BAB II LANDASAN TEORI. pengelola perusahaan berperan dalam mengelola sumbe daya yang tersedia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA. datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

ANALISA BIAYA PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian. Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu :

ANALISA BREAK EVENT POINT

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Pesatnya perkembangan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point, laba. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Analisis Biaya Volume Laba (Cost Volume Profit Analysis)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar. Laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA VOLUME LABA UNTUK MENCAPAI TARGET LABA PADA PT. INDOTERAS SUMATERA MEDAN

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban. kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA. Tugas Kelompok

BAB II LANDASAN TEORI. produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Produksi Tahu Pas (Putra H.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM JANGKA PENDEK. Oleh : Ani Hidayati

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Maret 2015 dan berlokasi di Jalan Kyai Maja No.7 Jakarta Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB II BAHAN RUJUKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya

Transkripsi:

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Setiap perusahaan berorientasi untuk mencapai tunjuan. Secara idealnya, perusahaan akan mengoptimalkan penggunaan seluruh sumber dayanya untuk mencapai tujuan tersebut. Namun hal ini tidaklah mudah terutama untuk perusahaan yang memilki skala yang cukup besar. Manajemen sebagai pihak pengelola perusahaan berperan dalam mengelola sumbe daya yang tersedia. Dalam hal ini manajemen harus memahami kaitan antara biaya, volume penjualan dan laba untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Harga jual mempengaruhi volume penjualan, volume penjualan langsung mempengaruhi biaya. Biaya merupakan unsur utama secara fisik yang harus dikorbankan demi kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam melaksanakan segala aktifitas produksi atau aktifitas lainnya yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Seringkali istilah biaya digunakan sebagai sinonim dari beban. Tetapi beban dapat di definisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba. 7

8 1. Pengertian Biaya Definisi yang dikemukakan oleh Mulyadi (2005) dalam arti luas yaitu biaya sebagai Pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk kringinan tertentu. Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat (Carter & Usry 2006 : 29). Sedangkan menurut Hansen & Mowen (2006:40) adalah sebagai berikut : Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas kerena sumber non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Pengertian biaya menurut Henry (2004:40) adalah Biaya adalah kas atau setara kas yang dikorbankan atau dibayarkan untuk barang dan jasa yang diharapkan memberi manfaat (pendapat) pada saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi. Berdasarkan definisi definisi diatas dapat disimpulkan nahwa biaya merupakan pengeluaran kas atau setara kas untuk mendapatkan barang atau jasa dimana memiliki manfaat bagi penggunanya seperto organisasi ataupun individu untuk diolah atau dimanfaatkan kembali pada saat ini atau masa depan. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan biaya dalam arti sempit adalah bagian daripada harga pokok yang dikorbankan di dalam usaha untuk memperoleh penghasilan.

9 2. Klasifikasi Biaya Dalam proses menghasilkan produk, suatu perusahaan terlebih dahulu memperkirakan dan menghitung besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan proses produksi tersebut. Untuk memudahkan manajemen dalam memperkirakan besarnya biaya tersebut, maka manajemen perlu mengetahui dahulu biaya biaya yang masuk dalam biaya produksi dan biaya non produksi. Penggolongan biaya dapat dibedakan berdasarkan produk, volume produksi. Klasifikasi biaya menurut Garrison (2006:50), didasarkan pada hubungan antara biaya dengan : a. Produk Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri dari dua elemen, yaitu : 1. Biaya Manufaktur Biaya manufaktur disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik yang didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya, yaitu : a. Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost) Biaya bahan baku merupakan harga perolehan bahan baku yang dipakai dalam kegiatan pengolahan produk. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja langsung yang ikut langsung dalam kegiatan untuk menghasilkan produk.

10 c. Biaya Tidak Langsung (Factory Overhead) Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya yang digunakan untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Menurut Mulyadi (2004:14) Biaya produksi merupakan biaya biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2002:24) Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah pengorbanan atau penyerahan sumber sumber daya atau ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu dimasa yang akan datang. 2. Biaya Non Produksi Biaya non produksi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan di luar biaya produksi. Biaya non produksi dibedakan menjadi dua, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Biaya Pemasaran Yaitu biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Biaya ini berhubungan dengan usaha untuk memperoleh pesanan.

11 b. Biaya Administrasi dan Umum Yaitu biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Biaya administrasi dan umum juga merupakan biaya biaya yang terjadi berkaitan dengan penyusunan kebijaksanaan dan pengarahan secara keseluruhan atau biaya biaya yang terjadi. b. Volume Produksi Penggolongan biaya menurut perilau dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan yaitu : 1. Biaya Tetap Yaitu biaya yang jumlah nya sampai timgkat kegiatan tertentu relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan 2. Biaya Variabel Yaitu biaya yang jumlahnya berubah ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. c. Departemen Produksi atau Segmen lainnya Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen segmen yang memiliki berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses proses, unit kerja, pusat biaya atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya.

12 Saat produk melalui suatu departemen atau pusat biaya, unit tersebut dibebankan dengan biaya yang dapat ditelusuri langsung. Adapun biaya tersebut digolongkan kedalam kategori : 1. Biaya Langsung Departemen Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat ditelusuri ke suatu departemen dimana biaya tersebut berasal. 2. Biaya Tidak Langsung Departemen Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang digunakan bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut. d. Periode Akuntansi Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (Capital Expenditure) atau sebagai pengeluaran pendapatan (revenue Expenditure). Membedakan antara pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah penting untuk membandingkan biaya dengan pendapatan dan mengukurlaba periodik. Akan tetapi pembedaan yang akurat antara kedua klasigikasi tidak selamanya memungkinkan. 1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Pengeluaran ini dikapitalisir dan dicantumkan sebagai harga perolehan. Suatu pengeluaran dikelompokan sebagai capital expenditure jika pengeluaran ini memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi, jumlahnya relatif besar dan pengeluaran ini sifatnya tidak rutin.

13 2. Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure) Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada periode akuntansi dimana pengeluaran ini terjadi. Pengeluaran ini menjadi beban pada periode tersebut dan dicantumkan dalam income statement. e. Keputusan, Tindakan atau Evaluasi Ketika suatu pilihan harus dibuat diantara tindakan tindakan atau alternatif alternatif yang mungkin dilakukan yaitu penting untuk mengidentifikasikan biaya (pendapatan, pemgurangan dan penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut. Biaya ini dikelompokan ke dalam golongan sebagai berikut : 1. Biaya Standar dan Biaya yang Dianggarkan 2. Biaya terkendali dan biaya tidak terkendali 3. Biaya tetap commited dan discretionary 4. Biaya variabel teknis dan biaya kebijakan 5. Biaya relevan dan biaya tidak relevan 6. Biaya terhindar dab biaya tidak terhindar 7. Biaya diferensial dan biaya marginal 8. Biaya kesempatan (opportunity cost)

14 3. Perilaku Biaya Perilaku Biaya menurut Garrison (2006:256) adalah bagaimana biaya akan beraksi atau berubah dengan adanya perubahan tingkat aktivitas bisnis. Perilaku biaya merupakan istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output. Kemungkinan yang paling sederhana mengenai reaksi biaya terhadap perubahan output adalah biaya tetap, biaya variabel dan biaya campuran. Salah satu tujuan klasifikasi biaya adalah memprediksi perilaku biaya untuk merespon perubahan aktivitas. Perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan bereaksi atau merespon perubahan aktivitas bisnis. Apabila aktivitas bisnis meningkat atau surut, biaya tertentu mungkin akan ikut naik atau turun atau mungkin juga tetap. Hubungan antar total biaya dengan perubahan volume kegiatan dinamakan perilaku biaya. Klasifikasi biaya berdasarkan tujuan ini terbagi atas biaya variable, biaya tetap dan biaya semi variable. Banyak biaya yang mempengaruhi biaya, tetapi bagi beberapa biaya, volume dari suatu produk atau jasa adalah pemicu yang utama. Biaya biaya ini mudah untuk dikenali dengan cara mengusut kembali samapai produk produk atau jasa. Contoh dari biaya biaya yang terpicu volume termasuk biaya biaya dari percetakan, kertas, tinta dan menjilid hasil salinan dari buku teks. Banyaknya salinan jelas mempengaruhi jumlah keseluruhan percetakan, kertas, tinta dan biaya menjilid. Dengan kata lain, kita bisa dengan mudah melacak pemakaian sumber daya ini pada salinan dari teks yang telah dicetak.

15 Pengambilan keputusan, perencanaan dan pengawasan aktivitas akuntansi managemen memerlukan perkiraan biaya tetap dan biaya variabel yang bermanfaat dan akurat. Langkah awal dalam meramalkan biaya adalah mengukur biaya atau mengukur perilaku biaya sebagai suati fungsi dari pemicu biaya yang sesuai. Langkah berikutnya yaitu menggunakan ukuran biaya untu menaksirbiaya masa depan yang diharapkan, tingkat aktivitas pemicu biaya masa depan. Untuk mengukur dan mengevaluasi perilaku biaya yang ada, manajemen dapat mempengaruhi perilaku biaya melalui keputusan yang ditujukan pada faktor faktor seperti produk atau jasa, kapasitas, teknologi, dan kebijakan kebijakan menciptakan insentif untuk mengendalikan biaya. Analisis biaya volume laba merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan. Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. a. Biaya Variabel (Variabel Cost) Biaya variable adalah biaya yang berubah secara proposional dengan perubahan aktivitas. Aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti unit produksi, unit jual, jam kerja dan sebagainya. Perilaku biaya variabel dalah secara total akan bertambah dan berkurang secara proposional terhadap perubahan timgkat aktivitas, sedangkan secara per unit biaya variabel akan selalu konstan untuk per unit. Sebagai contoh yaitu biaya bahan baku langsung. Biaya yang digunakan

16 selama satu periode akan bervariasi sesuai dengan tingkat unit yang dihasilkan. Selain itu, biaya tenaga kerja langsung, dan beberapa jenis over head pabrik (seperti bahan pembantu, pengiriman dan komisi penjualan). Gambar 2.1 Perilaku Biaya Variabel Biaya Variabel b. Biaya Tetap (Fixed Cost) Tingkat Aktivitas Sumber : Garrison, hal 259 Menurut Hansen, Mowen (2004:35) biaya tetap adalah biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika tingkat input berubah. Perilaku biaya tetap secara total adalah total biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan tingkat aktivitas dalam rentang yang relevan, sedangkan secara per unit biaya tetap akan berkurang apabila jumlah unit yang dihasilkan bertambah. Rentang relevan adalah rentang output dimana asumsi hubungan biaya / output berlaku. Biaya tetap dapat menimbulkan kesulitan apabila harus menyatakan dalam biaya per unit. Hal ini terjadi karena bila biaya tetap diperhitungkan per unit produk, akan terjadi kondisi yang berbalikan dengan perubahan aktivitas. Misalnya overhead pabrik memasukan item seperti supervisi, penyusutan, sewa, asuransi properti, pajak properti.

17 Jika diperkirakan permintaan produksi meningkat maka terdapat peningkatan tingkat pengeluaran atas setiap item overhead pabrik. Satu jenis biaya tertentu diklasifikasikan sebagai biaya tetap hanya dalam rentang aktivitas yang terbatas yang disebut rentang relevan (relevant range). Gambar 2.2 Perilaku Biaya Tetap Biaya Tetap c. Biaya Semivariabel (Mix Cost) Tingkat Aktivitas Sumber : Garrison, hal 259 Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik karakeristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh biaya listrik, air, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa. Dua alasan adanya karakteristik semivariabel pada beberapa jenis pengeluaran : 1. Pengaturan minimum yang mungkin diperlukan atau kuantitas minimum dari perlengkapan atau jasa mungkin perlu dikonsumsi untuk memelihara kesiapan beroperasi. 2. Klasifikasi akuntansi, berdasarkan objek pengeluaran atau fungsi umumnya mengelompokan biaya tetap dan biaya variabel.

18 Biaya semi variabel perunit adalah biaya yang per unit nya mempunyai sifat diantara keduanya. Makin besar jumlah kegiatan maka biaya per unit akan semakin rendah, tetapi penurunan biaya per unit akibat peningkatan kapsitas tidak setajam biaya tetap per unit. Untuk kepentingan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan akuntansi, biaya harus diusahakan bias dilakukan pengelompokan ke dalam biaya tetap dan biaya variable. Biaya yang bersifat semi variable (mix cost) harus dipindahkan ke dalam kelompok yang jelas yaitu bagian yang temasuk biaya tetap dan sebagian masuk biaya variable. Walaupun seringkali tidak sepenuhnya tetap, namun pemisahan biaya ke dalam kedua kelompok tersebut akan sangat membantu manajemen untuk mengendalikannya. Adapun beberapa metode pemisahan biaya yang bias diterapkan oleh managemen, yaitu : a). Metode Tinggi Rendah (High Low Method) b). Metode Seattergraph (Scattergraph Method)) c). Metode Regresi Kuadrat Terkecil (Least Squares Regression) d). Metode Biaya Terjaga (Stand by Cost Method) 1. Metode Tinggi Rendah (High Low Method) Analisis biaya semivariabel dengan menggunakan metode titik tertinggi dan terendah (High Low Method) dimulai dengan mengidentifikasikan periode dengan tingkat aktivitas yang paling rendah dan yang paling tinggi. Titik tinggi didefinisikan sebagai titik dengan

19 tingkat output atau aktivitas tertinggi. Titik terendah didefinisikan sebagai titik dengan tingkat output atau aktivitas terendah. Perhatikan bahwa titik tertinggi dan rendah ditentukan oleh jumlah tinggi dan rendah dari variable bebas. Metode ini memiliki keunggulan objektivitas. Metode tinggi rendah biasanya tidak sebaik metode lain. Hal ini dikarenakan titik rendah mungkin merupakan outliers yang menggambarkan hubungan antara biaya 0 aktivitas yang tidak benar. Perhitungan dengan metode ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : Biaya Variabel = kemiringan garis = Y 2 Y 1 X 2 X 1 Biaya variabel = Perubahan aktivitas biaya Perubahan aktivitas Elemen biaya tetap = Total biaya Elemen biaya variabel Atau : 1. Mengelompokan data operasi dan biaya selama jangka waktu tertentu. 2. Menentukan tingkat operasi tertinggi dan terendah beserta biaya pada jenjang tersebut 3. Menghitung selisih tingkat operasi dan biayanya pasa jenjang tertinggi dan terendah 4. Mencari biaya variabel per unit dengan membagi jumlah selisih biaya point ke tiga tersebut dengan selisih kapasitas atau operasi

20 5. Menentukan biaya tetap per periode dengan memasukan unsur biaya variabel per unit dari pehitungan point empat ke dalam kelompok biaya tertinggi atau terendah. 6. Menyajikan persamaan biaya sebagai berikut : Y = a + bx Dimana : Y = Jumlah biaya semivariabel a = Biaya tetap per periode dari perhitungan point lima b = Biaya variabel per unit dari perhitungan pint empat x = Kapasitas yang diharapkan akan dijalankan 2. Metode Seattergraph (Scattergraph Method) Metode scatterplot adalah suatu metode penentuan persamaan garis dengan memplot data dalam bentuk suatu grafik. Langkah awal dalam menerapkan metode ini adalah dengan memplot titik titik data sehingga hubungan antara biaya dan tingkat aktivitas dapat dilihat. Metode scatterplot menghasilkan pemisahan biaya yang lebih baik dibandingkan dengan metode titik tertinggi dan terendah, namun mempunyai kelemahan yang utama yaitu penarikan garis biaya yang sangat bersifat subyektif. Artinya ada kemungkinan setiap analisis biaya mempunyai garis biaya yang berbeda dari sumber data yang sama, sehingga akan menghasilkan biaya yang berbeda beda.

21 3. Metode Regresi Kuadrat Terkecil (Least Squares Regression) Merupakan metode yang menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan perubahan volume kegiatan berbentuk garis lurus. Angkah awal metode ini yaitu mengkuadratkan setiap deviasi dan kemudian menjumlahkan deviasi yang di kuadratkan tersebut sebagai ukuran kedekatan keseluruhan. Pengkuadratan deviasi ini menghadirkan masalahyang disebabkan oleh bauran angka postif dan negatif. Dikarenakan ukuran kedekatan adalah jumlah deviasi kuadrat titik titik dari garis, maka seakin kecil ukurannya, semakin baik garisnya. Dengan metode ini, perusahaan akan mencari kedua unsur biaya dengan persamaan sebagai berikut : Y = a + bx Unsur unsur biaya dapat dicari dengan persamaan : XY = a X + b X 2 Y = n.a + b X Dimana Y = biaya periodik X = Kegiatan periodik n = jumlah sample a = biaya tetap b = biaya variabel

22 4. Metode Biaya Terjaga (Stand by Cost Method) Metode biaya berjaga praktis digunakan untuk mentaksir biaya tetap dan biaya variabel bila sebuah perusahaan menutup kegiatannya untuk sementara. Istilah biaya terjaga digunakan untuk mewakili biaya tetap yang akan terjadi selama masa transisi tersebut. Metode ini disebut biaya terjaga karena dimaksudkan untuk menghitung cadangan dana yang harus dipersiapkan untuk berjaga jaga selama tenggang waktu tanpa kegiatan normal. Selisih total biaya pada saat perusahaan menjalankan kegiatan operasinya dengan biaya yang di perkirakan akan terjadi pada saat kegiatan komersil dihentikan diperhitungkan sebagai biaya variabel. Biaya variabel ini selanjut nya dapat dibebankan kepada setiap unit produksi atau satuan aktivitas dengan cara membagikan total unit produksi atau satuan aktivitas dari total biaya variabel. B. Harga Jual Hansen & Mowen (2001:633) mendefinisikan harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:78) pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.

23 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan. Oleh karena itu untuk mencapai harga jual yang diinginkan, perusahaan harus dapat menentukan harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang dan harga tersebut memberikan kepuasan kepada konsumen. C. Analisis Cost Volume Profit 1. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Analisis Cost Volume Profit menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:250) adalah sebagai berikut : Suatu alat yang sangat berguna bagi managemen untuk menjalankan fungsinya. Alat ini dapat membantu managemen memahami hubungan antar biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan hubungan 5 elemen yaitu harga produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variable, total biaya tetap dan bauran produk yang di jual. Menurut Carter dan Usry (2002:271) analisis Cost Volume Profit adalah alat yang menyediakan informasi bagi managemen mengenai hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan volume penjualan. Analisi Cost Volume Profit didasarkan pada asumsi bahwa semua biaya dapat dipisahkan menjadi bagian yang variabel dan bagian yang tetap. Menurut Blocher, Chen dan Lin (2000;308) yaitu : Analisis biaya volume laba merupakan metode untuk menganalisis bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba bersih, berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, harga jual per unit, dan tingkat output.

24 Sedangkan menurut Henry (2000;159), mengemukakan bahwa : Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis) adalah analisis pola-pola perilaku biaya yang mendasari hubungan - hubungan antara biaya, volume, dan laba. Analisis Cost Volume Profit dapat di terapkan dalam beberapa hal sehingga membantu managemen dalam menjawab beberapa pertanyaan antara lain : 1. Pada tingkat harga penjualan sejumlah tertentu akan menghasilkan laba atau rugi? 2. Berapa tambahan volume laba penjualan yang dibutuhkan untuk menutup tambahan biaya tetap akibat expansi? 3. Berapa laba dari produk X jika harganya diturunkan Y rupiah? 4. Berapa penjualan yang harus direalisasi untuk memperoleh laba yang diinginkan? 5. Apa pengaruh penurunan volume penjualan sejumlah 25%? 6. Berapa penjualan minimal yang harus diperoleh supaya perusahaan bias mempertahankan hidupnya? Menurut Blocher, Chen dan Lin (2000;308), menyatakan bahwa : Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya adalah : 1. Menentukan harga jual produk atau jasa. 2. Memperkenalkan produk atau jasa baru. 3. Mengganti peralatan. 4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan. 5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.

25 berikut : Seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001;226) adalah sebagai Analisis biaya volume laba memiliki berbagai macam parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek diantaranya adalah Impas (Break Even Point), Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point), Degree Of Operating Leverage, dan Margin Of Safety. 2. Hubungan Cost Volume Profit Sugiri (2002:107) mendefinisikan analisis perhitungan cost volume profit merupakan sebuah teknik atau alat yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara volume, biaya total, pendapatan total dan laba Analisis Cost Volume Profit ini merupakan alat yag menyediakan informasi bagi manajemen mengenai hubungan antara biaya, laba, bauram produk, dan volume penjualan. Analisis Cost Volume Profit didasarkan pada asumsi berikut : a. Bahwa semua biaya dapat dipsahkan menjadi bagian yang variabel dan bagian yang tetap b. Bahwa total biaya tetap adalah konstan sepanjang rentang analisis dan c. Biaya variabel berubah secara proposional. Kendala analisis Cost Volume Profit tergantung pada keabsahan asumsi. Satu asumsi pokok adalah bahwa tidak terdapat perubahan dalam kuantitas persediaan tahun ini. Asumi lain adalah bahwa analisis dilaksanakan dalam cakupan kegiatan yang relevan dimana didalamnya semua biaya dapat diklasifikasikan sebagai biaya tetap atau variabel.

26 Asumsi ini menyederhanakan hubungan biaya, volume dan laba karena variasi yang besar dalam asumsi asumsi yang seringkali tidak biasa dalam praktek analisis Cost Volume Profit dapat digunakan cukup efektif dalam pengambilan keputusan. Cost Volume Profit didasarkan pada hubungan akuntansi sebagai berikut : Laba = Total Pendapatan (Total biaya Variabel + Total Biaya Tetap) Yang setara dengan : Total Pendapatan = Total Biaya Tetap + Total biaya Variabel + Laba Analisis Cost Volume Profit berguna pada tahap awal dari perencanaan. Hal ini berarti analisis Cost Volume Profit memiliki hubungan yang erat pada perencanaan. Analisis ini digunakan oleh manajer untuk perencanaan, penganggaran dan pengambilan keputusan. Perencanaan dimulai dengan penetapan tujuan, yakni dengan menggunakan analisi Cost Volume Profit dan berakhir dengan penyusunan perencanaan tindakan yang bersifat kuantitatif atau dikenal dengan istilah anggaran. 3. Manfaat Analisis Cost Volume Profit Blocher / Chien / Lin ( 2000:308) mengemukakan bahwa manfaat analisis cost volume profit adalah metode untuk menganalisis bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba bersih.

27 Sedangkan menurut Mulyadi ( 2001:262) manfaat analisis cost volume profit adalah menetapkan harga jual, memilih bauran penjualan dan manganalisis perubahan biaya variabel dan biaya tetap terhadap profitabilitas perusahaan. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis cost volume profit dapat bermanfaat untuk menentukan harga jual, volume penjualan dan dasar dalam pengambilan keputusan managemen untuk mencapai target laba yang diinginkan. Selain dapat menjadi landasan managemen dalam pengambilan keputusan analisis cost volume profit juga berguna untuk mengelompokan biaya agar dapat mempermudah managemen dalam pengklasifikasian dan penganalisisan biaya. 4. Perhitungan Analisis Cost Volume Profit Dalam melakukan analisis Cost Volume Profit terhadap suatu produk, terdapat beberapa metode perhitungan yang digunakan. Antara lain menggunakan analisis titik impas (Break Even Point), margin kontribusi dan rasio margin kontribusi, analisis target laba, margin pengaman, grafik biaya volume laba, operating leverage dan bauran penjualan. Jumlah laba yang diperoleh merupakan indikator keberhasilan bagi perusahaan yang orientasi mencari laba. Agar diperoleh laba sesuai yang dikehendaki, perusahaan perlu menyusun perencanaan laba yang baik.

28 Hal tersebut ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk memprediksi kondisi usaha pada masa yang akan datang yang penuh dengan ketidakpastian, serta mengamati kemungkinan faktor faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan. a. Analisis Titik Impas (Break Even Point) Pada umumnya langkah pertama dalam banyak perencanaan bisnis adalah menentukan titik impas, yaitu titik dimana pendapatan sama dengan biaya total dan laba sama dengan nol. Berikut ini beberapa definisi break even point menurut pakar pakar dalam literaturnya. Sugiri (2002:107) mendefinisikan analisis perhitungan cost volume profit merupakan sebuah teknik atau alat yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara volume, biaya total, pendapatan total dan laba. Machfoedz (2002:296) titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam kondisi tidak mendapatkan laba atau tidak menderita kerugian. Menurut Hansen dan Mowen (2005:274) Break Even Point adalah titk dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Dan menurut Charles T. Horngren, Srikant M Datar, dan Gorge Foster (2003:75) mendefinisikan titik impas (break even point) adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih.

29 Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break even point adalah suatu cara atau alat atau teknik yangdapat digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana volume produksi tersebut, perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kegurian. Titik Impas (break even point) dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation mothod) atau metode margin kontribusi (contribution margin method). Kedua metode tersebut akan memberikan hasil yang sama. b. Metode persamaan (equation method) Metode persamaan memanfaatkan data data dari laporan laba rugi yang disusun dengan format berupa persamaan berikut: Laba = Penjualan (Biaya Variabel + Biaya Tetap) Atau Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba Contoh dalam hal ini yaitu pada PT. Cerah. Titik impas dalam unit penjualan dapat dihitung : Penjualan Rp 1.000. Q = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba = Rp 500. Q + Rp 100.000 + Laba Rp 1.000Q = Rp 500Q + Rp 100.000 Rp 500Q = Rp 100.000 Q = 200 Unit

30 c. Metode Margin Kontribusi Margin Kontribusi menurut Carter, Usry (2005:257) adalah selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel. Metode margin kontribusi pada dasarnya adalah metode singkat dari metode persamaan. Pendekatan ini memusatkan bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Margin kontribusi terbagi atas 2 bagian yaitu margin kontribusi per unit dan margin kontribusi total. Margin kontribusi per unit mengukur kenaikan pada laba untuk kenaikan setiap unit yang dijual. Jika penjualan diharapkan meningkat 1000x, maka laba seharusnya meningkat 1000x margin kontribusi. Sedangkan margin total adalah margin kontribusi per unit dikalikan dengan jumlah unit yang dijual. Adapun formulanya sebagai berikut : Titik Impas (Unit) = Biaya Tetap Margin Kontribusi / Unit Penjualan Titik Impas (Jual) = Biaya Tetap Rasio Margin Kontribusi Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi Total Penjualan

31 Contoh dalam hal ini yaitu pada PT. Cerah. Biaya tetap total selama 1 periode = Rp 100.000 Biaya variabel per unit produk = Rp 5.000 Harga jual produk per unit = Rp 10.000 Jika X adalah jumlah unit produk yang dijual, maka laba yang diperoleh dengan menggunakan persamaan diatas adalah sebagai berikut : Laba = 10.000X - 5.000X 100.000 Persamaan di atas menunjukan bahwa penjualan total merupakan perkalian antara harga jual per unit dengan volume penjualan, yaitu 10.000X. Sedangkan biaya variabel total adalah perkalian antara biaya variabel per unit dengan volume penjualan yaitu 5.000X. Adapun biaya tetap total adalah konstan Rp 100.000. Pada kondisi titik impas laba sama dengan nol (0) yaitu : 0 = 10.000X 5.000X 100.000 Jadi, X (penjulan) pada titik impas adalah sebagai berikut : 100.000 = 5.000X X = 20 Unit Titik impas tercapai pada volume penjualan sebanyak 20 unit produk. Dalam hal ini terbukti dari perhitungan berikut :

32 Gambar 2.3 Penjualan 20 unit @ Rp 10.000 Rp 200.000 Biaya variabel 20 unit @ Rp 5.000 Rp 100.000 Contribution margin Rp 100.000 Biaya tetap Rp 100.000 Laba bersih Rp 0 Laba Rugi Kontribusi Margin kontribusi dapat digunakan untuk menentukan biaya tetap dan bila masih tersisa, maka sisanya merupakan laba. Jika manajemen ingin mengetahui kuantitas penjualan impas, maka manajer harus sadar bahwa margin kontribusi, totalnya harus sama dengan biaya tetap total. Keadaan ini akan tercapai bila kuantitas penjualan adalah sebanyak biaya biaya tetap total dibagi dengan margin kontribusi / contribution margin (CM) per unit. Adalpun formulanya sebagai berikut: Titik Impas = Biaya Tetap CM per Unit Dari contoh di atas, maka dapat dihitung titik impasnya yaitu : Titik Impas = Biaya Tetap (Contribution margin / Unit penjualan) = 100.000 (100.000 / 20 unit) = 20 Unit

33 Jika ada penambahan unit produk yang terjual di atas titik impas, maka laba akan bertambah sebesar contribution mergin per unit produk. Dalam pendekatan persamaan dan contribution margin atas perhitungan titik impas dan tingkat pada unit produk yang terjual, volume penjualan tidak selalu diukur dalam unit produk. Oleh karena itu harus menggunakan contribution margin ratio yang merupakan perbandingan antara contribution margin dengan penjualan. Rasio ini menunjukan persentase tiap satuan rupiah penjualan yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan laba. Metode berbasis rasio kontribusi margin bermanfaat khususnya pada situasi dimana perusahaan memiliki berbagai lini produk dan ingin menghitung satu titik impas untuk keseluruhan perusahaan. Adapun formulanya sebagai berikut : Contribution margin ratio = Contribution margin Penjualan Sehingga formula titik impas adalah sebagai berikut : Titik Impas = Biaya Tetap Contribution margin ratio Dari contoh contoh di atas diperoleh contribution margin sebesar 50%. Adapun perhitungannya yaitu :

34 Contribution margin ratio = Contribution margin Penjualan Contribution margin ratio = 100.000 200.000 Contribution margin ratio = 50% Sehingga titik impasnya dapat dihitung sebagai berikut : Titik impas = 100.000 0,5 Titik impas = Rp 200.000,- Laba yang diharpka dari investasi disebut dengan target laba. Analisis cost volume profit dapat digunakan sebagai alat untuk enghitung jumlah unit produk yang seharusnya dijual oleh perusahaan agar mendapatkan laba sejumlah target tertentu yang ingin dicapai. Formulanya sebagai berikut : Penjualan = Biaya tetap + Target laba Contribution margin per unit Contohnya pada PT. Cerah yang merencanakan laba bersih sebesar Rp 50.000, yaitu : Penjualan = 100.000 + 50.000 5.000 = 30 Unit

35 Dari perhitungan di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut : Gambar 2.4 Penjualan 30 unit @ Rp 10.000 Rp 300.000 Biaya variabel 30 unit @ Rp 5.000 Rp 150.000 Contribution margin Rp 150.000 Biaya tetap Rp 100.000 Laba bersih Rp 50.000 Laba Rugi Kontribusi Jadi, dapat dibuktikan bahwa jika perusahaan menjual sebanyak 30 Unit, maka akan diperoleh laba bersih sebesar Rp 50.000,-. 5. Margin Keamanan (Safety of Margin) Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:338) sebagai berikut : Margin keamanan adalah kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kecakupan penjualan yang direncanakan, maksudnya adalah kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) diatas titik impas volume penjualan. Semakin tinggi margin kemanan, maka semakin rendah resiko untuk tidak balik modal. bahwa : Menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar (2000;535) mendefinisikan Batas Keamanan (Margin Of Safety) adalah perbedaan antara tingkat penjualan aktual dengan tingkat penjualan break even. Margin ini merupakan jumlah dimana penerimaan penjualan bisa turun sebelum kerugian terjadi, dan seringkali di ekspresikan sebagai persentase dari penjualan yang dianggarkan.

36 Sedangkan menurut Susan Irawati (2006;164) menjelaskan bahwa Margin of safety adalah besarnya pengurangan maksimum jumlah produksi atau penjualan dari yang dianggarkan agar perusahaan tidak sampai menderita kerugian. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa margin of safety merupakan batas maksimum dari penjualan yang dianggarkan dapat menurun dan masih dapat merealisir suatu laba. Dalam mengevaluasi risiko dalam pengoperasian suatu usaha, para manajer dapat memakai beberapa indikator. Salah satu indikator yang paling penting adalah margin pengamanan penjualan. Margin pengamanan penjualan adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan atas volume penjualan impas. Dengan ini maka perusahaan dapat menentukan seberapa banyak penjualan boleh diturunkan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Rumus yang digunakan adalah : Margin Pengamanan Penjualan = Total Penjualan - Penjualan Impas Dimana: Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.

37 6. Target Laba Menurut Supriyono (2000;188), mengemukakan bahwa : Laba adalah perubahan aktiva bersih selain dari perubahan investasi para pemilik yang dibuat dalam periode tertentu. Besarnya laba ditentukan dari proses mempertemukan secara wajar antara semua pendapatan dan semua beban yang terjadi dalam periode yang sama di dalam suatu laporan rugilaba. Sedangkan menurut Soemarso (2005;230), menjelaskan bahwa laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laba adalah nilai lebih yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan yang diterima setelah dikurangi dengan semua biaya yang dikeluarkan. Dalam melaksanakan operasinya, managemen suatu perusahaan tentu mengharapkan sejumlah laba tertentu. Besarnya laba yang diharapkan oleh manajemen suatu perusahaan disebut target laba. Analisis Cost Volume Profit dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya unit yang dapat dijual oleh suatu perusahaan untuk dapat mencapai laba sasarannya. Faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan taget laba dengan analisis cost volume profit yaitu biaya, harga jual dan volume (produksi atau penjualan). Biaya mempengaruhi laba perusahaan, dimana jika biaya perusahaan tinggi, maka laba yang diperoleh semakin rendah. Harga jual mempengaruhi laba, dimana penentuan harga jual yang terlalu rendah akan menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan tidak optimal dan penentuan harga jual yang terlalu tinggi akan menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan menjadi kecil karena tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain yang menentukan harga jualnya yang lebih

38 rendah. Volume penjualan mempengaruhi laba dimana semakin banyak volume penjualan perusahaan akan menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan semakin besar dan sebaliknya. Volume produksi akan mempengaruhi laba dimana jika barang yang diproduksi berlebihan, maka biaya produksi perusahaan semakin meningkat dan laba yang diperoleh akan berkurang. Untuk mengambil keputusan dalam perencanaan laba maka rumus yang digunakan adalah : Penjualan = FC + laba 1- VC S 7. Operating Leverage Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:343) Operating Leverage adalah suatu ukuran tentang seberapa sensitifnya laba bersih terhadap perubahan dalam penjualan. Operating leverage timbul karena perusahaan menggunakan biaya operasi tetap. Perusahaan meningkatkan kualitas penjualan lebih baik agar konsumen tertarik membeli barang yang akan dijual supata meningkatkan laba sehingga bisa menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Dengan mengetahui Operating leverage dan Break Even Point, maka perusahaan dapat memperhitungkan lebih jauh mengenai pencapaian tujuan. Adapun formulanya sebagai berikut : Tingkat Operating Leverage = Margin Kontribusi Laba Bersih

39 Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Adanya parameter ini, manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang menyebabkan perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan. 8. Bauran Penjualan Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:355) Bauran penjualan (Sales Mix) adalah proporsi relatif dimana produk perusahaan dijual. Bauran penjualan dihitung dengan menyajikan penjualan untuk setiap produk sebagai persentase total penjualan. Bauran penjualan merupakan proporsi relatif dimana produk perusahaan dijual. Bauran penjualan dihitung dengan menyajikan penjualan untuk setiap produk sebagai presentase total penjualan. Laba akan lebih besar jika dengan margin tinggi bukan yang bermargin rendah memiliki proporsi yang relatif besar dalam total penjualan. Sebaliknya perubahan dalam bauran produk dari barang yang memiliki margin rendah ke barang yang memiliki margin tinggi akan menyebabkan efek sebaliknya, total laba makin meningkat walaupun total penjualan menurun. Perubahan dalam bauran penjualan dapat mempengaruhi titik impas, margin keamanan dan faktor lainnya.

40 9. Grafik Cost Volume Profit (Cost Volume Profit Graph) Grafik Cost Volume Profit menggambarkan hubungan antara biaya, volume dan laba untuk memperoleh hubungan yang lebih rinci perlu untuk menggambarkan grafik 2 garis terpisah yaitu garis pendapatan total dan garis biaya total. Kedua garis ini masing masing diwakili oleh 2 persamaan berikut : Pendapatan Biaya total = harga x unit = (biaya variabel x unit) + biaya tetap Penyajian grafik cost volume profit (Break Even Point Chart) itu, mliputi 3 (tiga) langkah, yaitu sebagai berikut : 1. Langkah pertama, mengetahi dengan pasti berapa besar jumlah beban biaya tetap perusahaan dari setiap periodenya dan digambarkan dengan konstan 2. Langkah kedua, mengetahui dengan pasti beberapa beban biaya variabel tiap satuan produk (barang / jasa) yang dijual dan digambarkan secara proposional 3. Langkah ketiga, mengetahui secara pasti jumlah pendapatan penjualan selama periode tersebut dan dilukiskan secara proposional pula.

41 Gambar 2.5 TR Cost Rp BEP Laba TC Rugi FC VC Sales (Unit) Break Even Chart D. Perencanaan Laba Menurut Carter dan Usry (2005;4) Perencanaan laba (profit planning) adalah pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan. Sedangkan menurut Welsch, Hilton, dan Gordon (2000;30) Rencana laba adalah gambaran keuangan dan naratif mengenai hasil yang diharapkan dari keputusan perencanaan. Dan menurut Machfoedz (2000;23) Perencanaan laba dapat diartikan sebagai sebuah penentuan terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh manajemen dalam jangka waktu tertentu yang berhubungan dengan target laba yang ingin dicapai perusahaan.

42 Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa laba adalah penting dalam perencanaan, karena tujuan utama dari suatu rencana adalah mendapatkan laba yang memuaskan. Perencanaan laba akan efektif hanya bila semua pihak yang bertanggungjawab melaksanakan usaha yang terus menerus dan agresif untuk mencapai tujuan. Manajer pusat tanggung jawab harus menerima tanggung jawab untuk mencapai atau melampaui sasaran departemen yang tercantum di perencanaan laba. Seluruh tingkatan manajemen harus mengerti program, harus menyadari relevansi rencana bagi pelaksanaan fungsinya dan harus berpartisipasi dalam penerapannya dengan cara yang tepat. Perencanaan laba tidak dapat menggantikan manajemen. Perencanaan laba ini merupakan sistem yang dapat membantu melaksanakan proses manajemen. Adapun jenis perencanaan laba yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu perencanaan laba jangka pendek, karena margin of safety merupakan salah satu parameter yang digunakan sebagai alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi manajemen dalam proses perencanaan laba jangka pendek. E. Analisis Cost Volume Profit sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Manfaat dari analisis Cost Voume Profit adalah untuk membuat perhitungan perencanaan laba dari suati perusahaan dengan lebih jelas dan akurat. Seperti yang kita ketahui metode metode yang digunakan dalam analisi Cost Voume Profit adalah margin kontribusi dan rasio kontribusi, analisi titik impas,

43 analisis target laba, margin keamanan, grafik Cost Voume Profit, operating leverage, dan bauran penjualan. 1. Margin kontribusi bisa mengukur kenaikan pad laba untuk penambahan setiap unit yang terjual. 2. Analisis titik impas dapat membantu managemen unutk mengetahui pada tingkat berapa banyak produk terjual, dima perusahaan tidak memperoleh laba atau rugi. 3. Analisis laba dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya unit yang terjual oleh suatu perusahaan untuk dapat mencapai laba sasarannya. 4. Margin Keamanan dapat mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat menurun dari tingkat yang ditargetkan sebelum perusahaan mengalami kerugian. 5. Operating Leverage dapat mengukur seberapa sensitifnya laba bersih terhadapat perubahan penjualan. 6. Bauran penjualan dapat mencipatakan kombinasi atau bauran penjulan produk yang akan dapat menghasilkan laba terbesar. Menurut Carter dan Usry (2005;7), mengatakan bahwa perencanaan laba juga memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai berikut : 1. Prediksi bukanlah suatu ilmu pengetahuan pasti; ada sejumlah pertimbangan dalam estimasi manapun. 2. Anggaran dapat memfokuskan perhatian manajemen pada cita-cita (seperti tingkat produksi yang tinggi atau tingkat penjualan kredit yang tinggi) yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan organisasi. 3. Perencanaan laba harus memperoleh komitmen dari manajemen puncak dan kerja sama dari semua anggota manajemen. 4. Penggunaan anggaran secara berlebihan sebagai alat evaluasi dapat menyebabkan perilaku disfungsional.

44 5. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peranan administrasi. 6. Penyusunannya memakan waktu. Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa keterbatasan dari perencanaan laba adalah bahwa dalam suatu anggaran itu harus didasarkan pada peramalan atau prediksi, dan peramalan tersebut bukan merupakan dari suatu ilmu pengetahuan yang pasti. Semua metode yang digunakan dalam analisis Cost Volume Profit ini adalah mengacu pada unsur harga jual, jumlah produk dan biaya produk. Semua hubungan ini dapat dilihat dalam grafik Cost Volume Profit. Penyajian grafik juga membantu para manajer memahami dengan cepat apa yang mempengaruhi peningkatan / penurunan dalam penjualan yang akan dimulai pada titik impas. F. Penelitian Terdahulu Penulis dalam hal ini melakukan penelitian dengan melihat skripsi terdahulu yaitu dari Universitas Mercubuana, nama mahasiswa Helga Belinda Hasibuan (2009) dengan judul Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. LG Elecronics Indonesia Cabang Modern Channel. Penulis mendapatkan temuannya berupa data biaya volume laba pada PT. LG Elecronics dari tahun 2006 2008.