Application of ARIMA Models

dokumen-dokumen yang mirip
ARIMA and Forecasting

BAB 2 LANDASAN TEORI

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

Time series Linier Models

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Metode Box - Jenkins (ARIMA)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

BAB II LANDASAN TEORI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

Metode Deret Berkala Box Jenkins

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Dasar dalam Runtun Waktu

TREND ANALYSIS INFANT MORTALITY RATE DENGAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

Seasonal ARIMA adalah model ARIMA yang mengandung faktor musiman.

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales (Revisi)

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

PEMODELAN ARIMA DAN DETEKSI OUTLIER DATA CURAH HUJAN SEBAGAI EVALUASI SISTEM RADIO GELOMBANG MILIMETER

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

PEMODELAN ARIMA DAN DETEKSI OUTLIER DATA CURAH HUJAN SEBAGAI EVALUASI SISTEM RADIO GELOMBANG MILIMETER

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

Introduction to Stochastic Time Series Models

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

Penerapan Model ARIMA

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu proses, mencari kebenaran dan menghasilkan kebenaran.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

Metode Variasi Kalender untuk Meramalkan Banyaknya Penumpang Kereta Api

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

4 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI. lebih dikenal dengan metode Box-Jenkins adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

Spesifikasi Model. a. ACF

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber tetap yang terjadinya berdasarkan indeks waktu t secara

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

BAB III PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL VAR PADA PERAMALAN VOLUME PENJUALAN DAN HARGA INTI SAWIT

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

ANALISIS INTERVENSI FUNGSI STEP

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

SEASONAL ARIMA Arum Handini Primandari

KETERKAITAN ANTARA NILAI RATA-RATA DAN NILAI KONSTAN DALAM PEMODELAN RUNTUN WAKTU BOX-JENKINS

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.Si. ABSTRAK

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 8, Nomor 1, Mei 2017 ISSN

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-249

Pemodelan ARIMA Jumlah Pencapaian Peserta KB Baru IUD

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA NILAI TUKAR MATA UANG DOLLAR AMERIKA TERHADAP YEN JEPANG DAN EURO TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM ARCH, GARCH DAN TARCH

Penerapan Model ARIMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAJIAN TEORI. atau yang mewakili suatu himpunan data. Menurut Supranoto (2001:14) Rata rata (μ) dari distribusi probabilitas

III. METODE PENELITIAN

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-300

MODEL TERBAIK ARIMA DAN WINTER PADA PERAMALAN DATA SAHAM BANK

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH

Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode

OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA)

Transkripsi:

Application of ARIMA Models We have learned how to model using ARIMA Stages: 1. Verify whether the data we are analyzing is a stationary data using ACF or other methods 2. If the data is not stationer, make them stationer by differencing up to d times until stationer. 3. If the data is stasioner determine p, order of AR, and q, order of MA, using PACF and ACF, respectively. Spike on PACF indicates order of p; while spike on ACF indicates order of q

4. Estimate ARIMA (p,d,q). 5. Diagnostic Test: check whether the residual is a white noise. 6. Make a forecast based on a verified model.

Tes Diagnostik dengan Statistik Q Pada intinya, tes diagnostik ingin menguji apakah residual dari ARIMA (p,d,q) merupakan white noise atau tidak. Untuk melihat residual ini ada beberapa cara. Salah satu cara yang digunakan pada diskusi yang lalu adalah melalui korelogram ACF dan PACF. Bila ACF dan PACF semuanya kecil dan terletak diantara interval yang telah ditentukan, dapat dikatakan bahwa residualnya merupakan white noise. Cara lain untuk menentukan apakah residual dari suatu model merupakan white noise adalah dengan menggunakan statistik Q yang ditawarkan oleh Box dan Pierce sebagai berikut: Q = T Σ r 2 k χ2 k-p-q

Pada intinya, bila Q terhitung lebih besar dari χ 2 k-p-q, 5% kita yakin dengan 95% bahwa tidak semua ρ k = 0. Bila ini terjadi; berarti residualnya tidak merupakan white noise. Komentar (i). r k N(0, 1/T) (ii). Q χ 2 k-p-q ; k: banyaknya residual p: orde AR, q: orde MA

Ilustrasi Misalkan series yang sudah stasioner, w t, di identifikasi sebagai ARMA (1,1). Bila Q dihitung sebesar 31.5 dengan K = 20 maka berdasarkan tabel χ 2 dengan kepercayaan 95% dan degrees of freedom 18 (=20-1-1) diperoleh angka 28.9. Dengan demikian, Q terhitung > χ 2 18. Akibatnya, hipotesis yang mengatakan bahwa semua ρ k = 0 ditolak yang berarti residualnya tidak berupa white noise. Karena residual dari ARMA (1,1) tidak merupakan white noise, modelnya dicoba lagi dengan ARMA (2,2) yaitu model dengan orde yang lebih tinggi Dengan tes Q dicoba dihitung dan besarnya 22.0 dengan K=20. Berdasarkan tabel χ 2 16 dengan kepercayaan 95% dan degrees of freedom 20-2-2=16 diperoleh angka sebesar 23.5. Tes ini menunjukkan bahwa tidak ada alasan untuk menolak hipotesis yang mengatakan bahwa semua ρ k = 0. Dengan perkataan lain, residual dari ARMA (2,2) sudah merupakan white noise yang berarti kita tak perlu mencoba mencari model ARIMA yang lain.

Komentar 1. Dalam menentukan model ARIMA, adakalanya, ada beberapa model yang berbeda yang semuanya lolos tes diagnostik. 2. Bila hal ini terjadi, model yang terbaik dapat dipilih dengan membandingkan data simulasi (yang dibentuk dari model) dengan data asli. Model yang menghasilkan RMS terkecil yang dipilih RMS = { Σ (y ts -y ta ) 2 / T} 1/2 T: banyaknya periode; y ts : nilai ramalan y t ; y ta : nilai aktual.

Model ARIMA Interest Rate AS:1960-1996 Ingat data Interest Rate AS yang dibahas pada kuliah terdahulu. Data tersebut tidak stasioner berdasarkan fluktuasi interest rate yang tergambar pada Gambar 16.7 dan berdasarkan korelogram ACF pada Gambar 16.8. Setelah dilakukan pembedaan satu kali, datanya sudah stasioner seperti yang terlihat pada Gambar 16.9 dan korelogram pada Gambar 16.10. Oleh karenanya, model ARIMA yang dapat ditawarkan adalah ARIMA (p,1,q). Tahap berikutnya adalah mencoba menduga berapa besar p dan q dengan bantuan ACF. Dari gambar ACF, tidak begitu jelas berapa besar p dan q. Tetapi ada indikasi bahwa ACF tidak segera menuju nol meskipun pada lag/jeda yang agak besar. Akan dicoba memodel data tersebut dengan ARIMA (2,1,2), ARIMA (4,1,4), ARIMA (8,1,2), ARIMA (8,1,4) dan ARIMA (8,1,6)?.

Pendekatan dengan ARIMA (2,1,2): Model umum: (1 - φ 1 B - φ 2 B 2 ) Δy t = δ + (1 - θ 1 B - θ 2 B 2 ) e t Setelah diestimasi, diperoleh: (1-0.5590B -0.1366B 2 ) Δy t = 0.00446 + (1-0.2338B 0.4721B 2 )e t R 2 = 0.120, χ 2 36-2-2 = 120.36 (terhitung). Sedangkan berdasarkan tabel χ 2 32 dengan 95% kepercayaan, angkanya sekitar 46; dengan demikian hipotesis yang mengatakan bahwa residual dari ARIMA (2,1,2) berupa white noise ditolak. Berarti kita perlu coba lagi dengan ARIMA dengan orde yang lebih tinggi lagi.

Komentar R 2 sangat kecil. Apakah ini merupakan indikasi model yang kurang bagus? R 2 menggambarkan kedekatan antara regresor dan regresand. Dalam hal ini, regresor merupakan perubahan interest rate tiga bulanan. Pendekatan dengan ARIMA (4,1,4): Modelnya setelah diestimasi diperoleh: (1-0.6648 B + 0.5871 B 2-0.3981 B 3-0.4365 B 4 ) Δy t = 0.00360 + (1-0.3453 B + 0.2755 B 2 0.1833 B 3 0.7130 B 4 ) e t R 2 = 1.81; χ 2 36-4-4 = 80.42 ( terhitung)

Sedangkan berdasarkan tabel χ 2 28 dengan 95% kepercayaan, sekitar 41; dengan demikian hipotesis yang mengatakan bahwa residual dari ARIMA (4,1,4) berupa white noise ditolak. Berarti kita perlu mencoba lagi dengan ARIMA yang ordenya lebih tinggi lagi. Pendekatan dengan ARIMA (8,1,2): (1-0.8370 B + 0.7152 B 2 0.2286 B 3 + 0.1830 B 4 0.1972 B 5 + 0.3275 B 6 0.0867 B 7 0.0635 B 8 ) Δy t = 0.00133 + (1-0.5106 B + 0.3764 B 2 )e t R 2 =0.205 ; χ 2 36-8-2 =57.22 (terhitung). Berdasarkan tabel χ 2 26 dengan 95% kepercayaan, sekitar 39. Ini berarti hipotesis yang mengatakan residualnya merupakan white noise masih ditolak. Artinya, masih harus mencari model dengan orde yang lebih tinggi lagi.

Pendekatan dengan ARIMA (8,1,4) (1-0.4564 B + 0.7676 B 2 0.3146 B 3 + 0.7932 B 4-0.3351 B 5 + 0.3661 B 6 + 0.0172 B 7 0.0367 B 8 ) Δy t = 0.00167 + (1 0.1142 B + 0.5613 B 2-0.1381 B 3 + 0.6309 B 4 ) e t R 2 = 0.228; χ 2 36-8-4 = 47.18 (terhitung). Tabel χ 2 24 = 36.42. Sekali lagi, hipotesisnya masih ditolak. Maka masih harus mencari model yang lebih baik. Pendekatan dengan ARIMA (8,1,6) R 2 = 0.231; χ 2 36-8-6 = 46.87 (terhitung) Tabel χ 2 22 = 34. Hipotesis masih ditolak, Cari model yang lebih baik lagi. Sampai kapan?

Komentar 1. Dengan menambah orde MA dari 4 ke 6 tidak menambah statistik Q atau χ 2 terhitung secara signifikan. Tetapi, degrees of freedom turun dua. Dapat dikatakan dengan menambah orde MA dua tingkat, tidak memperbaiki model. 2. Meskipun pada ARIMA (8,1,4) residualnya belum merupakan white noise, tetapi dengan peningkatan orde MA tidak menjadi lebih baik, kita berhenti mengeksplorasi model ARIMA dan mendekati model tersebut dengan ARIMA (8,1,4). Dengan kata lain, ARIMA (8,1,4) merupakan model yang terbaik yang tereksplorasi.

Model ARIMA data musiman Bila data time series bulanan y t menunjukkan adanya pola musiman tahunan, series tersebut dicurigai adanya suatu korelasi pada lag/jeda tertentu. Dicurigai antara y t dan y t-12 berkorelasi; begitu juga antara y dan y t t-24 dan seterusnya. Autokorelasi ini bisa ditangkap pada korelogram ACF. Bila memang ada pola musiman tahunan pada suatu data time series, ACF akan menunjukkan adanya gejolak pada lag k = 12, 24, 36, 48 dan seterusnya. Bagaimana menghilangkan efek musiman ini? Data berikut ini merupakan data suatu produksi pertanian di AS yang dikumpulkan secara bulanan dari Januari 1962 sampai dengan Desember 1971. Pergerakan tingkat produksi bulanan ini dapat terlihat pada Gambar 16.14. Setelah melihat pola dari korelogram ACF, terlihat bahwa data tersebut menunjukkan adanya pola musiman tahunan. Gambar 16.15 memperlihatkan bahwa lag k =12, 24 dan 36 terdapat gejolak yang berarti ada korelasi antara y t dan y t-12 ; y t dan y t-24 serta antara y t dan y t-36.

Korelasi tahunan ini dapat dihilangkan dengan melakukan transformasi z t = y t -y t-12. Series z t akan tidak menunjukkan adanya pola musiman lagi seperti yang terlihat pada korelogram ACF pada Gambar 16.16. Apakah z t sudah stasioner? Dari korelogrammya, kelihatannya datanya belum stasioner. Oleh karenanya perlu di stasionerkan dengan pembedaan satu kali dengan cara w t = Δz t = Δ(y t -y t-12 ). Dari Gambar 16.17 tampak bahwa ACF turun secara cepat dan nilainya tetap kecil. Dengan demikian, series w t sudah stasioner dan sudah tidak mencerminkan adanya pola musiman. Bagaimana menentukan p,d,q dari model ARIMA (p,d,q) untuk data tersebut?

Perhatikan kembali proses penghilangan pola musiman: z t = y t y t-12 = y t B 12 y t = (1 B 12 ) y t Sedangkan proses stasioneritasnya adalah: w t = Δz t = z t -z t-1 = z t -Bz t = (1-B) z t = (1-B)(1-B 12 ) y t Dengan demikian, hubungan antara series yang stasioner dengan series aslinya (yang masih ada pola musimannya) adalah: w t = (1-B)(1-B 12 )y t. Permasalahannya yang tinggal sekarang adalah menentukan p dan q dari series w t yang dimodel dengan ARMA (p,q).

Dengan mencermati korelogram dari w t yang ada pada Gambar 16.17 diduga (dengan suatu educated guess) bahwa pola ACF mengikuti AR(3) sehingga model yang ditawarkan adalah sebagai berikut: (1 - φ 1 B - φ 2 B 2 - φ 3 B 3 ) (1-B)(1-B 12 ) y t = e t Setelah model tersebut diestimasi, diperoleh: (1 + 0.6681 B + 0.2015 B 2 0.1298 B 3 ) (1-B)(1-B 12 ) y t = 0.0014 + e t R 2 = 0.365; χ 2 20-3 = 12.83 (terhitung) Berdasarkan tabel χ 2 17 dengan 95% kepercayaan, nilainya sekitar 28. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk menolak hipotesis bahwa residualnya merupakan white noise yang artinya modelnya sudah cocok dengan datanya.

Jika suatu data time series dicoba dengan suatu model ARIMA dan ternyata cocok; apakah tidak mungkin ada model ARIMA lain yang juga cocok? Cocok dalam artian residual dari model ARIMA terpilih merupakan white noise. Bagaimana kalau data tersebut dicoba didekati dengan model ARIMA yang ada pengaruh MA nya. Misalnya saja didekati dengan ARIMA (3,1,2) dengan efek musiman tahunan dengan model berikut: (1 - φ 1 B - φ 2 B 2 - φ 3 B 3 ) (1-B)(1-B 12 ) y t = δ + (1 - θ 1 B - θ 2 B 2 ) e t

Setelah diestimasi, diperoleh persamaan: (1 + 0.6626 B + 0.3945 B 2-0.179 B 3 ) (1-B) (1-B 12 ) y t = 0.0015 + (1 + 0.0168 B 0.2191 B 2 )e t R 2 = 0.349 dan χ 2 20-5 = 13.03 ( terhitung) Dari tabel χ 2 15 dengan kepercayaan 95% diperoleh angka 25. Berdasarkan tes Box-Pierce, tidak ada alasan untuk menolak hipotesis yang menyatakan bahwa residualnya berupa white noise. Akibatnya, model ini juga cocok untuk memodel produksi bulanan tersebut yang mempunyai pola musiman tahunan. Pertanyaannya sekarang adalah dari dua model yang cocok tersebut mana yang kita pilih dan yang mana yang lebih baik?

The end of the lesson Created by Nachrowi D. Nachrowi