ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi tiaraaprilini@gmail.com Abstrak. Pemetaan kualitas pembelajaran sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi dan lingkungan sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan. Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pembelajaran IPA Terpadu merupakan salah satu implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Melalui pembelajaran IPA Terpadu beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema sehingga tidak perlu dibahas berulang kali dalam kajian yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peta kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive. Penelitian pada sekolah dikelompokkan berdasarkan akreditasi sekolah yaitu A dan B yaitu diambil 3 sekolah dari masingmasing akreditasi pada kelas VIII. Sekolah tersebut yang berakreditasi A yaitu (SMP N 1, SMP N 10, dan SMP N 14) dan sekolah berakreditasi B yaitu (SMP N 19, SMP N 23, dan SMP N 25). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan secara keseluruhan berdasarkan 8 standar nasional pendidikan peta kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi sekolah berakreditasi A menunjukkan persentase yang lebih tinggi dari pada sekolah berakreditasi B. Berdasarkan penelitian ini disarankan perlu adanya kerjasama antara pihak sekolah, guru, dan siswa dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA Terpadu. Pelatihan bagi guru mata pelajaran IPA Terpadu yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Diharapkan adanya alokasi khusus untuk biaya pengembangan pendidik mata pelajaran IPA Terpadu. Kata kunci : Pemetaan kualitas, Pembelajaran IPA Terpadu. 1
PENDAHULUAN Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini tengah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya itu didorong oleh kenyataan akan rendahnya kualitas out put pendidikan yang ada, tantangan serta tuntutan globalisasi yang meniscayakan standar kualitas sumberdaya manusia yang tinggi dalam rangka menghadapi persaingan. Diantara upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut adalah dengan mengubah menyempurnakan kurikulum (Tilaar, 2004:3). Pembelajaran Terpadu merupakan salah satu implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Misalnya dalam bidang kajian IPA tentang tema lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan (biologi), energi dan perubahannya (fisika), dan materi dan sifatnya (kimia). Dengan demikian, melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema sehingga tidak usah dibahas berulang kali dalam kajian yang berbeda (Trianto, 2012:116). Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan perundangan lain yang relevan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP dipenuhi oleh satuan atau program pendidikan dan penyelenggara satuan atau program pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam kerangka jangka menengah yang ditetapkan dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan. Terdapat delapan SNP yaitu: 1) Standar Isi, 2) Standar Proses, 3) Standar Kompetensi Lulusan, 4) Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar Sarana dan Prasarana, 6) Standar Pengelolaan, 7) Standar Pembiayaan, 8) Standar Penilaian. Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya (Sudrajat, 2012:11). 2
Berbagai bentuk pembinaan dilakukan oleh Kemendiknas dalam rangka mengimplementasikan perintah sistem perundang-undangan, dan salah satu diantaranya adalah melakukan pemetaan mutu yang menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan. Pemetaan dilakukan untuk mengetahui kondisi dan lingkungan sekolah terhadap penyelenggaraan (Anonim a, 2011:2). Khusus pengembangan kualitas pendidikan maka dilakukan pemetaan berdasarkan akreditasi sekolah yaitu akreditasi A dan B. Pemerintah sudah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sudah dianjurkan untuk melaksanakan IPA Terpadu pada semua satuan pendidikan di SMP namun pembelajaran IPA Terpadu tidak semua sekolah yang melaksanakannya. Pada kurikulum 2013 implementasinya di fokuskan kepada kelas VII dan pada sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 semua guru diwajibkan mengikuti pendidikan dan pelatihan IPA Terpadu sehingga semua sekolah diharuskan melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu. Pada penelitian ini akan difokuskan pada sekolah yang telah melaksanakan IPA Terpadu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hal ini disebabkan karena kurikulum 2013 baru beberapa bulan dilaksanakan sehingga belum kelihatan adanya perbedaan kualitas/mutu pada tiap-tiap sekolah yang berbeda akreditasinya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri se-kota Jambi, pemetaan dilakukan berdasarkan akreditasi sekolah sehingga kualitas pembelajaran IPA terpadu di setiap sekolah menjadi berbeda-beda. Sementara sekolah dituntut untuk melaksanakan IPA Terpadu untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Setiap guru diharuskan mengajar 3 mata pelajaran IPA yaitu biologi, fisika dan kimia yang sekarang tergabung menjadi satu yaitu IPA terpadu. Sementara siswa dituntut untuk mengikuti kebijakan kurikulum IPA terpadu di sekolah, pembelajaran harus dikuasai siswa dari penekanan pada pengembangan kemampuan analitis terhadap konsepkonsep yang dipadukan. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian dengan judul Analisis Pemetaan Kualitas Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Se-Kota Jambi. 3
METODE Penelitian ini dilakukan melalui survey yaitu dengan jenis penelitian deskriptif yaitu peneliti berusaha memberikan gambaran informasi mengenai status suatu gejala yang diperoleh pada saat penelitian dilakukan (Sukardi, 2006:157). Menurut Sevilla (2006:71) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP Negeri kelas VIII se-kota Jambi. Sampel dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan akreditasi sekolah yaitu A dan B yaitu diambil 3 sekolah dari masing-masing akreditasi. Sekolah yang menjadi sampel adalah SMPN 1, SMPN 10, SMPN 14, SMPN19, SMPN 23, dan SMPN 25. Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh langsung berdasarkan pengisian angket, wawancara dan observasi. Data skunder pada penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dari sekolah yaitu berupa data dokumentasi. Data hasil penelitian dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dari hasil pengisian angket oleh siswa dihitung dengan rata-rata teknik presentase. Sukardi (2006:86) menyatakan jika data tersebut dalam bentuk kuantitatif atau ditransfer dalam angka maka cara mendeskripsikan data dapat dilakukan dengan menggunakan analisis statistik, yaitu dengan cara sebagai berikut: 1. Analisis angket Angket dianalisis secara kuantitatif. Data yang terkumpul akan dianalisis dengan cara membandingkan jumlah skor yang diperoleh responden dengan skor total soal atau angket dikali 100%, sehingga hasilnya akan dinyatakan dalam bentuk persentase. Selanjutnya pengolahan data penelitian dengan menggunakan analisis statistik tertentu dilakukan dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut (Riduwan, 2012:13). 4
Keterangan: p = persentase Ʃ F = Skor jawaban responden Ʃ N = Skor total. Menurut Riduwan (2012:13) bahwa hasil persentase akhir tersebut akan ditafsirkan menggunakan kriteria penafsiran aspek kualitas, sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.2 Kriteria Penafsiran No Persentase Kategori/Aspek kualitas 1. 81-100 Sangat efektif 2. 61-80 efektif 3. 41-60 Cukup efektif 4. 21-40 Kurang efektif 5. 0-20 Sangat tidak efektif 2. Analisis wawancara Pengelolaan data menggunakan numerical rating scale menurut Widoyoko (2012:120), dengan pengumpulan data menggunakan angka sebagai tanda kualitas sesuatu yang diukur. Dalam penelitian ini kualitas tertinggi pada angka 3, sedang 2, rendah 1. I = ( T- R) / 3 I T R = Interval = Skor tertinggi = Skor terendah. Tabel 3.3 Kriteria interval rating scale Jumlah Skor Individu Kelompok Rerata Skor Klasifikasi Kinerja 107 s/d 135 212 s/d 270 >2,34 s/d 3,0 Tinggi 76 s/d 106 151 s/d 211 >1,67 s/d 2,34 Cukup 45 s/d 75 90 s/d 150 1,0 s/d 1,67 Rendah HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi data angket pemetaan kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi. 5
Persentase Tabel 4.9 Distribusi hasil persentase angket secara keseluruhan dari indikator pemetaan kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi. No Indikator Frekuensi Persentase Rentang % Kategori 1 Standar isi 612 72,8 61-80 Tinggi 2 Standar Proses 536 89,3 81-100 Sangat tinggi 3 Standar kompetensi lulusan 212 88,3 81-100 Sangat tinggi Standar pendidik dan tenaga 4 kependidikan 642 76,4 61-80 Tinggi 5 Standar sarana dan prasarana 845 78,2 61-80 Tinggi 6 Standar pengelolaan 278 77,2 61-80 Tinggi 7 Standar pembiayaan 181 37,7 21-40 Rendah 8 Standar penilaian pendidikan 293 81,4 81-100 Sangat tinggi Distribusi hasil angket secara keseluruhan untuk semua indikator pemetaan kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi, juga divisualisasikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Standar isi Standar proses Standar kompetensi lulusan Standar pendidik dan tenaga kependidikan Standar sarana dan rasarana Standar pengelolaan Standar pembiayaan Standar penilaian pendidikan Gambar 4.1 Distribusi persentase secara keseluruhan hasil angket pemetaan kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi. 2. Deskripsi data wawancara pemetaan kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi. 6
A. Sekolah berakreditasi A Tabel 4.10 Distribusi hasil wawancara pemetaan kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi Akreditasi A. No Kualitas pembelajaran IPA Terpadu f % 1. Tinggi 81 71% 2. Cukup 22 19% 3. Rendah 11 10% Jumlah 114 100% B.Sekolah berakreditasi B Tabel 4.11 Distribusi hasil wawancara pemetaan kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi Akreditasi B. No Kualitas pembelajaran IPA Terpadu f % 1. Tinggi 52 46% 2. Cukup 48 42% 3. Rendah 14 12% Jumlah 114 100% Distribusi hasil wawancara pemetaan kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi secara keseluruhan: Gambar 4.2 Distribusi persentase hasil wawancara pemetaan kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se-kota Jambi. Berdasarkan hasil distribusi angket, wawancara, observasi dan dokumentasi dapat dilihat dari penjabaran dalam standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Lebih jelasnya dapat dilihat dari penjelasan berikut ini. 1. Standar isi Standar isi adalah cakupan materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pada sekolah yang 7
berakreditasi A yaitu secara keseluruhan RPP disusun berdasarkan silabus dan pengembangan kurikulum IPA Terpadu telah dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA Terpadu. Meskipun penilaian secara umum menunjukkan persentase yang tinggi, namun dapat diketahui bahwa terdapat permasalahan yang ada, terlihat pada sekolah yang berakreditasi B yaitu karena guru belum sepenuhnya menggunakan silabus, RPP yang dirancang sendiri sesuai dengan tuntutan pengembangan kurikulum sekolah, melainkan masih menggunakan silabus, RPP yang lama. 2. Standar proses Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Pada sekolah berakreditasi A pada pembelajaran IPA Terpadu guru menguasai konsep IPA Terpadu dengan baik sewaktu mengajar dan metode yang digunakan guru menarik ketika proses pembelajaran IPA Terpadu. Sedangkan pada sekolah berakreditasi B metode mengajar yang digunakan guru kurang menarik,belum sepenuhnya menguasai konsep IPA Terpadu dengan baik, guru belum mampu memadukan pembelajaran IPA Terpadu dengan baik. 3. Standar kompetensi lulusan Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada sekolah berakreditasi A pengalaman belajar IPA Terpadu yang memanfaatkan lingkungan, laboratorium dan pengembangan IPTEK dilaksanakan lebih dari satu kali sehingga siswa menguasai pengetahuan IPA Terpadu untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Pada sekolah berakreditasi B dilaksanakan sebanyak 1 kali. Disini terlihat bahwa siswa telah memiliki pengalaman untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi tetapi belum menguasai pengetahuan IPA Terpadu secara keseluruhan. 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pada sekolah berakreditasi A guru mata pelajaran IPA Terpadu mengajarnya ada yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan ada pula yang mengajar dengan 8
menguasai satu mata pelajaran tetapi tetap mengajar dalam satu konsep yaitu IPA Terpadu. Semua guru yang mengajar berijazah S1. Pada sekolah berakreditasi B guru mata pelajaran IPA Terpadu mengajar ada yang mengajar dengan menguasai satu mata pelajaran dan ada juga yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Untuk laboratorium pada akreditasi A dan B belum memiliki tenaga khusus (laboran) dalam mengelola laboratorium. 5. Standar sarana dan prasarana Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimum mengenai hal yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Pada sekolah berakreditasi A terlihat sarana dan prasarananya menunjang untuk pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu yaitu terdapat ruang kelas serta sarananya telah sesuai, perpustakaan memiliki ukuran dan kelengkapan penunjang pembelajaran IPA Terpadu seperti buku cetak IPA Terpadu, buku teks pelajaran yang sesuai dengan pemendiknas, laboratorium dan sarana di dalamnya yang lengkap, ruang guru yang memiliki jumlah dan ukuran yang sesuai. Pada sekolah berakreditasi B terdapat ukuran perpustakaan serta sarananya kurang sesuai dengan ketentuan hal ini terlihat dari koleksi buku-buku di perpustakaan yang terlihat sudah usang dan kurang sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran IPA Terpadu yang sedang dipelajari. Laboratorium yang kurang lengkap, padahal laboratorium dapat menjadi penunjang untuk menciptakan suasana belajar yang lebih efektif dan kondusif sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan melalui praktikum secara langsung. 6. Standar pengelolaan Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan. Pada standar ini pada sekolah akreditasi A sekolah memiliki dan melaksanakan lebih dari 1 program pengelolaan kegiatan pengembangan kurikulum dan pembelajaran IPA Terpadu, memiliki dan melaksanakan program pengelolaan pembiayaan praktikum IPA Terpadu. Pada sekolah berakreditasi B memiliki dan melaksanakan 1 program pengelolaan kegiatan pengembangan kurikulum dan pembelajaran IPA Terpadu. 9
Akan tetapi sekolah tidak memiliki dan melaksanakan program pengelolaan pembiayaan praktikum IPA Terpadu. Masalahnya terdapat pada kondisi keuangan sekolah, waktu dan sistem manajemen informasi sekolah yang belum memadai. Evaluasi program mengenai kegiatan sekolah dan kinerja pendidik hanya dilakukan sekali dalam setahun. 7. Standar pembiayaan Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pada sekolah berakreditasi A sekolah menyediakan alokasi khusus untuk pengembangan IPA Terpadu. Sedangkan pada sekolah berakreditasi B terdapat perbedaan yaitu sekolah menyediakan sedikit alokasi dana untuk pengembangan IPA Terpadu dan tidak menyediakan alokasi dana hal ini disebabkan tidak adanya alokasi khusus untuk pengembangan pembelajaran IPA Terpadu. Sekolah tidak memiliki anggaran untuk mengembangkan tenaga pendidik mereka, seperti untuk mengikuti pelatihan, seminar dan sejenisnya. 8. Standar penilaian Standar penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pada standar ini sekolah berakreditasi A dan B telah melaksanakan teknik penilaian sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi Permasalahan terlihat pada sekolah berakreditasi B yaitu pada standar penilaian ini guru jarang memberikan balikan hasil kerja siswa disertai masukan/komentar yang mendidik sehingga siswa kurang mengetahui apa saja yang mesti diperbaiki agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. PENUTUP Kesimpulan. Dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan peta kualitas pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri se- Kota Jambi sekolah berakreditasi A menunjukkan persentase yang lebih tinggi dari pada sekolah berakreditasi B. 10
2. Pada sekolah berakreditasi A dan B telah memiliki pengalaman belajar IPA Terpadu hanya saja berbeda pada jumlah pelaksanaannya. Sekolah berakreditasi A pengalaman belajarnya lebih banyak dari pada sekolah berakreditasi B. 3. Dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu sekolah berakreditasi A memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik dan lengkap dari pada sekolah berakreditasi B. 4. Pada sekolah berakreditasi A dan B memiliki dan melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum akan tetapi pada sekolah berakreditasi B setiap tahunnya telah membuat perencanaan kegiatan akan tetapi tidak berjalan dengan semestinya. Saran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan agar: 1. Perlu adanya kerjasama antara pihak sekolah, guru dan siswa dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA Terpadu. 2. Pelatihan bagi guru mata pelajaran IPA Terpadu yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 3. Diharapkan adanya alokasi khusus untuk biaya pengembangan pendidik mata pelajaran IPA Terpadu. DAFTAR PUSTAKA Anonim a. 2011. Pemetaan Pendidikan. Diakses tanggal 14 Juli 2013. dari: digilib.un-suka.ac.id Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Hadriana. 2010. Standar Nasional Pendidikan. Diakses tanggal 5 juni 2013. dari: www.tp.ac.id/tag/standarnasionalpendidikan. Nurbuko, C. dan Achmadi, A. 2010.Metodologi Penelitian. Jakarta:Bumi Aksara. Rahayu. 2012. Pengembangan Pembelajaran Terpadu. Diakses tanggal 20 Mei 2013. http://jurnal.unnes.ac.id/index.php/jpii Riduwan. 2011. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta Satori, D dan Komariah, A. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung Sevilla. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia Press Subekti, S.P.I. 1995. Kurikulum Pengantar untuk Kurikulum Kreatif dan Praktek Sesuai Perkembangan. Jakarta : PT Guna Widya 11