BAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak

dokumen-dokumen yang mirip
yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

KHOLIDIN CH & FAHRUR ROZI ASWAJA NU CENTER BOJONEGORO

`BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.


BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

SOAL TES Al-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) CALON TENAGA TEMPORER UMY 2016 (Waktu 45 Menit)

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

KABUPATEN SIDOARJO. menganalisis ragam pandangan tokoh agama kecamatan Taman tentang. benda wakaf yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

SOAL TES Al-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) CALON TENAGA TEMPORER UMY APRIL 2016 ( Waktu 45 Menit )

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pelaksanaan praktik khitan perempuan sering kali disandingkan dengan

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah,

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

BEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan

BAB VII PENUTUP. Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapat ulama Banjar terhadap akad nikah tidak tercatat secara resmi di

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

Buku ini menjawab tulisan KH. Muhyiddin Abdusshomad dalam bukunya Fiqh Tradisionalis, Cet VI, 2007, Pustaka Bayan, Malang karena isinya yang cukup

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB IV ANALISIS TERHADAP WAKAF BERJANGKA WAKTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

BAB V PENUTUP Kesimpulan

PENENTUAN ARAH QIBLAT

I. PENDAHULUAN. khususnya Agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya sekolah-sekolah yang

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB V PENUTUP. pernikahan, juga melakukan mengkajian terhadap hadits-hadits tentang

BAB I PENDAHULUAN. Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Sejak berdirinya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

RINGKASAN DAN SUMMARY

2016 NEO- SUFISME NURCHOLISH MADJID. (Menyegarkan Kembali Pemikiran dan Kehidupan Tasawuf) Muhamad Nur, M.S.I

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

UKHUWAH ISLAMIYYAH Oleh : Agus Gustiwang Saputra

BAB III PENENTUAN WAKTU SHALAT PADA KALENDER NAHDATUL ULAMA TAHUN Sejarah singkat tentang NAHDATUL ULAMA


BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

Pengajian tarjih rutin di ranting Muhammadiyah Desa Beji Kec Pedan, sholat tarawih 4 rakaat batal?

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

Kata Tajdi berasal dari bahasa Arab jaddadayujaddidu-tajdiidan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bank tidak dikenal dan sekarang ada. Maka persoalan baru dalam fiqh

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

RANCANGAN PEMBELAJARAN (RAPEM) MATA KULIAH AGAMA 2 (AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH) TAHUN AKADEMIK 2015/2016

PENGGUNAAN ISTIHSANDALAM PENETAPAN HUKUM FIQH IMAM ASY-SYAFI I MENURUT IMAM FAKHRUDDIN AR-ROZI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT BLORA TENTANG MTA DI BLORA. A. Tanggapan Organisasi Masyarakat Islam di Wilayah Blora

BAB II TINJAUAN UMUM MUI, NU DAN METODE HUKUM, SERTA KONSEP DENDA DALAM ISLAM

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilda Nuurul Falah, 2016

pertama, Iman dan Ketaatan dari subyek amal. Dalam konteks zakat

BAB V PENUTUP. Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL ASWAJA/KE-NU-AN DI MTS AS SYAFI IYAH POGALAN, TRENGGALEK TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Mbah Said, Sebuah Catatan Tentang Moderasi Islam Bagian I

BAB I PENDAHULUAN. Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu dari tokoh madzab dalam Agama

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Metode pehamanan hadis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam memahami hadis ada beberapa sisi persamaan dan perbedaan. Secara garis besar antara Muhammadiyah dan NU menggunakan dua paradigma yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi Islam berhaluan modernis lebih bercorak rasionalistik dalam menyikapi kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak terinspirasi oleh pemikir Rasyid Ridla dan Muhammad Abduh. Dua pemikir modern Timur Tengah ini yang mengobarkan penafsiran rasionalistik. Sisi lain, Muhammadiyah juga menampilkan pola pemikiran yang literalis sebagaimana yang dipahami kaum salafi. Salah satu corak pemikiran salafiyah adalah ide purifikasi, kembali kepada al-qur an dan Hadis. Ide purifikasi banyak dipengaruhi oleh tokoh Islam Timur Tengah Ibnu Taimiyah, dan sepertinya paradigma ini lebih tampak dipermukaan dalam Muhammadiyah. Pembahasan mengenai pemberantasan tahayul, bid ah dan khurafat, menjadi sentral bahasan. Bila diamati lebih dalam, paradigma Muhammadiyah dari masa ke masa mengalami pergeseran. Sejarah mencatat setidaknya tiga paradigma pernah atau ada dalam Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah merupakan tokoh yang berpandangan seperti layaknya kiai pesantren, yaitu taqlid pada imam mazhab, dalam hal ini adalah mazhab 107

108 Syafi iyah. Dalam periode kepemimpinan pasca Ahmad Dahlan, paradigma Muhammadiyah mengalami pergeseran menjadi rasionalistik dan atau salafi. Pergeseran paradigma ini akan terus dialami oleh Muhammadiyah karena keterbukaan pondasi paradigma organisasi yang dibangun sejak awal. Dengan mendeklarasikan diri sebagai persyarikatan yang tidak bermazhab pada imam mijtahid, itu artinya paradigma organisasi Muhammadiyah akan ditentukan oleh paham, SDM serta peran para kader Muhammadiyah, khususnya yang memiliki posisi otoritas. Pemahaman hadis Muhammadiyah juga dibangun diatas pondasi rasionalistik. Dari beberapa tema hadis yang penulis teliti dalam skripsi ini, nampak sekali paradigma rasional Muhammadiyah dalam memahami dalildalil tentang talqin. Penalaran rasionalistik juga tampak jelas dalam memahami hadis tentang hisab dan ru yah. Secara terstruktur, metode pemahaman al-qur an dan Hadis maupun wadah untuk mengkaji dan mendalami ajara Islam terlembagakan dalam Majelis Tarjih Muhammadiyah. Lembaga ini bertugas memahami dan mencari solusi atas problematika sosial-keagamaan yang terjadi dalam masyarakat. Ijtihad yang dilakukan adalah tarjih atas dalil-dalil al-qur an dan Hadis, dan melakukan ijtihad ketika tidak memperoleh dalil penyelesaian dari al-qur an dan Hadis. Sedangkan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah organisasi para kiai, khususnya kiai pesantren adalah jam iyah yang melestarikan ajaran para ulama salaf. Jami ah NU juga dikenal dengan sebutan paham tradisionalis. Tradisionalisme NU bukan mengarah pada corak maupun pola pemikiran

109 yang masih sarat dengan pemikiran tradisional. Namun lebih mengarah pada tradisi ajaran Islam sebagaimana yang telah menjadi tradisi ulama salafusshalihin. Paham Islam tradisional diformulasikan NU yaitu paham Islam yang taqlid pada salah satu imam mazhab (Imam Maliki, Syafi i, Hanafi, dan Hanbali). Keempat imam mujtahid inilah yang dijadikan NU sebagai sosok yang layak diteladani, dan bukan imam mujtahid yang lain. Bila dijelaskan lebih jauh, paham NU mengenai taqlid tidak hanaya terbatas pada empat imam mazhab tersebut. Taqlid terhadap imam mazhab ini mencakup paham hukum Islam, terutama pada paham fiqh; dibidang tauhit taqlid pada Imam al-asy ari dan al-maturidi; di bidang tasawuf taqlid pada Imam al-ghazali dan Imam Junaid al-baghdadi; dan dibidang politik banyak mengambil inspirasi dari Ibnu Khaldun dan Ibnu Taimiyah. Taqlid pada imam mazhab fiqh pada mulanya terbatas pada taqlid qauli, atau mengikuti pendapat serta statemen para ulama mazhab dalam memahami ajaran Islam. Namun dalam perkembangannya, NU tidak sebatas hanya taqlid pada qauli, tapi juga taqlid manhaji. Taqlid manhaji adalah taqlid pada metode serta corak pemikran para ulama mazhab dalam istinbat hukum pada al-qu an dan Hadis. Dalam memahami hadis, metode yang dipergunakan NU mengikuti metode-metode yang dipergunakan oleh ulama salaf. Dalam perkembangannya, NU juga banyak memanfaatkan jasa ilmu modern dalam memahami al-qur an dan Hadis. Teori hermeneutik dan feminis setidaknya

110 saat ini banyak digemari dan dipergunakan oleh NU, khususnya generasi muda. Lembaga yang memiliki tugas yang sama dengan Majelis Tarjih dalam NU adalah Lajnah Bahsul Masail. Yang menjadi perbedaan dari dua lembaga ini adalah metode yang dipergunakan dalam menyelesaikan masalah waqiiyah. Langkah yang ditempuh oleh NU dalam mencari solusi problematika sosial-keagamaan yang terjadi dalam masyarakat adalah dengan mencari rumusan yang telah tertulis dalam turat (kitab kuning). B. Saran 1. Al-Qur an dan Hadis merupakan sumber ajaran agama Islam otoritatif untuk dijadikan pedoman hidup bagi umat Islam. Al-Qur an dan Hadis banyak dikaji dan diteliti oleh para sarjana muslim maupun non muslim. Bagi sarjana muslim, mengkaji al-qur an dan Hadis akan menambah wawasan dan keimanan kepada Allah. Namun bagi sarjana Barat (orientalis), mengkaji al-qur an hanya sebagai objek penelitian an sich. Hal yang mendesak untuk dipahami bagi generasi muslim adalah rasa tanggung jawab terhadap agamanya, dan bersungguh-sungguh dalam beragama dan mau mengembangkan Islam dan wacana Islam. Ketika generasi muslim bersikap apatis, maka jangan disesali ketika seluruh wacana ketimuran (Isalam) akan dikuasai Orientalis. Akan ada suatu masa dimana seorang muslim belajar tentang Islam (modern) dengan bimbingan para sarjana Barat yang tidak beragama Islam. Aneh memang, akan tetapi inilah realitas. Tidak sedikit saat ini para akademisi muslim yang memiliki pandangan sejalan dengan para orientalis. Hal demikian

111 karena ia banyak mempelajari dan menelaah kajian-kajian Islam modern, yang memang, banyak ditulis oleh orientalis. 2. Pentingnya melakukan penelitian hadis, khususnya keshahihan sanad dan matan juga dilatarbelakangi adanya kekhawatiran mewabahnya perbuatan merubah sanad dan matan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini penulis temukan dari beberapa kitab hadis terbitan Timur Tengah terdapat praktik penggantian sanad dan matan dengan tujuan memperkokoh paham tertentu, terutama paham yang mendominasi Timur Tengah untuk mempertahankan tirani kekuasaan. Penyebaran kitab-kitab yang telah dirubah beberapa bentuk sanad dan matannya ini dilakukan melalui hibah berupa kitab yang di kirim ke seluruh umat Islam sedunia. 3. Kedewasaan beragama mutlak dilakukan oleh umat Islam saat ini. Sumber ajaran Islam (terutama hadis) dan meningkatkan pemahaman tentang Islam merupakan keniscayaan. Sudah saatnya umat Islam saat ini pandai memilah-milah ajaran Islam yang substansial, dan ajaran Islam yang sudah ditunggangi kepentingan. Perpecahan umat Islam serta munculnya aliran-aliran dalam Islam yang masing-masing memiliki sumber ajaran sendiri (terutama koleksi hadis) tidak cukup hanya dipandang karena hal demikan merupakan sudah di nash oleh Allah. Namun tidak ada salahnya jika perpecahan demikian dilatarbelakangi kepentingan-kepentian yang bukan merupakan substansi ajaran Islam. 4. Dalam konteks Indonesia, kemunculan beragamnya aliran, paham, serta ormas-ormas Islam yang sepertinya berebut mencari ruang untuk ber-

112 eksistensi juga harus dibaca dengan kerangka kedewasaan beragama. Hal ini penting ditekankan karena bila seseorang beragama dan memperoleh ajaran secara doktrinal melulu, maka baginya Islam yang benar adalah Islam yang ia pelajari dan menolak serta menganggap salah Islam orang lain. Lebih spesifik, perbedaan paradigma Muhammadiyah dan NU dalam memahami sumber ajaran (khususnya hadis) serta beda implementasi ajaran juga harus dilihat dari sudut pandang yang kritis. Harus jelas dibedakan mana substansi ajaran dan mana fatwa atau paham ajaran yang sudah bercampur dengan kepentingan, baik kepentinag individu maupun kepentingan organisasi. 5. Penelitian pemahaman hadis tentang ru yah dan hisab, istighotsah, tawasul, talqin, dan qunut perspektif Muhammadiyah dan NU banyak dijumpai kekurangan. Kadang penulis menggebu ingin mengejar daging, namun justru tulang yang diperoleh. Objek yang seharusnya menjadi pokok (ushul) bahasan malah luput dari analisis penulis, sementara sibuk menaganalisis hal-hal yang sifatnya furu iyyah. Kesemangatan ini semua tidak lapas dari motivasi hadis Nabi SAW. barang siapa berijtihad bila ia salah, maka mendapat satu pahala. Sedangkan bila benar mendapat dua pahala (H.R. Bukhori, Nasa i, Ibnu Majjah dan Imam Ahmad), dan hadis Orang yang banyak pengetahuannya maka ia akan sedikit sekali bersikap menyalahkan orang lain (al-hadis). Terakhir, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, dan merupakan suatu kehormatan bila ada adik-

113 adikku Ushuluddin maupun siapa saja yang mau melanjutkan penelitian ini demi memperoleh pemahaman tema bahasan yang holistik.