Menyikapi Fatwa Arah Kiblat. Written by Monday, 19 July :12

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. menghadap ke bangunan Ka bah, shalatnya tidak sah. Sedangkan orang. perbedaan pendapat, adapun pendapat itu adalah :

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

tidak boleh tidak. Kalau tidak dipenuhi maka kehidupan tidak akan berjalan normal

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran


FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 14 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT

Bayar Fidyah FIDYAH DIBAYAR SEKALIGUS DAN FIDYAH DENGAN UANG

PENENTUAN ARAH QIBLAT

: :

BID AH SHALAT RAGHAIB

pemanfaatan kulit binatang buas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pendapat Imam Al-Sarkhasi (mazhab Hanafiyyah) tentang Istibdal harta

SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu fitrah manusia. Nilai itulah yang diajarkan oleh al-qur an. Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV NAVIGASI MAPALSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. begitu saji di terapkan di peta karena adanya variasi magnet bumi, yaitu yang disebut

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON. A. Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. Alquran dan hadis Nabi yang menerangkan betapa pentingnya mendirikan ibadah

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB IV ANALISIS DATA

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TENTANG ARAH KIBLAT MENURUT ILMU FALAK S K R I P S I

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

Pengajian tarjih rutin di ranting Muhammadiyah Desa Beji Kec Pedan, sholat tarawih 4 rakaat batal?

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN)

RISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

2. Jika memang ada haditsnya, Kenapa dosa meratapi mayit ditimpakan ke mayit, padahal yg melakukan kesalahan itu adalah orang lain.

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

Sifat Shalat Istisqa (Minta Hujan)

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENYALURAN HARTA ZAKAT DALAM BENTUK ASET KELOLAAN

Keistimewaan Hari Jumat

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

KABUPATEN SIDOARJO. menganalisis ragam pandangan tokoh agama kecamatan Taman tentang. benda wakaf yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan

Definisi Khutbah Jumat

BAB VI. PENUTUP Kesimpulan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

IRSYAD AL-HADITH SIRI KE-222: DAGING UNTA MEMBATALKAN WUDHUK

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

Oleh: Hafidz Abdurrahman

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

BAB V PELAKSANAAN SELEBRASI SUJUD SYUKUR OLEH PEMAIN SEMEN PADANG FC (FOOTBALL CLUB)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 9 Tahun 2011 Tentang PENSUCIAN ALAT PRODUKSI YANG TERKENA NAJIS MUTAWASSITHAH (NAJIS SEDANG) DENGAN SELAIN AIR

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

BAB IV ANALISIS TERHADAP AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL. A. Analisis Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL

MANDI JANABAH, HUKUM DAN TATA CARANYA

BAB I PENDAHULUAN. menghadap kiblat,shalatnya tidak sah. Umat Islam di Indonesia pada

BAB IV ANALISIS DATA A. Tata Cara Pelaksanaan Sulam Alis di Salon kecantikan Evi Beauty Galery Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENOLAKAN SERTIFIKASI ARAH KIBLAT DI MASJID BAITURRAHMAN SIMPANG LIMA SEMARANG

CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan. Namun,

Wallahu A lam bisshawab Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammadin wa ala aalihi wa shahbihi wa sallam

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

PEDOMAN PENETAPAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : U-596/MUI/X/1997 Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

BAB IV ANALISIS FIKIH MAZHAB SYAFII TERHADAP PRAKTIK JIAL BELI HARGA SEPIHAK

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

MEMILIH PEMIMPIN YANG BENAR PERSPEKTIF ISLAM Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag.

Robiul Awal 1433 H Cetakan 1 NISHOB ZAKAT UANG

Dua Kelompok Penyebar Hadis Palsu

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

Sujud Sahwi. Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin. 16 Mei Didownload dari:

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya telah ditegaskan dalam al-qur an maupun hadis Nabi. SAW, bahwa Allah SWT mencintai keindahan.

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB IV ANALISIS METODE BAYANG-BAYANG AZIMUTH TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITUR ROHIM

Salman Alfarisy, Lc.* Sekretaris Asia Pacific Community for Palestine

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan laporan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB IV terlebih di

FIQIH MUSLIMAH PRAKTIS

BAB IV PANDANGAN TOKOH-TOKOH MENGENAI ALIRAN SAPTO DARMO TURI GEDE BOJONEGORO. Adapun tanggapan dari tokoh masyarakat sekitar mengenai aliran Sapto

BAB I PENDAHULUAN. Syariat Islam adalah hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 8 Tahun 2011 Tentang AMIL ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam merupakan agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu-ilmu al-quran Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 37.

Dalam hukum Islam tidak dijelaskan secara terperinci mengenai tingkatan. memberikan hak yang istimewa kepada kreditur/ pedagang yang mendapati

BAB 5 : PENUTUP. Al-Khatib al-shirbini adalah seorang yang faqih dalam mazhab al-shafi i dan

PANDUAN I TIKAF RAMADHAN Oleh Nor Kandir ( edisi Ramadhan 1437 H)

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

HUKUM SHALAT JUM AT BAGI PEREMPUAN

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Transkripsi:

Mazhab syafii sangat dikenal kehati-hatiannya dalam mengeluarkan hukum. Begitu halnya dalam penentuan arah kiblat, agar terhindar dari unsur kesalahan, maka perlu menentukan arah yang pasti Perubahan fatwa yang dibuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang arah kiblat sebenarnya tidak perlu dijadikan polemik. Hadirnya fatwa MUI no 5 tahun 2010 adalah revisi terhadap fatwa sebelumnya yang dikeluarkan MUI no 3 tahun 2010. Terlebih lagi yang harus difahami oleh umat Islam Indonesia, bahwa fatwa tersebut merupakan anjuran. Sebab, pada dasarnya arah kiblat untuk Indonesia yang dulunya mengarah ke Barat, sekarang juga sama. Hanya saja lebih spesifik perlu ditentukan arah Barat mana yang dimaksud. Pada fatwa no 3 disebutkan bahwa; (1) Kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat Ka bah adalah menghadap ke bangunan Ka bah (ainul ka bah). (2) Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka bah adalah arah Ka bah ( jihat al-ka bah). (3). Letak georafis Indonesia yang berada di bagian Timur Ka bah/mekah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah Barat. 1 / 5

Sementara pada fatwa no 5 disebutkan tidak ada perbedaan pada poin satu dan dua, yang beda hanya pada poin tiga. Dikatakan sebelumnya karena letak geografis Indonesia berada di bagian Timur ka bah/mekkah, maka kiblatnya ke arah Barat. Sedangkan pada fatwa no 5 lebih terperinci mengatakan arah Barat yang dimaksud adalah Barat Laut dengan kemiringan bervariasi sesuai dengan posisi kawasan masing-masing. Ini dilihat karena Indonesia letaknya tidak pas Timur Ka bah, tapi agak ke Selatan. Makanya arah kiblat yang paling tepat adalah Barat Laut. Dengan dikeluarkan revisi fatwa ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi Muslim Indonesia dalam penentuan arah kiblat ketika hendak melaksanakan shalat. Namun yang jadi persoalan, bagaimana dengan kiblat yang sudah ada di masjid-masjid atau mushala. Apakah serta merta harus dibongkar dan dirubah mihrab nya. Atau cukup merubah arah shaf dengan sedikit condong ke kanan. Atau membiarkan seperti yang ada. Menurut hemat penulis tidak perlu mengubah arah shaf apalagi sampai membongkar masjid dan menata ulang mihrabnya. Karena untuk membongkarnya malah akan mempersulit. Mengubah shaf juga akan membuat ruangan masjid tidak bisa dimanfaatkan dengan efesien. Sebab pada awalnya setiap shaf telah didisain sesuai dengan bangunan masjid, dan jika itu diubah maka tidak lagi sejajar melainkan posisinya harus miring. Penulis melihat tuntutan perubahan kiblat ini tidak terlepas dari pemahaman (mazhab) mayoritas Muslim di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia dan umumnya Asia tenggara bermazhab syafii, oleh karenanya tuntutan kepastian arah kiblat ini juga lebih ketat bersumber dari mazhab syafii. 2 / 5

Mazhab syafii sangat dikenal kehati-hatiannya dalam mengeluarkan hukum. Hampir semua produk hukum yang dikeluarkan oleh mazhab ini berpedoman pada sikap kehati-hatian (ahwath / ihtiyathi ). Prinsipnya, lebih baik mengantisipasi agar tidak terjadi kesalahan hukum dengan berjaga-jaga dari pada harus menetapkan hukum yang pas-pasan. Sebagai contoh, perihal membatalkan wudu bagi lawan jenis yang bukan mahram adalah bersentuhan kulit tanpa pembatas. Sebenarnya bukan tidak menyakini sentuhan yang dimaksud adalah jima, namun untuk lebih berhati-hati maka kalangan syafii lebih memilih sentuhan biasa juga membatalkan wudu. Begitu halnya dalam penentuan arah kiblat ini. Agar terhindar dari unsur kesalahan, maka dianggap perlu bagi kalangan syafii untuk menentukan arah yang pasti. Hingga keluarlah ketentuan bahwa yang menjadi patokan arah kiblat itu adalah bangunan fisik ka bah ( ainul ka bah) baik yang di dalam Masjidilharam/Makkah ataupun yang di luarnya. Itu artinya, dalam penentuan kiblat harus melalui pengukuran yang akurat dan seteliti mungkin. Sampai bisa dipastikan, kalau letak Indonesia di bagian Timur Ka bah, berarti kiblatnya adalah Barat. Dan harus lebih detail, jika letaknya di bagian Timur agak Selatan, berarti kiblatnya adalah Barat Laut. Sementara itu, bagi kalangan selain mazhab syafii seperti; Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah 3 / 5

mereka berpendapat bahwa kiblat bagi orang yang melaksanakan shalat di luar Masjidilharam/Makkah cukup hanya mengarah pada ka bah ( jihat al ka bah). Itu artinya, satu negara berada di bagian Timur maka kiblat nya adalah arah Barat. Baik itu Barat Laut ataupun Barat Daya Yang terpenting bisa diyakini bahwa arah Barat benar mengarah pada ka bah. Mereka berlandaskan hadis yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi : antara Timur (masyriq) dan Barat (maghrib) adalah kiblat. Penjelasan selanjutnya bisa dilihat dalam kitab Fiqh ala mazahib al arbaah Abdurraham al Jaziri dan Fiqh Islam wa adillatuhu Wahbah Zuhaili. Adapun penjelasan yang menyatakan patokan kiblat harus tertuju pada fisik ka bah (ishabatul ainil ka bah ) seperti yang dinukil dari kitab al umm imam syafii di dalam kitab majmu syarh al muhadzzab imam Nawawi. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwasannya nabi Muhammad Saw masuk ke dalam Ka bah. Namun tidak shalat di dalamnya, kemudian beliau keluar dan shalat dua rakaat menghadap Ka bah, lalu berkata inilah qiblat. Dari hadis ini difahami di manapun posisinya, arah kiblat harus tepat tertuju pada bagunan Ka bah. Penutup 4 / 5

Islam adalah agama yang menghendaki kemudahan untuk umatnya dan tidak menghendaki kesukaran. Oleh karenanya perbedaan hukum yang muncul satu sama lain sebaiknya disikapi dengan bijak. Meskipun pemahaman mayoritas yang berkembang menuntut satu hukum, bukan berarti tidak boleh mengambil hukum yang lain. Sepanjang hukum yang ada bersumber dari landasan al Quran dan Hadis maka boleh saja diterapkan. Tentunya dalam menyikapi perubahan-perubahan hukum haruslah dengan bijaksana. Terutama bagi ulama dan para ustadz harus memberi keterangan yang lengkap mengenai hukum-hukum yang ada. Dengan demikian masyarakat tidak bingung dan salah langkah. Wallahu a lam bisshawab. ( Fery Ramadhansyah : Penulis adalah Pengajar di YPSA, alumnus Univ. Al Azhar Mesir ) 5 / 5