BAB V DIAGENESIS BATUGAMPING FORMASI CIMAPAG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DIAGENESIS BATUGAMPING

BAB IV TEORI DASAR DIAGENESIS KARBONAT

BAB IV DIAGENESIS BATUGAMPING FORMASI BULU

// - Nikol X - Nikol 1mm

Foto 32. Singkapan batugamping fasies foraminifera packestone yang berlapis.

4.4.1 Proses dan Produk Diagenesa Proses Mikritisasi Mikrobial

BAB IV FASIES BATUGAMPING GUNUNG SEKERAT

HUBUNGAN ANTARA EVOLUSI POROSITAS DENGAN KARAKTERISTIK DIAGENESIS FORMASI WONOSARI DI KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DIY

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

: Batugamping Kalsilutit-Batulempung : Mudstone (Dunham, 1962)/Batugamping Kalsilutit

BAB IV DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING

BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH GUNUNG KROMONG

Subsatuan Punggungan Homoklin

Studi Model Reservoir Karbonat Menggunakan Analisa Tipe Batuan

// - Nikol X - Nikol 1mm

Mikrofasies dan Diagenesa Batugamping Formasi Klapanunggal Daerah Cileungsi, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Lokasi : G.Walang Nama Batuan : Tuf Gelas

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Ciri Litologi

BAB IV FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH LEPAS PANTAI UTARA MADURA

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB IV STUDI PASIR NGRAYONG

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB IV FASIES BATUGAMPING FORMASI TENDEH HANTU

GEOLOGI DAN ANALISIS DIAGENESIS BATUGAMPING FORMASI BULU, DAERAH DESA TINAPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BLORA, JAWA TENGAH

Batuan Karbonat adalah batuan yang tersusun dari mineral karbonat, yang terutama batugamping dan dolomit yang berpotensi sebagai reservoar.

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

PETROGRAFI BATUAN KARBONAT

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Dinamika Sedimentasi Formasi Prupuh dan Paciran daerah Solokuro dan Paciran, Lamongan, Jawa Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

TUGAS AKHIR A. Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

GEOLOGI DAN FASIES BATUGAMPING FORMASI CIMAPAG, DAERAH PASIR SALAM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN CILOGRANG, KABUPATEN LEBAK, BANTEN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi, batuan karbonat kerap

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

batupasir batulempung Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten.

BAB IV FASIES BATUGAMPING

TUGAS AKHIR A. Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Longman, M. W., 1980, Carbonate diagenetic textures from nearsurface diagenetic carbonates: Am. Assoc. Petroleum Geologist Bull., v. 64, p.

Nama : Peridotit Boy Sule Torry NIM : Plug : 1

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB 4 Fasies Batugamping Formasi Citarate

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

ANALISIS FACIES DAN SEJARAH DIAGENESA BATUAN KARBONAT FORMASI RAJAMANDALA, PADALARANG, JAWA BARAT

GEOLOGI DAN STUDI FASIES BATUGAMPING DAERAH KALIORANG BARAT, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR

01.Pendahuluan Petrologi Batuan Karbonat

Lampiran 1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium HASIL ANALISIS PETROGRAFI 3 CONTOH TANAH NO. LAB.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

Batupasir. Batugamping. Batupasir. Batugamping. Batupasir

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

DAFTAR PUSTAKA. Adinegoro, U. dan Hartoyo, P., 1974, Paleogeography of Northeast Sumatera, Proceedings Indonesian Petroleum Association, hal 45.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Asikin S., 1987, Geologi Struktur Indonesia, Jurusan teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

Foto Singkapan batulempung-batupasir, batulempung dalam kondisi menyerpih. Lintasan Kali Bluncong (KB-3). Affan Arif Nurfarhan /

FASIES DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUGAMPING FORMASI PARIGI DI DAERAH PANGKALAN, KARAWANG, JAWA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB V DIAGENESIS BATUGAMPING FORMASI CIMAPAG 5.1 Metode Penelitian Analisis data dilakukan berdasarkan pengamatan lapangan dan pendekatan petrografi menggunakan mikroskop polarisasi terhadap 27 sampel batuan yang berasal dari Bukit Cilumbayan. Seluruh sayatan diberi blue dye untuk menentukan jenis porositas & kelimpahan. Sebanyak 15 sayatan diberi alizarin red-s yang diberi tambahan potasium ferosianida untuk membedakan dolomit non-fe (tidak bewarna), dolomit Fe (biru kehijauan), kalsit non-fe (merah muda) dan kalsit Fe (ungu kebiruan). Analisis yang dilakukan mencakup identifikasi butiran (cangkang fosil, fragmen litik, dll), matriks, bentuk dan jenis semen, penamaan batuan, porositas primer dan sekunder serta identifikasi produk diagenesis yang hadir. Penamaan batuan mengacu pada klasifikasi Dunham (1962) sedangkan identifikasi jenis, bentuk dan ukuran porositas mengacu pada klasifikasi Choquette dan Pray (1970). Semua hasil analisis yang diperoleh dihubungkan dengan lingkungan diagenesis menurut Tucker dan Wright (1990) dan stadium diagenesis menurut Longman (1980). 5.2 Analisis Data Analisis yang dilakukan mencakup analisis litofasies dan analisis produk diagenesis. Analisis litofasies bertujuan untuk mengetahui nama batuan dan analisis produk diagenesis digunakan untuk menentukan lingkungan dan stadium diagenesis (Tabel 5.1, Tabel 5.2, Tabel 5.3 dan Tabel 5.4). Seluruh hasil deksripsi analisis litofasies dapat dilihat pada lampiran A2. 56

57 Tabel 5.1 Data pengamatan terhadap 7 sampel sayatan Batugamping stained. No. Sampel Nama Batuan C12.11 Packstone C12.10 Packstone C13.2 Boundstone C13.1 Boundstone C11.4 Boundstone C11.3 Boundstone C11.2 Boundstone Butiran koral, foraminifera dan mineral opak alga dan mineral opak bivalvia dan mineral opak bivalvia dan mineral opak alga dan mineral opak alga dan mineral opak alga, dan mineral opak Bentuk Semen Semen Jenis Semen Stilolit (/T) blocky 1. kalsit non-fe fibrous blocky rhombic fibrous rhombic fibrous 2. kalsit Fe 2. kalsit Fe 2. kalsit Fe, 3. dolomit non-fe 2. kalsit Fe 2. kalsit Fe, 3. dolomit non-fe 2. kalsit Fe T (%); Jenis Porositas (10%); vug dan (15%); dan vug (15%); moldic, dan vug (10%);, moldic dan vug (10%); moldic dan (5%); moldic dan vug (10%); dan vug Proses Diagenesis mikrobial, disolusi, neomorfisme dan kompaksi mikrobial, disolusi, neomorfisme dan kompaksi mikrobial, disolusi, neomorfisme dan kompaksi mikrobial, disolusi, neomorfisme dan dolomitisasi mikrobial, disolusi, neomorfisme dan kompaksi mikrobial, disolusi, neomorfisme, dolomitisasi dan kompaksi mikrobial, disolusi, neomorfisme dan kompaksi 57

58 Tabel 5.2 Data pengamatan terhadap 8 sampel sayatan Batugamping stained. No. Sampel Nama Batuan C11.1 Wackestone C11.7 Boundstone C11.9 Packstone C11.10 Boundstone C11.11 Boundstone C11.12 Wackestone C4.4 Wackestone Butiran foraminifera, bivalvia, koral dan mineral opak alga dan mineral opak foraminifera, koral, alga dan mineral opak alga, bivalvia dan mineral opak alga dan mineral opak alga, bivalvia dan mineral opak bivalvia dan mineral opak Bentuk Semen rhombic fibrous blocky, fibrous dan rhombic blocky fibrous fibrous fibrous Semen Stained Jenis Semen 2. kalsit Fe, 3. dolomit non-fe 2. kalsit Fe 2. kalsit Fe, 3. dolomit non-fe 2. kalsit Fe 2. kalsit Fe 2. kalsit Fe 2. kalsit Fe Stilolit (/T) T T T (%); Jenis Porositas (15%);, moldic dan vug (5%); dan moldic (5%); moldic dan (5%); moldic dan (10%); vug, dan moldic (10%); moldic dan (10%); moldic dan Proses Diagenesis disolusi, neomorfisme dan dolomitisasi disolusi, neomorfisme dan kompaksi disolusi, neomorfisme, dolomitisasi dan kompaksi disolusi dan neomorfisme disolusi, neomorfisme dan kompaksi disolusi, neomorfisme dan kompaksi disolusi dan neomorfisme C11.13 Packstone alga, bivalvia dan mineral opak blocky, fibrous dan rhombic 2. kalsit Fe, 3. dolomit non-fe (5%); moldic dan vug disolusi, neomorfisme, dolomitisasi dan kompaksi 58

59 Tabel 5.3 Data pengamatan terhadap 5 sampel sayatan Batugamping unstained. No. Sampel Nama Batuan C12.8 Boundstone C12.6 Boundstone C12.5 Boundstone C12.4 Mudstone C11.8 Mudstone Butiran foraminifera, koral dan mineral opak foraminifera, koral dan mineral opak koral, foraminifera dan mineral opak foraminifera dan mineral opak foraminifera dan mineral opak Bentuk Semen Semen Unstained Jenis Semen Stilolit (/T) blocky kalsit blocky kalsit T rhombic kalsit dan dolomit blocky kalsit T rhombic kalsit dan dolomit T T (%); Jenis Porositas Proses Diagenesis (5%); moldicdan (5%) moldic dan (10 %) moldic dan (5%) moldic dan (10%) dan vug mikrobial, disolusi, neomorfisme dan kompaksi mikrobial, disolusi dan neomorfisme mikrobial, disolusi, neomorfisme dan dolomitisasi mikrobial, disolusi dan neomorfisme mikrobial, disolusi, neomorfisme dan dolomitisasi 59

60 Tabel 5.4 Data pengamatan terhadap 7 sampel sayatan Batugamping unstained. No. Sampel Nama Batuan C11.15 Wackestone C12.2 Packstone C12.1 Boundstone C13.5 Wackestone C11.17 Packstone C11.14 Boundstone C11.18 Packstone Butiran foraminifera, alga dan mineral opak foraminifera, alga, koral dan mineral opak foraminifera, koral dan mineral opak foraminifera, alga dan mineral opak foraminifera, alga dan mineral opak foraminifera, alga, koral dan mineral opak foraminifera, koral dan mineral opak Bentuk Semen rhombic Unstained Semen Jenis Semen kalsit dan dolomit Stilolit (/T) blocky kalsit blocky kalsit T blocky kalsit T fibrous blocky, fibrous dan rhombic rhombic kalsit kalsit dan dolomit kalsit dan dolomit T T T (%); Jenis Porositas (5%) moldic dan. (10%) moldic dan (5%) moldic dan (5%) moldic dan (10%) moldic dan (10%) moldic dan. (10%) moldic dan vug Proses Diagenesis disolusi, neomorfisme, dolomitisasi dan kompaksi disolusi, neomorfisme dan kompaksi disolusi dan neomorfisme disolusi dan neomorfisme disolusi dan neomorfisme disolusi, neomorfisme dan dolomitisasi disolusi, neomorfisme dan dolomitisasi 60

5.2.1 Analisis Litofasies Jenis fasies batuan yang ditemukan di daerah penelitian berdasarkan analisis petrografi dan pengamatan di lapangan yaitu boundstone, packstone, wackestone dan mudstone. 5.2.1.1 Boundstone Gambar 5.1 Sayatan tipis boundstone nomor sampel C11.2. Batuan ini (Gambar 5.1) memperlihatkan struktur tumbuh pada koral, mempunyai komposisi yang terdiri dari fragmen fosil (60%) berupa koral (A3, A4), alga, foraminifera dan moluska; detritus yang terdiri dari mineral opak (E7). Matriks (20%) berupa mikrokristalin kalsit yang telah berubah menjadi dolomit, semen (10%) hadir mengisi rongga fosil terutama pada koral dan foraminifera berupa kalsit non-fe (B4) dan kalsit Fe dengan bentuk fibrous dan blocky yang berukuran mikrospar dan spar. Porositas (10%) hadir berupa moldic, vugs, dan. Proses diagenesis yang terjadi yaitu sementasi (B3), mikritisasi mikrobial (C3), neomorfisme, pelarutan, dolomitisasi dan kompaksi. 61

Koral, berbentuk utuh, memperlihatkan struktur tumbuh, rongga terisi oleh semen mikrospar-spar, Alga, berbentuk pecahan memanjang, sebagian besar tergantikan oleh kalsit dengan besar kristal seragam, Foraminifera, terdiri dari foraminifera besar (Lepidocyclina sp.) dan foraminifera kecil (Orbulina sp.), utuh dan pecah-pecah, pada umumnya dilingkupi oleh mikrokristalin kalsit, kamar dalam terisi oleh semen kalsit, Moluska, berupa bivalvia berbentuk pecahan, pada umumnya dilingkupi oleh mikrit, kamar dalam terisi oleh semen kalsit, Mineral opak, berupa pirit, membundar halus, umumnya tersebar bersama matriks dan mengisi, Matriks Lumpur Karbonat, hadir mengikat butiran, bewarna coklat keruh, mulai terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (mikrit), Semen, berupa kalsit yang berbentuk fibrous dan blocky, berukuran mikrospar dan spar; dan dolomit yang berbentuk rhombic; melingkupi pecahan biota dan mengisi rongga. 5.2.1.2 Packstone Batuan ini (Gambar 5.2) memiliki tekstur klastik, terpilah buruk, kemas tertutup, stilolit (E5, E7), mempunyai komposisi yang terdiri dari fragmen fosil (total 75%) berupa foraminifera (B7, A6), koral (B4, C4), alga, moluska; detritus (3%) yang terdiri dari mineral opak. Matriks (total 10%) berupa mikrokristalin kalsit (C1), semen (10%) hadir mengisi rongga fosil terutama pada koral dan foraminifera berupa kalsit non-fe (D4) dan kalsit Fe dengan bentuk fibrous dan blocky yang berukuran mikrospar dan spar serta dolomit. Porositas (5%) berupa moldic, vugs, dan. Proses diagenesis yang hadir yaitu sementasi (C2), kompaksi (D6), mikritisasi mikrobial, disolusi, neomorfisme dan dolomitisasi. 62

Gambar 5.2 Sayatan tipis packstone nomor sampel C11.13. Foraminifera, terdiri dari foraminifera besar (Lepidocyclina sp.,) dan foraminifera kecil (Praeorbulina sp., Globigerina sp. dan Triloculina sp.), utuh pada umumnya dilingkupi oleh mikrokristalin kalsit, kamar dalam terisi oleh semen kalsit, Koral, berbentuk pecah-pecah, rongga terisi oleh semen mikrospar-spar, Alga, berbentuk pecahan memanjang, sebagian besar tergantikan oleh kalsit dengan besar kristal seragam, Moluska, berupa bivalvia, berbentuk pecahan, pada umumnya dilingkupi oleh mikrit, kamar dalam terisi oleh semen kalsit. Mineral Opak, berupa pirit, berbentuk membutir, berukuran 0,05 mm - 0,1 mm, terdapat di antara matriks dan cangkang dan stilolit, Matriks Lumpur Karbonat, hadir mengikat butiran, bewarna coklat keruh, mulai terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit, 63

Semen, berupa kalsit (kalsit non-fe dan kalsit Fe) yang berbentuk fibrous berukuran mikrospar dan spar; dan dolomit yang berbentuk rhombic; melingkupi pecahan biota dan mengisi rongga. 5.2.1.3 Wackestone Gambar 5.3 Sayatan tipis wackestone nomor sampel C11.1. Batuan ini (Gambar 5.3) memiliki tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, mempunyai komposisi yang terdiri dari fragmen fosil (30%) berupa foraminifera (D2, D7), koral, alga (C4) dan moluska (C6). Di beberapa sampel terdapat mineral opak (E8) berupa pirit yang mengisi. Matriks (total 45%) berupa mikrokristalin kalsit (A6), semen (10%) hadir mengisi rongga fosil terutama pada koral dan foraminifera berupa kalsit non-fe (C3) dan kalsit Fe (D2) dengan bentuk fibrous dan blocky yang berukuran mikrospar dan spar serta dolomit. Porositas (15%) berupa moldic, vugs, dan. Proses Diagenesis yang hadir yaitu sementasi (B2), disolusi (B5), mikritisasi mikrobial, neomorfisme, dan dolomitisasi. 64

Foraminifera, terdiri dari foraminifera besar (Lepidocyclina sp., Operculina sp.dan Miogypsina sp., Amphistegina sp.) dan foraminifera kecil (Praeorbulina sp., Globigerina sp. dan Triloculina sp.), utuh pada umumnya dilingkupi oleh mikrokristalin kalsit, kamar dalam terisi oleh semen kalsit, Koral, berbentuk pecah-pecah, rongga terisi oleh semen mikrospar-spar, Alga, berbentuk pecahan memanjang, sebagian tergantikan oleh kalsit dengan besar kristal seragam, Moluska, berupa bivalvia, berbentuk pecahan, pada umumnya dilingkupi oleh mikrit, kamar dalam terisi oleh semen kalsit. Mineral Opak, berupa pirit, berbentuk membutir, berukuran 0,01 mm - 0,1 mm, terdapat di antara matriks, cangkang dan stilolit, Matriks Lumpur Karbonat, hadir mengikat butiran, bewarna coklat keruh, terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit, Semen, berupa kalsit yang berbentuk fibrous, berukuran mikrospar; dan dolomit yang berbentuk rhombic; melingkupi pecahan biota dan mengisi rongga. 5.2.1.4 Mudstone Gambar 5.4 Sayatan tipis Mudstone nomor sampel C12.4. 65

Batuan ini (Gambar 5.4) memiliki tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, mempunyai komposisi yang terdiri dari fragmen fosil (7%) berupa foraminifera (D3); detritus (3%) yang terdiri dari mineral opak (A4, B5). Matriks (70%) berupa mikrokristalin kalsit (C4, D5), semen (15%) hadir mengisi rongga fosil terutama pada foraminifera berupa kalsit (D3) dengan bentuk blocky yang berukuran mikrospar dan spar yang sebagian kecil telah terubah menjadi dolomit. Porositas (5%) berupa vugs dan. Proses diagenesis yang hadir yaitu sementasi (D2), neomorfisme (C4) dan disolusi (D2). Foraminifera, terdiri dari foraminifera besar dan foraminifera kecil, utuh, kamar dalam terisi oleh semen kalsit, Mineral opak, berupa pirit, membundar halus, umumnya tersebar bersama matriks, Matriks Lumpur Karbonat, bewarna coklat keruh, mulai terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (mikrit), Semen, berupa kalsit yang berbentuk blocky, berukuran spar dan dolomit yang berbentuk rhombic; melingkupi pecahan biota dan mengisi rongga. 5.2.2 Analisis Produk Diagenesis Berdasarkan pengamatan petrografi maka diketahui bahwa produk diagenesis yang terjadi adalah mikritisasi mikrobial, dolomitisasi, sementasi, pelarutan, neomorfisme dan kompaksi. 5.2.2.1 Mikritisasi mikrobial Mikritisasi mikrobial merupakan hasil dari proses diagenesis yang terjadi pada tahap awal di lingkungan marine phreatic (Longman, 1980). Produk ini terlihat hampir pada semua sayatan. Mikritisasi mikrobial membentuk selaput mikrit (micritic envelopes) akibat organisme pembor yang melubangi bagian pinggir cangkang fosil yang kemudian terisi oleh mikrit (Gambar 5.5). Selaput tersebut lebih resisten terhadap perubahan kondisi lingkungan sehingga pada saat cangkang yang berkomposisi aragonit atau Mg-kalsit terlarutan, selaput tersebut tetap melindungi cangkang. Bagian cangkang yang telah terlarut apabila tidak terisi akan menghasilkan porositas moldic. 66

Gambar 5.5 Mikritisasi mikrobial pada Triloculina sp. (D5) nomor sampel C11.4. 5.2.2.2 Dolomitisasi Dolomitisasi menghasilkan mineral dolomit yang menggantikan mineral kalsit. Akibat adanya pergantian tersebut menyebabkan pembentukkan porositas interkristalin karena kristal kalsit memiliki volume lebih besar dibanding dolomit menyebabkan terbentuknya rongga-rongga kosong di antara kristal kalsit. Model pembentukkan dolomit yang umum digunakan menurut Morrow (1982) yaitu model mixed-water atau mixing zone yang dicirikan oleh dolomit non-fe dengan besar kristal sedang (62-250 mikron) dan model burial compaction yang dicirikan oleh dolomit Fe dengan besar kristal kasar mencapai ukuran millimeter sampai sentimeter. Pada sebagian sampel sayatan mengalami proses dolomitisasi dengan besar kristal sedang dan bersifat non-fe. Pada Gambar 5.6, proses dolomitisasi terjadi pada nomor sampel C11.10 yang dicirikan oleh mineral berbentuk rhombic dan tidak bewarna. Apabila dihubungkan dengan model pembentukan dolomit 67

menurut Morrow (1982) maka diperkirakan bahwa pembentukkan dolomit terjadi di lingkungan diagenesis mixing zone. Gambar 5.6 Proses dolomitisasi (C2) yang terjadi pada nomor sampel C11.10 5.2.2.3 Sementasi Terdapat dua jenis semen yang hadir pada sampel sayatan yang diteliti yaitu: semen fibrous dan semen blocky (Gambar 5.7). Semen fibrous ditemukan dibeberapa sampel sayatan. Jenis semen fibrous terbentuk pada lingkungan diagenesis active marine phreatic (Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003). Semen lain yang ditemukan pada sampel sayatan yaitu semen blocky atau disebut juga equant berkomposisi kalsit. Jenis semen blocky dapat terbentuk pada lingkungan diagenesis meteoric phreatic (Longman, 1980) dan lingkungan burial (Tucker dan Wright, 1990). Pada sayatan C11.2 (Gambar 5.7) terlihat adanya dua kali pembentukkan semen blocky. Tahap yang pertama berupa pengisian yang terjadi pada koral dan tahap kedua berupa pengisian pada porositas vug. 68

Gambar 5.7 Semen fibrous (B4) pada nomor sampel C11.17 (kiri) dan semen blocky (D3) pada nomor sampel C11.2 (kanan). 5.2.2.4 Pelarutan Pelarutan terjadi apabila terjadi perbedaan lingkungan diagenesis menyebabkan mineral yang tidak stabil larut dan membentuk mineral lain yang stabil pada kondisi lingkungan yang baru. Pada sampel sayatan yang dianalisis terjadi dua kali proses pelarutan (Gambar 5.8). Proses pelarutan pertama menghasilkan porositas moldic yang terjadi pada lingkungan diagenesis marine phreatic-meteoric phreatic. Pelarutan kedua ditandai oleh pelarutan lanjut membentuk rongga yang lebih besar (vug). Porositas ini memotong butiran dan semen yang ada. Pelarutan ini terjadi pada lingkungan meteoric vadose. 69

Gambar 5.8 Pelarutan pertama menghasilkan porositas moldic (D2) pada sampel C4.4 (kiri) dan pelarutan kedua berupa vug (B7) yang memotong butiran dan semen terdapat pada sampel C11.3 (kanan). 5.2.2.5 Neomorfisme Proses ini menghasilkan neomorfisme beragradasi yaitu rekristalisasi mikrit menjadi kristal-kristal yang lebih besar yaitu mikrospar dan spar (Gambar 5.9). Kristal-kristal yang terbentuk memiliki kenampakkan yang lebih keruh daripada semen mikrospar dan spar biasa. Hal ini disebabkan kristal-kristal tersebut berasal dari rekristalisasi mikrit yang berasal dari lumpur karbonat. Proses ini terdapat diseluruh sampel sayatan. Proses neomorfisme terjadi pada lingkungan meteoric phreatic sebagai akibat dari dissolution-reprecipitation yang disebut proses basah (Longman, 1980). Tucker dan Wright (1980) menyatakan bahwa neomorfisme terjadi pada lingkungan diagenesis meteoric phreatic dan dapat pula lingkungan burial. 70

Gambar 5.9 Neomorfisme (D6) pada nomor sampel C11.15 yaitu terjadi rekristalisasi dari mikrit menjadi spari kalsit. 5.2.2.6 Kompaksi Gambar 5.10 Kompaksi mekanik (C4, E5) terjadi pada nomor sampel (C4.4) (kiri) dan kompaksi kimia (B5, A3) yang terjadi pada nomor sampel C11.3 (kanan). 71

Pada sebagian besar contoh sayatan terlihat adanya gejala kompaksi mekanik dan kompaksi kimia (Gambar 5.10). Kompaksi mekanik menyebabkan terjadinya perubahan bentuk butir, retakan di dalam butir, cangkang yang terpecah-pecah serta penurunan porositas. Kompaksi kimia disebabkan oleh peningkatan tekanan pembebanan menyebabkan antarbutir bersentuhan dan larut (pressure dissolution) menghasilkan stilolit. Struktur kompaksi ini membutuhkan penimbunan sedalam ratusan hingga ribuan meter. 5.3 Analisis Diagenesis Batugamping Formasi Cimapag 5.3.1 Fasies Batugamping Formasi Cimapag Fasies yang ditemukan pada batugamping Formasi Cimapag berdasarkan pengamatan petrografi dan lapangan yaitu boundstone, packstone, wackestone dan mudstone. Fasies boundstone diendapkan pada inti terumbu yang dibangun oleh koral. Bagian terumbu ini memiliki morfologi yang lebih tinggi diakibatkan oleh pertumbuhan koral menyebabkan bagian ini rentan terhadap pengaruh air meteorik yang merupakan faktor utama penyebab pelarutan. Proses ini dapat menghasilkan terbentuknya porositas vug. Packstone, wackestone dan mudstone diperkirakan sebagai kantung-kantung dari fasies boundstone sehingga masih bagian dari inti terumbu. Hal ini disebabkan kehadiran porositas vug pada sayatan packstone, wackestone dan mudstone serta hadirnya fragmen koral yang hampir dominan pada sayatan tersebut. 5.3.2 Lingkungan Diagenesis Batugamping Formasi Cimapag Berdasarkan pengamatan terhadap produk diagenesis yang hadir maka dapat ditentukan lingkungan diagenesis pada batugamping Formasi Cimapag, meliputi lingkungan marine phreatic, mixing zone, meteoric phreatic, meteoric vadose dan burial. Lingkungan diagenesis marine phreatic ditandai dengan adanya selaput mikrit (micritic envelope) akibat aktivitas organisme pembor dan semen fibrous pada foraminera planktonik. Proses dolomitisasi yang menghasilkan mineral dolomit non-ferroan sebagai pengganti mineral kalsit terjadi pada lingkungan 72

mixing zone. Lingkungan diagenesis meteoric phreatic ditandai oleh sementasi kalsit blocky pada rongga koral, foraminifera dan bivalvia; neomorfisme mikrit menjadi mikrospar dan spar serta terbentuknya porositas moldic akibat pelarutan dari cangkang koral, alga, foraminifera dan moluska. Hadirnya porositas vug mengindikasikan lingkungan meteoric vadose. Lingkungan diagenesis burial ditunjukkan oleh adanya stilolit yang merupakan hasil dari kompaksi kimia. 5.3.3 Tahapan Diagenesis Batugamping Formasi Cimapag. Tahapan diagenesis suatu batuan karbonat dapat ditentukan apabila produk diagenesis yang hadir dapat dikenali dan dibedakan secara jelas. Tahapan ini digunakan untuk menentukan kecenderungan porositas suatu batuan karbonat. Tahapan diagenesis (Longman, 1980) pada daerah penelitian berdasarkan hasil analisis petrografi yaitu Tahap 1, 2, 3, 5, 6, 7 dan 8. Tahap 4 tidak terjadi karena tidak ditemukannya kalsit berbentuk bladed yang merupakan penciri dari tahap ini. - Tahap 1 Tahap 1 merupakan tahap pengendapan awal dari sedimen karbonat di lingkungan laut dangkal. - Tahap 2 Tahap 2 mewakili tahap awal dari diagenesis yang terjadi setelah pengendapan pada lingkungan stagnant marine phreatic. Tahap ini ditandai oleh mikritisasi mikrobial menghasilkan selaput mikrit (micritic envelope) oleh organisme pembor. - Tahap 3 Tahap 3 terjadi pada lingkungan active marine phreatic yang dicirikan oleh adanya sementasi intergranular oleh aragonit berserabut (fibrous). Semen yang terjadi berbentuk isopachous rims pada foraminifera planktonik. 73

- Tahap 5 Tahap 5 merupakan tahap diagenesis yang terjadi pada lingkungan meteoric phreatic. Tahap ini ditandai dengan hadirnya porositas moldic akibat proses pencucian menyebabkan porositas meningkat. - Tahap 6 Tahap ini ditandai oleh proses sementasi porositas moldic dan rekristalisasi mikrit menjadi mikrospar. Porositas berkurang akibat proses sementasi dan neomorfisme yang berlangsung intensif. - Tahap 7 Tahap 7 terjadi ketika batuan karbonat terangkat menuju lingkungan freshwater vadose. Tahap ini ditandai dengan porositas vug yang memotong butiran dan semen. - Tahap 8 Tahap ini ditandai oleh porositas vug yang terbentuk terisi oleh semen kalsit equant/blocky menyebabkan porositas yang dihasilkan berkurang. 5.4 Sejarah Diagenesis Batugamping Formasi Cimapag Urutan perubahan lingkungan diagenesis yang terjadi pada batugamping Formasi Cimapag di daerah penelitian yaitu lingkungan diagenesis marine phreatic, burial, mixing zone, meteoric phreatic, meteoric vadose dan meteoric phreatic. Sejarah lingkungan diagenesis diawali pada lingkungan marine phreatic. Hal ini ditandai dengan kehadiran produk diagenesis tahap 1 dan 2 yaitu proses mikritisasi mikrobial yang menghasilkan selaput mikrit (micritic envelope) dan tahap 3 yang ditandai oleh sementasi intergranular pada cangkang foraminifera planktonik oleh semen aragonit yang berbentuk fibrous. Kemudian terjadi pengendapan satuan batuan yang lebih muda menyebabkan Satuan Batugamping memasuki lingkungan burial yang ditandai dengan kehadiran stilolit. 74

Setelah itu batugamping pada daerah penelitian mengalami proses pengangkatan sampai ke lingkungan mixing zone. Hal ini ditandai oleh adanya mineral dolomit non-ferroan dengan ukuran kristal halus-sedang. Jumlah dolomit yang tidak begitu dominan menunjukkan bahwa proses diagenesis tidak berlangsung lama pada lingkungan ini. Proses tektonik terus berlangsung menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan diagenesis menjadi meteoric phreatic. Hal ini ditandai oleh terbentuknya porositas moldic, terisinya porositas moldic oleh semen kalsit blocky, dan neomorfisme mikrit menjadi mikrospar yang merupakan ciri dari stadium 5 dan 6. Proses pengangkatan yang terjadi diperkirakan berlangsung pada pasca Miosen Awal atau selama Pliosen Awal (Sujatmiko dan Santosa, 1992). Akibat proses tektonik kompresi yang intensif menyebabkan terangkatnya Batugamping Formasi Cimapag di daerah penelitian menuju lingkungan meteoric vadose yang merupakan penciri dari tahap 7. Perubahan lingkungan diagenesis dimana terjadi kontak langsung dengan air hujan yang tidak jenuh CaCO 3 menyebabkan proses pelarutan berlangsung intensif menghasilkan porositas sekunder yaitu vug. Setelah itu terjadi perubahan lingkungan diagenesis dari meteoric vadose menjadi meteoric phreatic yang dicirikan oleh terisinya porositas vug oleh semen kalsit blocky yang merupakan ciri dari tahap 7 menjadi tahap 8. Menurut Choquette dan Pray (1970) berdasarkan waktu terjadinya diagenesis maka proses diagenesis pada daerah penelitian yaitu (a) tahap eogenetik yang terjadi dekat permukaan, (b) tahap mesogenetik yaitu diagenesis pada lingkungan burial, dan (c) tahap telogenetik yang terjadi setelah pengangkatan. 75

Skema perjalanan diagenesis Batugamping Formasi Cimapag di daerah penelitian dapat diamati pada gambar di bawah ini: Gambar 5.11 Skema sejarah diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian (modifikasi dari Tucker, 1991). 76