Pertemuan 3 F R A U D

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. audit investigasi. Teori Fraud Triangle pertama kali dicetuskan oleh Donald R.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

saji yang material akibat dari kecurangan adalah sebagai berikut:

POTENSI KORUPSI DANA DESA DAN SANKSI HUKUMNYA pada

KEDUA PERTAMA. Memahami pengertian risiko fraud. Memahami bagaimana mengidentifikasi dan upaya menyikapi risiko fraud

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Fraud di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat umumnya, salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Memahami Untuk Memberantas Tindak Pidana Korupsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Iswan Elmi. Catatan Mengenai Modus Operandi Korupsi Di Sektor Kesehatan Dan Cara Pencegahannya. Deputi Bidang Pencegahan KPK

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian Ariani et al tentang Analisis Pengaruh Moralitas Individu,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Saat ini pendeteksian penipuan (fraud) dan akuntansi forensik merupakan

PELANGGARAN HUKUM PAJAK YANG BERIMPLIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI & UPAYA PENEGAKAN HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan perekonomian di negeri kita, Bangsa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Setiap perusahaan tentunya mengalami pasang surut dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. seiring perkembangan zaman. Kecurangan/fraud adalah penipuan kriminal yang

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Workshop Pencegahan Korupsi Terintegrasi. Direktorat GRATIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah yang dihadapi para pelaku usaha semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat pada

Korupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya. Oleh : Dewi Asri Yustia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, CFrA.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KORUPSI SEKTOR HUKUM. PUSTAPAKO L P P M UNS SURAKARTA, 25 September Menggapai Integritas melalui jalan yang Integral SUPANTO

BAB I PENDAHULUAN. mencemaskan keadaan yang akan terjadi selanjutnya, jika unsur-unsur pembentuk

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

bercorak korporatis dan sentralistik pada kepemimpinan top executive di tangan bupati/walikota. Politisasi birokrasi masih cukup kental mewarnai

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu

SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015

BAB I PENDAHULUAN. pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud

BAB I PENDAHULUAN. mendengar kata fraud di sektor publik maupun sektor swasta telah

TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. tindakan mengambil uang Negara agar memperoleh keuntungan untuk diri sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses

P E N D A H U L U A N

PERTEMUAN 4: JENIS-JENIS KECURANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Priantara(2013:2) Fraud. VOC mengalami penurunan sehingga dijuluki dengan Vergaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Diskusi: Menghadapi F R A U Ddi Lingkungan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. umum pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Friastuti, 2012) adalah contoh

1 BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wilopo (2006) kasus fraud (kecurangan) di Indonesia terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. penyebab terjadinya fraud. Lebih jauh lagi, dalam teori segitiga fraud yang

BAB II LANDASAN TEORI. sinonim yang digunakan untuk mendefinisikan kecurangan, diantaranya :

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko terjadinya kecurangan atau Fraud. Kecurangan atau biasa disebut

PERAN BPKP DALAM PENANGANAN KASUS BERINDIKASI KORUPSI INSTANSI PEMERINTAH

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN NUSA TENGGARA BARAT MENJAGA KUALITAS ETIKA PELAYANAN PUBLIK PADA PELAYANAN. Perijinan dan PTSP

Visi : Auditor Presiden yang responsif, interkatif dan terpercaya untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

Kerugian Keuangan Negara. Tahap-tahap berkenaan dengan kerugian keuangan negara Menghitung kerugian keuangan negara

BAB II KAJIAN HUKUM TENTANG DELIK PENIPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar

MENGENAL PROGRAM SERTIFIKASI INTERNASIONAL CERTIFIED FRAUD EXAMINERS (CFE) BAGI AUDITOR.

BAB I PENDAHULUAN. usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (Competitive

KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG SEBAGAI RANGKAIAN KEJAHATAN LUAR BIASA. ABDUL BASIR Jaksa Pada Komisi Pemberantasan Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Fraud Risk Management

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT LEGISLATIF NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sangat mempengaruhi perkembangan negara tersebut. Salah satu

SECARA HARFIAH BERARTI KEBUSUKAN, KEBURUKAN, KEBEJATAN, KETIDAK JUJURAN, DAPAT DISUAP, TIDAK BERMORAL, PENYIMPANGAN DARI KESUCIAN.

PENGELOLAAN DAN PELAPORAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) DI PT PERTAMINA TRANS KONTINENTAL. Jakarta, 12 Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Seperti yang kita ketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dimulai dari Negara-negara berkembang hingga Negara maju pun tidak luput dari

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Mengenal KPK dan Upaya Pemberantasan Korupsi Dedie A. Rachim Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat

BAB II IDENTIFIKASI DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Pertemuan 3 F R A U D AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur Jakarta 1 2010 Definisi FRAUD G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T. Wells Kecurangan (fraud) adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal bukan berarti secara ketat dalam arti hukum. Namun, kriminal berarti setiap tindak kesalahan yang serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Karakteristik manfaat keuangan diperlukan agar tidak memasukkan tipe penipuan kriminal tertentu, yang secara umum tidak dipertimbangkan sebagai kecurangan. 2

Black Law Dictionary Kecurangan adalah istilah umum, mencakup berbagai ragam alat kecerdikan (akal bulus) manusia dapat direncanakan, dilakukan oleh seorang individual, untuk memperolah manfaat terhadap pihak lain dengan penyajian palsu 3 Tidak ada aturan yang tetap mendefinisikan kecurangan karena kecurangan mencakup kekagetan, akal (muslihat), kelicikan dan cara-cara yang tidak layak/wajar untuk menipu orang lain Kecurangan biasa dicirikan oleh penipuan (deceit), penyembunyian (concealment) atau pelanggaran (violation of trust), baik yang bersifat ancaman pelanggaran atau kekuatan fisik. Tujuan fraud dilakuan oleh individual dan organisasi untuk memperoleh uang, kekayaan atau jasa ; untuk menghindari pembayaran atau kerugian jasa ; atau untuk mengamankan kepentingan pribadi atau usaha 4

FRAUD DALAM KHUP Pasal 362 : Pencurian Pasal 368 : Pemerasan dan pengancaman Pasal 372 : Penggelapan Pasal 378 : Perbuatan curang Pasal 396 : Merugikan pemberi piutang dalam keadaan paillit Pasal 406 : Menghancurkan atau merusak barang Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425 dan 435 yang secara khusus diatur dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Korupsi (UU Nomor. 31 Tahun 1999) 5 Rumusan Tindak Pidana Korupsi (UU 31/1999 jo UU 20/2001) Delik yg terkait dg kerugian keuangan negara Delik pemberian sesuatu/janji kpd Peg Neg/PN (Penyuapan) Delik Penggelapan dalam Jabatan Delik Perbuatan Pemerasan Delik Perbuatan Curang Delik Benturan kepentingan dalam Pengadaan Delik Gratifikasi Pasal 2(1); 3 Ps 5(1) a,b; Ps 13; Ps, 5(2); Ps 12 a,b; Ps 11; Ps 6(1) a,b; Ps 6(2); Ps 12 c,d Pasal 8; 9; 10 a,b,c Pasal 12 huruf e,f,g Pasal 7 (1) huruf a,b,c,d; Ps 7 (2); Ps 12 huruf h Pasal 12 huruf i Pasal 12B jo Pasal 12C Merupakan delik-delik yg diadopsi dari KUHP (berasal dari pasal 1 ayat 1 sub c UU no. 3/71) Selama ini sebagian masyarakat memandang korupsi hanya sebagai delik tindak pidana (TPK), hal ini mendorong strategi pemberantasan yang sifatnya represif saja. 6

WHO COMMITS FRAUD? Anyone can commit fraud College Students Fraud Perpetrators Other Property Offenders Tipe-Tipe Kecurangan Pada pembahasan ini fraud dibatasi pada fraud yang terjadi pada perusahaan dalam hubungan jerja (occupational fraud) ACFE menggambarkan occupational fraud dalam bentuk FRAUD TREE Fraud Tree mempunyai tiga cabang utama Corruption, Assets Misapproriation dan Fraudulent Statement 8

9 Asset Misappropriatio n 10

Penyebab Fraud Edwin H. Sutherland memperkenalkan istilah white collar crime merupakan kecurangan yang dilakukan masyarakat atas (pengusaha dan profesional berkerah putih). Sedangkan muridnya Donald R. Cressey meneliti tentang para pegawai yang mencuri uang perusahaan (embezzlers), yakni mereka yang melanggar kepercayaan atau amanah yang dititipkan kepada meraka. Dalam perkambangannya hipotesis Cressey lebih dikenal dengan Fraud Triangle 11 Mengapa korupsi? The Fraud Triangle by Donald R. Cressey Opportunity The Fraud Triangle Incentive/ Pressure Rationalization /Attitude 12

Situas-situasi yang Menimbulkan Praktik Fraud 1. Kewajiban yang terkait dengan jabatan yang dipercayakan kepadanya (violation of ascried obligaton) 2. Pemecahan masalah dari kegagalan pribadi (problem resulting from personal failur) 3. Kegagalan bisnis (business reversal) 4. Keterpurukan dalam kesendirian (Physical isolation) 5. Kekalahan status (status gaining) 6. Hubungan pemberi kerja dengan pekerja (employer-employee relation) 13 Lemahnya pengendalian Ketidakmampuan menilai kualitas kinerja organisasi Akses informasi yang tertutup/terbatas Ketidakpedulian, dan apatisme Tidak adanya hukuman atau hukuman yang sangat ringan Bagi pelanggar peraturan organisasi kesempatan Opportunity The Fraud Triangle Incentive/ Pressure masalah keuangan; masalah obat terlarang, judi, perselingkuhan dan sejenisnya; tekanan di lingkungan kerja; tekanan lain Rationalization /Attitude Kantor berutang pada saya Saya hanya meminjam dan akan dikembalikan Tidak ada seorangpun yang akan dirugikan Ingin dihargai lebih Untuk tujuan baik Saya telah banyak berjasa kepada negara Orang lain juga melakukan hal yang sama, dll

White Collar Crime Sutherland mendefinisikan kejahatan kerah putih sebagai : Kejahatan kelas atas, kelas manusia berkerah putih yang terdiri atas orang-orang bisnis dan profesional terhormat atau dihormati. Kejahatan kerah putih terbatas pada kejahatan yang dilakukan dalam lingkungan jabatan mereka. Sedangkan Federal Bureu of Justice Statistic mendefinisikan : Kejahatan tanpa kekerasan demi kuntungan keuangan yang dilakukan dengan penipuan oleh orang yang pekerjaannya dalah wiraswasta, prfesional atau semi profesional dan yang memanfaatkan keahlian dan peluang yang diberikan oleh jabatannya ; juga kejahatan tanpa kekerasan demi keuntungan keuangan yang dilakukan dengan penipuan oleh orang yang memounyai keahlian khusus dan pengetahuan profesional mengenai bisnis dan pemerintahan, meskipun ia tidak terkait dengan pekerjaannya 15 Definisi menurut Albert J. Reiss, Jr dan Albert Biderman : Pelanggaran kerah putih adalah pelanggaran terhadap hukum yan terkena sanksi tertentu dan yang meliputi pemanfaatan kedudukan pelakunya yang mempunyai kekuasaan ekonomi, pengaruh atau kepercayaan dalam lembaga-lembaga yang sebenarnya bmempunyai legitimasi ekonomi dan politik namun disalahgunakan untuk keuntungan ilegal atau untuk melakukan kegiatan ilegal untuk keuntungan pribadi atau organisasi 16