JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2014

dokumen-dokumen yang mirip
INSIDENSI PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN KENTANG. (Solanum tuberosum L) DI KECAMATAN MODOINDING

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

INSIDENSI PENYAKIT TUNGRO PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

RINGKASAN. 1. Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan 2. Dosen Fakultas Pertanian Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan SUMMARY

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ).

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. BAHAN DAN METODE A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

VIRULENSI FUSARIUM OXYSPORUM F. SP. CEPAE ISOLAT BAWANG MERAH PADA BAWANG PUTIH

INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN KRISAN (Chrysanthenum morifolium) DI KECAMATAN BERASTAGI, KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

JURNAL. DIAGNOSIS DAN INSIDENSI PENYAKIT REBAH KECAMBAH PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DI KABUPATEN MINAHASA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

INTENSITAS DAN LAJU INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN Uromyces phaseoli PADA TANAMAN KACANG MERAH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri)

JURNAL SAMMY SEM NICLAS RORI Dosen Pembimbing :

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

IDENTIFIKASI GENUS JAMUR FUSARIUM YANG MENGINFEKSI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DI DANAU TONDANO

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Smith.) sudah tidak asing lagi bagi. penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam buah tomat banyak

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

IV. KULTIVASI MIKROBA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGGUNAAN JAMUR ANTAGONIS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MODUL-12 MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP A. KOMPTENSI DASAR B.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

II. MATERI DAN METODE

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

BAHAN DAN METODE. Bahan

EFEKTIVITAS AGENS ANTAGONIS TRICHODERMA SP PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH TERHADAP PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT

KEJADIAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA VERTIKULTUR DI SIDOARJO

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IDENTIFIKASI PENYAKIT DUA VARIETAS TOMAT (LICOPERSICON ESCULENTUM MILL.) YANG TERIMBAS ASAM FUSARAT TERHADAP JAMUR PATOGEN DI KABUPATEN SIDRAP

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Wawancara Pengamatan dan Pengambilan Contoh

PENGARUH RADIASI ULTRA VIOLET TERHADAP VIRULENSI. Fusarium oxysporum f.sp passiflora DI LABORATORIUM SKRIPSI OLEH : MUKLIS ADI PUTRA HPT

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

Transkripsi:

JURNAL INSIDENSI PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) DI KECAMATAN LANGOWAN BARAT. MUHAMMAD FADLY SYAM 100 318 007 DOSEN PEMBIMBIING : 1. Ir. Max M. Ratulangi, MS 2. Ir. Guntur S.J. Manengkey, MP 3. Prof. Dr. Ir. Max Tulung, MS JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2014

INSIDENSI PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) DI KECAMATAN LANGOWAN BARAT. THE INCIDENCE OF FUSARIUM WILT DISEASE IN TOMATO PLANTS (Lycopersicum esculentum Mill) IN DISTRICT OF WEST LANGOWAN. Muhammad Fadly Syam 1,2, Max M. Ratulangi 2, Guntur S.J. Manengkey 2, Max Tulung 2 ¹ ² Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama & Penyakit Fakultas Pertanian,Universitas Sam Ratulangi, Jl. Kampus Unsrat Mando, 95515 Telp (0431) 846539 ABSTRACK Tomato (Lycopersicum esculentum Mill) is no stranger to the community as a tomato vegetable crops play an important role in the nutrition community. This study aims to determine the cause of Fusarium wilt disease and the incidence of disease. This study was conducted in farmers' fields in the village of Tumaratas, Raringis, and Kopiwangker from February to April 2014 This study used a survey method or field observation purposive sampling. Materials and tools used in this study is the tomato crop land, plants Fusarium wilt disease, PDA, CLA media, antibiotics, distilled water, 95% alcohol, petridish, parafilm, test tube, needles ose, spirit lamp, analytical scales, tweezers, cutter, masking tape, autoclave, laminar air flow, rack culture, cover glass, glass objects, microscope, digital cameras, and stationery. The results showed the fungus that causes Fusarium wilt disease infecting tomato plants in the District of West Langowan is Fusarium sp. The incidence of Fusarium wilt disease on tomato plants in the District of West Langowan is Tumaratas village average of 6.16%, the village Raringis average of 8.66%, and the average village Kopiwangker 9.61%. The highest incidence of the disease an average of 13.66% while the lowest incidence of tomato plants with an average of 4.33%. Keywords : Tomato plant, Fusarium sp. ABSTRAK Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena sebagai tanaman sayuran tomat memegang peranan yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit layu fusarium dan insidensi penyakit. Penelitian ini dilaksanakan di laha petani di Desa Tumaratas, Raringis, dan Kopiwangker dari bulan Februari sampai April 2014. Penelitian ini menggunakan metode survei atau observasi lapang secara purposif sampling. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan tanaman tomat, tanaman yang terserang penyakit layu fusarium, media PDA, media CLA, antibiotik, aquades, alkohol 95%, petridish, parafilm, tabung reaksi, jarum ose, lampu spiritus, timbangan analitik, pinset, cutter, selotip, autoclave, laminar air flow, rak kultur, cover gelas, objek gelas, mikroskop, kamera digital, dan alat tulis menulis. Hasil penelitian menunjukkan jamur penyebab penyakit layu fusarium yang menginfeksi pada tanaman tomat di Kecamatan Langowan Barat adalah Fusarium sp. Insidensi penyakit layu fusarium pada tanaman tomat di Kecamatan Langowan Barat adalah desa Tumaratas rata-rata 6,16%, desa Raringis rata-rata 8,66%, dan didesa Kopiwangker rata-rata 9,61%. Insidensi penyakit tertinggi rata-rata 13,66% sedangkan tanaman tomat dengan insidensi terendah rata-rata 4,33%. Kata kunci : Tanaman Tomat, Fusarium sp. 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena sebagai tanaman sayuran tomat memegang peranan yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Menurut Tugiyono (2005), dalam buah tomat terdapat 30 kalori, vitamin C 40 mg, vitamin A 1.500 S.I, zat besi, dan kalium. Tanaman sayuran seperti tomat merupakan komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat baik dilihat dari nilai ekonominya maupun kandungan gizinya yang juga yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh manusia apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Selain produk itu tanaman tomat umumnya dapat dijadikan bahan baku industri (Nurtika, 1995). Dalam budidaya tomat terdapat kendala di lapangan yaitu gangguan hama dan penyebab penyakit tanaman baik bakteri, jamur, virus maupun mikroorganisme lain. Salah satu penyakit yang mengganggu tanaman tomat yaitu penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici yang merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman tomat. Penyakit ini pernah dilaporkan menimbulkan kerugian yang besar di Jawa Timur dengan tingkat serangan mencapai 23% (Bustaman, 1997). Sedangkan di Kalimantan Tengah serangan patogen ini mencapai 25%-50% berdasarkan data Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (1997). Adanya serangan F. oxysporum menjadi salah satu pembatas yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi tomat (Freeman et al., 2002). Patogen ini dapat ditemukan pada daerah beriklim sedang dan tropis serta pada lingkungan yang beragam, seperti daerah kutub utara dan daerah padang pasir (Nelson, 1981). Penyebab layu fusarium juga menyerang hampir seluruh bagian tanaman yang dibudidayakan termasuk tumbuhan liar (Kranz et al., 1977). Di Kecamatan Langowan Barat pada areal pertanaman tomat ditemukan adanya serangan penyakit layu, yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan mikroorganisme lain, yang menginfeksi tanaman tomat tersebut sudah sering muncul namun belum diketahui secara pasti penyebabnya. Berdasarkan laporan dari petani bahwa penyakit layu termasuk masalah yang penting dalam budidaya tomat di daerah ini, maka perlu kajian yang mendasar tentang deteksi penyebab penyakit layu, dan tingkat insidensinya di lapang untuk menentukan cara pengendalian yang efektif dan efisien. 2

1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit layu fusarium dan insidensi penyakit tersebut pada tanaman tomat di Kecamatan Langowan Barat. 1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyakit layu fusarium dan insidensinya pada tanaman tomat sehingga dapat diperoleh masukan yang efektif dalam upaya pengendaliannya. II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilapangan dilaksanakan di desa Tumaratas, Raringis dan desa Kopiwangker, Kecamatan Langowan Barat, penelitian laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi selama 3 (tiga) bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan April 2014. 2.2. Bahan dan alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan tanaman tomat, tanaman yang terserang penyakit layu fusarium, media PDA, media CLA, antibiotik, aquades, alkohol 95%, plastik bening, petridish, parafilm, tabung reaksi, beker gelas, jarum ose, lampu spiritus, timbangan analitik, pinset, cutter, silet, selotip, autoclave, laminar air flow, rak kultur, cover gelas, objek gelas, mikroskop, handcounter, kamera digital, dan alat tulis menulis. 2.3 Metode Penelitian 2.3.1 Di Lapangan Penelitian ini menggunakan metode survei atau observasi lapang secara purposif sampling dengan objek penelitian lahan petani tomat. Petak pengamatan diambil 60 unit contoh tanaman yang menunjukkan serangan secara diagonal (Gambar 1). Gambar 1. Denah penempatan subplot di setiap desa sampel. 2.3.2 Di Laboratorium Penelitian di laboratorium dilaksanakan untuk menentukan jamur patogen penyebab penyakit layu pada tanaman tomat. 2.4 Prosedur Penelitian 2.4.1 Di Laboratorium Untuk menentukan jamur penyebab penyakit dilaksanakan dengan mengikuti beberapa tahapan pelaksanaan sebagai berikut : pengambilan tanaman inang yang sakit di lapang, isolasi, subkultur kemudian diidentifikasi. 3

a. Pengambilan inang/tanaman sakit di lapangan. Cara dilakukan dengan mengamati tanaman yang terserang / menunjukkan gejala penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik diikat dan diberi label kemudian dibawa ke laboratorium untuk diisolasi. b. Isolasi Pelaksanaan isolasi dilakukan di laboratorium Mikrobiologi dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unsrat Manado. Tahapan- tahapan isolasi patogen penyakit layu pada tanaman tomat dilaksanakan sebagai berikut: 1. Tanaman sakit disortir berdasarkan gejala penyakit kemudian dicuci di air mengalir ditempatkan pada wadah berisi tissue menurut gejala. 2. Setelah spesimen dikering anginkan, selanjutnya dipotong-potong dengan ukuran 0,25 cm x 0,25 cm selanjutnya dicelup dalam alkohol 95% selama 2 sampai 3 detik. 3. Selanjutnya dibakar pada lampu spiritus hanya sesaat kemudian diletakkan pada media PDA+AB, dua potong per cawan petri kemudian beri label dan ditempatkan pada rak kultur. 4. Kemudian pada setiap cawan petri dilakukan pengamatan dengan melihat morfologi yang sesuai dengan karakteristik fusarium kemudian dilakukan proses subkultur untuk mendaptkan biakan murni. c. Subkultur Pada hari ke 3 patogen yang tumbuh setelah isolasi di subkultur sampai mendapatkan biakan murni. Untuk mendapatkan sporulasi jamur patogen dilakukan subkultur pada media CLA (Carnation Leaf Agar). Caranya tempatkan 6-8 potogan daun anyelir ke dalam cawan petri berisi media WA selanjutnya masukkan juga potongan kecil jamur berukuran 2-3 mm 2 dari media PDA dan diusahakan berdekatan dengan potogan daun anyelir, subkultur dilakukan di laminar air flow, kemudian kultur-kultur ini diletakkan pada rak kultur dan di inkubasi selama 7 hari. d. Identifikasi jamur Karakter diagnostik pada CLA, makrokonidia terbentuk berwarna putih kecokelatan, dan biasanya berlimpah. Makrokonidia terlihat panjang, berbentuk sabit hampir lurus, berdinding tipis dan biasanya 3 ruas. Mikrokonidia terlihat pendek cenderung agak bulat atau meruncing pada setiap akhir. Apikal berbentuk sel pendek pada beberapa isolat (Burgess et al.,1989). 2.4.2. Di lapangan Pengamatan di lapang adalah untuk menentukan insidensi penyakit layu fusarium pada tanaman tomat. Langkah pertama yang dilakukan adalah penentuan 4

lokasi penelitian untuk dilakukan pengamatan. Lahan tanaman tomat adalah pertanaman milik petani tanaman tomat di daerah sentra produksi. Lahan penelitian dilaksanakan di tiga desa yaitu desa Tumaratas, desa Raringis, dan desa Kopiwangker. Masing-masing desa diambil 3 blok areal tanaman dan masingmasing blok dibuat irisan diagonal dengan petak ukuran 5 m x 6 m untuk desa Tumaratas, 4,1 m x 4,5 m untuk desa Raringis, dan 3,6 m x 4,5 m untuk desa Kopiwangker. Pada setiap petak didapatkan 60 tanaman yang berumur 3 minggu dari lahan pertanaman, pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali dengan interval waktu satu minggu. Untuk mengetahui insidensi penyakit, dari hasil pengamatan di lokasi pengamatan dihitung dengan menggunakan rumus insidensi penyakit: Dimana: IP= Insidensi penyakit n= Jumlah tanaman terinfeksi N= Jumlah tanaman yang diamati (Rivai, 2005) 3.4.3. Hal- Hal yang Diamati: Gejala serangan penyakit layu Fusarium, pertumbuhan miselia pada media PDA dan media CLA, betuk konidia, dan insidensi penyakit layu. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Gejala Penyakit dilapangan Hasil pengamatan gejala penyakit, menunjukkan tanaman tomat yang terinfeksi penyebab penyakit layu Fusarium menunjukkan gejala pemucatan atau klorosis pada daun, diikuti dengan terkulainya tangkai daun yang lebih tua dan sebelum tanaman layu biasanya daun tanaman berubah warna menjadi kuning. Gejala layu seperti ini, sama dengan yang ditimbulkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopercisi sebagaimana yang dikemukakan oleh Semangun (1994) dari variasi gejala yang terlihat tanaman yang layu dan terus menguning dari tangkai hingga daun tanaman yang terserang. Pada gambar 2A merupakan tanaman tomat yang sehat, gejala penyakit layu fusarium pada tanaman tomat dapat dilihat pada gambar 2B dimana tanaman terlihat layu dan menguning, pada gambar 2C merupakan potongan dari batang tomat yang terinfeksi layu fusarium dan akan terlihat berkas pembuluh yang berwarna cokelat yang merupakan gejala khas dari layu fusarium. 5

Gambar 2. A. Tanaman tomat yang sehat. B.Tanaman tomat yang mengaami gejala layu Fusarium. C. Gejala khas layu Fusarium pada batang tomat yang dipotong secara melintang. 3.2. Isolasi Dari hasil isolasi yang ditumbuhkan pada media PDA + AB didapatkan hasil dari bagian tanaman setelah diinkubasi selama 1 minggu maka setiap spesimen dalam cawan-cawan keluar koloni jamur yang berwarna merah muda agak keunguan yang berpusat pada spesimen (Gambar 3). 3.3. Subkultur Dari hasil isolasi yang telah dilaksanakan kemudian miselium dipindahkan ke dalam wadah yang berisi media CLA (Carnation Leaf Agar) dan hasil pengamatan selama 3 hari menunjukkan pada permukaan daun anyelir terdapat miselium berwarna putih dan kemudian daun anyelir dipenuhi dengan miselium-miselium dan juga terdapat sporokodium yang berisi makrokonidium dan mikrokonidium (Gambar 4). Gambar 4. Sporokodium yang tumbuh pada media dan daun anyelir 3.4 Identifikasi Hasil pengamatan secara mikroskopis dan identifikasi dari gejala layu Fusarium pada tanaman tomat menunjukkan bahwa mikrokonidia dan makrokonidia dari jamur Fusarium sp seperti pada gambar di bawah ini : Gambar 3. Koloni jamur Fusarium sp pada media PDA. 6

Gambar 5. Bentuk makrokonidia dan mikrokonidia Fusarium sp (pembesaran 400x). Makrokonidia terlihat panjang memiliki bentuk seperti sabit dan memiliki tiga hingga empat septa sedangkan mikrokonidia terliht pendek agak bulat dan ada yang memiliki satu septa juga ada yang tidak memiliki septa, seperti yang dikemukakan oleh Burgess et al.,1989 bahwa makrokonidia terlihat panjang berbentuk seperti sabit dan biasanya memiliki tiga sampai empat septa. Mikrokonidia terlihat pendek agak bulat atau meruncing, apikal berbentuk sel pendek pada beberapa isolat. Dengan demikian dari hasil identifikasi jamur penyebab penyakit layu pada tanaman tomat yang dilakukan dilaboratorium maka jenis jamur yang menyebabkan penyakit layu pada tanaman tomat di Kecamatan Langowan Barat adalah Fusarium oxysporum f.sp lycopersici. Ini sesuai dengan karateristik yang dikemukakan oleh Burgers., et al (1989) dan Semangun (2006) bahwa makrokonidia terlihat panjang, berbentuk seperti sabit dan biasanya memiliki tiga sampai empat septa, mikrokonidia agak bulat atau meruncing pada setiap akhir 3.5 Insidensi Penyakit Layu Fusarium Hasil pengamatan insidensi penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat di Kecamatan Langowan Barat dengan pengamatan per minggu dapat dilihat pada tabel 1. Dari tabel 1 perbedaan insidensi penyakit pada ketiga lokasi dapat dilihat sejak pengamatan pertama sampai keempat. Pengamatan pertama insidensi tertinggi terjadi di desa Kopiwangker sebesar 6,22% kemudian di desa Raringis sebesar 5,88% dan yang terendah di desa Tumaratas yaitu 4,33%. Tabel 1. Rata-rata insidensi penyakit layu Fusarium setiap minggu pada tanaman tomat di setiap desa. No Desa Insidensi penyakit (%) pada Pengamatan Rata-rata % I II III IV 1 Tumaratas 4,33 5,11 7,22 8,00 6,16 2 Raringis 5,88 7,88 9,88 11,00 8,66 3 Kopiwangker 6,22 7,78 10,77 13,66 9,61 7

Pada pengamatan kedua insidensi tertinggi terjadi didesa Raringis sebesar 7,88% kemudian didesa Kopiwangker sebesar Kopiwangker sebesar 10,77% kemudian di desa Raringis sebesar 9,88% dan yang terendah di desa Tumaratas yaitu 7,22%. Pengamatan keempat insidensi tertinggi di desa Kopiwangker sebesar 13,66% kemudian di desa Raringis sebesar 11,00% 7,78% dan yang terendah di desa Tumaratas yaitu 5,11%. Pengamatan ketiga insidensi tertinggi di desa dan yang terendah di desa Tumaratas yaitu 8,00%. Perkembangan insidensi penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat pada ketiga desa yang menjadi lokasi sampel dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 6. Perkembangan insidensi penyakit layu Fusarium. Peningkatan insidensi penyakit layu terbawa oleh tanah yang melekat pada alatalat Fusarium pada setiap minggu berkaitan pertanian yang digunakan. dengan adanya ketersediaan sumber Insidensi penyakit tertinggi di desa inokulum dan para petani tomat tidak melakukan sanitasi terhadap bagian organ Kopiwangker dengan rata-rata serangan sebesar 9,61%, kemudian di desa Raringis tanaman yang sakit atau tindakan dengan rata-rata serangan sebesar 8,66%, pengontrolan lainnya, sehingga sumber dan insidensi terendah berada pada desa inokulum semakin lama semakin Tumaratas dengan rata-rata serangan yaitu meningkat. Fusarium sp menginfeksi 6,16%. tanaman tomat sejak tahap vegetatif Infeksi dari patogen berkembang sampai generatif. Spora yang dihasilkan lebih cepat seiring dengan perlakuan oleh jamur akan menyebar ke akar tanaman yang sehat yang berada di petani yang belum menyadari pentingnya sanitasi lingkungan lahan pertanaman. sekitarnya selain itu juga jamur ini dapat Pengendalian penyakit layu fusarium dengan cara mekanik yaitu dengan 8

mengeradikasi tanaman terserang dengan cara mencabut dan memusnahkan, karena bila dibiarkan maka menjadi sumber inokulum untuk menginfeksi tanaman, selain itu petani juga belum sepenuhnya melakukan tindakan agronomi seperti rotasi tanaman dan perbaikan drainase agar tidak terjadi genangan air dan kelembaban yang tinggi. Petani belum sepenuhnya menggunakan jarak tanam yang ideal IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Jamur penyebab penyakit layu fusarium yang menginfeksi pada tanaman tomat di Kecamatan Langowan Barat adalah Fusarium sp. 2. Insidensi penyakit layu fusarium pada tanaman tomat di Kecamatan Langowan Barat adalah desa Tumaratas rata-rata 6,16%, desa Raringis rata-rata 8,66%, dan didesa Kopiwangker rata-rata 9,61%. Insidensi penyakit tertinggi rata-rata 13,66% sedangkan tanaman tomat dengan insidensi terendah rata-rata 4,33%. 4.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jamur penyebab layu pada tanaman tomat yang menyebabkan layu Fusarium di Kecamatan Langowan Barat sehingga mempengaruhi penyebaran patogen Penggunaan jamur Trichoderma spp yang dicampur dengan pupuk kompos pada beberapa lahan petani mempengaruhi perkembangan patogen sehingga infeksi dari patogen dapat ditekan, selain itu juga petani juga menggunakan mulsa plastik sebagai penutup tanah sehingga menghambat perkembangan patogen dalam tanah. dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit yang disebabkan oleh Fusarium sp sehingga diperoleh informasi dalam menentukan strategi pengendalian yang efektif dan efisien. Daftar Pustaka Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah (1997). Burgess, L.W., Nelson, P.E. & Summerell, B.A. (1989b). Variability and stabilyty of morphological characters in Fusarium oxysporum. Mycologia 81 : 818-822. Bustaman, M. 1997. Laporan Survei Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat Di daerah Malang dan Sekitarnya. Lembaga Penelitian Hortikultura Segunung. Djafarudin. 2000. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Freeman, S., A. Zveibil, H. Vintal, and M. Maymon. 2002. Isolation of 9

nonpathogenic mutants of Fusarium oxysporum f. sp. melonis for biological control of Fusarium wilt in cucurbits. Phytopathology 92: 164-168. (oxysporum) Tugiyono, H.2005. Bertanam Tomat. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI. Jakarta. Kranz, J.H. Schmutterer and W. Koch. 1977. Disease Pests and Weeds In Tropical Crops John Wiley and Sons. New York. 666 p. Nelson, P.E. 1981. Life Cycle and epidemiologi of Fusarium oxysporum. In Marshal, E. M., A.A. Bell and C.H. Beckman (editor). Fungi Wilt Disease of Plants. Javanivich, London. 640 PP Nurtika, N., 1995. Penelitian paket usahatani tomat dalam Pelita V. Prosiding Evaluasi Hasil Penelitian Hortikultura Dalam Pelita V. Segunung 27-29 Juni 1994. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian : 129-138. Rivai, F., 2005. Dasar-Dasar Epidemiologi Penyakit Tumbuhan. Yayasan Perguruan Tinggi Komputer UPI PRESS. Padang Semangun, H. 1991. Host index of plants diseases in Indonesia. Gadjah Mada Univ.Press. Yogyakarta. 351 pp, H, 1994. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 556 561. 10