ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL PEMBINAAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT USING

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PERTUNJUKAN SENI BUDAYA TRADISIONAL SUKU USING DI DESA WISATA KEMIREN BANYUWANGI

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI

MAKNA UPACARA RITUAL SESAJI BAGI MASYARAKAT SEKITAR GUNUNG KELUD THE MEANING OF RITUAL SESAJI OFFERING CEREMONY FOR THE PEOPLE AROUND MOUNT KELUD

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Jawa Barat. Kampung Adat Pulo memilki karakteristik yang unik yang

Model Inovasi Motif dan Produk Dalam Membangun Sentra Industri Batik Berbasis Kreativitas Pada Pengrajin Batik Gedhog di Kabupaten Tuban

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

MODEL KARAKTERISTIK DESA WISATA USING MELALUI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DAN REVITALISASI BUDAYA DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DESA

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ARIF RAMDAN, 2014

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRACT & EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. Ritual Kejiman:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

NGOPI SEPULUH EWU. Ide festival ini terinspirasi dari kebiasaan minum kopi warga Kemiren, yakni tradisi ngopi bareng.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MODAL SOSIAL SUKU OSING DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA ADAT KEMIREN DI BANYUWANGI

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

STUDI SEGMENTASI PASAR DAN PENILAIAN ATRAKSI SEBAGAI MASUKAN BAGI PENINGKATAN ATRAKSI TAMAN WISATA BUDAYA JAWA TENGAH PURI MAEROKOCO TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

Hotel Wisata Etnik di Palangka Raya

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

RENCANA KERJA Tahun 2016

PENGEMBANGAN DESA WISATA BUDAYA PRAJEKAN KIDUL KECAMATAN PRAJEKAN KABUPATEN BONDOWOSO SEBAGAI DAYA TARIK WISATA UNGGULAN DI KABUPATEN BONDOWOSO

B. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

TARI SERAMPANG DUA BELAS WARISAN ASLI BUDAYA MELAYU SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI SUMATERA UTARA

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra. Sri Yuniati, M.Si NIDN 0026056305 Suyani Indriastuti, S.Sos., M.Si NIDN 0005017703 Drs. Agung Purwanto, M.Si NIDN 0022016805 UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2013 Didanai DIPA Universitas Jember Tahun Anggaran 2013 Nomor: DIPA-023.04.2.4.414995/2013 tanggal 5 Desember 2012, Revisi ke-02 tanggal 1 Mei 2013

MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Peneliti : Sri Yuniati, Suyani Indriastuti, Agung Purwanto 1 Mahasiswa Terlibat : Mohammad Taufan, Gely Dwi Marta 2 Sumber Dana : DIPA Universitas Jember 1 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Universitas Jember 2 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Universitas Jember ABSTRAK Suku Using merupakan penduduk asli Banyuwangi. Mereka memiliki budaya yang unik sebagai bentuk kearifan lokal. Potensi ini apabila dikembangkan dapat menunjang produktivitas masyarakat. Di sinilah dibutuhkan peran lembaga sosial sebagai sarana dalam mendukung dan meningkatkan produktivitas ekonomi masyarakat suku Using. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui peran lembaga sosial dalam meningkatkan produktivitas masyarakat suku Using dan menyusun model pengembangan peran lembaga sosial dalam peningkatan produktivitas masyarakat suku Using berbasis kearifan lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan. Data dikumpulkan dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan analisis domain dan taksonomis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal masyarakat Using bersumber pada budaya. Peran lembaga sosial dalam hal ini lembaga seni dalam meningkatkan produktivitas adalah melalui pengembangan sumberdaya manusia, penyediaan sarana dan prasarana, serta peningkatan kuantitas pertunjukan. Peningkatan produktivitas memberi dampak pada peningkatan pendapatan khususnya pada anggota lembaga seni dan secara umum juga berdampak pada berkembangnya homestay dan industri kuliner khas Using sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Using. Kata kunci: Suku Using, Peran, Lembaga Sosial, Produktivitas, Kearifan Lokal

MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Peneliti : Sri Yuniati, Suyani Indriastuti, Agung Purwanto 1 Mahasiswa Terlibat : Mohammad Taufan, Gely Dwi Marta 2 Sumber Dana : DIPA Universitas Jember Kontak Email : s.yuniati@rocketmail.com Diseminasi (jika ada) : belum ada 1 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Universitas Jember 2 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Universitas Jember EXECUTIVE SUMMARY Suku Using adalah salah satu suku yang berada dan tinggal di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Suku Using dianggap sebagai penduduk asli Banyuwangi atau disebut wong Blambangan. Keberadaan suku Using menjadi icon tersendiri bagi Kabupaten Banyuwangi mengingat budaya yang dimilikinya. Dari sisi agama, masyarakat suku Using menganut agama Islam dan Hindu sehingga dalam praktek keseharian terdapat percampuran antara ajaran Islam dan Hindu. Sebagian masyarakat suku Using juga ada yang menganut aliran kepercayaan. Mereka masih percaya dengan hal-hal yang bersifat ghaib atau roh halus. Oleh karenanya, suku Using selalu melakukan ritual sesajen dan upacara adat untuk menghormati hal-hal yang bersifat ghaib dan arwah leluhur mereka. Tradisi tersebut tetap dilakukan hingga saat ini dan tercermin dalam berbagai hajatan seperti perkawinan, upacara adat, khitanan, atau hajatan lain. Menilik sejarahnya, masyarakat Using merupakan masyarakat keturunan Majapahit yang lari ke arah timur di akhir masa kejayaan kerajaan Majapahit. Pengalaman sejarah yang traumatik sebagai pelarian menyebabkan mereka suka tinggal berkelompok dan mengembangkan falsafah mangan ora mangan kumpul. Mereka memiliki karakter bertahan yang kuat, hal tersebut terlihat dari masih

eksisnya tradisi budaya yang telah berumur ratusan tahun. Menurut Ayu Sutarto (2003), masyarakat Using dikenal memiliki citra positif yang membuatnya dikenal luas dan dianggap sebagai aset budaya yang produktif, yaitu: 1) ahli bercocok tanam; 2) memiliki tradisi kesenian yang handal; 3) sangat egaliter; 4) terbuka terhadap perubahan (sinkretis), artinya mereka tidak kaku terhadap masuknya budaya baru. Ini terbukti dengan adanya akulturasi agama dan budaya di masyarakat Using. Masyarakat suku Using memiliki keragaman budaya seni yang relatif unik Menurut Rahayu dan Hariyanto (2008:4), struktur dan pola kesenian Using berkembang dengan ciri-ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan kebudayaan etnis non Using lainnya. Perkembangan kebudayaan Using itu antara lain dihasilkan dari pola pewarisan kebudayaan Blambangan, juga karena faktor akulturasi budaya dengan kebudayaan non Using lainnya. Hal tersebut dimungkinkan terjadi mengingat sejarah perkembangan peradaban Using yang terbentuk oleh faktor-faktor sosio kultural yang ada di Banyuwangi antara lain keadaan alam yang sulit. Kesenian pada masyarakat suku Using merupakan produk adat yang mempunyai relasi dengan nilai religi dan pola mata pencaharian di bidang pertanian. Keragaman budaya seni masyarakat Using sangat dekat dengan unsur-unsur magis, berupa mantra yang mengandung doa-doa yang sakral dan mengandung kekuatan ghaib (Saputra, 2007:10) seperti Gandrung, Barong, Seblang, Janger. Kebudayaan tersebut bukanlah kesenian semata-mata, melainkan mengandung makna ritual kepercayaan. Masyarakat setempat meyakini bahwa atraksi kesenian maupun upacara ritual lainnya merupakan bentuk syukur terhadap Yang Maha Kuasa dan doa atau permohonan berkah, keselamatan dan kelancaran kehidupan mereka. Kesenian juga tidak terlepas dari pola mata pencaharian mereka sebagai petani. Ketika mereka menjalankan fungsi pengelolaan pertanian selalu disertai dengan upacara ritual dan kesenian. Hal ini membentuk kearifan lokal yang tetap dipertahankan sampai sekarang. Potensi budaya yang dimiliki masyarakat Using merupakan aset yang dapat menjadi sumber pembangunan ekonomi masyarakat Using. Karena potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sektor pariwisata, khususnya wisata budaya. Hal ini akan membawa manfaat yang besar bagi pengembangan produktivitas ekonomi masyarakat Using. Ada spill over effect terhadap

perekonomian masyarakat Using dari potensi wisata tersebut. Misalnya dengan pengembangan pariwisata, maka masyarakat Using akan menikmati keuntungan dari membuka warung, homestay dan guide. Namun demikian, pemanfaatan potensi tersebut belum merata dan belum dirasakan oleh semua masyarakat Using. Untuk menunjang pembangunan pariwisata dan ekonomi masyarakat dibutuhkan peran dari lembaga-lembaga sosial. Lembaga sosial merupakan asosiasi yang didalamnya terdapat norma dan aturan yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat. Sebagai asosiasi, lembaga sosial dapat berperan sebagai sarana dalam mendukung dan mengembangkan produktivitas masyarakat, termasuk masyarakat suku Using. Namun peran lembaga sosial masih terbatas dalam meningkatkan produktivitas masyarakat Using. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran lembaga sosial dalam meningkatkan produktivitas masyarakat suku Using dan menyusun model pengembangan peran lembaga sosial dalam peningkatan produktivitas masyarakat Using dengan berbasis pada kearifan lokal. Metode penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode Action Research (penelitian tindakan). Lokasi penelitian adalah di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Subyek penelitian, yaitu tokoh masyarakat Using, lembaga-lembaga sosial, pemerintahan desa, dan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan topik penelitian. Metode penentuan informan penelitian menggunakan metode purposive sampling dan teknik snowball sampling. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, diskusi dan teknik dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis domain dan taksonomis. Analisis domain digunakan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti. Selanjutnya dilakukan analisis taksonomis terhadap keseluruhan data yang terkumpul dengan mengacu pada domain yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam masyarakat Using terdapat beberapa bentuk lembaga sosial namun diantara lembaga sosial tersebut hanya lembaga seni yang berkaitan dengan nilai-nilai kearifan lokal. Lembaga seni ini berperan dalam meningkatkan produktivitas masyarakat Using. Menurut Sinungan (2003:61), peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor manusia, proses, produk, dan lingkungan. Dari keempat faktor tersebut, lembaga seni

berperan pada pengembangan sumberdaya manusia (faktor manusia), penyediaan sarana prasarana (faktor proses), dan pengelolaan pertunjukan seni (faktor produk). Sementara faktor lingkungan yaitu membentuk jaringan kerjasama belum dilakukan oleh lembaga seni. Bagan berikut ini menggambarkan model pengembangan peran lembaga sosial untuk meningkatkan produktivitas masyarakat Using. Gambar Model Pengembangan Peran Lembaga Sosial Pada Peningkatan Produktivitas Masyarakat Using Berbasis Kearifan Lokal PRODUKTIVITAS Pada bagan tersebut digambarkan bahwa kearifan lokal berada di tengah faktor-faktor produktivitas karena kearifan lokal inilah yang mendasari pengembangan produktivitas. Posisi lembaga sosial digambarkan berada dalam setiap garis penghubung faktor produktivitas dan kearifan lokal. Hal ini

mencerminkan bahwa lembaga sosial berperan untuk meningkatkan kualitas faktorfaktor produktivitas tersebut dengan berdasar pada kearifan lokal. Lembaga sosial me-manage faktor-faktor tersebut sebagai sebuah sistem yang saling berpengaruh dan menghasilkan produktivitas. Berdasarkan model pengembangan peran di atas maka dapat disusun kerangka kerja peran lembaga sosial dalam optimalisasi faktor-faktor produktivitas. Tabel Kerangka Kerja Peran Lembaga Sosial KEARIFAN LOKAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM OPTIMALISASI FAKTOR-FAKTOR PRODUKTIVITAS SDM PROSES PRODUK LINGKUNGAN kualitas pendidikan keahlian dengan cara melakukan latihan secara intensif dan reguler sikap kecintaan dan rasa memiliki terhadap budaya/ kearifan lokal Melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan penggunaan teknologi modern untuk mendukung produktivitas komunikasi yang baik, termasuk pubikasi dan promosi yang memadai Mematangkan rancangan pertunjukan kualitas pertunjukan seni/ budaya kuantitas pertunjukkan kerjasama tim Menjaga dan meningkatkan kondisi perekonomian/ keuangan Menjaga hubungan baik dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait baik pada level lokal, regional, nasional maupun internasional ASPEK MANAJERIAL LEMBAGA SOSIAL DALAM RANGKA PENCAPAIAN PRODUKTIVITAS Perencanaan Program Melakukan pengendalian/ organizing terhadap rencana yang ditetapkan Pelaksanaan program Melakukan pengawasan pelaksanaan program PENCAPAIAN PRODUKTIVITAS

Peningkatkan kualitas faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas di atas, harus tetap mengacu pada kearifan lokal karena hal ini yang memberikan nilai keunikan dan nilai pembeda dari budaya lain. Kearifan lokal inilah yang justru menjadi kunci untuk meningkatkan daya tarik bagi wisatawan. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh lembaga sosial guna meningkatkan produktivitas masyarakat Using. Pertama, lembaga sosial harus menggali dan merumuskan kearifan lokal yang ada pada masyarakat Using. Kedua, lembaga sosial meningkatkan kualitas faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas. Pada tahap berikutnya, lembaga sosial perlu memperhatikan aspek manajerial dalam pengelolaannya hingga pada akhirnya akan tercapai peningkatan produktivitas masyarakat Using. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang di masyarakat Using bersumber pada budaya. Kearifan lokal tersebut tercermin pada lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Using. Lembaga sosial dalam hal ini lembaga seni berperan dalam meningkatkan produktivitas masyarakat Using. Peran ini berkaitan dengan pengembangan sumberdaya manusia, penyediaan sarana dan prasarana, dan pengelolaan pertunjukan seni. Hal ini berdampak pada peningkatan penghasilan anggota kelompok kesenian khususnya dan secara umum berdampak pada berkembangnya homestay dan industri kuliner khas Using sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Using. Namun peran lembaga seni masih terbatas karena pengelolaan lembaga seni belum memperhatikan aspek manajerial serta kurangnya peran dan dukungan dari pemerintah daerah setempat. Selain itu pemerintah daerah perlu meningkatkan promosi pariwisata khususnya wisata budaya Using agar lembaga seni terdorong untuk meningkatkan kreativitasnya sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kata kunci: Suku Using, Peran, Lembaga Sosial, Produktivitas, Kearifan Lokal Referensi Rahayu, Eko Wahyuni & Hariyanto, Totok, Barong Using: Aset Budaya Banyuwangi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, 2008

Saputra, Heru P, Memuja Mantra: Sabuk Mangir dan Jaran Goyang Masyarakat Suku Using Banyuwangi, LKIS, Yogyakarta, 2007 Sinungan, Muchdarsyah, Produktivitas; Apa dan Bagaimana, Bumi Aksara, Jakarta, 2003 Sutarto, Ayu, Etnografi Masyarakat Using, Laporan Penelitian, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur, 2003