PEPENGARUH KRIOPROTEKTAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA ENTOG DAN PENURUNAN KUALITASNYA SELAMA PROSES PEMBEKUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN CATATAN PRODUKSI TELUR BULANAN UNTUK EVALUASI GENETIK AYAM PETELUR

Pengaruh Krioprotektan dan Waktu Ekuilibrasi Terhadap Kualitas dan Fertilitas Spermatozoa Itik dan Entog

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

PENGARUH DILUEN, CRYOPROTECTANT, DAN WAKTU EQUILIBRISASI TERHADAP KUALITAS DAN FERTILITAS SPERMATOZOA ITIK DAN ENTOG

PENGARUH DEPOSISI SEMEN BEKU ITIK TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA ITIK

PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG

Pengaruh Jenis dan Aras Krioprotektan Terhadap Daya Hidup Spermatozoa Entog

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

PENGARUH PENGGUNAAN RAK STRAW SELAMA EQUILIBRASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI PERANAKAN ONGOLE

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

Pengaruh Jenis, Konsentrasi Krioprotektan dan Metode Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Ayam Arab

TEHNIK PENGENCERAN PADA PEMBUATAN CHILLING SEMEN SAPI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

KUALITAS SPERMA HASIL PEMISAHAN YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN RAK DINAMIS DAN STATIS

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

Penambahan krioprotektan dalam bahan pengencer untuk pembuatan semen beku melalui teknologi sederhana dalam menunjang pelaksanaan IB di daerah

Sayed Umar* dan Magdalena Maharani** *)Staf Pengajar Departemen Peternakan FP USU, **)Alumni Departemen Peternakan FP USU

EFFEKTIFITAS SUBSTITUSI PENGENCER TRIS-SITRAT DAN KOLESTEROL MENGGUNAKAN AIR KELAPA DAN KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI POTONG

Addition on Sperm Quality in Goat Semen Diluted with Various Solutions)

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

KARAKTERISTIK DAN UPAYA KRIOPRESERVASI SEMEN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH LELE DUMBO (Clarias gariepinus Burchell 1822) L U T F I

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING DI DATARAN RENDAH TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL. Simmental Semen s Quality

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

Penggunaan Kuning Telur Bebek sebagai Ekstendxer pada Proses Kriopreservasi Sperma Ikan Patin Jambal

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

PROSPEK PENGGUNAAN SEMEN DINGIN (CHILLED SEMEN) DALAM USAHA MENINGKATKAN PRODUKSI SAPI PERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

PENGARUH PLASMA SEMEN SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis)

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. DAYA TAHAN SPERMATOZOA SAPI FRISIEN HOLSTEIN DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER PADA SUHU 5 o C BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

Analisis Motilitas Spermatozoa Sapi Aceh Setelah Pembekuan dalam Berbagai Konsentrasi Andromed

Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam. Abstrak. Abstract

Semen beku Bagian 1: Sapi

Sutiyono, S. Riyadi, dan S. Kismiati Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Korelasi Motilitas Progresif dan Keutuhan Membran Sperma dalam Semen Beku Sapi Ongole. Terhadap Keberhasilan Inseminasi

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR ITIK PERSILANGAN PEKING X ALABIO (PA) DAN PEKING X MOJOSARI (PM) YANG DIINSEMINASI ENTOK JANTAN

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PEPENGARUH KRIOPROTEKTAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA ENTOG DAN PENURUNAN KUALITASNYA SELAMA PROSES PEMBEKUAN The Effect of Cryoprotectant on Muscovy Drake Spermatozoa Quality and Decreasing of The Quality During Freezing Period SETIOKO, A.R., P. SITUMORANG, D.A. KUSUMANINGRUM, T. SUGIARTI, dan E. TRIWULANNINGSIH Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT This study was the first part of series of experiment, which the aim to investigate the effect of cryoprotectant (glycerol, DMSO and DMF) and equilibration period (15, 30 and 60 minutes) on sperm quality of Muscovy drakes. This study was designed to investigate the most critical for the sperm during freezing process using the best cryoprotectant and equilibration period. The data was analyzed using 3 x 3 factorial design. The results indicated that percentage of motility (%M) of the sperm diluted with DMSO and DMF as a cryoprotectants were significantly higher than the glycerol (46.4; 38.3 vs 13.2) Percentage of live sperm (%H) after thawing for DMF and DMSO also significantly higher than glycerol. (67.9 and 63.9 vs 35.9). Equilibration time was not significantly affect %M and %H. In the Experiment 2, the quality of sperm (%M and %H) was investigated before dilution (fresh sperm), after dilution, after equilibration for 60 minutes at 5 o C and after thawing. Observations on each step indicated that the most critical period was happened after equilibration until thawing where the average reduction of %M was 40.29±6.65, and %H was 34.64±11.45. Whereas total reduction of sperm quality from fresh until post thawing was 50.64±12.30 for %M and 48.64±13.09 for %H. It was concluded that the best cryoprotectant was obtained from DMF and DMSO. Post equilibration period where temperature was dropped from 5 o C to 196 o C, and than the temperature was increased again during thawing up to 35 o C was considered as a critical period during freezing process of Muscovy sperm. Therefore, it is important to investigation the technique of temperature reduction and thawing for Muscovy sperm. Key words: cryoprotectant, sperm, freezing, muscovy ABSTRAK Penelitian ini merupakan bagian dari penelitan pertama yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh krioprotektan (glycerol, DMSO, DMF) dan waktu equilibrasi (15, 30, 60 menit) terhadap kualitas spermatozoa entog. Penelitian kedua dilakukan untuk mengetahui tahap paling kritis bagi spermatozoa selama pembekuan dengan menggunakan pengencer dan waktu equilibrasi terbaik pada penelitian 1. Data yang diperoleh pada penelitian 1 dianalisa dengan analisa variansi pola faktorial 3X3. Hasil penelitian menunjukkan DMF dan DMSO menghasilkan persentase motil (%M) lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan gliserol (46,4; 38,3 vs 13,2). Persentase sperma hidup (%H) setelah thawing untuk krioprotektan DMF dan DMSO juga lebih tinggi (P<0,05) dibanding gliserol (67,9 dan 63,9 vs 35,9). Tidak ada perbedaan yang nyata dari waktu equilibrasi terhadap %M dan %H sperma. Selanjutnya krioprotektan DMF dan waktu equilibrasi 1 jam digunakan dalam penelitian 2. Pada penelitian 2, %M dan %H pada semen segar, setelah diencerkan, setelah equilibrasi selama 1 jam pada suhu 5 o C dan setelah thawing diamati. Pengamatan pada tiap-tiap tahap pembekuan menujukkan tahapan paling kritis terjadi saat pasca equilibrasi- sampai thawing dimana rata-rata terjadi penurunan %M 40,29±6,65, %H 34,64±11,45 atau dari total penurunan kualitas sperma segar sampai pasca thawing sebesar 50,64±12,30 (%M) dan 48,64±13,09 (%H). Disimpulkan DMF dan DMSO lebih cocok digunakan sebagai krioprotektan dalam preservasi spermatozoa entog dibandingkan dengan gliserol. Pasca equilibrasi sampai 545

dengan thawing dimana temperatur diturunkan dari 5 sampai 196 o C kemudian suhu dinaikkan lagi saat thawing (±35 o C) merupakan fase yang paling kritis, sehingga perlu dicari metoda penurunan suhu dan thawing yang lebih baik untuk spermatozoa entog. Kata kunci: Krioprotektan, pembekuan, sperma,,entog PENDAHULUAN Daya hidup spermatozoa setelah ejakulasi relatif pendek sehingga pengawetan semen merupakan problem utama dalam pelaksanaan inseminasi buatan (SITUMORANG et al., 2001). Pengawetan semen dapat dilakukan dalam bentuk seman cair (suhu ruangan maupun suhu 5 o C) maupun semen beku. Preservasi semen itik secara komersial sampai saat ini belum ada dan baru dilakukan untuk tujuan riset baik yang berhubungan dengan breeding maupun reproduksi. Beberapa penelitian tentang teknik pembekuan semen unggas telah dilakukan, tetapi secara umum hasilnya masih belum memuaskan. Penurunan kualitas spermatozoa selama pengawetan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Penurunan kualitas sperma selama proses pembekuan terutama diakibatkan perubahan kondisi lingkungan seperti pengaruh perubahan temperatur, perubahan tekanan osmotik dan pembentukan kristal es intraseluler (WATSON, 1995). Selama pembekuan kurang lebih 30% sperma akan mati (GOLDMAN et al., 1991), sperma yang hidup relatif sensitive terhadap lingkungan, daya hidup pendek dan fertilitas rendah (PARKS dan GRAHAM, 1992). Penggunaan krioprotektan diharapkan mampu mengurangi pengaruh tersebut, namun tampaknya tiap-tiap spesies mempunyai respon yamg beragam terhadap krioprotektan. Pada prinsipnya ada dua teknik pembekuan sperma yaitu pembekuan secara cepat dan pembekuan secara lambat (HAFEZ, 1993; WATSON 1995). Masing-masing teknik mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai akibat perubahan tekanan osmosis dan terbentuknya kristal es intraseluler. Beberapa penelitian pembekuan sperma unggas telah dilakukan, umumnya menggunakan teknik pembekuan secara cepat. TAI et al. (1995) telah melaporkan teknik pembekuan sperma entog dan itik pekin secera cepat, diperoleh motilitas setelah thawing sebesar 50 sampai 70% dan setelah di inseminasikan ke itik Tsaiya menghasilkan fertilitas (2 4 hari) sebesar 62,5 dan 18,7%. LUKASZEWICH (1997) meneliti pengaruh penggunaan larutan Avidulant dan Wnityp A, dengan krioprotektan DMF, DMSO, gliserol dan 1,2 propenediol dengan kecepatan penurunan suhu 1 o C/menit atau 35 o C/menit turun ke 35; -90 atau 110 o C pada pembekuan sperma angsa White Italian. Persentase sperma hidup tertinggi (26,3%) diperoleh dengan perlakuan pelarut Avidulant dengan krioprotektan DMF dan kecepatan penurunan suhu 35 o C/menit sampai suhu 110 o C. Krioprotektan merupakan agen kimia yang ditambahkan dalam proses pembekuan untuk mengurangi kerusakan mekanik akibat proses pembekuan (VISHWANATH dan SHANON, 2000). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan krioprotektan kedalam pengencer sperma terhadap kualitas sperma setelah thawing dan untuk mengetahui tahapan mana yang paling kritis dalam pembekuan spermatozoa. 546

MATERI DAN METODE Penelitian 1 Sepuluh ekor entog jantan digunakan sebagai sumber semen. Ternak dikandangkan secara individu dan semen dikoleksi dengan metode vagina buatan (TAN, 1980). Semen yang diperoleh diamati secara mikroskopis untuk menentukan layak tidaknya untuk dibekukan. Semen yang layak (mobilitas massa minimal ++) selanjutnya dikumpulkan menjadi satu. Pool semen dibagi menjadi tiga dan diencerkan menggunakan pengencer semen yang mengandung krioprotektan glycerol, DMSO atau DMF dengan perbandingan 1:4 (Tabel 1). Tabel 1. Komposisi pengencer dan krioprotektan penelitian Bahan pengencer dan krioprotektan Jumlah/volume Glukosa (gr) 0,57 Egg Yolk (ml) 1,5 H2O (ml) 7,8 Penstrep (ml) 0,1 Glyserol/ DMSO/DMF (ml) 0,7 Total (ml) 10 Semen yang telah diencerkan dimasukkan kedalam straw 0,25 ml kemudian diequilibrasi pada suhu 5 o C selama 15, 30 dan 60 menit. Setelah waktu equilibrasi tercapai, straw yang telah tersusun pada rak di letakkan diatas uap nitrogen cair pada ketinggian 8 cm (-110 o C) dari permukaan nitrogen cair selama 4 menit. Setelah itu straw langsung dimasukkan dalam nitrogen cair (-196 o C). Setelah beberapa saat straw di thawing pada air hangat (±35 o C) selama 30 detik. Persen motilitas (%M) dan sperma hidup (%H) diamati dibawah mikroskup. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan analisis variansi dalam rancangan pola faktorial 3x3 (STELL dan TORIE, 1991). Hasil yang signifikan diuji dengan uji beda jarak Duncan (DMRT). Penelitian 2 Sepuluh ekor entog jantan digunakan sumber semen. Ternak dikelompokkan menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari lima ekor ternak. Semen ditampung dengan vagina buatan. Hanya semen yang memenuhi syarat (mobilitas massa minimal ++ dan motilitas minimal 70%) yang digunakan dalam penelitian. Semen yang memenuhi syarat dicampur menjadi satu sesuai kelompok yang telah ditentukan. Pengambilan sample semen dilakukan 7 kali sehingga diperoleh ulangan sebanyak 14 sampel. Semen diencerkan menggunakan pengencer semen yang mengandung DMF sebagai krioprotektan (Tabel 1) dan derajat pengenceran dilakukan untuk mencapai konsentrasi sperma 400 juta/cc. Setelah diequilibrasi selama satu jam semen dibekukan mengikuti penelitian pertama. Peubah yang diamati adalah %M dan %H pada pool semen segar, semen setelah diencerkan, setelah equilibrasi dan semen beku setelah ditawing pada 30 o C selama 30 detik. 547

Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas spermatozoa pada masing-masing tahapan dalam proses pembekuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian 1. Hasil menunjukkan krioprotektan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap %M dan %H setelah thawing, tidak dijumpai adanya pengaruh yang nyata waktu equilibrasi dan interaksi antara krioprotektan dan waktu equilibrasi terhadap kualitas spermatozoa setelah thawing. Pengaruh DMF dan DMSO baik pada %M maupun %H lebih baik (P<0,05) apabila dibandingkan gliserol, tidak dijumpai perbedaan yang nyata baik pada %M maupun %H antara penggunaan DMF dan DMSO. Tabel 2. Pengaruh krioprotektan dan waktu equilibrasi terhadap %M dan %H sperma beku entog setelah thawing Perlakuan Motilitas (%M) Sperma hidup (%H) Krioprotektan: Gliserol 13,21 b 35,9 b DMSO 38,30 a 63,91 a DMF 46,42 a 67,90 a Waktu Equilibrasi (menit) 15 31,43 56,00 30 33,09 57,00 60 33,85 56,09 Keterangan : a,b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (P<0,05) Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian LUKASZEWICH (1997) yang menggunakan krioprotektan DMF, DMSO, Gliserol dan 1,2 propaneol untuk membekukan sperma unggas air (white anser). Hasil terbaik diperoleh dengan penggunaan DMF yaitu diperoleh sperma hidup 26,3% dan 23,0% masing-masing untuk pengencer Avidulant dan Winityp A. Hasil yang di peroleh jauh lebih baik (67,9%) karena perbedaan jenis sperma yang dibekukan (meski sama-sama unggas air), dan jenis pengencer disamping metode pembekuan yang digunakan. Gliserol umumnya digunakan sebagai krioprotektan pada pembekuan semen sapi (WATSON, 1995; SITUMORANG et al. 2001); semen kambing (VISHWANATH dan SHANON, 2000). TAI et al. (1995) berhasil mendapatkan %M sperma beku entog sebesar 50% (dibandingkan dengan yang kita peroleh 13,21%) dengan teknik pembekuan cepat menggunakan gliserol (7%) sebagai krioprotektan. Perbedaan nilai yang didapat mungkin disebabkan oleh teknik pembekuan yang digunakan. Tidak dijumpai adanya pengaruh yang nyata dari waktu equilibrasi 15, 30 dan 60 menit terhadap %H dan %M, menunjukkan equilibrasi dapat dilakukan diantara 15 60 menit. Pada prinsipnya equilibrasi diberikan selama waktu tertentu untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya translokasi air, dengan demikian akan menurunkan kerusakan sebagai akibat pembentukan kristal es selama freezing dan thawing (VISHWANATH dan SHANON, 2000). 548

Penelitian 2 Hasil yang diperoleh baik %M maupun %H pada penelitian 2 tidak sebaik yang diperoleh pada penelitian 1, mungkin disebabkan oleh perbedaan volume pengenceran. Penelitian 1 menggunakan pengenceran 1:4 sedangkan pada penelitian 2 derajat pengenceran dilakukan lebih untuk mendapatkan konsentrasi 400 juta/cc (pengenceran 2-3X). 100 80 Persen 60 40 20 0 I II III IV Tahapan Pembekuan %M %H Keterangan: I= Semen segar, II= semen setelah diencerkan, III= setelah equilibrasi pada suhu 5 o C selama 60 menit, IV= setelah dibekukan, thawing pada suhu 35 o C 30 detikt Gambar 1. Pengaruh tahapan pada pembekuan sperma entog terhadap %M dan %H Kualitas sperma menurun dengan meningkatnya tahapan-tahapan pembekuan sperma (Gambar 1). Penurunan terjadi secara linier sampai dengan equilibrasi selanjutnya mengalami penurunan yang tajam setelah sperma dibekukan. Penurunan %M dan %H sangat tajam terjadi diantara tahap equilibrasi sampai dengan thawing mencapai 40,28±6,65 poin untuk %M dan 34±11,45 untuk %H atau 47,92 dan 43 poin dari kondisi awal. Penurunan yang sangat besar terjadi sebagai akibat pengaruh pembekuan, seperti yang dinyatakan oleh GOLDMAN et al. (1991) bahwa selama pembekuan 30% sperma akan mati. Penurunan yang linier dan relatif kecil sampai tahap equilibrasi menunjukkan sampai dengan tahapan ini sudah tidak dijumpai masalah. Masalah terjadi pada tahapan pembekuan dan thawing dimana tahapan ini suhu terus diturunkan dari 5 o C sampai 110 o C (selama 4 menit), diturunkan lagi sampai 196 o C dan dinaikkan ke 35 o C (10 detik). Tampak bahwa kisaran suhu yang diamati sangat besar sehingga tidak dapat ditentukan pada suhu berapa sebetulnya titik kritis bagi sperma entog. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan lebih jauh untuk menentukan temperatur kritis dalam pembekuan sperma entog. Menurut SMYTH (1954) temperatur kritis spermatozoa adalah 15 dan 25 o C. Freezing point atau fase dimana terjadi perubahan dari fase liquid menjadi padat untuk larutan yang diberi krioprotektan berbeda tergantung konsentrasi krioprotektan yang diberikan (HAFEZ, 1993). Untuk konsentarsi DMF 7,5% freezing pointnya 3 o C, sehingga untuk menentukan temperatur kritis pada pembekuan sperma entog dengan krioprotektan DMF 7% perlu diamati saat suhu mulai diturunkan dari ±-3 o C sampai ±-25 o C. 549

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik perlu dicari teknik pembekuan dan thawing yang lebih sesuai. Pada prinsipnya ada dua teknik pembekuan yaitu teknik pembekuan secara cepat dan lambat, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pembekuan secara cepat tidak memberikan kesempatan bagi air sel untuk keluar dan menyebabkan terjadinya formasi es yang besar. Pembekuan lambat menyebabkan peningkatan konsentrasi garam, meningkatnya osmolality dan ph (MAZUR et al., 1972 disitasi WATSON, 1995; HAFEZ, 1993). yang merusak integritas sel dan menyebabkan kematian sel (MARYMAN, 1971 disitasi oleh BAKST, 1990). Laju penurunan suhu yang lambat menyebabkan air yang keluar sel cukup banyak (untuk mencapai keseimbangan potensi kimia intra dan ekstra seluler) sehingga sel mengalami dehidrasi dan terjadi peningkatan konsentrasi larutan intraseluler yang mengakibatkan kerusakan sel (ANNAN dan PICKETT disitasi BAKST, 1990). Penurunan suhu yang optimal untuk pembekuan sperma unggas adalah 1 o C/menit dari suhu 5 sampai 20 o C (SEXTON, 1980). Proses thawing juga mempunyai peranan yang besar dalam menentukan daya hidup sperma setelah pembekuan. Thawing dilakukan dengan cara menaikkan suhu secara konstan sehingga motilitas sperma dapat terjaga. Umumnya laju thawing harus selaras dengan pembekuan. Pembekuan yang cepat menghasilkan sedikit kristal es yang merugikan, thawing yang cepat juga akan mencegah pembentukan kristal es intraseluler kembali yang dapat merusak sel (ANNAN dan PICKETT disitasi BAKST, 1990), apabila terlalu cepat akan terjadi perubahan tekanan osmotik yang besar sehingga terjadi aliran zat keluar sel (BAKST, 1990). Thawing yang lambat akan menimbulkan rekristalisasi (BAKST, 1990), fenomena ini terjadi pada suhu 80 sampai 50 o C. KESIMPULAN Krioprotektan DMF dan DMSO lebih sesuai digunakan dalam pembekuan sperma entog dibanding gliserol. Lama equilibrasi antara 15 60 menit dapat dilakukan dalam pembekuan sperma entog. Selama proses pendinginan dan pembekuan penurunan kualitas terus terjadi, tetapi penurunan terbesar terjadi selama proses pembekuan dan thawing. Sehingga perlu dilakukan pengamatan lebih jauh mengenai teknik pembekuan dan thawing untuk memperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA BAKST, M. R. 1990. Preservation of avian cell. In: R. D. Crawford. Poultry Breeding and Genetic. Elsevier, Amsterdam GOLDMAN, E.E., J.E. ELLINGTON, F.B. FAREL and R.H. FOOTE. 1991. Use of Fresh and Frozen Thawed Bull Semen In-vitro. Theriogenology 35:204 HAFEZ, E.S.E., 1993. Preservation and Cryopreservation of Gamet and Embrios. In: E.S. E. Hafes (ed.) Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger. Philadelphia. LUKASZEWICH, E. (1997). Cryopreservation of the White Italian (Anser-anser) Gender Semen. Proceeding 11 th Europian Symposium on waterfowl. Nantes (France). September 8-10. Pp. 111-132. SEXTON, T. J. 1980. Optimal Rates for Cooling Chiken Semen fron 5 o C to 196 o C. Poultry Sci. 59: 2765-2770 SITUMORANG, P., E. TRIWULANINGSIH, A.LUBIS W. CAROLINE dan T. SUGIARTI. 2001. Pengaruh Proline, Carnitin Terhadap Daya Hidup Spermatozoa Yang Disimpan Dalam Suhu 5 o c (Chilling Semen). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 6: 1-6. 550

SMITH, A. U. 1954. Effect of Low Temperatur on Living Cell and Tissue. In: R. J. Harris. Biologycal Application of Freezing and Drying. Academic Press. New York STEEL, R.G.D and J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Utama, Jakarta. TAI, J.J.L., C. TAI, Y.M. SU., H.H. HUANG T. TURADA and WATANABE.1995. Studies on the Cryopreservatin of Drake Semen. Unpublished report. Duck Research Center. I-Lan. Taiwan. R.O.C. TAN, N.S. 1980. The Training of Drakes for Semen Collection. Ann Zootech. 29 (2): 93-103 VISHWANATH, R. and P. SHANNON. 2000. Storage of Bovine Semen in Liquid and Frozen State. Animal Reproduction Science. 62: 23-53 WATSON, P.F. 1995. Recent Development and Concept in the Cryopreservation of Spermatozoa and Assessment of Their Post-thawing Function Reprod. Fertil. Dev. 7: 871 891 551