SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo

dokumen-dokumen yang mirip
Sifat Mekanik Kayu Keruing untuk Konstruksi Mechanics Characteristic of Keruing wood for Construction

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

PERILAKU LENTUR DAN TEKAN BATANG SANDWICH BAMBU PETUNG KAYU KELAPA

Triaga Ria Sandi 1), Karyadi 2), dan Eko Setyawan 2) 1) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

Uji Keteguhan Rekat Resin Epoxy terhadap Kuat Geser Laminasi Kayu Akasia Mangium (Acacia Mangium) Haji Gussyafrl, Syafruddin, Fakhri, Eko Riawan

BAB I PENDAHULUAN. Kayu merupakan salah satu sumber alam yang bersifat dapat diperbarui.

KAPASITAS BATANG LAMINASI BAMBU PETUNG - KAYU KELAPA TERHADAP GAYA TARIK DAN TEKAN

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

PENGARUH RASIO BAMBU PETUNG DAN KAYU SENGON TERHADAP KAPASITAS TEKAN KOLOM LAMINASI

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAIJAN PllSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU POHON AREN UNTUK PAPAN KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK MEKANIK KAYU KAMPER SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3

INFO TEKNIK Volume 8 No. 1, Juli 2007 (15-18) PERILAKU GESER PADA PENGUJIAN KETEGUHAN LENTUR STATIK JENIS KAYU KELAS DUA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON

MODUL KULIAH. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan MEKANIKA TEKNIK III. Slamet Widodo, S.T., M.T.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(trees). Terdapat perbedaan pengertian antara pohon dan tanam-tanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI KUAT ACUAN TERHADAP JENIS KAYU YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KUPANG BERDASARKAN SNI 7973:2013

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan struktural yang dipilah masinal

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lama berkembang sebelum munculnya teknologi beton dan baja. Pengolahan kayu

STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

VARIASI KOMPOSISI KERAPATAN PARTIKEL DAN JUMLAH PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PAPAN KOMPOSIT LIMBAH KAYU AREN SERBUK GERGAJI

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

REKAYASA SEMEN KOMPOSIT LIMBAH SERUTAN BAMBU BERTULANGAN BAMBU UNTUK BAHAN PERKERASAN JALAN

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan yang dipilah secara masinal

II. TEGANGAN BAHAN KAYU

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK LAMINASI KOMBINASI ANTARA KAYU SENGON DAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT LEM EPOXY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kekuatan Tekan Sejajar Serat dan Tegak Lurus Serat Kayu Ulin (Eusideroxylon Zwageri)

INVESTIGASI KOLOM DENGAN PENAMPANG BERLUBANG BERBASIS KAYU LOKAL Investigation of Short Hollow Column of Local Timber

BALOK KOMPOSIT (GLULAM) BAMBU-KERUING PADA LANTAI BETON

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

EFEKTIVITAS SAMBUNGAN KAYU PADA MOMEN MAKSIMUM DENGAN BAUT BERVARIASI PADA BALOK SENDI ROL Muhammad Sadikin 1, Besman Surbakti 2 ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISA DAN EKSPERIMENTAL PERILAKU TEKUK KOLOM TUNGGAL KAYU PANGGOH Putri Nurul Hardhanti 1, Sanci Barus 2

PENGARUH LUAS TAMPANG DAN POSISI LAPISAN KAYU TERHADAP KEKUATAN BALOK LAMINASI

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

E(Pa) E(Pa) HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengujian Tarik Material Kayu. Spesimen uji tarik pada kayu dilakukan pada dua spesimen uji.

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

BAB III BAHAN DAN METODE

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

KINERJA KOLOM KAYU HOLLOW LAMINASI PADA BERBAGAI VARIASI LUAS LUBANG Performance of Hollow Laminated Timber Columns at Various Opening Area

BAB III METODE PENELITIAN

PERILAKU BALOK KAYU MERANTI SEBAGAI BAHAN BANGUNAN UTAMA RUMAH TRADISIONAL ACEH

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA STRUKTUR GEDUNG 8 LANTAI DARI MATERIAL KAYU TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB IV FIASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air kayu diperoleh dalam kisaran 14 % sampai pel 5 % seperti

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

Laboratorium Mekanika Rekayasa

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE

BAB III METODE PENELITIAN

TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN BAMBU LAMINASI

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo Abstraksi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisika kayu keruing dan kayu sengon beserta juga sifat mekanikanya sebelum diadakan penelitihan lanjutan mengenai komposit kedua jenis kayu tersebut. Hasil pemeriksaan bahan, menunjukkan bahwa kayu keruing termasuk dalam kelas kuat II, sedangkan kayu sengon termasuk dalam kelas kuat V. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa kayu keruing yang mempunyai kekuatan lebih besar daripada kayu sengon dapat dimanfaatkan dalam penggunaannya dengan menggabungkan keduanya jenis kayu tersebut menjadi balok komposit, dan perlu penelitihan lebih lanjut. Kata kunci : Aplikasi - Kayu keruing Kayu Sengon Sifat Fisika dan Mekanika PENDAHULUAN Potensi bahan baku kayu di Indonesia sangat melimpah dengan lebih dari 4000 jenis kayu yang di dalamnya ada lebih kurang 200 jenis kayu yang sudah diolah menjadi kayu komersil (Surjokusumo dan Subiyanto, 1997). Kayu olahan terbatas hanya kayu gergajian yang bisa digunakan sebagai bahan konstruksi. Namun sekarang ini sudah sangat sulit untuk memperoleh kayu gergajian dalam ukuran besar dan bermutu baik karena semakin menipisnya produk kayu hutan alam. Meskipun ada program Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk tujuan kayu konstruksi ditanam jenis-jenis kayu cepat tumbuh seperti pinus, agathis, albazia, akasia, kayu karet, dan sebaginya, akan tetapi kualitas kayu yang diperoleh dari HTI ini kualitasnya tidak setinggi dari kualitas kayu dari hutan alam (Syafi i, 1998). Sifat-sifat fisika kayu yang penting diantaranya adalah kembang susut kayu, kadar air dan berat jenis kayu. Sifat mekanika kayu yang terpenting adalah kekuatan tarik sejajar serat, tarik tegak lurus serat, tekan sejajar dan tegak lurus serat, kuat geser sejajar serat, kuat lentur dan modulus elastisitas. Kuat tekan kayu tegak lurus serat berkisar antar 12 % sampai dengan 18 % dari kuat tekan sejajar serat (Somayaji, 1995). Kuat lentur kayu memiliki karakteristik sifat mekanik kayu yang tertinggi dibanding sifat mekanik kayu lainnya seperti tarik, tekan dan geser (Awaludin, 2002). Akibat kuat lentur yang tinggi dan berat jenis yang kecil, maka kayu banyak dipakai untuk elemen lentur (balok) pada konstruksi bangunan ringan. Kayu sengon (Paraserianthes falcataria) diperoleh dari pohon sengon yang mudah ditanam, cepat tumbuh dan relatif cocok pada berbagai tempat tumbuh (Kasmudjo, 1995). 39 Teodolita Vol. 8, No.1., Juni 2007: 39-44

Kayu sengon di Jawa Barat dipakai untuk perumahan sederhana seperti papan, balok, tiang, kasau dan sebagainya (Martawijaya dan Kartasujana, 1997). Kayu sengon termasuk kelas kuat IV sampai V, dengan berat jenis 0,24 sampai 0,49 (Anonim, 1961). Kayu keruing (Dipterocarpaceae) dikenal dengan banyak nama seperti karup, keladan, kelalar, keruing minyak, keruing batu, dan lain lain. Dinegara lain dikenal dengan nama Keruing (Malaysia Barat, Serawak, dan Sabah), Apitong (Philipina), Gurjun, Indian Gurjun (India). Kayu ini tergolong dalam kelas kuat I sampai II dengan berat jenis rata-rata 0,79, serta kelas awet III (PKKI, 1961). Kuat lentur kayu Keruing mencapai 98,97 MPa dan kuat gesernya sebesar 9,78 MPa (Fakhri, 2001). Karena kekuatannya cukup tinggi, umumnya kayu keruing dipergunakan untuk struktur bangunan seperti rangka kudakuda, balok dan kolom. SIFAT MEKANIKA KAYU Pada umumnya kekuatan dan kekerasan kayu-kayu adalah berbanding lurus dengan berat jenisnya. Kekuatan kayu dibedakan menjadi 5 kelas (I, II, III, IV dan V). Besarnya kerapatan dan kisaran kekuatan kayu dapat digunakan untuk menentukan kelas kuat kayu. Hubungan berat jenis dengan kekuatan kayu seperti diperlihatkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Hubungan berat jenis kayu dengan kelas kuat kayu Kelas Kekuatan Lentur Kekuatan Tekan Berat Jenis Kuat Mutlak (Kg/cm 2 ) Mutlak (Kg/cm 2 ) I > 0,90 > 1100 > 650 II 0,90-0,60 1100-725 650-425 III 0,60-0,40 725-500 425-300 IV 0,40-0,30 500-360 300-215 V < 0,30 < 360 < 215 Sumber : PKKI NI-5, 1961, hal : 64 Sifat mekanika kayu adalah perilaku kayu terhadap beban luar yang mengenainya. Tegangan dalam (internal stress) kayu dipengaruhi oleh arah serat (aksial, radial dan longitudinal) dan arah pembebanan yang diberikan. Sifat mekanik kayu dalam arah radial dan tangensil tidak banyak berbeda, sehingga peninjauan sifat mekanik hanya pada arah sejajar serat (aksial) dan arah tegak lurus serat (radial dan tangensial). Kekuatan balok sangat dipengaruhi oleh interaksi tegangan tekan dan tarik pada arah sejajar serat. Tegangan lentur balok kayu hanya memperlihatkan perilaku elastis pada beban rendah, sedang pada pembebanan selanjutnya perilaku elastis tegangan regangan tidak tampak lagi. Tegangan lentur maksimum yang terjadi pada balok disebut modulus of rufture (MOR). Pembebanan lentur arah lateral kayu memberikan kuat lentur kayu (MOR) dan nilai modulus elastisitas kayu (MOE = modulus of elasticity) pada beban rendah Sifat-Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Keruing - Sengon 40

(kondisi elastis) sebelum patah. Sedangkan nilai modulus elastisitas (MOE) kayu ditentukan dari pengujian lentur, dapat diperoleh dengan cara balok diberi beban sedang (dalam batas elastisnya) kemudian dicatat beban dan lendutannya. Nilai elastisitas kayu (MOE) sangat berhubungan erat dengan kelas kuat kayu, seperti diberikan pada Tabel 2. Tabel 2 Modulus elastisitas (MOE) kayu sejajar serat Kelas Kuat Modulus elastisitas (MOE) sejajar serat (Kg/cm 2 ) I 125.000 II 100.000 III 80.000 IV 60.000 Sumber : PKKI NI-5, 1961, hal : 6 BAHAN PENELITIAN Bahan utama dalam penelitian adalah digunakan bahan Kayu Sengon dan Kayu keruing yang diperoleh dari toko kayu di jalan Raya Beji, Purwosari, Purwokerto Utara, Banyumas. PERALATAN PENELITIAN Beberapa peralatan utama dalam dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Alat untuk pembuatan benda uji meliputi sampel kayu keruing dan kayu sengon meliputi peralatan diantaranya adalah mesin gergaji, mesin planner, kempa hidrolis, meteran, timbangan, kalifer. b. Alat untuk pengujian, meliputi oven, gelas ukur, timbangan, Universal Testing Machine (UTM). BENDA UJI Benda uji dalam penelitian ini meliputi pengujian untuk pemeriksaan sifat-sifat fisik, sifat mekanik kayu. Jenis dan jumlah benda uji disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis dan jumlah benda uji pendahuluan No. Jenis Pengujian Jumlah Keruing Sengon 1 Sifat Fisika (Kerapatan dan Kadar Air) 6 6 2 Tekan Sejajar Serat / Silinder Beton 3 3 3 Tekan Tegak Lurus Serat 3 3 4 Tarik Sejajar Serat 3 3 5 Lentur (MOR) 3 3 6 Modulus Elastistas (MOE) 3 3 Total 42 HASIL PENELITIHAN Sifat Fisika (Kadar Air dan Kerapatan) 41 Teodolita Vol. 8, No.1., Juni 2007: 39-44

Hasil pengujian dari sampel kayu keruing dan kayu sengon untuk sifat fisika (kadar air dan kerapatan) disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Kadar air dan kerapatan kayu keruing dan sengon Kayu Keruing Kayu Sengon Benda uji Kadar air Kerapatan Kadar air Kerapatan (%) (gr/cm 3 Benda uji ) (%) (gr/cm 3 ) Benda Uji 1 16,00 0,75 Benda Uji 1 16,74 0.25 Benda Uji 2 17,23 0,67 Benda Uji 2 13,13 0,29 Benda Uji 3 19,72 0,71 Benda Uji 3 14,29 0,27 Rata-rata 17,65 0,71 Rata-rata 14,72 0,27 Sumber : Data diolah Tampak dalam Tabel 4, kadar air rata-rata kayu keruing sebesar 17,65 %, dan kadar air rata-rata kayu sengon sebesar 14,72 %. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air kayu sengon maupun kayu keruing telah mencapai kadar air keseimbangan (kadar air kering udara) yang nilainya berkisar antara 12 % sampai 20 % (PKKI 1961). Namun untuk kayu keruing mempunyai kadar air yang tinggi (diatas kadar air keseimbangan). Hal ini kemungkinan dikarenakan sifat higroskopis kayu keruing maupun sulitnya kayu keruing mengering dalam waktu yang singkat. Kerapatan rata-rata kayu keruing sebesar 0,71 gr/cm 3, nilainya lebih besar daripada kerapatan rata-rata kayu sengon (0,27 gr/cm 3 ). Menurut PKKI 1961, nilai kerapatan kayu keruing berada pada kisaran kerapatan kayu kelas kuat II, yaitu 0,6 0,9 gr/cm 3. Sedangkan kerapatan sengon menurut PKKI termasuk dalam kelas kuat kayu V. Sifat Mekanika Hasil pengujian dari sampel kayu keruing dan sengon untuk sifat mekanika disajikan dalam Tabel 5. Keruing No Benda Uji Tabel 5 Hasil pengujian sifat mekanik bahan Sifat Mekanik Tarik // Geser// Kelas Kuat Tekan // Tekan Lentur Elastisitas (MOR) (MOE) (MPa) (MPa) (MPa) (MPa) (MPa) (MPa) 1 53,50 48,38 149,525 8,742 59,95 7.899,96 II 2 48,37 66,24 152,273 9,653 85,62 10.144,23 II 3 58,40 70,13 271,742 9,038 82,66 8.736,59 II Rata-Rata 53,42 61,58 191,180 9,144 76,08 6.097,05 II 1 28,88 9,02 87,506 5,691 27.81 5.278,78 IV - V 2 25,07 8,78 79,274 4,989 33.23 6.062,39 IV V Sengon 3 23,84 10,30 59,988 5,438 29.86 5.248,99 IV V Rata-Rata 25,93 9,37 75,589 5,373 30,30 5.530,06 IV V Sumber : Data diolah Sifat-Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Keruing - Sengon 42

Tampak pada Tabel 5, bila ditinjau nilai kekuatan lentur dan tekan menurut PKKI 1961, Martawaijaya dan Katasujana (1977), maka kayu keruing sengon dapat kelompokkan ke dalam kelas kuat II. Sedangkan kayu sengon dapat dikelompokkana ke dalam kayu kelas kuat IV V. Dapat dilihat disini bahwa secara umum nilai hasil pengujian sifat mekanik kayu sengon lebih rendah daripada kayu keruing. Bila ditinjau nilai modulus elastistasnya (MOE), maka menurut PKKI 1961 kayu sengon dapat dikelompokkan ke dalam kelas kuat IV V, sedangkan kayu keruing dapat dikelompokkan ke dalam kelas kuat II. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Menurut PKKI 1961, kayu Keruing yang dipergunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kelas kuat kayu II. 2. Menurut PKKI 1961, kayu Sengon yang dipergunakan dalam penelitian ini termasuk Saran dalam kelas kuat V. 1. Karena sifat bahan kayu yang mudah rusak karena pengaruh cuaca atau serangga perusak baik selama proses pembuatan maupun masa pelayanan., maka perlu adanya penelitian lanjutan sebagai pembanding untuk mengikutsertakan pengaruh pengawetan bahan terhadap kekuatan balok kayu. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kekuatan balok komposit Keruing- Sengon. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 PKKI-1961, Yayasan Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. Anonim, 1996, Standard for Load and Resistance Faktor Design (LRFD) for Engineering Wood Construction : AF&PA/ASCE-16-95, American Society of Civil Engineerr, New York Gere, J.M. dan Timoshenko, S.P., 1996, Mekanika Bahan, Edisi Kedua, Jilid 1, Alih Bahasa oleh H.J. Wospakrik, Erlangga, Jakarta Martawijaya, A., dan Kartasujana, I., 1977, Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-jenis Kayu Indonesia, Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Morisco, 1999, Rekayasa Kayu sengon, Nafiri Offset, Yogyakarta 43 Teodolita Vol. 8, No.1., Juni 2007: 39-44

Prayitno, T.A., 1995, Pengujian Sifat Fisika dan Mekanika menurut ISO, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setyo H., N.I., dan Saputra, D.Y., 2003, Pemanfaatan Kayu sengon pada Balok Komposit Sengon-Kayu sengon Dengan Teknik Laminasi Terhadap Perilaku Makanika, Laporan Penelitian Proyek Peningkatan Kopertis Wilayah VI, Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma, Purwokerto. Somayaji, S., 1995, Civil Engineering Materials, Prentice Hall, Englewoodf, Cliffs, New Jersey. Sifat-Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Keruing - Sengon 44