II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

dokumen-dokumen yang mirip
Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal

Learning Outcome (LO)

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

III KERANGKA PEMIKIRAN

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

I Peternakan Ayam Broiler

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN KEMITRAAN DAN PERLINDUNGAN USAHA PETERNAKAN DI PROVINSI BALI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara. terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA. Domestikasi lazim dilakukan dengan budidaya yang bertujuan mendapatkan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 940/Kpts/OT.210/10/97 TENTANG PEDOMAN KEMITRAAN USAHA PERTANIAN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 940/Kpts/OT.210/10/1997 TENTANG PEDOMAN KEMITRAAN USAHA PERTANIAN MENTERI PERTANIAN,

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pembiayaan yang berdampak pada pemberhentian usaha. Melalui

INTEGRASI BISNIS PERUNGGASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah kerjasama usaha antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra dibidang usaha pertanian.kemitraan usaha pertanian berdasarkan asas persamaan kedudukan, peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra dengan sifat hubungan; a) Saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan kelompok mitra memerlukan penampungan hasil dan bimbingan. b) Saling memperkuat dalam arti baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis, sehingga akan memperkuat kedudukan masing-masing dalam meningkatkan daya saing usahanya. c) Saling menguntungkan, yaitu baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan, dan kesinambungan usaha. 2.2 Pola Kemitraan Peraturan Pemerintah Nomer 44 Tahun 1997 (dalam Hafsah, 2000), menjelaskan bahwa kemitraan dapat dilaksanakan dengan pola sebagai berikut. 1. Pola inti-plasma Pola inti-plasma merupakan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra (petani/peternak) 8

9 bertindak sebagai plasma. Usaha besar atau usaha menengah sebagai inti dalam pola inti-plasma membina dan mengembangkan usaha kecil menjadi plasmanya dalam hal sebagai berikut. a. Penyediaan dan penyiapan lahan. b. Penyediaan sarana produksi. c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi. d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang dilakukan. e. Pembiayaan. f. Pemberian bantuan lainnya yang diberikan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. 2. Pola sub-kontrak Pola sub-kontrak merupakan hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari bentuk kemitraan sub-kontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang mencatumkan volume, harga dan waktu. Kemitraan pola sub kontrak ini mempunyai keuntungan yang dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal dan keterampilan serta menjamin pemasaran produk kelompok mitra usaha, sedangkan kelemahan dari kemitraan sub-kontrak ini adalah adanya kecenderungan mengisolasi produsen kecil dengan hubungan yang berbentuk monopoli dan monopsoni, terutama dalam penyediaan bahan baku dan pemasaran. Selain itu terjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi dan harga produk yang rendah, kontrol kualitas produk yang ketat dan sistem pembayaran yang

10 sering terlambat sehingga sering juga timbul adanya gejolak eksploitasi tenaga mengejar target produksi. 3. Pola dagang umum Pola dagang umum merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi dari petani atau peternak atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. 4. Pola keagenan Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya. 5. Pola waralaba Pola waralaba merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi, merek dagang saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen. 2.3 Tujuan Kemitraan Kemitraan usaha bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, kuantitas produksi, kualitas produksi, meningkatkan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra mandiri (Martodireso dan Widada, 2001). Menurut Hafsah (2000) tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan yang pertama adalah meningkatkan pendapatan usaha kecil dan

11 masyarakat. Kedua adalah meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan. Ketiga adalah meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil. Keempat adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional. Kelima adalah memperluas kesempatan kerja. Terakhir adalah untuk meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Menurut Soemardjan (1997) tujuan utama kemitraan adalah membangun hubungan sosial yang mantap antara pelaku kemitraan, dimana hubungan sosial tersebut harus memliki unsur-unsur sebagai berikut. 1. Adanya hubungan komunikasi dua arah yang interaktif 2. Kedua belah pihak saling memberdayakan (empowering) dan mengayomi, sehingga pihak yang melakukan kemitraan secara bertahap akan semakin mampu merealisasikan tujuan hidupnya. 3. Kemitraan dilakukan tanpa paksaan terhadap salah satu pihak, terutama golongan yang lemah. 4. Adanya sistem nilai (value system) yang dianut bersama yaitu sikap jujur, taat pada aturan, saling mempercayai dan berorientasi ke depan; Tujuan kemitraan yang kedua adalah membangun hubungan bisnis yang sehat dicirikan dengan unsur-unsur sebagai berikut. 1. Kemitraan yang memungkinkan kedua belah pihak melakukan bisnis bersih, transparan dan profesional yang akan memjadi dasar ketentraman usaha semua pihak. 2. Kemitraan harus saling menguntungkan bisnis yang dijalankan sehingga adanya kepastian untuk memperoleh kesejahteraan.

12 3. Mempunyai tujuan bisnis jangka panjang (long term orientation) dan melakukan monitoring serta evaluasi atas nilai-nilai finansial ataupun material, unsur ini sangat penting bagi kelangsungan berusaha bagi semua pihak. Secara umum, hubungan sosial dengan empat unsur diatas dapat dikatakan sebagai faktor kepercayaan (trust) yang menjadi tiang utama sistem kemitraan usaha bersama. Hasil hubungan yang kuat akan menumbuhkan upaya kesanggupan (commitment) antara pihak yang bermitra untuk melakukan hubungan suatu usaha yang sehat sehingga apa yang diharapkan bersama akan tercapai. 2.4 Manfaat Kemitraan Menurut Hafsah (2000) manfaat dari kemitraan adalah (1) peningkatan produktivitas, (2) efisiensi tenaga kerja, waktu dan biaya produksi, (3) jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas, (4) risiko dapat ditanggung bersama secara proposional sesuai dengan besarnya modal dan keuntungan yang akan diperoleh. Manfaat lain dari kemitraan adalah memberikan dampak sosial, sehingga dapat menghasilkan persaudaraan antar pelaku kemitraan, serta meningkatnya ketahanan ekonomi secara nasional dengan adanya peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat kesejahteraan pelaku kemitraan. Menurut Saptana dan Ashari (2007) kemitraan usaha agribisnis mampu memberikan manfaat, antara lain: pertama, meningkatkan produksi pertanian secara moderat, stabil, dan berkesinambungan. Kedua, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Ketiga, mengentaskan kemiskinan dan mengurangi

13 pengangguran di pedesaan. Keempat, meningkatkan pemerataan dan keadilan sosial. Kelima, menciptakan kerja dan lapangan berusaha. Keenam, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam dan lingkungan. Ketujuh, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan petani dan pelaku agribisnis. Kedelapan, melestarikan kualitas lingkungan untuk mendukung kegiatan pembangunan berkelanjutan. 2.5 Dampak Penerapan Kemitraan Menurut Sumardjo dkk (2004), pengembangan kemitraan dalam sistem agribisnis menimbulkan dampak positif bagi keberhasilan pengembangan sistem agribisnis pada masa depan, adapun dampak positif tersebut antara lain. 1. Adanya keterpaduan dalam sistem pembinaan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani. 2. Adanya kejelasan aturan atau kesepakatan sehingga menumbuhkan saling kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. 3. Adanya keterkaitan antara pelaku dan sistem agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. 4. Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di dalam sektor pertanian. 2.6 Kelebihan dan Kelemahan Kemitraan Beberapa kelebihan atau keuntungan kerjasama usaha dalam kemitraan sebagai berikut. 1. Terjadinya sinergi kekuatan sebagai hasil penggabungan kekuatankekuatan dari masing-masing perusahaan.

14 2. Mempercepat sistem operasi, terutama bila perusahaan kecil bergabung dengan perusahaan besar. 3. Pengurangan resiko, segala resiko usaha akan ditangung bersama. 4. Terjadi pengayaan teknologi karena terjadinya transfer teknologi antara perusahaan yang bermitra. 5. Mampu memasuki pasar perusahaan sehingga pemasok lain akan mengeluarkan banyak biaya untuk bersaing. 6. Mampu memperluas jangkauan pasar dengan saluran distribusi yang baru, 7. Memudahkan penyesuaian terhadap perubahan teknologi baru, karena adanya akses pemasaran yang semakin luas. Sedangkan kelemahan dalam kemitran usaha meliputi hal-hal berikut. 1. Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancar, dan salah satu perusahaan mitra dapat mempergunakannya untuk kepentingan perusahaan sendiri. 2. Komitmen perusahaan inti masih sangat lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma. 3. Kemitraan akan memberikan peluang timbul monopoli perusahaan inti terhadap petani binaannya. Dalam pelaksanaannya, kedudukan perusahaan inti cenderung lebih kuat dan dominan dibandingkan plasma, khususnya dalam pemasaran hasil meskipun di sisi yang lain hal ini akan memacu plasma berusaha secara lebih professional dalam menangani jenis usahanya guna menghadapi mitranya yang lebih kuat (Kolopaking, 2002).

15 2.7 Ayam Ras Jantan Ayam ras jantan dulunya merupakan limbah dari pembibitan ayam ras petelur, produk utama pembibitan ayam ras petelur adalah DOC (day old chick) betina (warna kemerahan) sedangkan DOC jantan adalah limbahnya. Teknik perawatan ternak ayam ras jantan lebih mudah dibandingkan ayam ras pedaging, karena daya tahan terhadap penyakit lebih baik dari ayam pedaging. Untuk teknik pembesaran ayam ras jantan hampir sama dengan teknik pembesaran ayam ras pedaging. Pakan untuk ayam ras jantan juga sama dengan ayam ras pedaging yaitu menggunakan BR1 atau jenis pakan untuk fase starter. Masa pemeliharaan ayam ras jantan pada umur 60 sd 80 hari sudah dapat dipanen dengan bobot ratarata 0,8 ons sd 1kg. (Bukausaha, 2013). Beberapa hal yang harus diketahui sebelum memulai usaha ternak ayam ras jantan yaitu 1. Suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan berternak ayam ras jantan, standar suhunya sebagai berikut. a) 1-4 hari =32-35c, b) 5-8 hari =31-34c, c) 9-12 hari=30-33c, d) 13-16 hari =29-32c, e) 17-panen=29-30c. 2. Kelembaban; Standar kelembapan 60-70%. Cahaya untuk siang hari kandang tak perlu penyinaran dari lampu,kusus malam dibutuhkan penyinaran dengan lampu, usahakan penyinaran merata dan jangan terlalu terang apalagi gelap.

16 3. Ruangan; ruangan berpengaruh dalam kepadatan. Kepadatan ayam ras jantan adalah a) 1-4 hari =100 ekor/m 2 b) 5-8 hari =85 ekor/m 2 c) 9-12 hari =70 ekor/m 2 d) 13-16 hari =55 ekor/m 2 e) 17-20 hari =40 ekor/m 2 f) 21-24 hari =30 ekor/m 2 g) 25-28 hari =25 ekor/m 2 h) 29-35 hari =20 ekor/m 2 i) 36-panen =17 ekor/m 2 4. Alas kandang; untuk alas kandang gunakan sekam padi dan tambah sekam sebelum sekam basah dan berbau. 5. Pakan dan minum; pakan dan minuman jangan sampai kering dan cuci tempat minum 2 kali sehari. 6. Semprot; semprot ayam dan kandang 2 kali dalam satu minggu. 2.8 Efektivitas Menurut Atmosoeprapto (2002) efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran dapat dicapai. Efektivitas yang tinggi dengan efisiensi yang rendah berarti dalam mencapai sasaran menggunakan sumber daya berlebihan atau dapat mengakibatkan biaya tinggi. Disimpulkan bahwa hasil yang semakin mendekati sasaran berarti derajat efektivitasnya semakin tinggi, dan juga diimbangi dengan biaya yang seefisien mungkin. Menurut Wisnu dan Siti (2005) penilaian efektivitas dapat dilakukan dengan mengambil salah satu pendekatan dari tiga pendekatan yang ada. Tiga

17 pendekatan tersebut antara lain: (1) pendekatan sumber daya eksternal (kontrol), (2) pendekatan sistem-sistem internal (inovasi), (3) pendekatan teknis (efisiensi). Pendekatan sumber daya eksternal, memungkinkan untuk melihat kemampuan organisasi dalam mengatur dan mengendalikan lingkungan luarnya. Mengukur efektivitas atas kendali lingkungan luar organisasi, dapat menggunakan beberapa indikator seperti harga stok, keuntungan dan deviden, yang membandingkan kinerja organisasi dengan kinerja perusahaan lain. Pendekatan sistem-sistem internal, memungkinkan melihat seberapa baik organisasi tersebut bekerja dan berfungsi. Efektivitas dapat tercapai, dengan struktur dan kultur yang mempercepat pengambilan keputusan serta penemuan barang dan jasa baru. Pendekatan teknis, memungkinkan untuk melihat efisiensi organisasi yang mengubah sumber daya menjadi barang dan jasa. Keefektifan teknis diukur berdasarkan produktivitas dan efisiensi (rasio input terhadap output). 2.9 Kerangka Pemikiran Pola kemitraan mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan agribisnis yang berbasis pada perekonomian rakyat. Kemitraan bertujuan untuk menciptakan hubungan usaha yang berdasarkan asas saling membutuhkan, saling menguntungkan, meningkatkan nilai tambah, efisiensi dan produktivitas bagi semua pihak. UD. Tunas Harapan merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan program pengembangan pola kemitraan ayam ras jantan, yang bekerjasama dengan peternak ayam ras jantan di wilayah Kabupaten Gianyar yang selanjutya disebut kemitraan usaha. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme serta bentuk pola kemitraan, hak dan kewajiban

18 perusahaan inti maupun peternak plasma, dan kendala yang dihadapi kedua belah pihak, maka akan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif, sementara untuk mengukur efektifitas pola kemitraan tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis efektifitas. Setelah diketahui mekanisme pola kemitraan serta efektifitas pola kemitraan maka hasilnya dalam bentuk rekomendasi untuk perusahaan dan peternak.kerangka pemikiran penelitian Pola Kemitraan antara UD. Tunas Harapan dengan peternak ayam ras jantan untuk lebih jelasnya disajikan dalam Gambar 2.1 Kemitraan Usaha UD Tunas Harapan Perternakan Ayam Ras Jantan Metode Analisis Data Metode Dekriptif Kualitatif Metode Kuantitatif Mekanisme Pola Kemitraan Hak dan Kewajiban Kendala Analisis Efektivitas Hasil dan Kesimpulan Rekomendasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoristis Pola kemitraan antara UD. Tunas Harapan dengan Peternak Ayam Ras Jantan di Kabupaten Gianyar.