BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB III LANDASAR TEORI

BAB II. Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki

BAB III TEORI PENDUDUKUNG

BAB II TEORI PENDUDUKUNG

Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan SDH

SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY

ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA SISTEM PROTEKSI JARINGAN DWDM JAKARTA PEKANBARU MENGGUNAKAN SERAT OPTIK SKRIPSI

BAB II DASAR TEORI. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan

PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY

UNIVERSITAS INDONESIA JUDUL

Synchronous Optical Networking SONET

TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PROTEKSI MS-SP RING DI PERANGKAT ALCATEL LUCENT RING 2 (JAVA BACKBONE) PT. MORA TELEMATIKA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB I ANALISA PENGARUH TIPIKAL SISTEM PROTEKSI ASON TERHADAP OCUPANCY KAPASITAS PADA PERANGKAT OSN 9500 HUAWEI DI PT. INDOSAT

Muhamad Husni Lafif. Sekilas Tentang SDH. Lisensi Dokumen:

TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM PROTEKSI SNCP (SUBNETWORK CONNECTION PROTECTION) PADA JARINGAN TELEKOMUNIKASI BACKBONE. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR. PEMODELAN DAN OPTIMASI PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL Over SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (IP Over SDH) NORA WAHYUNI

SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB II LANDASAN TEORI


PENERAPAN PENJAMAKAN SINKRON PADA JARINGAN SDH. The Application of Synchronous Multiplexing of SDH Network

A I S Y A T U L K A R I M A

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN

Pemanfaatan Jaringan SDH berbasis program MatLab untuk Layanan Multimedia

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java

Standarisasi SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

MODUL-9 SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB II TEKNOLOGI SDH DAN IMPLEMENTASINYA DI DALAM SUATU PROYEK PEMBANGUNAN JARINGAN TRANSMISI

Modul 3 Teknik Switching dan Multiplexing

Topologi Jaringan Transport Optik

ABSTRAK. i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

BAB II SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH) DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

BAB II LANDASAN TEORI

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

BAB III MEKANISME KERJA

BAB II JARINGAN INTERKONEKSI BANYAK TINGKAT. Komponen utama dari sistem switching atau sentral adalah seperangkat sirkuit

Memahami proses switching dalam sistem telepon Memahami rangkaian switching yang digunakan dalam sistem komunikasi telepon Menjelaskan aplikasi dan

SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.)

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR SINGKATAN...

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN

Unsur yang menentukan jenis suatu LAN atau MAN adalah : Topologi Media Transmisi Teknik Medium Access Control

Jaringan Komputer 1 of 10. Topologi menunjuk pada suatu cara dimana end system atau station yang dihubungkan ke jaringan saling diinterkoneksikan.

BAB III LANDASAR TEORI

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

APLIKASI MODEM FCD-24 DALAM JASA INTERNET PROTOCOL VIRTUAL PRIVATE NETWORK (IP VPN) di PT. Indosat,Tbk

Frequency Division Multiplexing

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS)

PERENCANAAN PELANGGAN HDSL PADA JARINGAN ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE

SOAL-SOAL UTS JARINGAN KOMPUTER

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2

UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS STRATEGI IMPLEMENTASI JARINGAN IMAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN BISNIS PT. INDOSAT AREA JAKARTA TESIS

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

Rosmadina¹, -². ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Datarate (bandwidth) Layout jaringan (topologi) Single atau multiple kanal komunikasi.

PERANGKAT NOKIA SOLUTIONS NETWORK (NSN) SURPASS 7070 SERIES SEBAGAI BENTUK MODERNISASI JARINGAN NIRKABEL BERGERAK

MODUL 5 MULTIPLEXING

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010

BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON

DAHLAN ABDULLAH

Jaringan Komputer Multiplexing

BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY

ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE

BAB III. PERANCANGAN ETHERNET OVER SDH ( EoS )

PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON)

BAB III LANDASAN TEORI. yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3 (Lapisan

JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER

BAB II LOCAL AREA NETWORK (LAN) Local Area Network sering kali disebut LAN, merupakan jaringan milik pribadi

Topologi Jaringan Komputer

TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA JARINGAN OPTIK. Yamato & Evyta Wismiana. Abstrak

WAN (Wide Area Network)

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu

Internetworking / WAN (Wide Area Network)

Teknologi Telekomunikasi

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

Bab III Prinsip Komunikasi Data

Bluetooth. Pertemuan III

Pertemuan 3. Dedy Hermanto/Jaringan Komputer/2010

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan

Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN

BAB III. SINKRONISASI PTP (Precision Time Protocol) IEEE 1588 v2 PADA JARINGAN INDOSAT DI WILAYAH KAYOON, JAWA TIMUR

Transkripsi:

BAB II SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 2.1 Tinjauan Umum SDH Dalam sistem transmisi, dikenal teknik multiplex. Multiplex adalah penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu dan ditransmisikan melalui satu kanal transmisi dengan tujuan untuk mengoptimalkan saluran transmisi tersebut. Dalam multiplex dikenal 2 cara multiplexing, yaitu analog dan digital. Untuk sistem analog, saat ini sudah tidak digunakan lagi. Saat ini yang digunakan adalah multiplex digital. Dalam multiplex digital dikenal 2 cara teknik multiplex, yaitu : SDH dan PDH. SDH merupakan standar yang digunakan dalam memultiplekskan berbagai sinyal kecepatan tinggi dengan kapasitas yang berbeda secara efisien dengan menggunakan jaringan transmisi sinkron. SDH muncul karena meningkatnya kebutuhan dari operator jaringan dan pelanggan untuk fitur-fitur yang tidak tersedia dalam sistem transmisi yang ada. SDH adalah struktur transmisi yang memiliki kecepatan bit yang sama pada masing-masing tingkat (orde). Dasar untuk SDH adalah STM-1. pada SDH, aksesnya secara langsung yaitu inputan 2 Mbps membentuk STM-1 (155,52 Mbps). Di dalam rekomendasi ITU-T G.707, Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan suatu teknologi yang mempunyai struktur transport secara hierarki dan didesain untuk mengangkut informasi (payload) yang disesuaikan dengan tepat dalam sebuah jaringan transmisi. Transmisi sinkron digital merupakan proses multiplex sinyal tributari secara multiplexing sinkron yang rekontruksi sinyalnya melalui elemen jaringan SDH yaitu : Terminal Multiplexer, Add/Drop Multiplexer (ADM) atau Digital Cross-Connect (DXC) dan akhirnya ditransmisikan melalui jaringan optic. 5

Tabel 2.1 Level SDH Level Bit Rate Jumlah E1 Jumlah kanal SDH (Mbps) telepon 1 155,52 63 1920 4 622,08 252 7640 16 2.448,32 1008 30720 64 9.953,28 4032 122880 Transmisi SDH menggunakan Byte Oriented, yaitu pengiriman data dilakukan secara byte per byte. Dalam pengiriman data selalu ditambahkan byte-byte overhead dan byte-byte pointer yang berfungsi sebagai byte control. Susunan dari byte-byte tersebut merupakan satu frame. Sistem SDH juga mempunyai banyak byte-byte overhead yang disediakan sehingga penanganan jaringan yang berkaitan dengan sistem manajemen jaringan seperti : operation, maintenance, dan alarm management bisa dilakukan dengan baik sehingga kualitas transmisi bisa dijaga. 2.1.1 Struktur Frame Struktur Frame Dasar (STM-1) Struktur frame dasar SDH adalah tingkat STM-1 dengan bit rate 155,52 Mbps. Struktur frame ini terdiri dari tiga bagian yaitu : overhead, pointer dan payload. Frame STM-1 yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini terdiri dari sinyal informasi sebanyak 9 baris dengan 270 kolom. Masing-masing kolom terdiri dari 1 byte (8 bit) dimana 9 kolom pertama pada baris 1 terdiri dari FAS (Frame Alignment Signal) yang berfungsi sebagai sinkronisasi sinyal petunjuk awal dari sinyal frame STM-1. pada 261 kolom berikutnya pada baris 1 dipergunakan sebagai payload atau customer information. 6

Gambar 2.1 Struktur Frame SDH RSOH (Regenerator Section Overhead) Berfungsi sebagai sinyal komunikasi dengan beberapa perangkat pengulang atau regenerator line yang letaknya antara terminal multiplekser. MSOH (Multiplex Section Overhead) Berfungsi sebagai sinyal komunikasi antar peralatan multipleks di terminal. AU (Administrative Unit) Pointer Berfungsi untuk mengidentifikasi letak byte pertama dari payload. Payload : Area untuk membuat sinyal informasi (sinyal PDH) Payload adalah Container ditambah dengan path overhead (POH). Berukuran 9 x 261 byte untuk memuat sinyal PDH (2 Mbps s/d 140 7

Mbps). Informasi yang akan ditransmisikan ditampung dalam container ini. Dengan demikian byte informasi terpisah dari byte-byte overhead sehingga lebih memudahkan di dalam pengelolaan jaringan, karena semua byte yang berkaitan dengan manajemen jaringan berada di luar blok informasi (container). Hal yang demikian tidak terjadi di dalam sistem PDH dimana semua service bit berada di dalam blok informasi. Section Overhead (SOH) Blok SOH berisi byte-byte yang diperlukan untuk transmisi SDH secara handal, antara lain byte untuk sinkronisasi frame, byte untuk error checking, dan byte untuk keperluan operasional. Berukuran 8 x 9 Byte. SOH terdiri dari Multiplexer Section Overhead (MSOH) dan Regenerator Section Overhead (RSOH). Pointer (Ptr) Dengan teknik pointer, byte-byte informasi dapat diakses secara cepat tanpa melalui proses demultiplex secara lengkap seperti halnya yang terjadi pada PDH. 2.1.2 Struktur Multiplex SDH Struktur multiplex SDH merupakan bagian dari suatu proses untuk membentuk STM-N. Jumlah kanal SDH terbentuk dari multiplexing SDH, yaitu dari hasil pembentukan 3(TU-12) x 7(TUG-2) x 3(TUG-3). Dari hasil tersebut diperoleh 63 E1. E1 menunujukkan bahwa sistem mempergunakan standar Eropa, dimana 1 E1 terdiri dari 30 kanal pembicaraan. Proses multiplexing pada sistem SDH dapat dilihat pada gambar di bawah ini, C12, C3 dan C4 adalah berbagai macam container yang telah ditetapkan oleh ITU yang berfungsi menyimpan sinyal alam sistem SDH. Sinyal-sinyal yang disalurkan melalui sistem SDH, pertama kali mengalami proses pemaketan yaitu sinyal tersebut dimasukkan ke dalam container (C) yang sesuai dengan struktur dalam sistem SDH. 8

Gambar 2.2 Struktur Multiplexing SDH Kemudian Container akan membentuk Virtual Container (VC) dengan cara menambahkan path overhead (POH) terlebih dahulu. Virtual Container inilah yang nantinya akan diolah dan diproses oleh sistem SDH. Masingmasing VC ditambahkan pointer untuk membentuk Tributary Unit (TU) sesuai dengan VC-nya. Penggabungan dari unit-unit tributary tersebut akan membentuk Tributary Unit Group (TUG). Dengan menambahkan overhead pada TUG akan terbentuk VC orde tinggi. VC-12 disebut dengan istilah VC orde rendah (LO-VC), sedangkan untuk VC orde tinggi (HO-VC) adalah VC-3 dan VC-4. Hasil multiplikasi dari VC orde tinggi akan membentuk Administrative Unit (AU). Untuk mendapatkan STM-N, yaitu dengan cara multiplikasi dari AUG yang dibentuk oleh hasil multiplikasi Administrative Unit (AU) 9

Komponen dasar STM-N : Container (C) Container berfungsi sebagai penampung byte-byte informasi sinyal digital dalam jumlah yang telah ditetapkan. Setiap sinyal tributary akan disusun ke dalam suatu container terlebih dahulu sebelum ditransmisikan dalam struktur frame STM-1. Jadi, pengertian container adalah suatu kapasitas transmisi yang besarnya sudah ditentukan dan digunakan untuk keperluan transmisi sinyal tributary ke dalam jaringan sinkron. Durasi waktu setiap container adalah tetap yaitu sebesar 125 µs. Virtual Container (VC) Virtual Container (Payload) yaitu struktur informasi berupa container yang telah diberi byte-byte Path Overhead (POH). POH berfungsi untuk menjaga kualitas sinyal informasi yang akan diproses bersamaan dengan sinyal lainnya di tingkat path. VC merupakan struktur informasi yang tidak berubah selama transmisinya di dalam suatu path tertentu. Didalam POH terdapat byte-byte yang fungsinya memonitor dan mengendalikan container yang bersangkutan selama proses transmisi sinyal dari pengirim ke penerima. Virtual Container dibagi menjadi dua yaitu : Low Order Virtual Container (LO-VC), yaitu VC yang harus disusun lagi ke dalam VC yang lebih tinggi. High Order Virtual Container (HO-VC), yaitu VC yang langsung disusun ke dalam frame STM-1. VC bila ditambah TU Pointer akan membentuk Tributary Unit (TU). Tributary Unit (TU) TU merupakan bagian dari HO-VC semua VC kecuali VC-4 bisa digabungkan ke dalam satu VC yang lebih besar. Posisi VC yang kecil (LO-VC) di dalam VC lebih besar (HO-VC) sifatnya fleksibel. Untuk itu 10

diperlukan pointer. Isi TU adalah LO-VC + pointernya (TU-pointer). Jenis TU = TU-12 dan TU-3. Tributary Unit Group (TUG) Sebelum digabung ke dalam HO-VC, beberapa TU terlebih dahulu digabungkan menjadi satu (multiplexing byte-by-byte), dan sinyal gabungan ini dinamakan TUG. Ada dua jenis TUG, yaitu : TUG-2 dan TUG-3. Administrative Unit (AU) AU merupakan struktur informasi yang memberikan fungsi adaptasi antara high order path layer dan multiplex section layer. AU-Ptr menunjukkan posisi HO-VC di dalam AU, sedangkan AU sendiri merupakan bagian dari frame STM-1, dimana posisi HO-VC bersifat fleksibel. Administrative Unit Group (TUG) AUG bisa dikatakan STM-1 tanpa SOH. Beberapa AU disusun secara byte interleaved menjadi satu AUG. 2.1.3 Elemen Jaringan SDH Dalam Jaringan SDH terdapat beberapa elemen dasar yang didesain sedemikian rupa disesuaikan dengan fungsinya.spesifikasi dari struktur SDH sangat berpengaruh dalam spesifikasi elemen jaringan SDH dalam aplikasinya. Elemen dasar tersebut antara lain : 1. Terminal Multiplexer (TM) TM berfungsi untuk memultiplikasi sinyal-sinyal tributary ke dalam sinyal SDH, dan juga berfungsi sebagai interface antara sinyal PDH dan SDH. 2. Add Drop Multiplexer (ADM) ADM memiliki fungsi drop and insert, dimana sinyal tributari yang diturunkan dapat dimasukan sinyal tributari yang lain, sehingga kapasitas jalur utama 11

tetap optimum. Jika ADM dihubungkan dengan ADM lain maka akan terbentuk topologi ring. 3. Digital Cross Connect (DXC) DXC berfungsi untuk melakukan cross-connect terhadap sinyal-sinyal tributari dan melakukan switching tributari dengan bitrate yang berbeda-beda sesuai dengan jalur yang diinginkan. Jika DXC dihubungkan dengan DXC yang lain maka akan terbentuk topologi ring by ring. 4. Regenerator Regenerator memiliki tiga fungsi, yaitu retiming, regenerating dan reshaping (3R). Regenerator melakukan semua fungsi tersebut pada tingkat elektrik sehingga sinyal optik harus di ubah menjadi sinyal elektrik terlebih dahulu. 2.1.4 Arsitektur umum jaringan SDH Level yang paling tinggi, jaringan transport adalah n x STM-1 (n x 155 Mbps) yang dihubungkan secara bersilangan oleh peralatan DXC 4/4 (DXC). DXC ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi interkoneksi hubungan hubungan jalur kawatnya (hardwire) serta pemeliharaan rutin maupun troubleshooting-nya. Gambar 2.3 Arsitektur jaringan SDH 12

Jaringan akses SDH umumnya tersusun dalam ring ring STM-1. ADM 4/1 (Add and Drop Multiplexer) untuk mendemultiplek aliran STM- 1 ke aliran E1 atau memultiplek aliran E1 ke dalam aliran STM-1. Mengacu pada gambar 2.3 jaringan SDH dibagi menjadi 2 lapisan yaitu lapisan transport dan lapisan akses. Lapisan transport terdiri dari peralatanperalatan DXC yang berlokasi di sentral -sentral telepon serta koneksi koneksi kapasitas tinggi diantara sentral sentral telepon. Sedang lapisan akses terdiri dari peralatan ADM yang berlokasi di sentral sentral telepon / kabinet kabinet di jalanan yang merupakan penyedia lebar pita saluran bagi 2.2 Sistem Proteksi SDH Pada dasarnya istilah proteksi merupakan cara pengaturan dalam memindahkan trafik pada kanal utama ke kanal cadangan (back-up) ketika terjadi kegagalan transmisi pada jalur utamanya. Sistem proteksi merupakan cara untuk mengatasi suatu masalah yang terjadi pada jaringan backbone. Sistem proteksi pada SDH ini terdiri dari berbagai macam, dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan trafik, topologi jaringan maupun faktor pertimbangan ekonomis. Pada jaringan kabel optik sistem proteksi dapat diterapkan pada perangkat hardware atau dalam sistem multiplexernya. Selain itu dapat juga diterapkan pada saat pemasangan core, dimana untuk kabel main proteksi dapat diterapkan dengan membuat core proteksinya. Didalam jaringan kabel optik selain pada hardware sistem proteksi dapat juga diterapkan secara software dimana jaringan yang tersedia (existing) di buat jalur proteksinya melewati jalur optik yang lain, sehingga saat jalur utama terganggu maka koneksi yang melewati jalur tersebut tidak terganggu karena sudah memiliki proteksi melewati jalur yang optik yang lain. 13

Perangkat merupakan sebuah bentuk hardware dimana dalam proses pemakaiannya lama kelamaan akan dapat menimbulkan permasalahan tersendiri baik itu permasalahan yang berbentuk teknis ataupun non teknis. Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa sistem proteksi yang sudah biasa dipakai untuk memproteksi perangkat, yaitu : MSP (Multiple Section Protection) Sistem MSP merupakan sebuah sistem yang umumnya digunakan untuk memproteksi card atau modul yang ada dalam sebuah perangkat. SNCP (Subnetwork Connection Protection) Mekanisme proteksi ini merupakan proteksi yang dapat digunakan pada jaringan berbentuk ring. MS-SP Ring (Multiplex Section-Share Protection Ring) 2.2.1. Multiple Section Protection Pada sistem proteksi perangkat dikenal sistem proteksi MSP (Multiple Section Protection). Sistem MSP ini sudah menjadi salah satu kebutuhan penting pada sistem proteksi perangkat dimana sistem ini bekerja secara otomatis ketika sistem main failure atau bermasalah. Sistem Proteksi MSP (Multiple Section Protection) terbagi dua yaitu : MSP Linear (1+1) 1 to 1 card protection Pada proteksi MSP 1+1 berarti satu kanal digunakan sebagai main channel (working channel) yaitu kanal yang membawa trafik, sedang 1 kanal lagi digunakan sebagai protection channel yang hanya berfungsi sebagai kanal cadangan. Pada MSP 1+1, link pada bagian transmit selalu terhubung secara permanen dengan link transmit pada bagian proteksi, sehingga trafik ditransmisikan pada bagian main channel dan protection channel. Namun, pada sisi penerima terdapat selector yang akan memilih kanal yang mana trafik tersebut akan diterima. 14

Gambar 2.4 MSP 1+1 MSP non-linear (1+N), 1 to N card protection Sebuah card proteksi menjadi proteksi untuk N buah working card. Pada sistem ini memiliki kekurangan yaitu jika pada saat yang bersamaan terdapat dua card yang failure maka hanya satu card saja yang bisa diproteksi. Untuk menangani permasalahan seperti ini maka diperlukan kesiapan dari team provider maupun vendor dalam mempersiapkan spare card serta penggantiannya. Gambar 2.5 MSP 1+ n 2.2.2 SNCP (Subnetwork Connection Protection) Subnetwork Connection Protection (SNCP) dapat digunakan untuk proteksi sebagian dari link, misalnya pada satu link terdapat dua atau lebih segmen yang berbeda atau dapat digunakan pada satu link penuh transmisi. Mekanisme proteksi ini merupakan proteksi yang dapat digunakan pada jaringan berbentuk 15

ring, maupun untuk koneksi point to point. Dalam implementasinya baik dalam topologi ring maupun point to point, konfigurasi trafiknya dapat unidirectional (satu arah) maupun bidirectional (dua arah). Berbeda dengan MSP, apabila ada lebih dari dua titik yang akan mengimplementasikan SNCP, maka masing-masing span tidak saling mandiri. Misalnya terdapat tiga titik yaitu A, B dan C. Maka proteksi SNCP pada span antara A dan B (span AB), serta pada span antara B dan C (span BC) akan saling mengetahui. Apabila terjadi switch ke protection channel pada span AB maka span BC dapat mengetahui bahwa terjadi fail pada span AB, begitu pula sebaliknya bila terjadi fail di span BC, maka span AB akan mengetahuinya. Proses untuk melakukan switch pada SNCP tidak memerlukan protokol tertentu seperti pada MSP dan MS-SPRing, namun cukup berdasarkan Alarm Indication Signal (AIS) yang diterimanya. Trafik dikirimkan melalui dua jalur, yaitu east dan west dimana salah satunya dipilih sebagai main channel dan yang satunya lagi sebagai protection channel, seperti yang terlihat pada gambar 2.6 (a). Pada bagian penerima terdapat selector untuk memilih dari kanal mana trafik akan diterima, apabila terjadi kerusakan pada kanal utama, maka selector akan berpindah untuk menerima trafik dari kanal proteksi. Sistem switching SNCP terdiri atas dua macam, yaitu single-ended switching dan dual-ended switching. Sistem single-ended ini mirip dengan sistem proteksi unidirectional pada MSP, yaitu apabila ada salah satu link pada main channel putus, maka hanya link tersebut yang akan pindah ke link proteksi, sedangkan link satunya yang tidak mengalami gangguan tidak akan pindah ke link proteksi. Sistem dual ended switch mirip dengan bidirectional switching pada MSP, apabila terjadi gangguan pada salah satu link pada main channel, maka kedua link pada main channel akan berpindah ke link proteksi, untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada gambar 2.6 (c) dan 2.6 (d). 16

17

Gambar 2.6 Single-ended dan dual-ended switching pada SNCP Disamping kelebihannya karena proses switch SNCP yang cukup simpel, SNCP mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding MSP, yaitu : a. Selain menggunakan media transmisi yang sama, SNCP juga dapat dilewatkan pada media transmisi yang berbeda, misalnya main channel menggunakan serat optik dan protection channel menggunakan microwave link. Sedangkan pada MSP, main channel dan protection channel harus dilewatkan pada media transmisi yang sama, yaitu serat optik. b. Kedua buah link, main channel dan protection channel, dapat menggunakan kapasitas yang berbeda. Misalnya main channel menggunakan serat optik berkapasitas STM-4, dan sebagai protection channel digunakan microwave link berkapasitas STM-1. Sedangkan pada MSP, main channel dan protection channel harus menggunakan link yang mempunyai kapasitas sama. Walaupun proteksi SNCP cukup handal, namun apabila digunakan dalam konfigurasi ring dengan kebutuhan trafik yang besar, SNCP mempunyai kendala yaitu keterbatasan jumlah kanal, karena itu untuk kebutuhan trafik yang besar (STM-16) dalam konfigurasi ring, digunakan sistem proteksi MS-SP Ring. 18

2.2.3 Multiplex Section-Share Protection (MS-SP Ring) MS-SP Ring digunakan pada jaringan bertopologi ring dan berfungsi memproteksi traffic pada sinyal aggregate dari backbone jaringan transmisi SDH (biasanya proteksi ini digunakan minimum pada level STM-16), dan menjadi pilihan utama sebagai sistem proteksi untuk jaringan-jaringan utama dalam transmisi SDH. Setiap node pada arsitektur MS-SP Ring memerlukan penamaan atau penomoran dan sesuai dengan rekomendasi ITU-T G.841 jumlah maksimal node pada konfigurasi MS-SP Ring adalah 16. Tiap node diberi nomor yang berbeda antara 0 sampai 15 dan tidak boleh berurutan, antara node-node yang bersebelahan dapat saja secara acak. Gambar 2.7 menggambarkan contoh konfigurasi dan penomoran node pada ring SDH. Gambar 2.7 Penomoran node-node pada ring SDH Pada tiap span, misalnya rentang antara node N dan D, byte-byte APS ditransmisikan secara dua arah. Pada sistem MS-SP Ring dua serat, tiap serat optik akan melewatkan protokol APS, berupa byte-byte APS. Protokol APS pada kedua serat aktif, karena pada tiap serat terdapat working channel dan protection channel. Pada tiap span, misalnya rentang antara node D dan N, byte-byte APS ditransmisikan secara dua arah. Pada sistem MS-SP Ring dua serat, tiap serat 19

optik akan melewatkan protokol APS, berupa APS. Protokol APS pasa kedua serat aktif, karena pada tiap serat terdapat working channel dan protection channel. Sedangkan pada MS-SP Ring empat serat, protokol APS hanya aktif pada dua serat optik yang mengangkut protection channel sedangkan pada working channel protokol APS serat tidak aktif. 2.2.3.1 MS-SP Ring Dua Serat Pada MS-SP Ring dua serat, tiap span pada ring SDH hanya memerlukan dua buah serat. Pada tiap serat, setengah dari kanal yang tersedia digunakan sebagai working channel, sedangkan setengah lagi dialokasikan sebagai protection channel. Misalnya suatu serat mempunyai kapasitas STM-16, maka trafik yang dilalukan hanya 8 AU-4, sedangkan 8 kanal dipergunakan untuk proteksi. Working channel pada tiap serat akan diproteksi oleh protection channel, dan mempunyai arah yang berlawanan dengan working channel tersebut. Hal ini memungkinkan working channel menghantarkan traffic pada dua arah yang berbeda (bidirectional). Gambar 2.8 menjelaskan bagaimana arsitektur dan pembagian kanal pada sistem proteksi MS-SPRing dua serat. 20

Gambar 2.8 MS-SPRing dua serat Dari gambar 2.8 di atas dapat dilihat bahwa pada MS-SP Ring dua serat, masing-masing serat membawa working channel, protection channel dan byte-byte SOH. Serat yang digunakan untuk incoming dan outgoing tributari menggunakan serat yang berbeda, karena arah trafik yang dihantarkan berbeda. Apabila terjadi ring switch, maka trafik pada time slot yang membawa working channel akan dialihkan ke time slot yang membawa protection channel, yang mempunyai arah rambat yang berlawanan. Misalnya pada tiap span terdapat N buah AU-4, maka AU-4 dengan nomor 1 s.d. N/2 akan berperan sebagai working channel, sedangkan AU-4 dengan nomor (N/2)+1 s.d. N akan berperan sebagai 21

protection channel. Protection channel yang menjadi cadangan working channel sudah disusun menurut aturan tertentu, misalnya working channel 1akan diproteksi oleh protection channel (N/2)+1, dan working channel 2 akan diproteksi oleh protection channel (N/2)+2 dan seterusnya. Selama ring switch, working channel yang arahnya menuju bagian dari jaringan yang gagal (failed span) akan dipindahkan ke protection channel pada node terdekat dengan failed span tersebut. Trafik yang dilewatkan pada protection channel, mempunyai arah yang berlawanan dengan trafik pada working channel semula, menjauhi failed span tersebut. Trafik yang dipindahkan ke protection channel, akan mengelilingi jaringan ring menuju node yang menjadi tujuannya. Secara lengkap proses ini dapat dilihat pada gambar 2.9. Gambar 2.9 Proses switching MS-SP Ring dua serat Proses yang terjadi pada gambar 2.9 (a) dan 2.9 (b) dapat dijelaskan sebagai berikut : pada kondisi normal trafik dari A ke B maupun dari B 22

ke A, dilewatkan melalui link A-B, begitu pula untuk trafik antara B-C dilewatkan link B-C, dan trafik antara A-C dilewatkan melalui link A-C. Kapasitas trafik pada tiap link adalah STM-4, sehingga trafik yang dilewatkan pada masingmasing link adalah 2 AU-4 dan kanal sisanya dipergunakan untuk proteksi. Saat terjadi failed pada link A-B yang membuat hubungan antara A dengan B terputus, multiplexer A, B, dan C mampu mendeteksi adanya failed pada link A-B, kemudian multiplexer A akan membuat hubungan (bridge) ke kanal proteksi 2 AU-4 cadangan untuk selanjutnya trafik akan dilewatkan melalui link A-C dengan menggunakan kanal proteksi. Multiplexer C yang mendeteksi adanya failed tersebut melalui byte-byte APS yang diterimanya, akan melakukan switch pada kanal proteksinya sehingga membuat hubungan pass-trough pada level tributary untuk meneruskan trafik dari A menuju B ataupun sebaliknya. Multiplexer B yang juga mendeteksi adanya failed pada link A-B akan melakukan switch ke kanal proteksi untuk menerima trafik A, begitu pula sebaliknya untuk trafik yang akan dikirim dari C menuju A. 2.2.3.2 MS-SP Ring Empat Serat MS-SP Ring empat serat membutuhkan empat buah serat optik pada masing-masing span pada ring SDH. Working channel dan protection channel pada MS-SP Ring empat serat ini dibawa oleh serat yang berbeda. Dua untai serat optik membawa working channel, untuk masing-masing incoming dan outgoing tributari yang mempunyai arah rambat berlawanan, dan dua untai serat optik membawa protection channel dengan konfigurasi yang sama dengan working channel. Byte-byte SOH diberikan pada masing - masing serat optik, baik untuk working channel maupun protection channel, karena keduanya tidak berada dalam satu serat optik. MS-SP Ring empat serat dapat mendukung ring switching maupun span switching, meskipun tidak bersama-sama. Span switching dapat terjadi, karena protection channel pada suatu span hanya digunakan untuk memproteksi working channel pada span tersebut. Span switching amat berguna untuk 23

mengatasi gangguan-gangguan yang hanya menyebabkan working channel pada suatu span gagal beroperasi, misalnya putusnya serat optik pada working channel saja, dan kegagalan pada komponen elektrik di working channel. MS-SP Ring empat serat dapat dikonfigurasi ring switching tidak usah dijalankan, hanya menjalankan span switching (multiple span). Hal ini dapat terjadi karena pada perancangan awal, biasanya sebuah span antara dua node dapat berdiri sendiri atau dapat diisolasi dari span yang lain. Konfigurasi ini menambah pilihan mode operasi yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Arsitektur dan pembagian kanal dari MS-SPRing empat serat dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut ini. 24

Gambar 2.10 MS-SP Ring empat serat 25