PERANAN KRATON YOGYAKARTA TERHADAP PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL. Dr. Salamah, M.Pd. (Staf Pengajar Universitas PGRI Yogyakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA. Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

Work Shop Tari Golek Menak Gaya Yogyakarta di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, 2005.

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT WORK SHOP TARI GOLEK MENAK GAYA YOGYAKARTA DI TAMAN MINI INDONESIA INDAH JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

PADEPOKAN DAN GEDUNG PERTUNJUKAN WAYANG ORANG DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULER

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

STUDIO TARI GAYA YOGYAKARTA (YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA): PENYANGGA KEHIDUPAN TARI KLASIK GAYA YOGYAKARTA DI MASA KINI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. dengan penyajian karawitan mandiri atau uyon-uyon. Tidak hanya penyajian

STUDIO TARI GAYA YOGYAKARTA (YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA): PENYANGGA KEHIDUPAN TARI KLASIK GAYA YOGYAKARTA DI MASA KINI

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi.

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

Fungsi Seni Tari Tradisional di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan yang beranekaragam. Kesenian adalah salah satu penyangga

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat

BAB V PENUTUP. hasil dari kreatufutas masyarakat di Desa Ngalang, kecamatan gedangsari,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB IV PENUTUP. Dari hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa Srimpi Pandhelori

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PENUTUP. menempatkan karya seni sebagai peluang emas, manusia masuk pada era

BAB IV PENUTUP. penyebaran kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa penyiaran karawitan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

misalnya : puisi, lukisan, tarian, kerajinan, dan sebagainya8. Sedangkan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

STUDIO TARI GAYA YOGYAKARTA (YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA) : PENYANGGA KEHIDUPAN TARI KLASIK GAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV KESIMPULAN. Di era yang kini semakin banyak seniman-seniman tari yang semakin kreatif

PERKEMBANGAN TARI KLASIK GAYA YOGYAKARTA DI ERA GLOBAL

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULULAN. sebenarnya ada makna yang terkandung di dalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan usaha kepariwisataan seperti hotel, restoran, toko

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

berbicara dan membawa diri harus sesuai dengan tata karma. Selain itu dalam menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, pembawaan diri dan cara

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENGANTAR. adiluhung merupakan kesenian yang sakral dan memiliki peranan. penting dalam sistem pemerintahan kasultanan Ngayogyakarta 2

BAB IV PENUTUP. wayang yang digunakan, yaitu wayang kulit purwa dan wayang kulit madya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BABIn SELUK BELUK SENI PERTUNJUKAN DIYOGYAKARTA

ABSTRAK. Kata Kunci: Peran Sri Sultan Hamengku Buwono X, Manajemen, Pertunjukan Kraton.

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

1. Bagaimana radio Gema Surya FM berupaya melestarikan kesenian Jawa. 2. Apa tujuan dari program acara kesenian jawa di RGS?

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

2014 TARI WAYANG HIHID DI SANGGAR ETNIKA DAYA SORA KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Yogyakarta. Tahun Wisatawan Lokal Wisatawan

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

BAB V KESIMPULAN. Dari uraian hasil penelitian mengenai aspek pewarisan Tari. Klasik Gaya Yogyakarta (TKGY) yang dilakukan oleh Kraton

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

BAB III PERENCANAAN PROYEK

WAYANG ORANG SENI PERTUNJUKAN DRAMA TARI KHAS JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBINAAN KARAWITAN KELOMPOK KARAWITAN NGESTI LARAS, PAGUYUBAN NGEKSI GONDO DIBAWAH NAUNGAN YAYASAN ADI BUDAYA DENPASAR TAHUN 2009

September Revisi : Semester IV Judul praktek Jam pertemuan 32x100 menit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

I. PENDAHULUAN. kebudayaan. Perkembangan seni dan budaya didalamnya terdapat kesenian

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema

CARA PERNAFASAN DAN GERAK TORSO DALAM TARI GOLEK MENAK YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN TARI KLASIK GAYA YOGYAKARTA DI ERA GLOBAL Oleh: Titik Putraningsih ABSTRAK

Transkripsi:

WADES Vol. 2, Desember 2008 PERANAN KRATON YOGYAKARTA TERHADAP PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL Dr. Salamah, M.Pd. (Staf Pengajar Universitas PGRI Yogyakarta) Abstrak Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengelahui Peranan Kraton Yogyakarta terhadap pelestarian kesenian tradisional, dan peranan seniman dalam dan luar Kraton Yogyakarta dalam pelestarian kesenian tradisional. Populasi penelitian adalah semua seniman di Yogyakarta, sample penelitian sebagian seniman wayang kulit purwo, wayang orang, tari dan karawitan berjumlah 240 orang yang ditentukan dengan teknik Quota Purposive Random Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan metode survey dan observasi serta dokumentasi, dan metode analisis data menggunakan chi kuadrat dan teknik prosentase. Hasil penelitian ditemukan bahwa Kraton Yogyakarta sangat berperanan dalam pelestarian kesenian tradisional dan tidak ada perbedaan pendapat para seniman di dalam dan di luar Kraton Yogyakarta tentang pelestarian kesenian tradisional di Yogyakarta, Kata Kunci: Kraton Yogyakarta, Pelestarian Kesenian Tradisional I. Pendahuluan Dewasa ini, pengaruh modernisasi melanda Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Di samping berdampak positif, modernisasi mempunyai dampak-dampak negative, antara lain desakralisasi, sekularisasi dan materialisasi (Niels Mulder, 1993: 76). Untuk menanggulangi dampak negative tersebut, antara lain dengan jalan melestarikan kesenian tradisional, sebab memiliki nilai-nilai luhur dan berkepribadian Indonesia (RM. Soedarsono, 1999:59). Namun pada kenyataannya, kesenian tradisional tidak berkembang subur. Di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun 2003, memiliki 403 organisasi kesenian tradisional. Jumlah dalang wayang kulit purwa ada 188 orang, yang hidup subur hanya 5 orang saja, ada 42 organisasi wayang orang (wayang wong) yang hidup subur hanya 4 buah, 167 organisasi karawitan, yang hidup subur tidak lebih dari 6 buah. Organisasi kesenian tradisional yang masih aktif dan hidup tersebut, sebagian besar berada di dalam Kraton Yogyakarta (Sumber: Statistik Keadaan Organisasi Kesenian Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2003, Kabid Kesenian Kanwil Depdikbud Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Group Wayang "Wong" Wirana Budaya di Taman Hiburan Rakyat Yogyakarta, sejak 1985 gulung tikar. Wayang "Wong" Sriwedari Surakarta dan Ngesti Pandowo Semarang, hidupnya sangat merana(rm. Soedarsono, 1999: 45-46). Di Kecamatan Pakem, Yogyakarta tercatat ada beberapa bentuk kesenian tradisional, antara lain "Jathilan", Kuntulan dan Salawatan, yang hidupnya sangat mempri-hatinkan, bahkan nyaris punah (RM. Soedarsono, 1999: 80). Kraton Yogyakarta, disebut juga sebagai Istana Sultan, merupakan tempat bertumbuhnya kesenian tradisional Jawa (Sri Hardani, 2003: 5) sampai sekarang tetap melestarikannya. Kraton

Yogyakarta mempunyai tugas mempertemukan Jawa Barat dan Jawa Timur modern dan tradisional. (Mohammad Roem, 1992: 53). Kraton sebagai pusat kegiatan dan pengembangan kebudayaan dalam harmoni tradisional adiluhung, maka Kraton mempunyai misi melestarikan dan mensejahterakan kehi-dupan social dan budaya termasuk kesenian tradisional - rakyat (Damardjati Supajar, 1999: LampiranA). Kraton Yogyakarta besar sekali peranannya terhadap kehidupan rakyat, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta terbukti besarnya perhatian penduduk pada waktu pemakaman almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Senin 3 Oktober 1998, dan penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X, Selasa 7 Maret 1989. Dengan demikian, Kraton Yogyakarta diharapkan masyarakat untuk dapat mengatasi kesulitan pelestarian kesenian tradisional, sebab bagi masyarakat Yogyakarta, Sultan adalah "Dewa" penolong semua kesulitan dan marabahaya (G. Mudjanto, 1997: 109). Dari uraian tersebut di atas, dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Kraton Yogyakarta berperanan positif dalam pelestarian kesenian tradisional di 2. Apakah ada perbedaan pendapat antara para seniman di dalam dan di luar lingkungan Kraton Yogyakarta, terhadap peranan Kraton Yogyakarta dalam pelestarian kesenian tradisional di Kajian Pustaka Peranan Kraton Yogyakarta Dalam Pelestarian Kesenian Tradisional. Kraton Yogyakarta didirikan tanggal 9 Oktober 1755, oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian naik tahta sebagai Sultan, bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I (Djoko Soekirman, dkk. 1996: 6-7). Sekarang mulai tanggal 7 Maret 1989 diperintah oleh Sri Sultan Hamengku Bowono X. Kraton Yogyakarta, sebagai pusat pengembangan seni-budaya tradisional yang mengandung nilai adiluhung (Sri Sultan Hamengku Buwono X, 1902: 6). Pengembangan senibudaya-tradisional dilakukan sejak pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I, sampai dengan sekarang (Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono X). Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono X pada pidato jumenengan 7 Maret 1989, adalah merupa-kan bukti kesanggupan Kraton membina kesenian tradisional, yakni dengan tekad "meneguhkan tahta untuk rakyat", bercita-cita Kraton sebagai pusat kegiatan dan pengembangan seni-budaya dalam harmoni tradisi adiluhung (Damardjati Supadjar, 1999: Lampiran 4). Ini merupakan bukti kuat bahwa Kraton siap melestarikan seni budaya tradisional yang bernilai adiluhung. Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai pewaris tradisi para Sultan yang mendahului, ingin melestarikan nilai-mlai lama yang dianggapnya penting dalam tatanan seni-budaya masa kini. Kesenian tradisional pada umumnya diperdelarkan Kraton untuk kepentingan ritual, seperti merayakan "Tingalan ndalem" Sri Sultan (hari lahir), "Jumenengan" (pelantikan) Sultan, ulang tahun berdirinya Kraton, dan perhelatan lain yang diselenggarakan Kraton. Sri Sultan melaksanakan pertunjukan kesenian tradisional (wayang kulit purwa, wayang orang, tari dan karawitan) baik di dalam Kraton, maupun di luar Kraton. Para wisa-tawan yang berkunjung di dalam Kraton diberi suguhan'pertunjukan kesenian tradisional (wayang kulit purwa, wayang orang, tari dan karawitan) yang diperankan oleh para kerabat Kraton dan organisasi kesenian tradisional di luar Kraton). Sejak saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), kesenian wayang

kulit purwa, wayang orang, tari dan karawitan berkembang pesat. Pada saat maju perang melawan penjajah Belanda, Sri Sultan selalu membawa dalang wayang kulit purwa, dan kadangkadang diperintahkan kepada sang dalang wayang kulit purwa, dan kadang-kadang diperintahkan kepada sang dalang untuk mendalang (mengadakan pertunjukan wayang kulit purwa) di daerah peperangan. Sri Sultan Hamengku Buwono I mencipta-kan wayang orang dengan cerita Ramayana. Beliau menitipkan tari "Beksa Lawung" merupakan tari klasik tradisional, tari "Guntur Segara", tari "Bedhaya", yang masih tetap lestari sampai sekarang. Beliau menciptakan gending "Gajah Hendro" da;am seni karawitan (RM. Wasisto Suryodiningrat, 1902:9). Pada saat pemerintahan Sultan Sultan yang memenntah Kraton Yogyakarta selanjutnya baik Sri Sultan Hamengku Buwono II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX maupun X, kesenian tradisional tetap dilestarikan dan dapat berkembang pesat. Pendapat Seniman Tentang Peranan Kraton dalam Pelestarian Kesenian Tradisional. Daerah istimewa Yogyakarta mendapat sebutan "Kota Budaya", sebab kaya akan hasil kebudayaan khususnya kesenian tradisional. Peninggalan kebudayaan dan pertunjukan kesenian tradisional masih tetap dilestarikan di Yogyakarta (Djoko Soekirman, dkk. 1986: 1). Seniman seniman banyak yang tinggal di Daerah Istimewa Ruang lingkup kesenian tradisional terdiri dari ruang lingkup di dalam lingkungan Kraton dan di luar lingkungan Kraton. Penelitian Haryadi (1999) menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi seniman di dalam lingkungan Kraton dengan di luar Kraton terhadap perkembangan seni tradisional di Penelitian Sugiyono (2001) menyimpulkan walaupun latar belakang kehidupan berbeda seniman di dalam dan di luar Kraton berpendapat sama, bahwa Kraton merupakan pewaris dan pelestari kesenian adiluhung. Juga disimpulkan bahwa Kraton adalah merupakan sumber inspirasi lahir-nya seni tradisional. Mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam seni, merupakan kewajiban bagi Kraton, adalah suatu pandangan yang sama bagi para seniman di dalam dan di luar Kraton. Penelitian Sunardi Susanlo (2002) menyimpulkan bahwa kesamaan pemikiran para seniman di dalam dan di luar Kraton Yogyakarta tentang pentingnya Kraton mengatasi kesulitan pertunjukan seni tradisional. Ada kesamaan persepsi antara seniman di dalam dan luar Kraton tentang Kraton sebagai sentrum pengembangan dan pelestarian kesenian tradisional. Jadi dapat disimpulkan bahwa para seniman di dalam dan di luar Kraton Yogyakarta, tidak berbeda persepsi, pandangan dan pendapat, tentang Kraton berperanan dalam pelestarian kesenian tradisional. Cara Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua seniman, khususnya seniman kesenian tradisional pada wayang kulit purwa, wayag orang, tari dan kerawitan di dalam dan di luar lingkungan Kraton Sampel penelitian ini adalah sebagian seniman kesenian wayang kulit purwa, wayang orang, tari dan kerawitan di dalam dan di luar lingkungan Kraton Yogyakarta, yang mewakili populasi sebagai subyek penelitian yang diambil dari teknik sampling. Teknik pengambilan sample menggunakan teknik quota purposive random sampling, yakni pengambilan sample dengan cara menentukan terlebih dahulu jumlah sampelnya (quota sampling) yakni 240 orang seniman. Metode pengumpulan data untuk mendapatkan data penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data pokok yakni metode angket dan metode pelengkap adalah metode observasi dan dokumentasi. Metode analisis data teknik

analisis statistic dengan menggunakan rumus prosentase dan analisis statistic chi kuadrat. Hasil Penelitian Kraton Yogyakarta sangat berperan dalam melestarikan kesenian tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta (85,38% setuju dan 14,62% tidak setuju). Kraton Yogyaarta sangat berperan dalam pelestarian kesenian tradisional wayang kulit purwa di Daerah Istimewa Yogyakarta (83,62% setuju, 12,38% tidak setuju). Kraton Yogyakarta sangat berperanan dalam pelestarian kesenian tradisional wayang orang Daerah Istimewa Yogyakarta (79,03% setuju, 20,97% tidak setuju). Kraton Yogyakarta sangat berperan dalam pelestarian kesenian tradisional tari di Daerah Istimewa Yogyakarta (83,33% setuju, 16,67% tidak setuju). Kraton Yogyakarta sangat berperanan dalam pelestarian kesenian tradisional kerawitan di Daerah Istimewa Tidak ada perbedaan pendapat para seniman di dalam dengan di luar lingkungan Kraton Yogyakarta tentang Kraton Yogyakarta berperanan dalam pelestarian kesenian tradisional di Daerah Istimewa Pembahasan Pada saat "Jumenengan Sultan" pada tanggal 7 Maret 1989, Sri Sultan Hamengku Buwono X berjanji akan tetap "Menggunakan Tahta Untuk Rakyat", bagi kelestarian dan kesejahteraan kehidupan social budaya rakyat. Gamelan monggang peninggalan Majapahit berbunyi anggun pada penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X tanggal 7 Maret 1989. Beksan Bedaya Arjuna Wiwaha dengan sembilan dan fragmen wayang orang dengan lakon Ciptaning Mintaraga yang melibatkan 150 artis penari dari Kawedanan Hageng Punahawan Kridha Mardawa Kraton Yogyakarta, dipergelarkan di Pagelaran Kraton Yogyakarta pada tanggal 29 November 1992 jam 19.30-23.30 dalam rangka memperingati berdirinya Kraton Yogyakarta Hadiningrat yang ke 245. Kursus dalang wayang kulit "Hibiranda" diadakan setiap hari senin, Selasa, Kamis dan Jumat sejak jam 17.00-20.00, di Bangsal Belebang di sebelah barat Kraton Siti Hinggil Latihan gending-gending untuk mengiringi pentas pegelaran tari, wayang orang, wayang kulit purwa dan "uyon-uyon" Adiluhung, diadakan setiap hari Senin, Rabu dan Minggu jam 17.00-20.00 di Bangsal Ksatriyan Kraton Setiap hari Minggu jam 09.00-13.00 diadakan pentas wayang orang dan tari oleh Kawedanan Hageng Punokawan Kridhawa Kraton Yogyakarta, bergantian dengan Perkumpulan Tari Siswa Among Bekso dan Fakultas Seni Tari ISI Setiap Selasa Wage jam 21.00-23.00 (35 hari sekali di Bangsal Ksatrian Kraton Yogyakarta diadakan pentas "uyon-uyon" Adiluhung oleh Kawedanan Hageng Punokawan Kridha Mardawa Kraton Yogyakarta, memperingati "Tingalan ndalem" (hari kelahiran) Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dengan demikian kesenian tradisional baik seni wayang kulit purwa, wayang orang, tari maupun kerawitan di Daerah Istimewa Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Kraton Yogyakarta sangat berperanan dalam melestarikan kesenian tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta (85,38% setuju dan 14,62% tidak setuju). Tidak ada perbedaan pendapat para seniman di dalam dengan di luar lingkungan Kraton Yogyakarta tentang Kraton Yogyakarta berperan dalam peles-tarian kesenian tradisional di

Daerah Istimewa Yogyakarta (X 2 = 0,012322 < X 2. 5% 3,841). Saran Kraton Yogyakarta sebagai partner Pemerintah dan masyarakat, dapat diajak kerjasama yang lebih intensif lagi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan pengem-bangan dan pelestarian kesenian tradisional. Para seniman pengelola kesenian tradisional perlu berkiblat kepada Kraton Yogyakarta dalam pengelolaan kesenian tradisional, sebagai usaha perwujudan nyata peranannya dalam pelestarian kesenian tradisional. Wilayah dan macam kesenian tradisional yang dilestarikan Kraton Yogyakarta lebih dapat dijadikan sentral pengembang-an dan pelestarian kesenian tradisional. Daftar Pustaka Damardjati Supadjar. 1999. Jumenengan Sri Sultan Hamengku Buwono X, Tinjauan Kismis Filosofis. Yogyakarta: Yayasan Paninggalan. Lembaga Javanologi. Djoko Sorkirman, 1986. Sejarah Kota Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Dirjen Kebudayaan, Depdikbud RI. Ferguson, George A. 1991. Statistical Analysis in Psychology and Education. Auckland: Mc. Graw Hill, International Book Company. Haryadi, 1999. Persepsi Terhadap Kesenian Jawa. Tesis. Yogyakarta: FIP IKIP Kantor Bidang Kesenian Kanwil Depdikbud Propinsi Daerah Istimewa 2002. Statistik Organisasi Kesenian Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta: Kabid Kesenian Kanwil Depdikbud, Propinsi DIY. Kedaulatan Rakyat, 1988. Rekaman Wafat-nya Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Yogyakarta: PT. BP Kedaulatan Rakyat. ---------, 1989. Album Agung Jemenengan ndalem Sari Sultan Hamengku Buwono X. Yogyakarta: PT. BP Kedaulatan Rakyat. Muhammad Roem, 2002. Tahta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX. Jakarta: Gramedia. Mudjanto, G. 1997. Konsep Kekuasaan Jawa, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Soedarsono, RM. 2000. Sri Sultan Hamengku Buwono IX: Pengembangan dan Pembaharuan Tari Jawa Gaya Yogyakarta: Pcmerintah Daerah Istimewa ----------, 1999. Kesenian: Bahasa dan Folkor Jawa. Jakarta: Dirjen Kebudayaan Depdikbud RJ. Sri Hardani, 2000. Pengasuh Modemisasi Wisata Budaya Terhadap Upacara Tradisional Sekaten, Labuhan, Gerebeg Kraton Majalah Almamater Kopertlis Wilayah DIY. Nomor 15 Tahun V.