga berbeda. Perusahaan yang ingin sukses di pasar harus memiliki strategi dalam memahami perilaku konsumen yang berbeda-beda dalam menaggapi produk dan jasa. Strategi yang dibuat atau dikembangkan dapat menjadi kunci sukses perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang berbeda-beda. Magdalena (2005) menyatakan perusahaan saling berlomba dalam mengembangkan strategi untuk mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek yang ada pada konsumen, yang akan digunakan dalam strategi pemasaran yang berhasil (Sutisna, 2001:5). Menurut Artaji (2014) strategi merupakan suatu langkah atau tindakan yang direncanakan oleh perusahaan sebelum produk dipasarkan ke konsumen. 1

Sebelum menetapkan strategi yang tepat, perusahaan perlu mengetahui jenis-jenis perilaku konsumen. Jenis-jenis perilaku konsumen menurut Dickinson dalam www.aiwowma.wordpress.com dibagi menjadi pembeli setia (loyal), pembeli oportunis (opportunistic buyer), pembeli dengan tawaran terbaik (best deal buyer), pembeli kreatif (creative buyer), pembeli untuk iklan (advertising buyer), peminat (the chiseler), pembeli teliti (nuts and bots buyer). Penelitian ini menekankan pada jenis perilaku konsumen pembeli setia (loyal) karena persaingan antar perusahaan bukan lagi berorientasi pada cara meningkatkan volume penjualan, tetapi lebih berorientasi pada bagaimana memuaskan kebutuhan pelanggan dan menciptakan loyalitas (Yesenia & Siregar, 2014). Maka perusahaan harus memiliki konsumen yang loyal sehingga dapat menjadi perusahaan yang hebat, berkelanjutan dan menguntungkan dalam jangka panjang. Konsumen yang loyal tidak hanya beli berdasarkan volume saja namun dengan harga yang tinggi (price premium). Lovelock & Wirtz (2011) menjelaskan bahwa konsumen yang cenderung beli dengan volume banyak, tetapi dengan harga rendah cenderung lebih mudah berpindah. Volume tidak dapat mengukur kehebatan, keberlanjutan dan keuntungan jangka panjang perusahaan. Menurut Kotler (2007:207) Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal, antara lain: (1) Mengurangi biaya pemasaran, (2) Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan), (3) Mengurangi biaya turn over pelanggan, (4) Meningkatkan 2

penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan, (5) Word of Mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan loyal juga berarti pelanggan yang merasa puas, (6) Mengurangi biaya kegagalan (biaya pergantian). Loyalitas konsumen terhadap suatu barang dan jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan, yang tercermin dari kebiasaan konsumen dalam melakukan pembelian barang atau jasa secara terus-menerus (Nugroho, 2011). Sesuai dengan pengertian dari loyalitas adalah kesetiaan konsumen untuk membeli kembali, bertahan pada produk dan memberikan rekomendasi produk kepada orang lain (Kotler & Keller, 2006:57). Ciri-ciri konsumen loyal menurut Lovelock & Wirtz (2011) adalah konsumen loyal akan meningkatan pembelian, konsumen loyal akan mengurangi biaya operasional, konsumen loyal akan mereferensi kepada konsumen lain (word of mouth), konsumen loyal akan bersedia membayar harga premium. Penelitian ini menekankan pada karakteristik konsumen loyal yang bersedia untuk membeli atau membayar harga premium. Konsumen loyal akan bersedia membayar harga premium sehingga memberikan profit margin yang besar untuk perusahaan dibanding dengan konsumen yang beli dengan volume besar namum dengan harga rendah. Menurut Lovelock & Wirtz (2011: 346) kebanyakan perusahaan fokus pada jumlah konsumen tanpa memperhatikan nilai dari masing-masing konsumen. Pada umumnya, konsumen yang loyal membeli lebih secara berkala dan dalam jumlah yang besar lebih menguntungkan dibanding dengan konsumen yang membeli 3

secara tidak tetap. Konsumen yang loyal atau percaya pada produsen akan bersedia membayar harga yang lebih tinggi (harga premium) Kesediaan membayar harga premium menurut Kotler & Keller (2009) adalah kesediaan konsumen membayar harga yang lebih tinggi untuk produk perusahaan karena keunggulan yang dirasakan dari suatu produk atau jasa mengesankan kualitas unggul. Menurut Winda (2011) Kesediaan konsumen membayar harga premium adalah keputusan konsumen untuk bersedia membeli suatu produk dengan prestise yang merupakan strategi penetapan harga tertinggi yang bisa ditawarkan yang mana pembeli mempunyai asumsi bahwa barang-barang mahal mempunyai reputasi yang luar biasa atau mempunyai kualitas yang sangat bagus dan berbeda. Perusahaan yang ingin menjadi hebat, berkelanjutan dan menguntungkan dalam jangka panjang membutuhkan sebuah strategi pemasaran untuk menjadikan seorang konsumen menjadi loyal dan bersedia membayar harga premium. Menurut Lovelock & Wirtz (2011) perusahaan yang hebat, berkelanjutan dan menguntungkan dalam jangka panjang harus memiliki konsumen yang loyal. Perusahaan perlu mengembangkan strategi dalam mengembangkan pelanggan yang loyal. Gerzema & Lebar (2008) menjelaskan bahwa mengembangkan pelanggan yang loyal memerluk an strategi pemasaran perusahaan yang tidak hanya berfokus pada kualitas produk namun perusahaan juga harus memperhatikan atribut non-kualitas produk. Kualitas produk merupakan standar yang harus dipenuhi perusahaan, tetapi bukan menjadi strategi tunggal dalam menghadapi persaingan. Pengembangan ini akan sulit untuk 4

menghadapi persaingan apabila hanya didasarkan pada kualitas produk (Sethuraman, 2000, 2003). Strategi mengembangkan non-kualitas produk dapat dicapai dengan memahami customer based brand equity yang dapat menambah nilai pada sebuah produk atau jasa yang mempengaruhi konsumen bersedia membayar harga premium (Farquhar, 1989; Keller, 1993). Menurut Anselmsson et al., atribut-atribut non-kualitas produk terdiri dari brand awareness, uniqueness, CSR, social image, dan country of origin. Dengan demikian, perusahaan perlu memahami persepsi kualitas dan non-kualitas melalui elemen customer based brand equity untuk memperoleh konsumen yang loyal dan bersedia membayar harga premium. Persepsi kualitas adalah gagasan mental subjektif yang ada di dalam pikiran konsumen berbeda dari kualitas yang ada dalam tingkat yang lebih tinggi (Zeithaml, 1988; Keller, 1993; Aaker, 1996). Kualitas adalah sebuah standar tanpa kompromi dan hasil yang luar biasa; hubungan antara nilai dan harga dengan mempertimbangkan antara kesesuaian antara peforma (performance) dan harga, kualitas menjadi keunggulan yang terjangkau (Lovelock & Wirtz, 2011). Persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting dalam membangun suatu merek karena dapat dijadikan sebagai alasan yang penting dalam melakukan pembelian serta menjadi bahan pertimbangan pelanggan terhadap merek mana yang akan dipilih pada akhirnya akan mempengaruhi pelanggan dalam memutuskan merek mana yang akan dibeli (Durianto, dkk, 2001). Menurut Anselmsson & Bondesson (2013); Davcik & Rundquist (2012) ide mengembangkan persepsi kualitas 5

produk, sebuah merek dapat menciptakan diferensiasi yang dapat memotivasi konsumen untuk membayar lebih. Brand awareness merupakan salah satu atribut non-kualitas produk. Aaker (1997) mendefinisikan brand awareness sebagai kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Semakin sadar seorang konsumen akan sebuah merek produk maka konsumen tersebut dapat dikatakan konsumen yang loyal karena konsumen akan menyebutkan nama merek pertama saat ditanya nama merek pada sebuah kategori produk. Menurut Aaker (1997) menyatakan tingkat kesadaran seperti itu ada pada level Top of Mind, dimana konsumen sangat paham dan mengenali elemen-elemen sebuah merek dan konsumen akan menyebutkan merek untuk pertama kali, saat ditanya mengenai suatu kategori produk. Kesadaran merek yang tinggi menyebabkan konsumen memiliki kepercayaan diri atas keputusan pembelian yang dibuat (Astuti, 2007) dalam Boby (2009). Keunikan produk membuat konsumen mudah untuk membedakannya dengan merek produk pesaing. Menurut Rosnani (2009:9), keunikan adalah sesuatu yang mengidentikkan barang atau jasa tertentu yang dapat menimbulkan suatu persepsi seseorang terhadap barang atau jasa tersebut. Keunikan harus dikembangkan sehingga konsumen bebas dalam melakukan pilihan pada produk yang mana akan mempengaruhi loyalitas konsumen. Menurut Netemeyer et al., (2004:211), Keunikan berarti apa yang dirasakan konsumen dari perbedaan merek dengan merek kompetitor merupakan salah satu pilar utama dalam pemasaran dan berkaitan erat dengan konsep 6

diferensiasi dan keunikan proposisi penjualan. Menurut Pangestika (2013) keunikan harus ditingkatkan maka loyalitas konsumen akan meningkat dan indikator yang harus dipertahankan adalah konsumen dapat dengan leluasa memilih produk yang diinginkan sesuai dengan selera. Uni Eropa dalam Wibisono (2007) menyatakan CSR sebagai suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan fungsi sosialnya dengan cara memberi perhatian pada lingkungan dalam operasi bisnis dan di dalam interaksi perusahaan dengan stakeholders atas dasar sukarela. Perusahaan yang peduli akan tanggung jawab sosial akan meningkatkan brand image perusahaan yang mana akan berdampak pada cara pandang konsumen pada perusahaan tersebut. Cara pandang konsumen tersebut menjadi pendorong konsumen untuk menjadi loyal dan bersedia untuk membayar harga premium. Adanya CSR pada suatu perusahaan akan meningkatkan citra perusahaan tersebut. citra perusahaan adalah hasil penilaian konsumen pada sebuah perusahaan yang tercipta dari keseluruhan aktivitas bisnis yang membentuk nilai dan kepercayaan konsumen bagi perusahaan (Ningrum & Nurcahaya, 2014). CSR akan meningkatkan reputasi yang menjadi aset paling utama dan tidak ternilai harganya, karena citra perusahaan yang akan mempengaruhi loyalitas konsumen (Seravina, 2008). Anselmsson et al., (2007) menyatakan ketika seorang konsumen memandang sebuah perusahaan peduli dalam masyarakat, lingkungan dan atau karyawan, maka kesediaan membayar harga premium untuk merek perusahaan tersebut akan meningkat. Menurut Thakor & Katsanis (1997) dalam Pappu et al., (2006) country of origin adalah negara dimana suatu produk diproduksi. Country of origin akan 7

mempengaruhi citra dari suatu negara. Apabila negara tersebut memiliki citra yang positif dan baik maka dapat mempengaruhi konsumen untuk loyal dan bersedia untuk membayar harga premium. Country of origin pada dasarnya merupakan persepsi tentang citra negara (country image). Citra negara adalah sejumlah kepercayaan orang-orang dan kesan tentang negara tertentu (Kotler et al., 1993). Persepsi country of origin dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen untuk memilih dan menggunakan produk tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (Kotler & Keller, 2006:634). Menurut Maheswaran (1994) pada umumnya asumsi yang mendasari bahwa konsumen akan merespon produk atau merek dengan baik jika memiliki image country of origin yang baik. Menurut Keller (2001); Belk (1988); Ball & Tasaki (1992) social image merupakan simbol dalam merek yang menjadi image konsumen yang akan menjadi sarana konsumen untuk mengekspresikan diri ideal sendiri. Social image akan mempengaruhi seorang konsumen dalam memandang atau mengekspresikan dirinya sendiri. Konsumen akan loyal dan bersedia membayar harga premium apabila memiliki social image yang positif dari masyarakat. Menurut Martin & Brown (1990); Biel (1992) social image, atau peran sosial dan arti simbol dari merek, sering ditekankan. Citra sosial memang relevan dan mempengaruhi respon pelanggan dalam berbagai kategori, tidak hanya modal dan belanja (Lassar et al., 1995). Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menjelaskan mengapa konsumen bersedia membayar lebih untuk sebuah merek. Bagaimana pelanggan memandang merek dan memotivasi konsumen menjadi loyal dan 8

bersedia membayar harga premium adalah tema penting dalam penelitian ini. Oleh karena itu, objek dalam penelitian ini adalah smarphone merek Apple. Peneliti mengambil produk smartphone merek Apple karena produk Apple adalah termasuk dalam produk kategori harga premium. Apple dikatakan produk premium untuk kelas atas (Mahardi, 2014) dalam http://tekno.liputan6.com/read/2126738/dituding-tiru-apple-xiaomi-bela-diri. Selain produk Apple dikatakan produk premium karena aplikasi terbaik hadir di Apple terlebih dahulu, update software, Apple tidak hadir dengan banyak aplikasi pra-instal dari operator, desain Apple sempurna menggunakan casing dari logam berkualitas serta layar glass, akses ke database musik; acara TV; dan film melalui itunes, Airplay (Business Insider, 2015) dalam www.hptekno.com/2013/08/15/9-kelebihan-iphone-dibandingkan-android. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti persepsi kualitas dan non-kualitas yang didasari customer based brand equity yang mempengaruhi konsumen menjadi loyal dan bersedia membayar harga premium, maka diambil judul penelitian Pengaruh Percieved Quality dan Customer Based Brand Equity pada Kesediaan Membayar Harga Premium dan Loyalitas (Studi pada: Konsumen Produk Apple). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalah sebagai berikut: 9

1. Apakah terdapat pengaruh brand awareness pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 2. Apakah terdapat pengaruh quality pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 3. Apakah terdapat pengaruh uniqueness pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 4. Apakah terdapat pengaruh CSR pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 5. Apakah terdapat pengaruh social image pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 6. Apakah terdapat pengaruh country of origin pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 7. Apakah terdapat pengaruh brand awareness pada loyalitas untuk produk Apple? 8. Apakah terdapat pengaruh quality pada loyalitas untuk produk Apple? 9. Apakah terdapat pengaruh uniqueness pada loyalitas untuk produk Apple? 10. Apakah terdapat pengaruh CSR pada loyalitas untuk produk Apple? 11. Apakah terdapat pengaruh social image pada loyalitas untuk produk Apple? 12. Apakah terdapat pengaruh country of origin pada loyalitas untuk produk Apple? 10

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh brand awareness pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh quality pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh uniqueness pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh CSR pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh social image pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh country of origin pada kesediaan membayar harga premium untuk produk Apple? 7. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh brand awareness pada loyalitas untuk produk Apple? 8. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh quality pada loyalitas untuk produk Apple? 9. Untuk menguji dan menganalisis uniqueness pada loyalitas untuk produk Apple? 10. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh CSR pada loyalitas untuk produk Apple? 11. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh social image pada loyalitas untuk produk Apple? 11

12. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh country of origin pada loyalitas untuk produk Apple? 1.4 Manfaat Penelitian a. Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta mengembangkan pemahaman perusahaan mengenai atribut-atribut yang mempengaruhi konsumen bersedia membayar harga premium dan menjadi loyal pada suatu produk. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan pemahaman kepada perusahaan bahwa kualitas produk hanya sebagian kecil yang mempengaruhi konsumen untuk bersedia membayar harga premium. Dimana non-kualitas produk seperti brand awareness, uniqueness, CSR, social image, dan country of origin berkaitan dengan persepsi konsumen untuk bersedia membayar harga premium dan loyal terhadap suatu merek. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi untuk menghadapi perilaku konsumen yang berbeda-beda, perusahaan tidak hanya berfokus pada kualitas produk namum juga mengembangkan atribut non-kualitas produk sehingga konsumen dapat loyal terhadap produk perusahaan dan bersedia untuk membayar harga premium. Selain itu perusahaan diharapkan tidak hanya menjual berdasarkan volume karena volume tidak dapat mengukur kehebatan, keberlanjutan atau keuntungan dalam jangka panjang. Maka dari itu perusahaan harus memiliki konsumen yang loyal yang bersedia 12

membayar harga premium. Konsumen loyal yang bersedia membayar harga premium akan memberikan profit margin yang besar pada perusahaan. Maka dari itu perusahaan dapat menjadi hebat, berkelanjutan dan menguntungkan dalam jangka panjang. b. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan teori, pengembangan ilmu pengetahuan mengenai perilaku konsumen bahwa seorang konsumen yang loyal akan bersedia untuk membayar harga premium. Seorang konsumen yang membayar untuk harga yang murah bukanlah konsumen loyal melainkan cenderung lebih cepat berpindah. Sebagai media pemahaman yang lebih lanjut mengenai atributatribut produk yang mempengaruhi kesediaan konsumen membayar harga premium dan menjadi loyal kepada produk perusahaan bukan hanya dari segi kualitas produk, tetapi non-kualitas juga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama. Peneliti selanjutnya juga dapat menambahkan variabel-variabel lain seperti kepuasan konsumen, minat beli yang mempengaruhi kesediaan untuk membayar harga premium dan loyalitas, atau peneliti selanjutnya dapat menjadikan loyalitas menjadi variabel mediasi karena seorang konsumen yang loyal akan bersedia untuk membayar harga premium (Lovelock & Wirtz, 2011). 13