MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani

dokumen-dokumen yang mirip
Penilaian Penilaian adalah suatu proses sistematik dan variatif yang meliputi pengumpulan data dan interpretasi data yang berperan sebagai umpan balik

Untuk Guru-guru MTs-DEPAG

MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

Mengacu pada seluruh Ranah Sikap Capaian Pembelajaran Lulusan

BAB II. PENGUASAAN KONSEP FISIKA BAGI MAHASISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantuan Kartun Humor Terhadap Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

3/30/2010 Rustaman file 1

EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA. Dosen : Nahadi,SPd.MSi. MPd.

TAXONOMY BLOOM'S THEORY. Membagi kemampuan belajar menjadi 3 (tiga) domain: Kognitif (Pengetahuan) Psikomotorik (Keterampilan) Afektif (Sikap)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGOPTIMALKAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PENGAPLIKASIAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

PENGARUH SIKAP PEMIKIRAN KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS MULAWARMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. efektif. sifat baik dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan tercermin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Dr. Sri Anggraeni, Msi.

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo

P MB M ELAJARAN N FIS I I S K I A

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF

WAWASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB 3 METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

I. PENDAHULUAN. Pemerintah menetapkan tiga arah pengembangan pendidikan dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KERJA KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KINERJA MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH UMPAN BALIK DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BULUTANGKIS (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 165 Jakarta)

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

MODUL PRAKTIKUM KONSTRUKSI ALAT UKUR PSIKOLOGI. DISUSUN OLEH: ALI MASHURI, S.Psi., M.Sc NUR HASANAH, S.Psi., M.Si DIAN PUTRI PERMATASARI,S.Psi., M.

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

METODOLOGI PENELITIAN (PS602)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika dalam standar isi adalah agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. hanya bisa dilakukan dalam ruang dan waktu yang terbatas kini dapat dilakukan

2015 PROFIL SCIENCE-RELATED ATTITUDES SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

INDENTIFIKASI INDIKATOR KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERJENJANG PADA TIAP-TIAP JENJANGNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senna Ferisra, 2013

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA MELALUI PENDIDIKAN FISIKA. M. Gade* Abstrak

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

Silabus Evaluasi Pembelajaran Fisika FI 462

SILABUS. : Penilaian &Evaluasi Pembelajaran Sains/

Evaluasi Pembelajaran Fisika

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

Transkripsi:

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI Oleh: Rahyu Setiani Rahyu Setiani adalah Dosen DPK Kopertis Wilayah VII pada STKIP PGRI Tulungagung PENDAHULUAN Keterampilan berpikir dan strategi seperti berpikir kritis, berpikir kreatif, dan pemecahan masalah adalah kerangka acuan yang umum digunakan untuk mengelompokkan keterampilan berpikir dan strategi. Berpikir kritis menekankan pada analisis dan evaluasi, sedangkan keterampilan berpikir kreatif mengutamakan produksi sesuatu, misalnya rencana untuk memecahkan suatu masalah. Meskipun berpikir kritis dan berpikir kreatif seringkali dideskripsikan secara terpisah di dalam literatur, keduanya pada umumnya terdapat di dalam bermacam-macam pemecahan masalah. Oleh sebab itu, dalam hal ini akan dibicarakan keterampilan berpikir secara umum dan tidak dibedakan menjadi keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif. Strategi Berpikir Strategi berpikir dalam memecahkan masalah pada umumnya mempunyai urutan kegiatan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan, (2) menerapkan hasil belajar, (3) mengumpulkan informasi baru, (4) mengorganisasikan dan membandingkan data, (5) menganalisis elemen dan hubungannya, (6) mengklarifikasi dan menilai alternatif, dan (7) merumuskan simpulan atau memilih cara pemecahan. Di dalam proses pemecahan masalah ini tercakup sejumlah keterampilan berpikir dan elemen afektif (objektivitas), hasil belajar kognitif tingkat rendah, dan strategi pemecahan masalah. Pada gambar I dicantumkan sejumlah keterampilan berpikir pada tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi yang dapat dipergunakan untuk merumuskan tujuan berkategori keterampilan berpikir tingkat tinggi. Meskipun di dalam gambar I tersebut keterampilan berpikir ditulis secara terpisah, hal ini tidak berarti harus diajarkan dan dievaluasi terpisah dari materi ajar. Dalam hal tertentu, keterampilan bepikir tertentu seperti membedakan antara fakta dan opini, boleh jadi diajarkan dan dievaluasi secara terpisah sebelum diterapkan untuk menganalisis Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember 1

permasalahan tertentu. Tetapi pada umumnya, keterampilan berpikir tertentu akan diajarkan dan dievaluasi terkait dengan permasalahan dan situasi tertentu pada bidang materi tertentu. Sama halnya dengan tujuan pembelajaran khusus, keterampilan berpikir mendeskripsikan bagaimana siswa akan merespon dan materi bidang studi mendeskripsikan macam situasi dan masalah yang perlu ditanggapi. Dalam gambar I tidak dicantumkan hasil belajar yang penting untuk memecahkan masalah: 1. Hasil belajar kognitif tingkat rendah: pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, 2. Strategi berpikir umum seperti mengajukan pertanyaan, mengamati, membandingkan, dan mengorganisasikan data. 3. Hasil belajar afektif seperti sikap, rasa ingin tahu, jujur, berpikir mandiri, objektivitas, terbuka, tidak mengambil keputusan secara terburu-buru. Kadang-kadang perlu menyertakan pada deskripsi tujuan keterampilan berpikir beberapa kategori hasil belajar tingkat rendah, misalnya interpretasi, strategi berpikir umum seperti mengajukan pertanyaan, atau hasil belajar afektif seperti keingintahuan. Hasil Belajar yang Bebas Materi Ajar Merumuskan tujuan pembelajaran yang relatif bebas materi ajar akan bermanfaat untuk beberapa bidang studi yang mempunyai tujuan yang sama, misalnya bidang sains (biologi, fisika, kimia). Contoh: 1. Membuat rencana untuk suatu eksperimen. 1.1 Mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan. 1.2 Merumuskan pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan. 1.3 Merumuskan hipotesis. 1.4 Merencanakan uji hipotesis. 1.5 Memilih alat-alat yang sesuai untuk uji hipotesis. 1.6 Merencanakan prosedur observasi. 1.7 Memilih metode analisis data yang paling sesuai. 1.8 Merumuskan simpulan. 1.9 Menulis laporan hasil penelitian/eksperimen. 2. Mengevaluasi argumentasi yang menunjang dan tidak menunjang suatu proposal. 2.1 Mengidentifikasi akurasi suatu pernyataan. 2.2 Mengidentifikasi bias di dalam suatu pernyataan. 2.3 Membedakan antara pernyataan yang relevan dengan yang tidak relevan. Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember 2

2.4 Membedakan antara pernyataan yang menunjang dengan yang tidak menunjang. 2.5 Mengidentifikasi asumsi suatu argumentasi. 2.6 Mengidentifikasi kelengkapan argumentasi. 2.7 Mengidentifikasi konsistensi fakta penunjang argumentasi. 2.8 Mengidentifikasi kredibilitas sumber acuan argumentasi. CONTOH KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI ANALISIS Mengidentifikasi Kecukupan kontradiksi inkonsistensi penalaran asumsi kriteria inferensi hubungan atribut kekurangan keterbatasan relevansi bias gangguan ide pokok stereotip penyebab pengaruh hakikat bukti superstisi isu sentral elemen organisasi kecenderungan kelengkapan kesalahan kesesuaian validitas konsep perkecualian masalah variabel konsekuensi kesalahan prosedur reliabilitas Membedakan antara akurat dan tidak akuat konsep dan prinsip sebab dan pengaruh rangkuman dan simpulan konsisten dan tidak konsisten asumsi dan hipotesis dominan dan subordinat prinsip dan argumentasi esensial dan tidak esensial menunjang dan kontradiksi fakta dan simpulan valid dan tidak valid fakta dan opini reliable dan tidak reliable Menginferensikan asumsi karakteristik motif maksud sikap kondisi organisasi kualitas bias kegairahan sudut pandang hubungan SINTESIS Merumuskan sistem klasifikasi generalisasi masalah simpulan asumsi prinsip penjelasan tujuan kaidah hipotesis argumentasi pertanyaan EVALUASI Menyusun kriteria standar prosedur Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember 3

Menilai keakuratan kebenaran signifikansi kecukupan kredibilitas standar kesesuaian organisasi kegunaan kejelasan kepatutan validitas keterpaduan penalaran nilai kelengkapan hubungan manfaat konsistensi reliabilitas Komponen Afektif Keterampilan Berpikir Berpikir mencakup komponen kognitif dan afektif. Beberapa komponen afektif keterampilan berpikir dicantumkan pada gambar II dan dapat dipilih untuk digunakan pada situasi yang sesuai. Pada situasi tertentu, komponen tersebut dapat disertakan sebagai bagian dari tujuan yang berkaitan dengan sikap dan disposisi, yang menunjang keterampilan berpikir. Misalnya Menunjukkan sikap ilmiah. 1. Menerapkan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah. 1.1 Mengidentifikasi masalah. 1.2 Menganalisis masalah dan isu-isu terkait. 1.3 Merumuskan masalah dan isu dengan jelas. 1.4 Mengumpulkan informasi yang relevan dari sumber yang kredibel. 1.5 Membedakan antara fakta dan opini. 1.6 Mengidentifikasi bias di dalam pernyataan. 1.7 Menangguhkan pengambilan keputusan sampai diperoleh data yang cukup. 1.8 Mendeskripsikan pemecahan masalah dengan jelas dan rinci. Meskipun telah diupayakan merumuskan tujuan dalam bentuk performansi siswa, elemen afektif masuk ke dalam rumusan. Misalnya, kita dapat menginferensikan dari pernyataan bahwa disadari pentingnya rumusan masalah yang jelas dan rinci, terdapat disposisi mengumpulkan informasi dari sumber yang kredibel, dan perlunya penangguhan pengambilan keputusan sampai terkumpulnya informasi yang cukup. Tentu saja inferensi yang berkaitan dengan hasil belajar afektif memerlukan sampel yang cukup jumlahnya agar dapat dipergunakan sebagai bukti keajegan tingkah laku atau disposisi. Maksud dari uraian ini hanya menunjukkan bahwa komponen afektif dapat diintegrasikan ke dalam Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember 4

tujuan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah. CONTOH KOMPONEN AFEKTIF DALAM KETERAMPILAN BERPIKIR Mendemonstrasikan kehati-hatian dalam berpikir kemauan menangguhkan peniaian keterbukaan berfikir mandiri integritas Disposisi untuk mencari jawaban alternatif penyebab kejadian penyebab alamiah sumber yang kredibel Menghargai pentingnya rumusan masalah yang jelas kehati-hatian dalam observasi komitmen pada tugas upaya yang berkelanjutan prosedur yang teratur pengaruh sampling pada temuan RANGKUMAN 1. Keterampilan berpikir tingkat tinggi pada umumnya dibicarakan di dalam literatur dengan judul berpikir kritis, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. 2. Hasil belajar di bidang tertentu dapat mencakup elemen berpikir tingkat tinggi yang berbeda-beda (berpikir kritis dan berpikir kreatif). 3. Daftar tujuan pembelajaran khusus di kategori analisis, sintesis, dan evaluasi dapat objektivitas keingintahuan kemauan merevisi opini keaslian menghargai bukti pemastian data sudut pandang yang berbeda fakta yang dapat dibuktikan informasi relevan konsekuensi sosial dari temuan persistensi ketelitian hasil penelaahan hasil verifikasi hasil pandangan orang lain dipergunakan sebagai dasar untuk mengkombinasikan keterampilan dengan bermacam-macam cara disesuaikan dengan situasi dan permasalahan tertentu. 4. Bersikaplah fleksibel apabila merumuskan tujuan berkategori berpikir tingkat tinggi. 5. Tujuan pembelajaran pada tingkat keterampilan berpikir memerlukan situasi dan masalah baru bagi siswa. 6. Rumuskan tujuan pembelajaran yang relatif bebas materi ajar sehingga dapat dipergunakan di Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember 5

bidang studi yang bermacammacam. 7. Apabila merumuskan tujuan pada tingkat keterampilan berpikir, jangan mengabaikan komponen afektif dari berpikir. Aspek afektif tersebut dapat dirumuskan sebagai tujuan pembelajaran yang terpisah. REFERENSI Bloom, B.S. (Ed.), Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl, D.R. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook I, Cognitive Domain. New York: David McKay. Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4 th ed.). New York: Holt, Rinehart, & Winston. Gronlund, N.E. (1993). How to Make Achievement Tests and Assessments (5 th ed). Boston: Allyn and Bacon. Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., & Masia, B.B. (1964). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook II, Affective Domain. New York: McKay. Rahayu Setiani, Merumuskan Tujuan Pembelajaran 2011 Desember 6