BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat komparatif (perbandingan) yaitu bersifat menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari dua atau lebih objek penelitian, yang kemudian dibandingkan guna mencari perbedaan antara kedua atau lebih objek yang diteliti. 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah bank konvensional dan bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangannya dimulai dari tahun 2009-2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank yang memiliki aset yang cukup besar baik dari bank konvensional maupun bank syariah yang ada di Indonesia. Nama bank akan dilampirkan pada tabel 3.1 dibawah ini. Tabel 3.1 Nama Bank yang Akan Diteliti Bank Konvensional Bank Syariah Bank Negara Indonesia (BNI) Bank Muamalat Indonesia (BMI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank BRISyariah (Sumber : diolah oleh penulis, 2013)
3.3 Pengumpulan Data Tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder berupa Laporan Keuangan Tahunan Publikasi Bank selama periode 2009-2011. Data yang diperoleh melalui website dari bank yang bersangkutan dan website Bank Indonesia. Jenis laporan yang digunakan antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi, Laporan Kualitas Aktiva Produktif, Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Ikhtisar Keuangan. 3.4 Jenis Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder laporan keuangan perusahaan perbankan dan diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, internet, dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian. Bank Syariah dalam penelitian ini diwakili oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank BRI Syariah. Bank konvensional yang dipilih untuk dibandingkan dengan bank syariah adalah Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dalam penelitian ini analisis kinerja hanya dibatasi pada aspek kuantitatif yaitu pada rasio keuangannya saja. Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan oleh Bank Indonesia pada situs www.bi.go.id, situs resmi bank-bank terkait dan berbagai literatur seperti buku, jurnal, internet, dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.
3.5 Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan yaitu rasio keuangan yang meliputi Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas). Untuk mengetahui kinerja bank secara keseluruhan dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh rasio yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu. a. Capital (Modal) Pada aspek permodalan ini yang dinilai adalah permodalan yang di dasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut di dasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio). b. Asset (Aktiva) Total Modal CAR = Aktiva Tertimbang Menurut Resiko x 100% Asset (aktiva) suatu bank akan dinilai berdasarkan kualitas aktiva produktif yang diwakili oleh NPL (Net Performing Loan). NPL = Total Kredit Bermasalah x 100% Total Seluruh Kredit c. Earning (Rentabilitas) Rentabilitas suatu bank dalam analisa CAMEL ini diwakili oleh rasio ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity).
Laba Sebelum Pajak ROA = Total Aktiva x 100% Laba Bersih ROE = Modal Sendiri x 100% d. Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO. Biaya Operasional BOPO = Pendapatan Operasional x 100% e. Liquidity (Likuiditas) Adapun faktor likuiditas yang dinilai dalam analisa CAMEL ini adalah rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR). Kredit LDR = Dana Pihak Ketiga x 100% Kinerja bank secara keseluruhan diketahui dengan cara menjumlahkan seluruh rasio keuangan, yaitu rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu. Perhitungan presentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah: 1. CAR Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang-kurangnya harus memiliki CAR 8%. Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for Interntional Settlement). Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%. Skor nilai CAR ditentukan sebagai berikut :
Jika CAR bernilai : a. Kurang dari 8%, skor nilai = 0 b. Antara 8% - 12%, skor nilai = 80 c. Antara 12%- 20%, skor nilai = 90 d. Lebih dari 20%, skor nilai = 100 2. NPL Standar terbaik NPL menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 adalah bila NPL berada dibawah 5%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%. Skor nilai NPL ditentukan sebagai berikut. Jika NPL bernilai : a. Lebih dari 8%, skor nilai = 0 b. Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 c. Antara 3% - 5%, skor nilai = 90 d. Kurang dari 3%, skor nilai = 100 3. ROA Standar terbaik ROA menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 adalah 1,5%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai ROA ditentukan sebagai berikut; Jika ROA bernilai : a. Kurang dari 0%, skor nilai = 0 b. Antara 0% - 1%, skor nilai = 80 c. Antara 1% - 2%, skor nilai = 90
d. Lebih dari 2%, skor nilai = 100 4. ROE Standar ROE menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 adalah 12%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai ROE ditentukan sebagai berikut. Jika ROE bernilai : a. Kurang dari 8%, skor nilai = 0 b. Antara 8% - 10%, skor nilai = 80 c. Antara 10% - 12%, skor nilai = 90 d. Lebih dari 12%, skor nilai = 100 5. BOPO Standar terbaik BOPO menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 adalah 92%. Variabel ini mempunyai bobot nilai sebesar 15%. Skor nilai BOPO ditentukan sebagai berikut; Jika BOPO bernilai : a. Lebih dari 125%, skor nilai = 0 b. Antara 92% - 125%, skor nilai = 80 c. Antara 85% - 92%, skor nilai = 100 d. Kurang dari 85%, skor nilai = 90 6. LDR Standar terbaik LDR menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 adalah 85%-110%. Variabel ini diberi bobot nilai 15%. Skor nilai LDR ditentukan sebagai berikut :
Jika LDR bernilai : a. Kurang dari 50%, skor nilai = 0 b. Antara 50% - 85%, skor nilai = 80 c. Antara 85% - 110%, skor nilai = 90 d. Lebih dari 110%, skor nilai = 100 3.6 Metode Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan dari data dua populasi yaitu bank syairah dan bank konvensional, maka dari itu pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Asumsi dasar pada independent sample t-test menurut Field (2009:65) adalah: 1. Both the independent sample t-test and the dependent t-test are parametric test based on the normal distribution 2. Data are measured at least at the interval level 3. Variance in the populations are roughly equal 4. Scores are independent 3.6.1 Uji Homogenitas Tujuan dari uji homogenitas ini adalah untuk melihat apakah dalam dua grup atau populasi terdapat kesamaan varians. Uji ini diperlukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan dengan asumsi populasi yang sama atau berbeda pada uji hipotesis. Proses uji homogenitas data dilakukan dengan menggunakan uji Lavene s Test. Data dikatakan homogen jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Jika Ftabel > Fhitung >+Ftabel b) Jika Ftabel < Fhitung < +Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05, maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang sama, dan untuk uji hipotesis juga akan digunakan asumsi varians populasi yang sama (equal variance assumed)., pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05, maka dikatakan kedua populasi memiliki varians yang berbeda, dan untuk uji hipotesis akan digunakan asumsi varians populasi yang berbeda (equal variance not assumed). 3.6.2 Uji Hipotesis Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test. Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Hipotesis statistik yang diajukan adalah : Ha : μ1 μ2 : ada perbedaan Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis (dua arah) adalah :
a. Ha diterima atau H0 ditolak apabila ttabel > thitung > +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05. b. Ha ditolak atau H0 diterima apabila ttabel < thitung < +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perbankan Indonesia Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Jika ditelusuri lewat sejarah sejak dulu sampai sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan nyawa untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis perbankan sebelum keluar Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya. Bahkan bertambah padat dan berkembang.
4.2 Gambaran Umum Perbankan Syariah Indonesia Jenis bank jika dilihat dari cara menentukan harga terbagi menjadi dua macam, yaitu bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bank yang berdasarkan prinsip syariah. Karakertistik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, dan menghindarkan kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Setelah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hokum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan prores perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan. 4.3 Deskripsi Data Penelitian Objek penelitian ini adalah dua jenis perbankan yang ada di Indonesia yaitu perbankan syariah dan perbankan konvensional. Perbankan syariah diwakili oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank BRI Syariah, sedangkan perbankan konvensional diwakili oleh Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dari masing-masing bank tersebut
dilihat rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR, dan kinerja. Berikut data rasio-rasio (dalam persen) bank : Tabel 4.1 Rasio CAMEL Bank BANK TAHUN CAR NPL ROA ROE BOPO LDR KINERJA 2011 17.60 0.50 2.90 20.10 72.60 70.40 93.50 BANK BNI 2010 18.60 1.10 2.50 24.70 76.00 70.20 93.50 2009 13.80 0.80 1.70 16.30 84.90 64.10 93.50 2011 14.96 2.30 4.93 42.49 66.69 76.20 93.50 BANK BRI 2010 13.76 2.78 4.64 43.83 70.86 73.17 93.50 2009 13.20 3.52 3.73 35.22 77.66 80.88 91.50 2011 14.74 2.12 0.20 1.19 99.56 90.55 75.50 BANK BRI 2010 20.62 2.14 0.35 1.28 98.77 95.82 77.50 SYARIAH 2009 17.04 1.07 0.53 3.35 97.50 120.98 77.00 BANK MUAMALAT 2011 12.01 1.78 1.52 20.79 85.25 85.18 95.00 2010 13.26 3.51 1.36 17.78 87.38 91.52 93.00 2009 11.10 4.10 0.45 8.03 95.50 85.82 83.50 Sumber : Website masing-masing Bank 4.4 Analisis Data Penelitian Data penelitian dianalisis dengan bantuan software SPSS Ver 18.0. Uji statistik data yang dipakai dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Hasil olah data yang dilakukan terhadap data penelitian dengan menggunakan independent sample t-test memperlihatkan dua tabel output. Tabel pertama menunjukkan statistik deskriptif data penelitian, sedangkan tabel kedua menunjukkan hasil uji beda dua rata-rata. Deskripsi data penelitian secara statistik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Group Statistics BANK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean CAR BANK KONVENSIONAL 6 15.3200 2.25055.91878 BANK SYARIAH 6 14.7950 3.54229 1.44613 NPL BANK KONVENSIONAL 6 1.8333 1.21179.49471 BANK SYARIAH 6 2.4533 1.13175.46204 ROA BANK KONVENSIONAL 6 3.4000 1.25995.51437 BANK SYARIAH 6.7350.55938.22837 ROE BANK KONVENSIONAL 6 30.4400 11.72302 4.78590 BANK SYARIAH 6 8.7367 8.59226 3.50777 BOPO BANK KONVENSIONAL 6 74.7850 6.28910 2.56751 BANK SYARIAH 6 93.4933 7.05001 2.87815 LDR BANK KONVENSIONAL 6 72.4917 5.73799 2.34253 BANK SYARIAH 6 94.9783 13.32852 5.44135 KINERJA BANK KONVENSIONAL 6 93.1667.81650.33333 BANK SYARIAH 6 83.5833 8.54059 3.48668 Sumber : Output SPSS 18. Data diolah Peneliti (2013) Berikut ini merupakan penjelasan dari data deskriptif yang telah diolah yaitu: 1. Pada Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 14.7950%, lebih kecil dibandingkan mean rasio CAR Bank Konvensional yang sebesar 15.3200%. Hal ini berarti bahwa selama periode 2009-2011 perbankan konvensional memiliki CAR lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah, karena semakin tinggi nilai CAR maka semakin bagus kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik CAR adalah 8% maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan BI.
2. Pada Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio NPL sebesar 2.4533%, lebih besar dibandingkan dari rasio NPL Bank Konvensional sebesar 1.8333%. Hal ini berarti bahwa selama periode 2009-2011 perbankan konvensional memiliki NPL lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah, karena semakin tinggi nilai NPL maka semakin buruk kualitasnya. Kualitas NPL bank syariah dan bank konvensional masih berada pada kondisi ideal jika dilihat dari ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik NPL adalah dibawah 5%. 3. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio ROA sebesar 0.7350%, lebih kecil dibanding dari mean rasio ROA Bank Konvensional sebesar 3.4000%. Hal ini berarti bahwa selama periode 2009-2011 perbankan syariah memiliki kualitas ROA lebih rendah dibanding dengan perbankan konvensional, karena semakin tinggi nilai ROA maka semakin bagus kualitasnya. Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik ROA adalah 1.5%, maka perbankan syariah berada pada kondisi yang kurang ideal. 4. Pada Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio ROE sebesar 8.7367%, lebih kecil dibanding dari mean rasio ROE Bank Konvensional yang sebesar 30.4400%. Hal ini berarti bahwa selama periode 2009-2011 perbankan syariah memiliki kualitas ROE lebih rendah dibanding dengan perbankan konvensional, karena semakin tinggi nilai ROE maka semakin bagus kualitasnya. Jika
mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik ROE adalah 12%, maka perbankan syariah berada pada kondisi yang kurang ideal. 5. Pada Tabel 4.2 dapat terlihat Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio BOPO sebesar 93.4933%, lebih besar dibanding dari mean rasio BOPO Bank Konvensional yang sebesar 74.7850%. Hal ini berarti bahwa selama periode 2009-2011 perbankan konvensional memiliki kualitas BOPO lebih tinggi dibanding perbankan syariah, karena semakin rendah nilai BOPO maka semakin bagus kualitasnya. Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik BOPO adalah 92%, maka perbankan syariah berada pada kondisi yang kurang ideal. 6. Pada Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio LDR sebesar 94.9783%, lebih besar dibanding dari mean rasio LDR Bank Konvensional yang sebesar 72.4917%. Hal ini berarti bahwa selama periode 2009-2011 perbankan syariah memilki LDR lebih baik dibanding dengan perbankan konvensional. Selain itu, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik LDR adalah 85%-110%, maka perbankan syariah berada pada kondisi ideal, sedangkan perbankan konvensional berada pada kondisi yang buruk selama periode penelitian. 7. Kinerja sebagai faktor utama yang akan dibandingkan merupakan nilai dari penjumlahan setiap rasio yang digunakan dalam penelitian ini yang
sebelumnya telah diberi bobot nilai. Penjumlahan rasio dan pembobotan nilai ini dimaksudkan untuk dapat dilihat kinerja kedua kelompok ini secara menyeluruh. Pada Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) Kinerja sebesar 83.5833%, lebih kecil dibanding dari mean Kinerja Bank Konvensional yang sebesar 93.1667%. Hal ini berarti bahwa selama periode 2009-2011 secara keseluruhan perbankan konvensional memiliki kinerja (CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR) lebih baik dibanding dengan perbankan syariah. Uji-t sample independent test sebagai uji hipotesisnya seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2- Mean Std. Error Difference F Sig. T df tailed) Difference Difference Lower Upper CAR NPL ROA ROE BOPO LDR KINERJA assumed not assumed assumed not assumed assumed not assumed assumed not assumed assumed not assumed assumed not assumed assumed.874.372.306 10.766.52500 1.71332-3.29251 4.34251.306 8.471.767.52500 1.71332-3.38801 4.43801.213.655 -.916 10.381 -.62000.67692-2.12826.88826 -.916 9.954.381 -.62000.67692-2.12922.88922 5.379.043 4.735 10.001 2.66500.56279 1.41103 3.91897 4.735 6.897.002 2.66500.56279 1.33019 3.99981 1.841.205 3.658 10.004 21.70333 5.93375 8.48212 34.92454 3.658 9.169.005 21.70333 5.93375 8.31787 35.08880.299.597-4.851 10.001-18.70833 3.85693-27.30211-10.11456-4.851 9.872.001-18.70833 3.85693-27.31719-10.09947 1.423.260-3.796 10.004-22.48667 5.92416-35.68652-9.28681-3.796 6.792.007-22.48667 5.92416-36.58261-8.39073 15.937.003 2.736 10.021 9.58333 3.50258 1.77910 17.38756 2.736 5.091.040 9.58333 3.50258.62806 18.53860 not assumed Sumber : Output SPSS 18. Data diolah Peneliti (2013)
1. Pengujian Hipotesis Rasio CAR Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa nilai F-hitung untuk CAR adalah 0.874 dengan nilai signifikansi sebesar 0.372. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t-hitung untuk CAR dengan equal variance assumed (pada baris pertama CAR) adalah 0.306 dengan nilai signifikansi sebesar 0.766. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio CAR maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 2. Pengujian Hipotesis Rasio NPL Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa F-hitung untuk NPL adalah 0.213 dengan nilai signifikansi sebesar 0.655. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Nilai t-hitung untuk NPL dengan equal variance assumed adalah - 0.916 dengan nilai signifikansi sebesar 0.381. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio NPL maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Pengujian Hipotesis Rasio ROA Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa F-hitung untuk ROA adalah 5.379 dengan nilai signifikansi 0.043. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar equal variance not assumed (diasumsikan kedua varian tidak sama). Terlihat bahwa t-hitung untuk ROA dengan equal variance not assumed (pada baris kedua ROA) adalah 4.735 dengan nilai signifikansi 0.002. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional jika dilihat dari rasio ROA. 4. Pengujian Hipotesis Rasio ROE Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa F-hitung untuk ROE adalah 1.841 dengan nilai signifikansi sebesar 0.205. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua varian sama). Nilai t-hitung untuk ROE dengan equal variance assumed (pada baris pertama ROE) adalah 3.658 dengan nilai signifikansi sebesar 0.004. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio ROE maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.
5. Pengujian Hipotesis Rasio BOPO Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa F-hitung untuk BOPO adalah 0.299 dengan nilai signifikansi 0.597. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama). Terlihat bahwa t-hitung untuk BOPO adalah -4.851 dengan nilai signifikansi sebesar 0.001. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio BOPO maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. 6. Pengujian Hipotesis Rasio LDR Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa F-hitung untuk LDR adalah 1.423 dengan nilai signifikansi sebesar 0.260. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar 0.05, maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama). Terlihat bahwa t-hitung untuk LDR dengan equal variance assumed adalah -3.796 dengan nilai signifikansi sebesar 0.004. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional dilihat dari rasio LDR.
7. Pengujian Hipotesis Kinerja Bank Secara Keseluruhan Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa F-hitung untuk kinerja adalah 15.937 dengan nilai signifikansi 0.003. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar equal variance not assumed (diasumsikan kedua varian tidak sama). Terlihat bahwa t-hitung untuk kinerja dengan equal variance not assumed (pada baris kedua kinerja) adalah 2.736 dengan nilai signifikansi 0.040. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini membandingkan apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Penelitian ini menggunakan dua Bank Syariah dan dua Bank Konvensional yang termasuk dalam direktori Bank Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. a. Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan bahwa pada rasio CAR tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional yaitu dengan melihat nilai signifikansi 0.766 lebih besar dari nilai signifikansi 0.05. Perbankan syariah memiliki kualitas CAR dibawah perbankan konvensional. b. Rasio NPL perbankan syariah dan perbankan konvensional tidak berbeda secara signifikan. Rasio NPL perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional yaitu Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio NPL sebesar 2.4533%, lebih besar dibandingkan dari rasio NPL Bank Konvensional sebesar 1.8333%. Hal ini berarti kualitas NPL perbankan syariah lebih buruk dari perbankan konvensional.
c. Rasio rentabilitas yang diwakili oleh rasio ROA (Return On Asset) dan ROE (Return On Equity) antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Kualitas ROA dan ROE perbankan syariah lebih rendah dibandingkan dengan perbankan konvensional yaitu Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio ROA sebesar 0.7350%, lebih kecil dibanding dari mean rasio ROA Bank Konvensional sebesar 3.4000% dan Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio ROE sebesar 8.7367%, lebih kecil dibanding dari mean rasio ROE Bank Konvensional yang sebesar 30.4400%, yang artinya kemampuan perbankan syariah dalam memperoleh laba berdasarkan asset dan modal yang dimiliki masih dibawah perbankan konvensional. d. Dilihat dari rasio efisiensi operasional perbankan yang diwakili oleh variabel BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio BOPO sebesar 93.4933%, lebih besar dibanding dari mean rasio BOPO Bank Konvensional yang sebesar 74.7850%. Dalam hal ini, kinerja perbankan syariah lebih buruk dibandingkan dengan kinerja perbankan konvensional. e. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rasio likuiditas yang diwakili oleh variabel rasio LDR (Loan Deposit Ratio). Perbankan syariah memiliki rasio LDR yang secara signifikan lebih baik
kualitasnya dibandingkan dengan perbankan konvensional yaitu Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio LDR sebesar 94.9783%, lebih besar dibanding dari mean rasio LDR Bank Konvensional yang sebesar 72.4917%. f. Dilihat dari kinerja bank secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel kinerja terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Pada Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) Kinerja sebesar 83.5833%, lebih kecil dibanding dari mean Kinerja Bank Konvensional yang sebesar 93.1667%. Hal ini berarti bahwa selama periode 2009-2011 secara keseluruhan perbankan konvensional memiliki kinerja (CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR) lebih baik dibanding dengan perbankan syariah. 5.2 Saran Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini bagi perbankan syariah, perbankan konvensional maupun bagi peneliti selanjutnya. 1. Bagi Perbankan Syariah Secara umum, kinerja perbankan syariah hampir sama dibandingkan dengan perbankan konvensional. Akan tetapi, ada beberapa rasio yang lebih rendah dari perbankan konvensional, yaitu rasio pemodalan
(CAR), rasio kualitas aktiva produktif (NPL), rasio rentabilitas (ROA dan ROE), dan rasio efisiensi (BOPO). a. Rasio pemodalan perbankan syariah dapat ditingkatkan dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan kebutuhan modal pada setiap ekspansi kredit. Usahakan setiap aset yang berisiko tersebut menghasilkan pendapatan, sehingga tidak perlu menekan permodalan. b. Rasio kualitas aktiva produktif dapat diturunkan dengan selektif dalam memilih debitur, yaitu tidak mengambil risiko dari debitur apabila ada indikasi arus kas debitur tersebut termasuk ke dalam kredit bermasalah. c. Rasio rentabilitas dapat ditingkatkan dengan lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Usaha setiap ekspansi senantiasa menghasilkan laba. Selain itu jangan biarkan aset berkembang tanpa menghasilkan produktifitas. d. Rasio efisiensi dapat ditingkatkan dengan menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasional. Hal ini dapat dilakukan dengan menutup berbagai cabang yang tidak produktif dan melakukan outsourcing pekerjaan yang bukan pokok pekerjaan bank. 2. Bagi Perbankan Konvensional Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja perbankan syariah secara umum sama dibandingkan dengan perbankan konvensional. Oleh karena itu, perbankan konvensional bisa mempertimbangkan untuk membuka
atau menambah unit usaha syariah atau mengkonversi menjadi bank umum syariah. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah rasio dalam mengukur kinerja perbankan.