PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya **

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

kelembagaan yang satu ke unsur kelembagaan yang lain. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif.

LOMBA KARYA TEKNOLOGI 2013 WILAYAH KEDU

BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

Budhipura 2015 PEDOMAN PENYELENGGARAAN ANUGERAH IPTEK TINGKAT PROPINSI SE-INDONESIA

PANDUAN ANUGERAH TOKOH TELADAN IPTEK (WIDYAMAHESWARA) Dalam Rangka Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-18 Tahun 2013

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan


PEDOMAN PENYELENGGARAAN ANUGERAH IPTEK BUDHIPURA TINGKAT PROPINSI SE INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

KEWENANGAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 57

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN ANUGERAH DUTA IPTEK (WIDYASILPAWIJANA) Dalam Rangka Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-18 Tahun 2013

NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

ARAH PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KONTRIBUSI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERHADAP PEMBANGUNAN NASIONAL

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PANDUAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN DAN INOVASI TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN KANTOR RISET, TEKNOLOGI DAN INOVASI

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

KATA PENGANTAR. 2. Mewujudkan kolaborasi riset lembaga litbang dengan industri;

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalaamu alaikum warahmatulaahi wabarakaatuh

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN CILACAP

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konferensi Pers Program Kerja sama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) Bogor, 7-8 Mei 2007

Terhadap Pemanfaatan Sumber Energi Panas Bumi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara Tahun

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM KERJA FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

MATRIK KONSEP PERUBAHAN AD ART HIMPENINDO MENYESUAIKAN PP 11 /2017 TTG MANAJ PNS DAN KEBUTUHAN ORGANISASI POIN PERUBAHAN AD/ART HIMPENINDO

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

Sumbangan Pemikiran ISTECS untuk Rancangan Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Integrasi IPTEK-Industri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PEGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT INOVASI DAN UNGGULAN RISET DALAM MENDUKUNG PUSAT PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL MAUPUN NASIONAL

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dari amanah yang diemban pemerintah dan menjadi faktor utama dalam

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BUPATI SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

E. RISET ANDALAN PERGURUAN TINGGI DAN INDUSTRI (RAPID)

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT MELALUI SISTEM PEMBINAAN DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-44/M.

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROGRAM PRIORITAS NASIONAL (RPJMN )

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Transkripsi:

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya ** A. Pendahuluan Era globalisasi sekarang ini, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor yang sangat penting dalam menopang kemajuan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan bangsa secara berkelanjutan. Di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa masih banyak hasil riset yang belum sinergis dengan permasalahan yang ada di masyarakat. Hasil riset yang lebih banyak berakhir hanya sampai publikasi paper dan paten ternyata tidak relevan dengan kebutuhan riil di lapangan. Kondisi tersebut diperparah dengan terjadinya * Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Nasional, dalam Rangka Memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2016 Dan Sidang Paripurna Tahunan Dewan Riset Nasional. Surakarta, 9 Agustus 2016. ** Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi Jawa Barat dan Tenaga Pendidik Fakultas Hukum Unpas Bandung.

tumpang tindih riset di perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan pemerintah akibat anggaran riset dari APBN belum fokus pada bidang-bidang yang relevan dengan permasalahan bangsa. Hal ini terlihat dalam peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam aktivitas perekonomian di Indonesia masih rendah terlihat dilingkungan regional di antara negara-negara ASEAN apalagi dilihat dilingkungan dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat memperoleh manfaat nilai tambah yang maksimal melalui pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan sumber daya alam. Investasi industri untuk penelitian dan pengembangan teknologi masih sangat terbatas, sehingga kemampuan industri dalam menghasilkan teknologi masih rendah. Hal ini memicu ketergantungan semakin besar pada negara asing penghasil teknologi dan kurangnya pemanfaatan teknologi hasil penelitian dan pengembangan dalam negeri. Ketergantungan industri pada teknologi impor antara lain disebabkan oleh kelemahan lembaga penelitian dan pengembangan nasional dalam menyediakan teknologi yang siap pakai. Hal ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas penelitian dan pengembangan yang disebabkan belum efektifnya kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Nasional 2

Sumberdaya alam di Indonesia yang melimpah merupakan modal dasar kekuatan ketika dimanfaatkan secara maksimal untuk memenangkan persaingan global. Selain dari sisi geografis kedudukan Indonesia merupakan salah satu pasar yang sangat potensial bagi perkembangan ekonomi dan industri dunia. Situasi ini tentu dapat menjadi pengungkit bagi pengembangan riset teknologi berbasis potensi lokal. Tuntutan ke depan yang harus dijawab bersama adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah serta sumberdaya manusia yang tersedia dengan optimal. Peran pembangunan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diyakini mutlak penting sebagai salah satu faktor yang tidak diabaikan untuk diperhatikan dalam era globalisasi saat ini. Memperhatikan hal tersebut di atas, kelemahan kelembagaan riset di Indonesia perlu dilakukan perubahan-perubahan dimulai dengan membentuk atau memperbaiki kebijakan dalam menguatkan peran aktif dari kelembagaan riset guna mencapai tujuan negara. B. Penguatan Kelembagaan Riset Perubahan dan dinamika lingkungan strategis baik global, regional maupun nasional akan membawa implikasi positif dan negatif secara bersama-sama. Pengaruh lingkungan ini tentu akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan nasional. Tidak dapat Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Nasional 3

dihindari lagi bahwa terjadinya percepatan teknologi terutama pada teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi sangat mempengaruhi dinamika politik, ekonomi dan keamanan internasional. Inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sangat penting dalam peningkatan daya saing bangsa. Inovasi dibutuhkan untuk mengoptimalkan kekayaan sumber daya alam yang begitu melimpah serta sumber daya manusia yang banyak dan berkemampuan merupakan modal yang kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mampu berinovasi. Yang perlu dalam mendorong inovasi adalah menyediakan lingkungan yang kondusif. Dalam pengembangan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan keterkaitanya dengan inovasi di masyarakat luas. Hal ini terjadi ketika antara pemerintah, dunia bisnis, dan akademisi disatukan. Dengan hal ini, hasil inovasi dapat segera dikomersialisasikan dalam usaha untuk mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi. Kebijakan yang dikembangkan di sini tidak dapat lepas dari kebijakan-kebijakan terkait dengan pengembangan, pemanfaatan, dan pemajuan pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Berbagai undangundang, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri perlu dirujuk agar menghasilkan suatu kebijakan yang saling mendukung, integratif, dan tidak tumpang tindih. Analisis perubahan lingkungan strategis Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Nasional 4

juga sangat penting dipertimbangkan agar kebijakan yang dihasilkan bersifat dinamis antisipatif. Kebijakan dalam kelembagaan riset secara menyeluruh di Indonesia masih terdapat ketidakharmonisan yang harus menjadi pehatian kita untuk mempersempit kelemahan sinergi kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan memperhatikan ketidakharmonisan yang ada antara kondisi saat ini dan kondisi ideal yang diharapkan, dapat dikembangkan kebijakan untuk pencapaiannya. Perlu kita pahami bahwa lemahnya sinergi kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, berakibat terhadap kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi belum sanggup memberikan hasil yang signifikan. Ditambah lagi, dengan kebijakan fiskal terhadap pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dirasakan belum mendukung secara optimal, terutama dalam pengalokasian dana dan pengelolaan dana riset di Indonesia belum memadai. Kebijakan terkait yang perlu mendapat perhatian kita semua terhadap penguatan kelembagaan riset adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Adanya Undang-Undang dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi ini, tidak dapat dipungkiri merupakan sebuah kebijakan awal yang telah Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Nasional 5

tepat dalam upaya memerankan lembaga riset untuk dapat berinovasi sesuai yang diharapkan. Namun demikian, mengingat perkembangan lingkungan strategis yang sangat pesat dan sebagai langkah evaluasi terhadap Undang-Undang, maka perubahan Undang-Undang ini perlu dilakukan. Hal ini terbukti dengan masuknya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 ini dalam program legislasi nasional periode 2015-2019 untuk dilakukan perubahan. Kesempatan ini perlulah dipergunakan se-optimal mungkin guna pemperkuat atau lebih mempertegas peran aktif lembaga riset sehingga berdaya guna dan berhasil guna. C. Dasar Hukum Revitalisasi Dewan Riset Daerah Pembentukan Dewan Riset Daerah merupakan amanat Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pasal 18 dan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 menyebutkan tentang fungsi Pemerintah dalam memotivasi dan menumbuh kembangkan motivasi, memberikan stimulasi & fasilitas serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional penelitian, pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Undang-Undang ini sinergis dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Nasional 6

pada Pasal 373, Pasal 374, dan Pasal 388 tentang kelitbangan sebagai salah satu instrumen pembinaan penyelenggaraan daerah, pasal-pasal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui pembinaan umum dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan, dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan. Memperhatikan kondisi saat ini yang melambat dengan kondisi yang diharapkan serta perhatian pada perubahan lingkungan strategis akan menghasilkan berbagai alternatif upaya untuk tumbuhnya daya saing bangsa yang didorong oleh inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan landasan hukum tersebut, maka Dewan Riset Daerah merupakan lembaga yang kegiatannya berkaitan dengan penyusunan kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah yang bersangkutan. Dewan Riset Daerah juga berfungsi untuk mendukung pemerintah daerah melakukan koordinasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan daerah-daerah lain, serta mewakili daerah di Dewan Riset Nasional. Guna menjalankan fungsi yang dimiliki oleh Dewan Riset Daerah lebih optimal, maka perlu dilakukan revitalisasi terhadap Dewan Riset Daerah dengan didukung melalui kebijakan hukum yang mempertegas peran dan fungsi serta dukungan pengalokasian dan pengelolaan dana Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Nasional 7

Dewan Riset Daerah melalui Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 yang sedang diusulkan di lembaga legislasi. D. Penutup Penguatan kelembagaan untuk revitalisasi Dewan Riset Daerah perlu dilakukan dengan memasukkan pengaturan hukum secara tegas dan jelas dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dengan upaya melakukan pengkajian hukum yang mendalam terutama berkenaan peran, fungsi, kedudukan, pengalokasian dan pengelolaan dana bagi kelembagaan riset nasional maupun daerah. Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Nasional 8