DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA MATERI DIMENSI TIGA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematika, Statistika

DESKRIPSI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MATA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

PENGUASAAN MATEMATIKA SD PADA MAHASISWA PGSD (Penelitian Pada Mahasiswa PGSD FIP Universitas Negeri Gorontalo Semester VII Tahun Akademik 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMP N 1 kabila Kab.Bonebolango

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

Peningkatan Komunikasi Matematis dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW)

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semester ganjil Tahun Ajaran pada semester ganjil. bulan (Desember-Januuari 2014) Tahun Ajaran

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 LIMBOTO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI HIMPUNAN JURNAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena- fenomena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 KABILA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW)

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Jalan Jhon Ario Katili Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok

Kata kunci : Metode Problem Solving, Penguasaan Matematika.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangunrejo. Populasi yang diteliti

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Variabel X (Karakteristik Siswa)

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi-experimental

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Belajar Siswa, Pembelajaran Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Oleh Ratna Dewi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aisyah*, Amrina Rosyada** Dosen Pend. Matematika*, Alumni** Universitas Batanghari Jambi *

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

METODE PENELITIAN. penyajian pelajaran dimana, siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan. efektif dan efisien jika diterapkan di suatu tempat.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

BAB IV HASIL PENELLITAN. 1. Data Peserta Didik Melalui Example non Example. perlakuan diperoleh data mengenai hasil belajar materi budaya politik

Kata Kunci : Pendekatan Matematika Realistik, Keliling dan Luas Persegi Panjang dan Persegi, Aktivitas Belajar Siswa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Jln. Brigjen Piola Isa Kel. Wongkaditi Kecamatan Kota Utara Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Pringsewu

PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh :

Data Mentah Skor Posttes Kelas Eksperimen

Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Winkel (dalam Helperida, 2012) adalah pemahaman dengan menggunakan konsep, kaidah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA MATERI DIMENSI TIGA Nizma Entuu, Ali Kaku, Perry Zakaria Jurusan Pend. Matematika, Program Studi S1. Pend. Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:nizma_06@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMA Negeri 1 Tibawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan penelitian berupa pemberian tes dan wawancara sebagai pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika pada kegiatan pembelajaran matematika kelas X SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60%. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh thitung = -42,643 dan t daftar = -1,71 atau -42,643 < - 1,71, ternyata t hitung jatuh pada daerah penerimaan H 1. Ini sesuai dengan hipotesis yang ada pada Bab II yang menjadi hipotesis penelitian, bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga siswa SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60% yang didukung dengan t hitung = -42,643 dan t tabel = - 1,71, ternyata t hitung < t tabel dimana H 1 = 0,60 diterima pada taraf kesalahan = 0,05. Ini menunjukan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga di SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60% untuk kegiatan pembelajaran matematika. Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi. I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat melepaskan diri dari keterbelakangan. Pendidikan juga mampu menanamkan kapasitas baru bagi manusia dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang baru, sehingga diperoleh manusia yang kreatif dan produktif. Kualitas manusia pada intinya sangat berkaitan erat dengan kualitas pendidikan, yang merupakan rangkaian pendidikan baik dari pendidikan tingkat dasar, menengah, dan tinggi. 1

Dalam kaitannya dengan kualitas manusia itu sendiri, maka setiap orang akan terus menerus belajar untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang diinginkan pada suatu jenjang pendidikan. Pendidikan tinggi merupakan salah satu lembaga yang membekali peserta didik dengan penekanan pada nalar dan pemahaman pengetahuan berdasarkan keterkaitan antara teori dengan pengaplikasiannya dalam dunia praktek. Berdasarkan hasil observasi di SMA Nenegri 1 Tibawa khususnya pada kelas X bahwa siswa-siswa pada saat proses penbelajaran, mereka mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru, tetapi ketika diminta untuk menuliskan kembali jawabannya di papan tulis atau di buku catatan mereka, siswa tersebut tidak mampu menulis jawaban yang diungkapkan sebelumnya, tapi sebenarnya siswa tersebut kemampuannya bisa dikatakan bagus dalam pembelajaran matematika. Ini mencerminkan bahwa siswa-siswa lebih cenderung menghafal konsep-konsep matematika yang diberikan guru atau yang ada dalam buku matematika tanpa memahami atau mengetahui maksud dan tujuan dari isinya, sehingga mereka takut dan malu untuk mengungkapkan pendapat atau ide-ide mereka sendiri. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan komunikasi matematika mereka baik secara tertulis maupun lisan masih relatif rendah. Disinilah dapat terlihat kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan konsep matematika kelas X masih relatif rendah. Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan ide-ide matematika. Komunikasi (secara konseptual) yaitu memberitahukan (dalam menjabarkan) berita, pengetahuan, pikiran-pikiran dan nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama. Sudirman (dalam Abdullah 12). Pauweni (2012: 8) berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu upaya dari seseorang atau bersama orang lain untuk membangun kebersamaan dengan orang lain dengan membentuk hubungan dalam berbagi atau menggunakan informasi secara bersama. Dalam penyampaian pesan terdapat dua bentuk penyampaian yaitu: (1) penyampaian secara langsung dari pengirim pesan kepada penerima pesan tanpa menggunakan media penyampaian; (2) penyampaian tidak langsung yakni dengan menggunakan media penyampaian. Ambarjaya (2012:113). Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan 2

berkomunikasi, orang dapat menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis. Collins, dkk (Abadi, 2011) mengatakan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan seluas-luasanya kepada para siswa untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi melalui modeling, speaking, writing, talking and drawing serta mempresentasikan apa yang dipelajari. Dalam matematika, berkomunikasi mencakup ketrampilan/kemampuan untuk membaca, menulis, menelaah dan merespon suatu informasi. Dalam komunikasi matematika, siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagi ide dengan siswa lain dalam mengerjakan soalsoal matematika. Hulukati (dalam Abdullah, 2010: 16) mengemukakan bahwa komunikasi dalam matematika dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling berhubungan/dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat dilakukan secara tertulis dan lisan. Hal senada juga dikatakan Sullivan & Mousley (dalam Andriani, 2008), komunikasi matematik bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari. Selanjutnya menurut Ramdani (2012: 48) bahwa komunikasi matematika adalah kemampuan untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan penggunaan keahlian menulis, menyimak, menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide, simbol, istilah serta informasi matematika yang diamati melalui proses mendengar, mempresentasi, dan diskusi. Kemampuan merupakan kata berimbuhan yang berasal dari kata mampu yang berarti sanggup atau dapat melakukan sesuatu. Lebih lanjut Poerwadarminta (dalam Pauweni, 2012:8) menjelaskan bahwa kemampuan bermakna kesanggupan atau kecakapan atau kelumatan juga merupakan kecakapan untuk dapat melakukan sesuatu. Menurut Sumarmo (dalam Andriani, 2008) kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk: (a) Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika, (b) Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, grafik dan aljabar, (c) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, (d) Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika, (e) 3

Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, (f) Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi, (g) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari. Lebih lanjut Geegnes dan Schulman (dalam Pauweni, 2012:10) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika meliputi kecakapn dalam (1) mengekspresikan ide-ide dengan berbicara, menulis, mendemonstrasikan dan meluluskannya secara visual dengan berbagai cara yang berbeda, (2) memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide yang dikemukakan dalam bentuk tulisan atau bentuk visual lainnya, (3) mengkontruksikan, menginterpretasikan dan menghubungkan berbagai representasi dari ide-ide dan hubunganhubungan, (4) mengamati, membuat konjektur, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan dan mengevaluasi informasi (5) menghasilkan dan menghadirkan argument yang jelas. II. METODE PENULISAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tibawa. Waktu penelitian dilaksanaan pada semester genap yaitu bulan Mei-Juni tahun ajaran 2012/2013. Adapun yang menjadi Populasi pada penelitan ini adalah Kelas X SMA Negeri 1 Tibawa Kecamatan Tibawa Provinsi Gorontalo. Yang berjumlah 228 orang dan terbagi menjadi 8 kelas. Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan tehnik simple random sampling. Tehnik simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Peneliti menggunakan pengambilan sampel secara undian. Sehingga didapat 24 orang sebagai sampel. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Yakni jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin obyek yang diteliti. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan komunikasi matematika diperoleh melalui tes yang tersebar ke dalam 4 butir pernyataan. Secara lengkap hasil analisis deskriptif, distribusi frekuensi dan histogram yang berhubungan dengan skor variabel kemampuan komunikasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut: 4

Tabel 4.1 Hasil analisis statistik deskriptif skor kemampuan kommunikasi siswa No Statistik Hasil 1 Ukuran sampel 24 2 Skor tertinggi 24 3 Skor terendah 7 4 Mean 18,167 5 Median 23 6 Modus 15,92 7 Standar deviasi 4,807 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi skor skor kemampuan komunikasi siswa No. Kelas Interval Fi Nilai Tengah (Xi) Xi 2 Fi.Xi Fi.Xi 2 1 7-9 2 8 64 16 128 2 10-12 2 11 121 22 242 3 13-15 3 14 196 42 588 4 16-18 2 17 289 34 578 5 19-21 8 20 400 160 3200 6 22-24 7 23 529 161 3703 24 435 8439 5

Frekuensi Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 7 siswa atau 29,16% memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata 18,167, ada 2 orang siswa atau 8,33% pada kelas interval yang memuat skor rata-rata, dan 15 orang siswa atau 62,5% memperoleh skor di atas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. Untuk lebih jelasnya data kemampuan komunikasi matematika siswa SMA Negeri 1 Tibawa berdasarkan distribusi frekuensi pada Tabel 4.2 di atas disajikan dalam bentuk histogram seperti dibawah ini. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Fi Kelas Interval 7-9 10-12 13-15 16-18 19-21 22-24 Gambar 4.1: Histogram Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pengujian normalitas data dilakukan untuk menentukan jenis statistik apa yang digunakan pada pengujian hipotesis. Jika data yang terkumpul berdistribusi normal, dapat digunakan statistik parametrik. Sebaliknya jika data yang terkumpul tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini pengujian normalitas data menggunakan uji Liliefors pada taraf nyata. Hipotesis statistik yang diuji dinyatakan sebagai berikut. H 0 : Populasi berdistribusi normal H 1 : Populasi tidak berdistribusi normal Kriteria pengujiannya adalah H 0 diterima jika L hitung L tabel dan tolak H 0 jika L hitung L tabel pada taraf nyata yang dipilih. Dalam penelitian ini dipilih α = 0.05 sehingga untuk n = 24 maka nilai L tabel = 0, 190 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Program Excel for Windows 2007 diperoleh nilai L hitung = 0,1823 (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 7). Karena nilai L hitung = 6

0,1823 < L tabel = 0, 190, maka disimpulkan bahwa galat regresi berdistribusi normal. Dalam hal ini data berasal dari populasi berdistribusi normal, yang berarti persyaratan normalitas data untuk regresi linier sederhana dipenuhi dalam penelitian ini. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, maka untuk pengujian hipotesis digunakan statistik parametrik. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji satu pihak yaitu uji t pihak kiri. Hasil analisis data untuk pengujian hipotesis, diperoleh t hitung = - 42,643 dan t tabel = - 1,71 ternyata t hitung jatuh pada daerah penerimaan H 1. Ini sesuai dengan hipotesis yang ada pada Bab II yang menjadi hipotesis penelitian, bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga siswa SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60% yang didukung dengan t hitung = -42,643 dan t tabel = - 1,71, ternyata t hitung < t tabel dimana H 1 = 0,60 diterima pada taraf kesalahan = 0,05. Ini menunjukan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga di SMA Negeri 1 Tibawa paling tinggi 60% untuk kegiatan pembelajaran matematika. Berdasarkan data skor hasil tes dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok yang berada dibawah kelas interval yang memuat skor rata-rata, kelompok pada kelas interval yang memuat skor rata-rata, dan kelompok diatas kelas interval yang memuat skor rata-rata. Dengan demikian subjek penelitian yang dipilih adalah subjek yang terletak pada ujung atas dan ujung bawah masing-masing kelompok, dan diperoleh data pada tabel berikut. Tabel 4.4. Subjek Penelitian No NAMA SUBJEK KET Skor TANGGAL PELAKSANAAN 1 Ewis T. Suhebu SP.1 26.92 25 Mei 2 Anggun Sasmita Husein SP.2 65.38 25 Mei 3 Rahmat G. Hasan SP.11 88.46 25 Mei 4 Regita M. Harim SP.12 92.3 25 Mei 7

Untuk mengetahui gambaran kemampuan komuikasi mateamtika, maka peneliti menggunakan tes dalam penelitian ini. Tes yang digunakan dalam penelitian berjumlah 4 butir soal yang diuji kevaliditas dan realibilitas. Hasilnya 4 butir soal yang digunakan dalam penelitian terbukti valid sedangkan untuk uji validitas konstruksi, soal yang digunakan, terlebih dahulu di uji cobakan ke kelas X sebanyak 24 orang yang merupakan kelas bukan sampel. Hasilnya untuk butir soal yang diberikan semuanya berstatus valid. Jadi soal yang diberikan pada siswa kelas X sebanyak 24 orang yang dijadikan sampel sebanyak 4 butir soal. Sehingga terbukti hasil perhitungan dengan bantuan microsoft excel 2007 diperoleh l hitung = 0,1823 (hasil perhitungan disajikan dilampiran 7). Karena l hitung < l tabel atau 0,1823 < 0, 190 Sehingga mendapatkan data yang diperoleh berasal dari data populasi yang menunjukan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis penelitian. Hasil analisi data untuk pengujian hipotesis, diperoleh t hitung = -8,251 dan t tabel = 1,71, ternyata t hitung jatuh pada daerah penerimaan H 1 karena t hitung < t tabel atau -2,82 < 1,71. dengan demikian H 1 = 0,60 diterima pada taraf kesalahan = 0,05. Ini sesuai dengan hipotesis yang ada pada Bab II yang menjadi hipotesis penelitian, bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa SMAN 1 Tibawa paling tinggi 60%. Untuk memperkuat data tentang kemampuan komunikasi matematika dari hasil tes yang telah diberikan kepada siswa yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian, dari 24 siswa peneliti mewawancarai 4 siswa yang didasarkan pada hasil perolehan skor pekerjaan siswa. Keempat siswa tersebut dipilih bedasarkan perolehan skor pekerjaan siswa, yaitu 2 siswa yang skornya lebih dari 60 dan 2 siswa yang kurang dari atau sama dengan 60. Hal ini terlihat pada hasil kerja yang dicapai oleh seluruh siswa, bahwa dari 24 orang siswa yang diberikan tes, 15 siswa atau 62,5 % dari keseluruhan jumlah siswa yang mampu menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika, dan 9 siswa atau 37,5 % siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika, dengan melihat indikator-indikator pada penyelesaian soal kemampuan komunikasi matematika. Hal ini terlihat pada hasil kerja yang dicapai oleh seluruh siswa, bahwa dari 24 orang siswa yang diberikan tes, hanya 2 orang siswa yang mendapat skor terrendah, namun dari subjek yang diwawancarai semuanya kurang mampu dalam dalam mengkomunikasikan matematika secara tertulis yang beragam. Tetapi secara keseluruhan siswa yang diberikan tes sudah mampu mengkomunikasikan matematika. Diantara indikator yang ditetapkan, kebanyakan siswa kurang mampu mengkonukasikan matematika dalam menyatakan permasalahan yang diberikan ke dalam bentuk model matematika yang berbentuk persamaan dan menyelesaikannya, menyatakan permasalahan yang diberikan kedalam bentuk model matematika yang berbentuk persamaan dan menyelesaikannya, dan menyatakan suatu gambar menjadi ide atau masalah matematika yang berkaitan dengan jarak dalam menyelesaikan permasalahan. 8

Tercapainya keberhasilan siswa tergantung dari kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Akan tetapi sebagaimana hasil wawancara peneliti dan pengajar menjelaskan bahwa untuk mengelola proses belajar mengajar yang maksimal yang melibatkan siswa secara optimal, guru telah melakukan berbagai upaya namun pada kenyataannya banyak siswa yang masih kurang mampu berkomunikasi secara matematis. Letak kurang mampunya siswa yang ditemui berdasarkan hasil analisa data yaitu terletak indikator menyatakan permasalahan yang diberikan ke dalam bentuk model matematika yang berbentuk persamaan dan menyelesaikannya, menyatakan suatu gambar menjadi ide atau masalah matematika yang berkaitan dengan jarak. Kemudian siswa dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, dan menyatakan permasalahan yang diberikan kedalam bentuk model matematika yang berbentuk persamaan dan menyelesaikannya. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Dari 24 orang siswa yang diberikan tes, 15 siswa atau 62,5% dari keseluruhan jumlah siswa yang mampu menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika, dan 9 siswa atau 37,5 % siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika. 2. Rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika pada materi dimensi tiga paling tinggi 60% pada kegiatan pembelajaran matematika. 3. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematika disebabkan karena siswa kurang memahami materi dimensi tiga. Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Untuk membantu siswa dalam mengkomunikasikan matematika, maka dalam memberikan dan menerapkan materi pelajaran kepada siswa, guru hendaknya memperhatikan tahapan kemampuan siswa yang diajar, sehingga kemampuan komunikasi siswa dapat ditingkatkan. 2. Untuk mengatasi masalah siswa dalam menyelesaikan soal matematika khususnya pada materi dimensi tiga hendaknya siswa banyak melakukan latihan atau menjawab soal-soal latihan, sehingga siswa mampu mengkomunikasinnya dalam bentuk matematika secara lisan maupun tulisan. 3. Siswa dianjurkan agar dapat menghilangkan kebiasan saling ketergantungan kepada guru maupun terhadap sesama teman serta dapat menghilangkan kebiasan belajar untuk 9

menghafal, karena pada dasarnya matematika dibutuhkan pemahaman terhadap setiap materi yang ada. V. DAFTAR PUSTAKA Abadi, Nopiwan. 2011. Kemampuan Komunikasi Matematika. http://noviansangpendiam.blogspot.com/search?q=kemampuan+komunikasi+matemat ika (diakses 22 Maret 2013) Abdullah, A.W. 2010. Pengaruh Kreativitas Dan Sikap Konstruktif Peserta didik Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematikai. Tesis. Gorontalo: Tidak Diterbitkan. Ambarjaya S, Beni. 2012. Psikologi Pendidikan dan pengajaran: teori dan praktik. Yogyakarta: CAPS. Andriani, Melly. 2008. Komunikasi Matematika. http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html (diakses 22 Maret 2013) Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Herdian. 2010. Kemampuan Komunikasi Matematika. http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/ (diakses 22 Maret 2013) Johanes, Dkk. 2005. Kompetensi Matematika. Jakarta: Yudistira Marwanta, S. 2009. Matematika SMA Kelas X. Bogor: Yudistira Pauweni, Khardiyawan. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dan Perbedaan Gender Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika. Tesis. Gorontalo: Tidak Diterbitkan. Ramdani, Yani. 2012. Pengembangan Instrumen Dan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Komeksi Matematis Dalam Konsep Integral. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.13, No 1, April 2012. http://jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan/view/1390/pengembangan-instrumen-dan- 10

bahan-ajar-untuk-meningkatkan-kemampuan-komunikasi,-penalaran,-dan-koneksimatematis-dalam-konsep-integral.html. (diakses 22 Maret 2013) Sriyanto, H.J. 20012. Ringkasan Lengkap Matematika SMA. Yogyakarta. Tera Sugiyono. 2012. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal ilmiah program studi matematika STKIP Siliwangi vol 1. No 1 Februari 2012. http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/15 (diakses 22 maret 2013) Weti, Ida. 2010. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Strategi Think- Talk-Write (TTW). http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/meningkatkankemampuan-komunikasi.html (diakses 22 Maret 2013) 11