Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, TEKNIK PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose

LAPORAN PRAKTIKUM V, VI, VII. Isolasi DNA dan Tekhnik PCR

LAPORAN PRAKTIKUM 5 ISOLASI DNA, PCR, ELEKTROFORESIS

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

PRAKTIKUM V ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR. Oleh: Ayu Elvana ( ) Yulia Fitri Ghazali ( ) Hari/Tanggal praktikum : Kamis/1 November 2012

LAPORAN PRAKTIKUM 5 PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

PRAKTIKUM PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE (SDS PolyAcrilamide Gel Elektroforesis)

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, TEKNIK PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE NAMA PRAKTIKAN : KARIN TIKA FITRIA ( )

SOAL LATIHAN UAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOMEDIK. Bentuk UAS tahun ini: Ada 3 bagian:

LAPORAN PRAKTIKUM 5 ISOLASI DNA Oleh : Herviani Sari dan Henny E. S. Ompusunggu Hari/Tanggal/Jam Praktikum : Kamis/ 1 November 2012/

ISOLASI DNA MANUSIA (EPITHELIAL MULUT DAN DARAH)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

LAPORAN PRAKTIKUM. Isolasi DNA dari Epitel dan Darah (5), Isolasi Protein Darah(6) dan PCR (Elektroforesis agarose dan Akrilamid)(7)

LAPORAN PRAKTIKUM. Bagian B Supernatan Pengendapan Jumlah /warna 7 ml / berwarna kuning 1 ml Warna merah

LAPORAN PRAKTIKUM Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Isolasi Protein Darah dan Elektroforesis SDS-PAGE

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

III. Bahan dan Metode

The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS PAGE

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

Praktikan : Sari Hutagaol, Yulia Fitri (A), Nunung Sri Mulyani

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS PAGE

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA MANUSIA (EPITELIAL MULUT DAN DARAH) DAN TEKNIK PCR DAN ISOLASI PROTEIN DARI DRAH, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

3 Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

MATERI DAN METODE. Materi

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

BAB III METODE PENELITIAN

: Kirana patrolina sihombing

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

molekul-molekul agarose. Proses elektroforesis diawali dengan pembuatan gel sebagai medianya yaitu agarose dilarutkan ke dalam TAE 10 X 50 ml yang

: Kirana patrolina sihombing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

Lampiran 1 Prosedur Rotofor

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

MATERI DAN METODE. Materi

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat

BAB III METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005)

LAPORAN PRATIKUM II PRATIKUM PH METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

KESEIMBANGAN ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM 1 TEKNIK DASAR: PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Genetika dan Biologi Molekuler dengan judul Isolasi DNA Bawang Bombay Dengan Cara Sederhana yang disusun o

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

MATERI DAN METODE. Materi

3. METODE PENELITIAN

Gambar Penerapan metode..., Anglia Puspaningrum, FMIPA UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

ph = pk a + log ([A - ]/[HA])

Transkripsi:

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 28 April - 09 Juni 2016 Nama Praktikan : Binayanti Nainggolan Yuliandriani Wannur Azah Pukul : 10.00 14.00 wib A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengerti metode umum mengisolasi DNA 2. Mampu mengisolasi DNA dari sel darah dan epitel mulut 2. Memahami prinsip dasar PCR dan Elektroforesis Agarose 3. Menggunakan alat elektroforesis dengan benar untuk membaca nilai base pair fragment DNA 4. Mengolah data yang diperoleh dari praktikum untuk memperoleh base pair fragment DNA 5. Mengumpulkan data dari hasil praktikum 6. Membuat dan menginterpretasi grafik. B. PENDAHULUAN DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan. DNA terdapat di nukleus, mitokondria, dan kloroplas. Ada perbedaan di antara ketiga lokasi DNA ini, yaitu: DNA nukleus berbentuk linear dan berhubungan sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria dan kloroplas berbentuk sirkular dan tidak berhubungan dengan protein histon. DNA memiliki struktur double helix, yang mengandung komponen-komponen gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat, dan pasangan basa. Satu sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan akan diturunkan pada keturunannya. DNA dapat diisolasi, baik pada manusia maupun tumbuhan. Isolasi DNA merupakan langkah tepat untuk mempelajari DNA. Prinsipnya ada dua, yaitu :

a. Sentrifugasi Merupakan teknik untuk memisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung. Tehnik sentrifugasi dilakukan oleh mesin yaitu mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi. Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan di bagian atas dan pelet di bagian bawah. b. Presipitasi Merupakan langkah yang dilakukan untuk mengendapkan suatu komponen dari campuran. Langkah-langkah isolasi DNA: a. Pengumpulan sel-sel b. Pemecahan sel (lisis sel) dan pencernaan protein c. Pengendapan DNA Pada praktikum ini, DNA akan diisolasi dari sel darah dan epitelial mulut. C. CARA KERJA TEKNIK ISOLASI I. Isolasi dari sel darah Alat dan bahan Darah (1cc) Larutan RNAase Anti koagulan Isopropanol Larutan sel lisis Etanol 70% Larutan nuclei lisis Larutan rehidrasi DNA Larutan protein precipitation Water bath Tabung mikrosentrifus Mikrosentrifius Vortex Kertas absorben Pipet tetes 1. Gunakan tabung mikrosentrifus 1,5 ml yang steril isi dengan 1 mg antikoagulan (EDTA, atau heparin) masukkan 1 ml darah kedalamnya. 2. Goyangkan tabung mikrosentrifus perlahan agar darah dan anti-koagulan

bercampur dengan baik. 3. Gunakan satu tabung mikrosentrifus steril lagi masukkan 900 μl larutan sel lisis 4. Ambil 300 μ1 darah dari tabung mikrosentrifus pertama masukkan ke dalam tabung kedua bolak-balikkan tabung 5-6 kali supaya cairannya bercampur baik. 5. Inkubasikan tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi untuk melisis sel-sel darah merah. 6. Sentrifugasi tabung pada kecepatan 13.500 rpm selama 2 menit pada temperatur ruang. 7. Supernatant dibuang sebanyak mungkin (hati-hati! Jangan sampai pellet putih ikut terbuang) sekitar 10-20 μ1 cairan residu akan tertinggal dalam tabung tersebut 8. Tabung divortex dengan kuat (10-15 detik) agar sel-sel darah putih tersuspensi kembali. 9. Tambahkan 300 μ1 larutan nuklei lisis ke dalam tabung tersebut (di langkah ke- 8). campurkan dengan menggunakan pipet sebanyak 5-6 kali untuk melisiskan sel-sel darah putih larutan menjadi viscous (kental) jika terlihat gumpalan, maka inkubasikan tabung pada 37 C sampai gumpalan tersebut larut dinginkan pada temperatur ruangan 10. Tambahkan larutan protein precipitation sebanyak 100 μ1 ke dalam larutan di langkah 9 atau 10 vortex dengan kuat selama 10-20 detik gumpalan protein yang kecil mungkin akan terlihat. 11. Sentrifugasi pada kecepatan 13.500 rpm selama 3 menit (pada temperatur ruangan) pellet protein yang berwarna coklat tua akan terlihat. 12. Pindahkan supernatant ke dalam tabung Eppendorf steril yang berisi 300 μl isopropanol (temperatur ruangan). 13. Tabung dibalikkan perlahan-lahan supaya larutan bercampur akan terlihat massa seperti benang-benang putih (DNA). 14. Sentrifugasi pada kecepatan 13.500 rpm selama 1 menit pada temperatur ruangan DNA akan terlihat sebagai pellet kecil yang putih. 15. Supernatant dibuang tambahkan 300 μ1 70% etanol (di suhu temperatur ruangan). bolak-balikkan tabung perlahan beberapa kali untuk mencuci pellet DNA sentrifugasi lagi seperti pada langkah 15 diatas.

16. Aspirasikan etanol menggunakan pipet (jangan sampai pelletnya terbuang!) letakkan tabung secara terbalik diatas kertas absorben dan keringkan di udara selama 10-15 menit. 17. Tambahkan 100 μ1 larutan rehidrasi DNA DNA direhidrasi dengan menginkubasikan tabung pada 65 C selama 30-60 menit secara periodik, campurkan larutan dengan cara menepuk tabung perlahan. 18. DNA disimpan pada temperatur 2-8 C atau untuk jangka panjang pada -20 C II. Isolasi DNA dari Epitel Alat dan bahan yang digunakan Minuman isotonic Beaker Akuades Batang kayu Waterbath Mikrosentrifus Timbangan digital EDTA SDS Stok proteinase K (100 µg/ml) NaCl Etanol dingin Tabung mikrosentrifus Tris Pipet Mohr a. Pengumpulan sel-sel 1. Gosok pipi bagian dalam menggunakan batang kayu selama ± 30 detik ( jangan ditelan) 2. Ambil minuman isotonik kumur-kumur dengan minuman isotonik sebanyak ± 10 ml, sekaligus menggosok pipi selama 1 menit hasil berkumur ini jangan ditelan, tetapi keluarkan ke dalam beaker ini yang menjadi larutan sel epitel yang akan diisolasi DNA nya. b. Lisis sel sel 3. Atur temperatur 56 0 C pada waterbath. 4. Ambil 1,5 ml larutan sel epitelial menggunakan pipet Mohr masukkan ke dalam tabung mikrosentrifus. 5. Masukkan tabung mikrosentrifus dalam mesin sentrifus selama 30 detik pada kecepatan 10.000rpm, dan gunakan sampel orang lain sebagai penyeimbang. Hasil sentrifus yang didapat supernatant dibuang, kemudian tambahkan larutan sel lagi. 6. Langkah 5 dan 6 diulang sebanyak dua kali agar endapan (pelet) yang terbentuk semakin banyak 7. Kemudian tambahkan 1 ml buffer Tris-EDTA ke dalam tabung mikrosentrifus. 8. Tabung mikrosentrifus di vortex selama 30 detik (sampai endapan hancur). 9. Selanjutnya tambahkan 50μL Proteinase K (enzim untuk mencerna

protein) dan masukkan dalam waterbath (56 0 C) selama 10 menit c. Pengendapan DNA 10. Masukkan 100μL NaCl, 2,5M ke dalam tabung mikrosentrifus aduk isi tabung agar tercampur baik, dengan cara membolak-balikkan tabungnya. 11. Pindahkan semua isi tabung mikrosentrifus ke tabung lain yang bersih dan kering (hati-hati, agar tidak banyak muncul buih) 12. Pelan-pelan tambahkan 1 ml etanol dingin (untuk mengendapkan biarkan selama 5 menit. atau menggumpalkan DNA) agar terlihat batas jelas 13. DNA akan menggumpal di antara batas buffer dan etanol (terlihat ada yang melayang seperti benang putih) 14. Ambil DNA menggunakan batang kaca atau besi taruh di tabung sentrifugasi kecil yang bersih. (Gunakan tisu bersih untuk menghisap sisa etanol). 15. Simpan tabung mikrosentrifus kecil di lemari pendingin, pada suhu di bawah 0 0 Observasi pada praktikum ini: Awalnya pelet yang terbentuk hanya sedikit, tetapi setelah ditambahkan larutan sel epitel dan disentrifus beberapa kali, terbentuk endapan atau pelet berwarna putih di dasar tabung yang semakin banyak. Supernatan seharusnya dibuang sebanyak mungkin dengan hati-hati, agar pelet atau endapan tidak ikut terbuang bila tidak banyak supernatan yang terbuang, maka saat proses selanjutnya, volume larutan dalam tabung akan semakin banyak (berbeda dengan batas volume larutan pada kelompok lain). Hasil akhir didapatkan endapan atau pelet coklat di dasar tabung kemudian sampel disimpan dalam lemari pendingin untuk diproses di waktu praktikum selanjutnya. D. ELEKTROFORESIS AGAROSE Larutan-larutan yang perlu disiapkan: 1. 1X TBE - siapkan 1000 ml dengan komposisi: 10.8 g Tris, 5.5 g asam borik acid, 0.74 g EDTA dimasukkan ke dalam beaker 1000 ml tambahkan 900 ml akuades aduk dengan magnetic stirrer sampai larut Tambahkan akuades sampai volume larutan 1 liter. simpan di dalam botol bersih pada temperatur ruangan. 2. 0.8% Agarose - siapkan agarose secukupnya (diperlukan 40 ml/casting tray)

dengan komposisi: 1 g agarose dimasukkan ke dalam beaker/flask 250 ml yang bersih Tambahkan 125 ml larutan 1X TBE buffer solution Tutup flask/beaker dengan foil aluminium untuk mengurangi penguapan dan sisakan celah sedikit Aduk panaskan sampai mendidih dan larutan jernih kemudian dinginkan sampai 60 tambahkan 12 μl larutan ethidium bromide/casting tray. 3. Larutan Dapar Sampel (50 mm Tris-HCl ph 6,8; 10%(v/v) gliserol; 1% (b/v) SDS; 0,01% (b/v) biru bromfenol). 4. Larutan Dapar Elektroda (250 mm Tris-HCl ph 6,8; 1,8 M glisin; 1% (b/v) SDS). 5. Larutan Pewarna (0,15% Coomassie Brilliant Blue R-250; 250 ml metanol; 50 ml asam asetat; akuades sampai 500 ml) 6. Larutan Pencuci (50 ml metanol; 75 ml asam asetat; akuades sampai 1000 ml) Elektroforesis Gel Agarose 1. Siapkan casting tray pasang satu comb (sisir) pada pertengahan tray (plat cetakan) dan satu sisir lagi pada ujungnya.. 2. Tuangkan ± 40 ml 0,8% agarose ke dalam casting tray Cara kerja alat elektroforesis: 1. Tunggu sampai gel beku lepaskan comb secara hati-hati. 2. Letakkan gel di dalam elektroforesis tank yang sudah berisi larutan 1X TBE kemudian tambahkan larutan 1X TBE secukupnya sampai gel terbenam. 3. Untuk mewarnai DNA epitel campurkan 10 μl DNA epitel dengan 10 μl perwarna DNA di atas parafilm kemudian masukkan semuanya (20 μl) ke dalam sumur gel (dalam praktikum ini tidak perlu lagi pewarnaan karena sampel dan control sudah diberi pewarnaan sebelumnya (sudah pakai loading dye) 4. Kemudian dengan parafilm baru lagi campurkan 8 μl DNA sel darah DNA di atas parafilm masukkan semuanya (8 μl) ke sumur gel. B e g i t u j u g a d e n g a n s u m u r u n t u k s a m p e l D N A s e l e p i t e l (Jangan lupa mencatat posisi dan urutan sampel-sampel DNA). 5. Hidupkan mesin elektroforesis selama 30 menit dengan tegangan 90 V. Sampel- sampelnya akan mulai bergerak ke katode. (karena DNA bermuatan negatif) 6. Matikan mesin elektroforesis secara sempurna 7. Keluarkan gel dengan sangat hati-hati dan letakkan pada tray yang disediakan.

8. Pindahkan ke alat UV reader supaya hasilnya jelas. Gambar 1. Casting tray yang sumur sumurnya sudah diisi marker dan sampel E. HASIL PRAKTIKUM ISOLASI DNA I. Hasil Dari hasil elektroforesis agarose sampel dan marker diperoleh data yang akan digunakan untuk menghitung basepairs sampel Keterangan : 1. Marker 2. Marker 3. Control negative 4. Sampel 1 (Reza) 5. Sampel 2 (Siska) 6. Sampel 3 (Karin) 7. Sampel 4 (Yuli) 8. Sampel 5 (Henny) 9. Sampel 6 (Bina) 10. Sampel 7 (Rahmi) 11. Sampel 8 (Irma) 12. Sampel 9 (Dino) Gambar 2: Hasil elektroforesis agarose dari isolasi DNA epitel mulut

Keterangan : 1. Marker 2. Control negative 3. Sampel 1 (Reza) 4. Sampel 2 (Siska) 5. Sampel 3 (Karin) 6. Sampel 4 (Yuli) 7. Sampel 5 (Henny) 8. Sampel 6 (Bina) 9. Sampel 7 (Rahmi) 10. Sampel 8 (Irma) 11. Sampel 9 (Dino) Gambar 3: Hasil elektroforesis agarose dari isolasi DNA sel darah Dari foto hasil elektroforesis agarose dapat diukur jarak setiap band dari marker dan sampel. Data pengukuran jarak dapaat dilihat pada tabel 1 dan 2 dibawah ini : Tabel : Hasil elektroforesis agarose sel darah dan epitel Base pair Jarak (cm) sampel darah Jarak (cm) sampel epitel 100 8,3 8,5 200 7,8 7,9 300 6,7 7 400 6,8 6,4 500 6,5 6,1 600 6,2 5,8 700 5,8 5,4 800 5,4 5,01 900 4,92 4,65 1000 4,68 4,35

Darah 1200 1000 base pairs 800 600 400 200 0 y = -254.27x + 2154.5 R² = 0.9638 0 2 4 6 8 10 Panjang band sampel darah Grafik 1: Diagram scattered dan garis trendline untuk marker pada agarose sampel DNA dari sel darah 1200 Epitel Panjang base pairs 1000 800 600 400 200 0 y = -217.89x + 1881.5 R² = 0.9686 0 2 4 6 8 10 Jarak band sampel epitel Grafik 2: Diagram scattered dan garis trendline untuk marker pada agarose sampel DNA dari sel epitel

No. Sampel Nama Sampel darah Y = -254,27x+2154,5 R² = 0,9638 Sampel epitel y = -217,89x + 1881,5 R² = 0,9686 Jarak (cm) Panjang basepairs Jarak (cm) Panjang Basepairs 1. Sampel 1 Reza 7,35 285,6155 7,25 301.7975 2. Sampel 2 Siska 7,40 272,902 3. Sampel 3 Karin 7,45 260,1885 4. Sampel 4 Yuli 7,45 260,1885 7,25 301.7975 5. Sampel 5 Henny 7,55 247,475 7,20 312,692 6. Sampel 6 Bina 7,55 234,7615 7,25 301,7975 7. Sampel 7 Rahmi 7,30 290,93 8. Sampel 8 Irma 7,50 247,475 7,20 312,692 9. Sampel 9 Dino 7,50 247,475 7,20 312,692 Tabel 2 : hasil jarak dan panjang base pairs pada semua sampel penelitian II. Pembahasan Sebelum dilakukan elektroforesis, teknologi PCR dilakukan terlebih dahulu terhadap sampel. Perlakuan yang dilakukan pada sampel saat pada PCR: - Denaturasi pada suhu 95 o C selama 45 detik sebanyak 35 siklus (DNA memisah) - Annealing pada suhu 60 0 C selama 45 detik (pimer menempel) - Extensi pada suhu 72 0 C selama 45 detik (DNA diperpanjang) - Extensi pada suhu 72 o C selama 7 menit - Soaking pada suhu 4 o C (dilakukan untuk menurunkan suhu) Pada penggunaan agar-agar untuk eletroforesis agarose, agar-agar yang digunakan tidak boleh terlalu panas saat dituang ke dalam cetakan karena jika terlalu panas cetakan akan retak- retak dan agar-agar juga tidak boleh terlalu dingin karena agar-agar akan mengental dan tidak dapat menjadi sumur. Saat menuang agar-agar ke dalam cetakan yang harus diperhatikan adalah gelembung udara karena tidak boleh ada gelembung udara pada saat mencetak agar-agar.

Pada saat melakukan elektroforesis tahap pertama yang dilakukan adalah mengisi masingmasing sumur, dimana setiap agar-agar harus diisi dengan marker, negatif dan sampel. Untuk sampel digunakan sampel (DNA) sebanyak 8µL, DNA yang sudah berwarna (loading dye) dimasukkan ke dalam masing-masing sumur. Setelah marker, negatif control dan sampel DNA diisi pada setiap sumur, arus dijalankan pada elektroforesis. Adanya arus dapat diketahui dari gelembung gas yang keluar dan arus berlangsung dari negatif ke positif. Hasil elektroforesis yang terlihat band DNA yang berasal dari epitel dan darah tetapi pada beberapa sampel tidak ditemukan hasil karena saat membuat label darah dan epitel tidak tepat dan sebagian besar nukleotidanya jatuh saat mengendapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada pengerjaan untuk mendapatkan DNA dari sel epitel dan darah kurang teliti, mungkin pada saat menggosok bagian dalam pipi tidak tepat atau pada saat memperoleh endapan nya yang kurang baik pengerjaan nya. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil elektroforesis agarose diperoleh rumus untuk menghitung basepairs dari sampel. Pada sampel diketahui bervariasi jarak antara sampe (seperti pada table 2) Dalam hal ini marker yang digunakan untuk reseptor vitamin D sebesar 240 bp. Dalam hal ini tidak sesuai marker dengan sampel yang berarti tidak ada gen MMIF pada DNA yang diteliti F. KESIMPULAN DAN SARAN I. Kesimpulan Teknologi PCR digunakan untuk memperbanyak sampel DNA. DNA yang diperoleh dari darah lebih banyak daripada DNA dari hasil isolasi sel epitel. Pada saat memanen sel dari sel epitel, mulut dalam keadaan bersih dan saat menggosok bagian dalam pipi harus tepat, jika tidak tepat DNA tidak akan diperoleh Marker yang hasil dari elektroforesis bertumpuk diakibatkan karena saat memasukkan marker ke dalam sumur kurang hati-hati dan mungkin diakibatkan karena kurangnya waktu saat elektroforesis. Dari hasil elektroforesis yang diperoleh hanya band yang berasal dari darah, sedangkan

yang berasal dari sel epitel tidak terlihat dengan jelas. Setelah data diinterpretasikan ke dalam grafik diperoleh p e r s a m a a n u n t u k s e l e p i t e l y=-217,89x+1881,5 R² = 0,9686 d a n s e l d a r a h Y = -254,27x+2154,5 R² = 0,963. Hal ini tidak sesuai dengan primer yang digunakan. II. Saran Saat praktikan mengisolasi DNA dari sel epitel dan dari darah sebaiknya lebih diperhatikan oleh survervisor sehingga kesalahan dalam pengerjaan prosedur dapat dikurangi dan DNA diperoleh dengan benar. Ketika melakukan praktikum disarankan supaya selalu menggunakan handsgloves, untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi terhadap hasil praktikum dan kesehatan dari parktikan Peralatan yang digunakan untuk praktikum sebaiknya ditambah sehingga memudahkan untuk pengerjaan praktikum dan praktikan juga lebih memahami proses praktiku