ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

dokumen-dokumen yang mirip
Bidang Teknik PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di


BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB V HASIL PEMBAHASAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

Analisis Pemakaian Abu Vulkanik Gunung Merapi untuk Mengurangi Pemakaian Semen pada Campuran Beton Mutu Kelas II

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

Volume 2, Nomor 3, Agustus 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH DENGAN VARIASI KUAT TEKAN BETON

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Pelaksanaan Penelitian Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Mulai

PENGARUH JUMLAH SEMEN DAN FAS TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN AGREGAT YANG BERASAL DARI SUNGAI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

PENGARUH VARIASI SUHU PADA PERAWATAN ELEVATED TEMPERATURE TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat lentur pada benda uji 8 x 12 x 32 cm dengan mutu beton K-300 dalam kondisi perawatan basah menggunakan air bersih, yang dipengaruhi oleh berbagai kadar tanah kohesif. Faktor air semen yang digunakan ditetapkan 0,6, dan agregat maksimum 10 mm. Perencanaan campuran dilakukan berdasarkan metode SK SNI T 15 1990-03. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa campuran beton dengan berbagai kadar tanah kohesif mengakibatkan terjadinya penurunan kuat lentur sebesar 17,65 % untuk kadar tanah kohesif 5 % dan 22,17 % untuk kadar tanah kohesif 10 %. Sedangkan untuk nilai Slump akibat kadar tanah kohesif mengakibatkan terjadinya penurunan nilai Slump sebesar 13,16 % untuk kadar tanah kohesif 5 % dan 28,95 % untuk kadar tanah kohesif 10 %. Kata Kunci : Mutu Beton, Tanah kohesif, Kuat lentur, Nilai slump Latar Belakang Pada perencanaan struktur bangunan sipil, pemakaian beton sebagai material struktur merupakan alternatif yang paling banyak digunakan. Penggunaan beton dapat dibagi dalam dua bagian utama, sebagai upper structure, yaitu struktur yang terletak di atas tanah, contohnya, pelat lantai, balok, kolom, dsb, dan sub structure, yaitu struktur yang terletak di bawah tanah, contohnya, pondasi, dinding penahan tanah, dsb. Pada upper structure, beton pada umumnya mengalami proses perawatan kering (dry curing) kecuali bila diberikan perawatan khusus dengan dibasahi secara teratur. Pada bagian sub structure, dimana beton pada umumnya mengalami proses perawatan basah (wet curing) terutama pada daerah dimana muka air tanahnya tinggi. Untuk mendapatkan beton dengan kualitas yang baik, perencanaan campuran beton harus tepat dan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan beton yang akan dibuat. Kekuatan beton dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan lain yang tercampur di dalamnya. Pada bagian sub structure pada saat pengecoran campuran beton akan tercampur dengan tanah kohesif. Pada umumnya agregat yang digunakan baik agregat halus maupun agregat kasar mengandung tanah kohesif. Air pencampur Alamat korespondensi pada Yatna Supriyatna, jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur 114, Bandung. 40132. Email: yatna02@yahoo.com. 105

Yatna Supriatna yang digunakan harus menggunakan air bersih, jika menggunakan air sungai dihawatirkan banyak mengandung tanah kohesif, karena kurang baiknya penyimpanan agregat di lapangan sehingga agregat tercampur tanah kohesif disekitar tempat penyimpanan. Dimana tanah kohesif tersebut dapat mengganggu proses hidrasi dari semen dan memperlemah ikatan antara pasta semen dengan agregat, sehingga kekuatan beton berkurang. Berdasarkan fenomena di atas, maka Penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Analisa Kuat Lentur Pada Beton K-300 Yang Dicampur Dengan Tanah Kohesif. Tanah Kohesif Tanah kohesif adalah kumpulan partikel mineral yang mempunyai indeks plastisitas sesuai batas Atterberg yang pada waktu mengering membentuk suatu massa yang bersatu sedemikian rupa sehingga diperlukan gaya untuk memisahkan setiap butiran mikroskopisnya. Tanah kohesif dapat bersifat tidak plastis, plastis, atau cairan kental, bergantung dari kadar airnya. Sedangkan tanah non kohesif tidak memperlihatkan batas yang jelas antara keadaan plastis dan tidak plastis. Untuk jenis tanah yang bersifat non kohesif, sifatnya adalah tidak plastis untuk semua kadar air. Tanah kohesif jika mempunyai kadar air yang tinggi, tanah tersebut dapat bersifat sebagai suatu cairan yang kental. Indeks Plastisitas tanah hasil dari percobaan di laboratorium dapat digunakan untuk menentukan kadar tanah kohesif. Indeks Plastisitas yang tinggi menunjukkan kadar tanah kohesif yang cukup tinggi, dan sifat tanah yang plastis.tanah dengan Indeks Plastisitas tinggi dapat menyerap air dengan kadar yang sangat tinggi. Pada tanah terdapat muatan listrik. Jika muatan listrik besar, daya absorbsinya besar, maka Indeks Plastisitasnya tinggi. Campuran yang diperlukan untuk membuat suatu kumpulan tanah menjadi bersifat kohesif adalah mineral lempung (clay). Suatu kumpulan tanah disebut lempung apabila mengandung partikelpartikel sebesar 0.002 mm atau lebih kecil sebanyak 50% atau lebih. Pada kenyataannya jarang terdapat lempung murni secara alamiah karena selalu terkontaminasi dengan lanau (silt) dan partikel-partikel pasir halus atau koloid. Ind eks P l astis it as y ang t i ng gi mengidentifikasikan suatu tanah mengandung lempung murni dengan prosentase yang tinggi. Komponen-Komponen Beton Beton adalah material komposit yang terdiri dari agregat yang diletakan dalam suatu pasta semen yang mengisi rongga diantara butiran agregat dan mengikatnya bersama-sama menjadi suatu kesatuan. Beton yang dibuat secara baik dengan perbandingan bahan yang tepat, tiap butir agregatnya akan diselimuti oleh pasta semen, dan rongga-rongga antara butiran agregat penuh terisi oleh semen. Sebagai bahan struktur, pemakaian beton sebagai bahan bangunan sangat luas. Ada beberapa alasan pendukung, yaitu : Struktur beton mudah dibuat dalam berbagai ukuran dan bentuk. Bahan-bahan penyusun beton mudah diperoleh. Beton merupakan bahan yang dapat disiapkan dalam jumlah banyak untuk suatu pekerjaan konstruksi yang membutuhkan material dalam jumlah besar. Oleh karena itu beton menjadi bahan yang sangat dibutuhkan dan sering dipergunakan untuk sebagian besar pekerjaan konstruksi dibandingkan dengan bahan struktur lain. Bahan-bahan penyusun beton adalah : Agregat halus (pasir) Agregat kasar (kerikil) Semen Air 106

Yatna Supriatna Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Beton Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton, yaitu: Kualitas Air Air pencampur tidak boleh mengandung minyak, asam, bahan organik dan garam-garam alkali. Perbandingan berat antara air dan semen atau faktor air semen menentukan kekuatan dari pasta semen, apabila pasta semen terlalu banyak air maka akan menghalangi proses pengikatan, sedangkan kalau kekurangan air maka akan menyebabkan reaksi kimia tidak selesai. Kualitas Semen Semen harus memenuhi SII 0013-81 (Standar Industri Indonesia) tentang mutu dan cara uji semen portland. Semen yang beredar dipasaran telah memenuhi SII, oleh karena itu semen biasanya dapat langsung dipergunakan, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kantongnya masih dalam keadaan baik (tidak sobek) serta butiran-butirannya masih seperti semula (tidak membentuk gumpalan atau mengeras). Pada penelitian ini digunakan semen portland tipe I. Kualitas dan Gradasi Agregat Agregat harus memenuhi SII 0052-80 tentang mutu dan cara uji agregat beton. Jadi agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat dan bergradasi baik. Gradasi agregat sangat berpengaruh terhadap porositas, kerapatan dan keawetan beton. Jika digunakan agregat yang terlalu kasar dalam campuran beton, maka adukan tersebut akan sulit dikerjakan dan dapat terjadi segregasi, tetapi jika terlalu banyak bagian agregat yang halus, maka semen yang dibutuhkan akan banyak, dan beton akan mengalami penyusutan yang besar pada saat mengeras. Pengangkutan dan Pengecoran Segregasi atau terpisahnya butiran kasar dari campuran beton segar dapat terjadi akibat getaran yang berlebihan dalam pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat acuan. Oleh karena itu alat angkut yang digunakan harus memiliki goncangan dan getaran sekecil mungkin serta mampu menyediakan beton di tempat acuan akhir dengan lancar. Proses pengecoran harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan sedemikian rupa, sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis sehingga dapat mengalir dengan mudah ke dalam acuannya, serta harus dapat dipadatkan secara seragam sebelum campuran lapis berikut dituangkan. Pemeliharaan (Curing) Reaksi kimia yang terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton tergantung pada pengadaan airnya. Meskipun pada keadaan normal, air tersedia dalam jumlah yang memadai untuk hidrasi penuh selama pencampuran, perlu adanya jaminan bahwa masih ada air yang tertahan atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan reaksi kimia itu. Penguapan dapat menyebabkan suatu kehilangan air yang cukup berarti sehingga mengakibatkan terhentinya proses hidrasi, dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan. Dapat ditambahkan juga, bahwa penguapan dapat menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat, sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik yang mungkin menyebabkan retak, kecuali bila beton telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tegangan ini. Oleh karena itu direncanakan suatu cara perawatan untuk mempertahankan beton supaya terus menerus berada dalam keadaan basah selama perioda beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, termasuk pencegahan penguapan dengan pengadaan beberapa 107

Yatna Supriatna Beban Benda Uji Perletakan 8 cm L/3 L/3 L/3 Gambar 1. Posisi Balok Waktu Pengetesan selimut pelindung yang sesuai maupun dengan membasahi permukaannya secara berulang-ulang. Perawatan yang baik terhadap beton akan memperbaiki beberapa segi dari kualitasnya. Di samping lebih kuat dan lebih awet terhadap agresi kimia, beton ini juga lebih tahan terhadap aus karena lalu lintas dan lebih kedap air. Beton ini juga lebih kecil kemungkinannya, dirusak oleh agresi kimia. Pengujian Beton Pengujian beton dapat dibedakan dalam dua tahap, yaitu pengujian beton segar dan pengujian beton keras. Pegujian beton segar dilakukan segera setelah pengadukan campuran selesai dilaksanakan. Sedangkan pengujian beton keras dilakukan setelah beton melewati masa pengikatan, sesuai dengan umur perawatan yang ditentukan. Pengujian Beton Segar Pada pengujian ini dilakukan pengujian Slump, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan / konsistensi dari adukan beton. Slump test ini dilakukan dengan menggunakan kerucut Abrams dan menurut ASTM C 143-78. Kerucut Abrams berupa suatu kerucut terpancung dari bahan kedap air dengan diameter atas 10 cm diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm. Pegujian Beton Keras Setelah beberapa hari mengalami perawatan, dilakukan beberapa pengujian terhadap beton keras. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara pasti mengenai perencanaan campuran beton yang telah dibuat apakah telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau tidak. Pengujian beton keras meliputi pengujian yang merusak dan 108

Yatna Supriatna Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1 pengujian yang tidak merusak. Uji Lentur Beton Yang dimaksud dengan kuat lentur beton adalah nilai tegangan tarik yang dihasilkan dari momen lentur dibagi dengan momen penahan penampang benda uji. Metode pengujian kuat lentur di laboratorium dengan menggunakan balok uji yaitu balok beton yang berpenampang bujur sangkar dengan panjang total balok empat kali lebat penampangnya. Jarak titik belah balok sampai ujung balok sangat penting untuk menentukan rumus yang dipakai, yaitu : a. Jika titik belah balok terletak pada jarak diantara sepertiga bentang yang ditengah (daerah A-B), maka modulus keruntuhan atau tegangan lentur yang terjadi adalah : P. L R 2 b. d Dimana : R = Kuat Lentur, Kg/cm 2. P = Beban yang menyebabkan terbelahnya balok, Kg. L = Jarak diantara 2 titik tumpuan, 30 cm. b = Lebar balok, 8 cm. d = Tinggi balok, 12 cm. b. Bila keruntuhan terjadi diluar sepertiga bentang yang di tengah (daerah A-B), tetapi jarak sisanya tidak lebih dari 5 % dari jarak 2 tumpuan (30 cm), maka tegangan lentur dapat dicari dengan rumus : 3. P. a R 2 b. d Dimana : a = Jarak rata-rata antara titik terbelahnya balok ke titik tumpuan terdekat. Bila keruntuhan terjadi di luar daerah A-B + (5 % x Jarak dua tumpuan), maka hasil pengujian tersebut tidak dapat dipakai. Analisa Hasil Penelitian Analisa data pada penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan diantara perubah. Perubah yang telah diperoleh dari penelitian ini adalah, kuat lentur dan umur perawatan dari ketiga jenis campuran beton K-300 dengan penambahan kadar tanah kohesif 0%, 5%, 10% dari berat semen dalam campuran beton. Pada analisa ini akan dicari hubungan antara umur perawatan, kuat lentur pada masing-masing campuran beton, serta pengaruh tanah kohesif terhadap kuat lentur beton. Hubungan-hubungan ini secara keseluruhan dimaksudkan untuk melihat apakah penambahan tanah kohesif pada beton berpengaruh secara nyata terhadap sifat dari beton. Hubungan yang akan dianalisa adalah : 1. Hubungan antara slump dengan kadar tanah kohesif 2. Hubungan antara kuat lentur dengan umur perawatan 3. Hubungan antara kuat lentur dengan kadar tanah kohesif Analisa Nilai Slump Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan beton, pada adukan beton dilakukan terlebih dahulu pengujian slump. Ini dilakukan untuk menjamin agar nilai airsemen tetap sesuai rencana. Nilai slump yang diambil adalah 60-180mm. Pengujian slump dengan berbagai kadar tanah kohesif ini dilakukan supaya kita mengetahui pengaruh nilai slump beton jika dalam pembikinan di lapangan tercampur dengan tanah kohesif dan beton, pada adukan beton dilakukan terlebih dahulu pengujian slump. 109

Yatna Supriatna Tabel 1. Hasil Pengujian Slump Beton Dengan Semen Portland Kadar Tanah Kohesif Slump (mm) I II III Ratarata 0 % 89 87 90 88,67 5 % 76 77 78 77,00 10 % 64 62 63 63,00 Dari Gambar 2 terlihat bahwa dengan bertambahnya kandungan tanah kohesif pada campuran beton akan menurunkan nilai slump, sehingga akan membuat campuran beton menjadi lebih kental dan dalam pengerjaan di lapangan akan lebih susah Analisa Kuat Lentur Pada pengujian benda uji ini, dilakukan pengujian kuat lentur dengan umur perawatan 7, 14 dan 28 hari dengan berbagai kadar tanah kohesif. Dari hasil pengujian ini akan terlihat apakah dengan penambahan tanah kohesif akan mempengaruhi kekuatan lentur. Gambar 2. Hubungan Antara Kadar Tanah Kohesif Dengan Nilai Slump Tabel 2. Perhitungan Kuat Lentur Campuran Semen Portland Dengan Kadar Tanah Kohesif 0 % Umur Perawatan (Hari) Panjang Lebar Tinggi Beban Hancur (kg) Kuat Lentur (kg/ cm 2 ) 7 32,0 8,2 12,1 725 18,12 7 32,1 8,1 12,0 775 19,93 14 32,1 8,0 12,1 800 20,49 14 32,0 8,0 12,1 825 21,13 28 32,0 8,1 12,1 875 22,13 28 32,2 8,1 12,2 850 21,15 110

Yatna Supriatna Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.7, No. 1 Tabel 3. Perhitungan Kuat Lentur Campuran Semen Portland Dengan Kadar Tanah Kohesif 5 % Umur Perawatan (Hari) Panjang Lebar Tinggi Beban Hancur (kg) Kuat Lentur (kg/ cm 2 ) 7 32,0 8,0 12,0 600 15,63 7 32,0 8,0 12,0 625 16,28 14 32,1 8,0 12,1 700 17,93 14 32,1 8,1 12,1 725 18,34 28 32,0 8,1 12,2 775 19,28 28 32,1 8,1 12,0 725 18,65 Tabel 4. Perhitungan Kuat Lentur Campuran Semen Portland Dengan Kadar Tanah Kohesif 10 % Umur Perawatan (Hari) Panjang Lebar Tinggi Beban Hancur (kg) Kuat Lentur (kg/ cm 2 ) 7 32,1 8,0 12,1 550 14,09 7 32,2 8,0 12,2 575 14,49 14 32,1 8,1 12,2 600 14,93 14 32,0 8,0 12,1 650 16,65 28 32,0 8,1 12,0 700 18,00 28 32,1 8,2 12,0 675 17,15 Dari Gambar 3 terlihat bahwa dengan bertambahnya kandungan tanah kohesif pada campuran beton akan menurunkan kuat lentur beton, sehingga kualitas beton akan semakin jelek jika dalam campuran beton mengandung tanah kohesif. Gambar 3. Kuat Lentur Beton K-300 dengan Berbagai Kadar Tanah Kohesif 111

Yatna Supriatna KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam campuran beton adanya kadar tanah kohesif akan mengakibatkan penurunan nilai kuat lentur beton tersebut. Besarnya persentase penurunan kuat lentur beton terhadap beton dengan kadar tanah kohesif 0 % dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Persentase Penurunan Nilai Karakteristik Kuat Lentur Akibat Kadar Tanah Kohesif Penambahan Kadar Kuat Lentur Beton Tanah Kohesif (%) K-300 (%) 5 13,09 10 22,17 2. Kemudahan pekerjaan adukan beton segar dipengaruhi dengan adanya kadar tanah kohesif dalam campuran beton tersebut. Semakin besar kadar tanah kohesif akan semakin kecil harga slump yang berarti akan lebih sulit dalam pengerjaan adukan beton segar. Besarnya persentase penurunan nilai slump akibat kadar tanah kohesif terhadap slump beton dengan kadar tanah kohesif 0 % dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Persentase Penurunan Nilai Slump Akibat Kadar Tanah Kohesif Penambahan Kadar Nilai Slump Beton Tanah Kohesif (%) K-300 (%) 5 12,64 10 27,59 Saran 1. Disarankan dalam pengerjaan campuran beton di lapangan harus memperhatikan bahan- bahan material, seperti agregat kasar atau halus jangan terkontaminasi dengan tanah kohesif, biasanya dalam agregat kasar/kerikil tanah kohesif akan terbawa karena menempel pada kerikil tersebut, sehingga kita disarankan harus memperhatikan kebersihan kerikil. Pada agregat halus/pasir kita bisa melihat warna dari pasir. Air yang baik dalam campuran beton adalah air yang bersih, jika mendapatkan air yang kotor atau keruh bisa dipastikan air tersebut mengandung tanah kohesif. 2. Disarankan dalam penelitian selanjutnya harus dilengkapi dengan pengujian kuat tekan, juga tanah kohesif yang akan digunakan dalam penelitian harus di uji dulu sehingga diambil kesimpulan bahwa tanahnya termasuk sebagai tanah kohesif, juga dilengkapi dengan penelitian terhadap agregat (agregat halus dan kasar), dikarenakan biaya yang tersedia tidak mencukupi sehingga pengujianpengujian di atas tidak dapat dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Bowles, J.E. (1986). Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Erlangga. Mindess, S., & Young, J.F. (1981). Concrete. New Jersey: Prentice Hall, Inc Englewood Cliffs. Sagel, R., Kole, P., & Kusuma, Gideon. (1994). Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta: Erlangga. Murdock, J.L., & Brook. M. K. (1999). Bahan dan Praktek Beton. Jakarta: Erlangga. Sastraatmadja, Soerjadedi. (2004). Modul Laboratorium Bahan Konstruksi. Bandung: Pelatihan UPTPB. 112