SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /SEOJK.03/2016

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /SEOJK.03/2016 TENTANG PERHITUNGAN ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/SEOJK.03/2015

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

MATRIKS DRAFT POJK KPMM PENJELASAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2014 TENTANG

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

2 Dalam standar Internasional, bank disyaratkan untuk mengembangkan Internal Capital Adequacy Assessment Process (ICAAP) yaitu proses untuk menetapkan

GUBERNUR BANK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 15 /PBI/2008 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN PADA FORM LAPORAN BULANAN BANK UMUM TERKAIT PENERAPAN KPMM BASEL III

Bagian 1 : PENGUNGKAPAN PERMODALAN SESUAI DENGAN KERANGKA BASEL III Per 30 Juni 2017 (dalam jutaan rupiah)

Bagian 1 : PENGUNGKAPAN PERMODALAN SESUAI DENGAN KERANGKA BASEL III Per 31 Maret 2018 (dalam jutaan rupiah)

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERBAIKAN INFORMASI TAMBAHAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/SEOJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN BANK UMUM UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DALAM VALUTA ASING

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.03/2017

- 1 - SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

No Komponen modal inti lainnya yaitu modal inti tambahan (Additional Tier 1) ditingkatkan kualitasnya menjadi hanya dapat berupa instrumen keu

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /SEOJK.03/2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.8/27/DPNP Jakarta, 27 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /POJK.03/2016 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26 /SEOJK.05/2017

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

1. Untuk mendorong terciptanya sistem perbankan yang sehat dan. 2. Mengacu pada standar internasional yang berlaku, risiko operasional

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

- 3 - MEMUTUSKAN: 9. Countercyclical...

PT Bank DBS Indonesia Pengungkapan Permodalan sesuai dengan kerangka Basel III 30 Juni 2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /SEOJK.05/2016

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.03/2017 TENTANG RENCANA AKSI (RECOVERY PLAN) BAGI BANK SISTEMIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21/POJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM SYARIAH

No. 15/4/DPNP Jakarta, 6 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Kepemilikan Saham Bank Umum

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

- 1 - Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat.

-1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2016 TENTANG PEMBUKAAN JARINGAN KANTOR BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PT Bank DBS Indonesia Pengungkapan Permodalan sesuai dengan kerangka Basel III 31 Maret 2016

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PT Bank Bukopin Tbk. dan entitas anaknya Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III 31 Desember 2015

PT Bank Bukopin Tbk. dan entitas anaknya Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III 30 Juni (dalam jutaan rupiah)

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai Unit Usaha Syariah, di tempat.

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di tempat.

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

PT. Bank KEB Hana Indonesia

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 12 /PBI/2013 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/10 /PBI/2003 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL GUBERNUR BANK INDONESIA,

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR :.../POJK.03/2017 TENTANG RENCANA AKSI (RECOVERY PLAN) BAGI BANK SISTEMIK

PT Bank Bukopin Tbk. dan entitas anaknya Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III 31 Maret (dalam jutaan rupiah)

Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 30 Juni 2017

Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 30 September 2017

TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 31 Maret 2017

Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 31 Desember Audited

Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 31 Desember 2015

Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 30 Juni 2016

PT Bank Bukopin Tbk. dan entitas anaknya Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III 31 Desember 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PT Bank Maybank Indonesia Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 31 Maret 2017

PT Bank Maybank Indonesia Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 30 Juni 2017

Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 31 Desember 2015

PT Bank Maybank Indonesia Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 31 Desember 2016

PT Bank Maybank Indonesia Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 31 Desember 2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /SEOJK.03/2017

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 30 September 2016

Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 31 Maret 2016

PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PT Bank Maybank Indonesia Format Standar Pengungkapan Permodalan sesuai dengan Kerangka Basel III Pada tanggal 31 Maret 2018

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk & Anak Perusahaan Pengungkapan Permodalan 31 Maret 2017

Transkripsi:

Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /SEOJK.03/2016 TENTANG FITUR KONVERSI MENJADI SAHAM BIASA ATAU WRITE DOWN TERHADAP INSTRUMEN MODAL INTI TAMBAHAN DAN MODAL PELENGKAP Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2016 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5848) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21/POJK.03/2014 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 352, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5630), yang selanjutnya disebut POJK KPMM, perlu untuk mengatur ketentuan pelaksanaan mengenai Fitur Konversi menjadi Saham Biasa atau Write Down terhadap Instrumen Modal Inti Tambahan dan Modal Pelengkap dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut: I. KETENTUAN UMUM 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 2. Perusahaan Anak adalah badan hukum atau perusahaan yang dimiliki dan/atau dikendalikan oleh Bank secara langsung maupun tidak langsung, baik di dalam maupun di luar negeri, yang melakukan kegiatan usaha di bidang keuangan, yang terdiri atas: a. perusahaan...

- 2 - a. perusahaan subsidiari (subsidiary company) yaitu Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank lebih dari 50% (lima puluh persen); b. perusahaan partisipasi (participation company) adalah Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank sebesar 50% (lima puluh persen) atau kurang, namun Bank memiliki pengendalian terhadap perusahaan; c. perusahaan dengan kepemilikan Bank lebih dari 20% (dua puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen) yang memenuhi persyaratan: 1) kepemilikan Bank dan para pihak lainnya pada Perusahaan Anak masing-masing sama besar; dan 2) masing-masing pemilik melakukan pengendalian secara bersama terhadap Perusahaan Anak; d. entitas lain yang berdasarkan standar akuntansi keuangan harus dikonsolidasikan, namun tidak termasuk perusahaan asuransi dan perusahaan yang dimiliki dalam rangka restrukturisasi kredit. 3. Modal bagi Bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri atas: a. modal inti (Tier 1) yang meliputi: 1) modal inti utama (Common Equity Tier 1); 2) modal inti tambahan (Additional Tier 1); dan b. modal pelengkap (Tier 2). 4. Instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) sebagaimana pada butir 3.a.2) antara lain meliputi: a. instrumen utang atau investasi yang memiliki karakteristik modal, bersifat subordinasi, tidak memiliki jangka waktu, dan pembayaran imbal hasil/margin/ujrah tidak dapat diakumulasikan (perpetual non-cumulative subordinated debt); b. saham preferen non-kumulatif (perpetual non-cumulative preference shares) baik dengan atau tanpa fitur opsi beli (call option); dan c. instrumen hybrid yang tidak memiliki jangka waktu dan pembayaran imbal hasil/margin/ujrah tidak dapat diakumulasikan (perpetual dan non-cumulative). 5. Instrumen...

- 3-5. Instrumen modal pelengkap (Tier 2) sebagaimana pada butir 3.b. antara lain meliputi: a. saham preferen (yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain) secara kumulatif (cumulative preference share); b. instrumen utang atau investasi yang memiliki karakteristik modal, bersifat subordinasi, dan bersifat kumulatif (cumulative subordinated debt); dan c. instrumen utang atau investasi yang memiliki karakteristik seperti modal yang secara otomatis tanpa persyaratan dapat dikonversi menjadi saham setelah memperoleh persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (mandatory convertible bond). 6. Instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan modal pelengkap (Tier 2) wajib memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam POJK KPMM. 7. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen agar dapat diperhitungkan sebagai modal inti tambahan (Additional Tier 1) atau modal pelengkap (Tier 2) sebagaimana pada angka 6 antara lain wajib: a. memiliki fitur untuk dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down dalam hal Bank berpotensi terganggu kelangsungan usahanya (point of non viability); dan b. memperoleh persetujuan Otoritas Jasa Keuangan untuk diperhitungkan sebagai komponen modal. II. KONDISI YANG MENYEBABKAN (TRIGGER EVENT) INSTRUMEN MODAL INTI TAMBAHAN (ADDITIONAL TIER 1) DAN/ATAU MODAL PELENGKAP (TIER 2) HARUS DIKONVERSI MENJADI SAHAM BIASA ATAU DILAKUKAN WRITE DOWN 1. Bank harus melakukan konversi menjadi saham biasa atau write down terhadap instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) dalam hal Bank berpotensi terganggu kelangsungan usahanya (point of non viability). 2. Konversi menjadi saham biasa atau write down terhadap instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) dilakukan dalam hal: a. rasio...

- 4 - a. rasio modal inti utama (Common Equity Tier 1/CET 1) lebih rendah atau sama dengan 5,125% (lima koma seratus dua puluh lima persen) dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR) baik secara individu maupun konsolidasi dengan Perusahaan Anak; dan/atau b. terdapat rencana dari otoritas yang berwenang untuk melakukan penyertaan modal kepada Bank yang dinilai berpotensi terganggu kelangsungan usahanya; dan c. terdapat perintah dari Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan konversi menjadi saham biasa dan/atau write down. 3. Kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down sebagaimana pada angka 2 harus dicantumkan dalam dokumentasi penerbitan atau perjanjian. 4. Konversi menjadi saham biasa atau write down akibat kondisi sebagaimana pada butir 2.b. dilakukan sebelum otoritas yang berwenang melakukan penyertaan modal. Mekanisme penyertaan modal mengacu pada peraturan perundang-undangan. 5. Dalam hal Bank mengalami kecenderungan penurunan modal inti utama (CET 1) yang berpotensi Bank memenuhi kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down sebagaimana pada angka 2, Bank harus melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan modal inti utama (CET 1) sesuai target internal minimum kebutuhan modal inti utama (CET 1). 6. Jumlah minimum yang harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down adalah sesuai target minimum kebutuhan modal inti utama (CET 1) yang ingin dicapai berdasarkan usulan Bank yang disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan mempertimbangkan antara lain hal-hal sebagai berikut: a. kewajiban penyediaan modal minimum sebagaimana diatur dalam POJK KPMM; dan b. proyeksi kerugian yang akan dialami oleh Bank. 7. Konversi menjadi saham biasa atau write down terhadap instrumen modal inti tambahan (Additonal Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2)...

- 5 - (Tier 2) dapat dilakukan secara proporsional, parsial, atau keseluruhan dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan. 8. Bank harus mencantumkan fitur yang dipilih terhadap instrumen modal inti tambahan (Additonal Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) yaitu: a. dikonversi menjadi saham biasa; dan/atau b. dilakukan write down, dalam dokumentasi penerbitan atau perjanjian instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2). 9. Dalam hal Bank memilih untuk mencantumkan fitur untuk dikonversi menjadi saham biasa dalam dokumentasi penerbitan atau perjanjian instrumen modal inti tambahan (Additonal Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2), Bank mencantumkan hal-hal sebagai berikut: a. jumlah saham biasa yang akan diterima oleh pemegang instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) pada saat terjadi konversi menjadi saham biasa; atau b. formula konversi untuk menentukan jumlah saham biasa yang akan diterima oleh pemegang instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) pada saat terjadi konversi menjadi saham biasa. 10. Dalam hal Bank memilih fitur untuk dilakukan write down terhadap instrumen modal inti tambahan (Additonal Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2), Bank dapat memberikan kompensasi kepada pemegang instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) dalam bentuk saham biasa pada saat dilakukan write down. Pemberian kompensasi harus dicantumkan dalam dokumentasi penerbitan atau perjanjian pelengkap (Tier 2). 11. Dalam hal Bank memilih untuk mencantumkan fitur konversi menjadi saham biasa dan fitur untuk dilakukan write down dalam dokumentasi penerbitan atau perjanjian instrumen modal inti tambahan (Additonal Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) maka pada saat terjadi kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2)...

- 6 - (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down sebagaimana pada angka 2, Bank harus menetapkan salah satu fitur yang dipilih terhadap seluruh investor yang membeli pelengkap (Tier 2) untuk setiap instrumen. 12. Konversi menjadi saham biasa atau write down selain mengacu pada ketentuan ini juga harus mengacu pada peraturan perundangundangan. 13. Bank harus melakukan upaya untuk memastikan bahwa konversi menjadi saham biasa atau write down dapat dilakukan dalam hal terjadi kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down, antara lain: a. meminta opini hukum dari pihak independen pada saat penerbitan instrumen yang menyatakan bahwa klausula konversi menjadi saham biasa dan/atau write down dapat dilakukan pada saat terjadi kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down; b. memastikan bahwa tidak terdapat perjanjian yang dilakukan antara Bank dengan para pihak lainnya termasuk pemegang saham yang dapat menghambat dilakukannya konversi menjadi saham biasa dan/atau write down pada saat terjadi kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down. 14. Sebelum menerbitkan instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2), Bank harus menyampaikan usulan fitur yang dipilih kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana pada angka 8 disertai dengan analisa dasar pemilihan fitur dan dampak terhadap permodalan Bank, termasuk perhitungan kemungkinan terjadi dilusi dan dampak terhadap struktur pemegang saham Bank. III. KONDISI...

- 7 - III. KONDISI YANG MENYEBABKAN (TRIGGER EVENT) INSTRUMEN MODAL INTI TAMBAHAN (ADDITIONAL TIER 1) DAN/ATAU MODAL PELENGKAP (TIER 2) HARUS DIKONVERSI MENJADI SAHAM BIASA ATAU DILAKUKAN WRITE DOWN BAGI PERUSAHAAN ANAK YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI SUATU GRUP BANK Dalam hal instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) yang diterbitkan oleh Perusahaan Anak akan diperhitungkan dalam perhitungan modal Bank secara konsolidasi maka dalam dokumentasi penerbitan atau perjanjian selain mencantumkan kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down sebagaimana pada butir II.2., juga harus mencantumkan kondisi yang menyebabkan (trigger event) pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down yang mengacu pada kondisi Bank induk secara konsolidasi. A. Kondisi yang Menyebabkan (Trigger Event) Instrumen Modal Inti Tambahan (Additional Tier 1) dan/atau Modal Pelengkap (Tier 2) harus Dikonversi menjadi Saham Biasa atau Dilakukan Write Down bagi Perusahaan Anak berupa Bank yang dimiliki oleh Bank Perusahaan Anak berupa Bank yang dimiliki oleh Bank, selain harus mencantumkan kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down sebagaimana dimaksud pada butir II.2, dalam dokumentasi penerbitan atau perjanjian juga harus mencantumkan kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down yang mengacu pada kondisi Bank induk secara konsolidasi sebagai berikut: 1. rasio modal inti utama (CET 1) Bank induk secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak lebih rendah atau sama dengan 5,125% (lima koma seratus dua puluh lima persen) dari ATMR; dan/atau 2. terdapat...

- 8-2. terdapat rencana otoritas yang berwenang untuk melakukan penyertaan modal kepada Bank induk yang dinilai berpotensi terganggu kelangsungan usahanya; dan 3. terdapat perintah dari Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan konversi menjadi saham biasa dan/atau write down. B. Kondisi yang Menyebabkan (Trigger Event) Instrumen Modal Inti Tambahan (Additional Tier 1) dan/atau Modal Pelengkap (Tier 2) harus Dikonversi menjadi Saham Biasa atau Dilakukan Write Down bagi Perusahaan Anak Bukan Bank yang Dimiliki Bank Dalam hal Perusahaan Anak Bukan Bank dimiliki oleh Bank dan pelengkap (Tier 2) yang diterbitkan oleh Perusahaan Anak dimaksud akan diakui dalam modal konsolidasi Bank induk maka dalam dokumentasi penerbitan atau perjanjian harus mencantumkan kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down yang mengacu pada kondisi Bank induk secara konsolidasi sebagai berikut: 1. rasio modal inti utama (CET 1) Bank induk secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak lebih rendah atau sama dengan 5,125% (lima koma seratus dua puluh lima persen) dari ATMR; dan/atau 2. terdapat rencana otoritas yang berwenang untuk melakukan penyertaan modal kepada Bank induk yang dinilai berpotensi terganggu kelangsungan usahanya; dan 3. terdapat perintah dari Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan konversi menjadi saham biasa dan/atau write down. C. Kompensasi dalam Pelaksanaan Write Down Perusahaan Anak dapat memberikan kompensasi dalam pelaksanaan write down dalam hal terjadi kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down sebagaimana dimaksud pada huruf A dan huruf B. Kompensasi dimaksud harus dalam bentuk saham biasa yang...

- 9 - yang dapat diterbitkan baik oleh Perusahaan Anak maupun perusahaan induk. D. Kondisi yang Menyebabkan (Trigger Event) Instrumen Modal Inti Tambahan (Additional Tier 1) dan/atau Modal Pelengkap (Tier 2) harus Dikonversi menjadi Saham Biasa atau Dilakukan Write Down bagi Perusahaan Anak berupa Bank yang Dimiliki oleh Bank di Luar Negeri 1. Perusahaan Anak berupa Bank yang dimiliki oleh bank di luar negeri, selain harus mencantumkan kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down sebagaimana pada butir II.2., dalam dokumentasi penerbitan atau perjanjian juga harus mencantumkan secara jelas mengenai kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down yang mengacu pada kondisi bank induk secara konsolidasi sebagaimana diatur oleh otoritas dari perusahaan induk, jika: a. instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) yang diterbitkan akan diakui dalam modal konsolidasi bank induk; dan b. diwajibkan memiliki fitur konversi menjadi saham biasa dan/atau write down oleh otoritas dari perusahaan induk. 2. Konversi menjadi saham biasa atau write down yang dilakukan oleh Bank yang merupakan Perusahaan Anak yang dimiliki oleh bank di luar negeri dalam hal terjadi kondisi yang menyebabkan (trigger event) instrumen modal inti tambahan (Additional Tier 1) dan/atau modal pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down yang mengacu pada kondisi bank induk secara konsolidasi sebagaimana pada angka 1 harus mendapat persetujuan Otoritas Jasa Keuangan. IV. MEKANISME...

- 10 - IV. MEKANISME KONVERSI MENJADI SAHAM BIASA ATAU WRITE DOWN Mekanisme konversi menjadi saham biasa dan/atau write down terhadap pelengkap (Tier 2) dalam hal terjadi kondisi yang menyebabkan (trigger event) pelengkap (Tier 2) harus dikonversi menjadi saham biasa atau dilakukan write down adalah sebagai berikut: 1. Otoritas Jasa Keuangan memerintahkan Bank untuk menghitung target minimum kebutuhan modal inti utama (CET 1) yang ingin dicapai dan menyusun rencana tindak untuk memenuhi target minimum kebutuhan modal inti utama (CET 1). 2. Berdasarkan perintah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana pada angka 1, Bank mengajukan target minimum kebutuhan modal inti utama (CET 1) yang ingin dicapai dan rencana tindak untuk dimintakan persetujuan kepada Otoritas Jasa Keuangan, yang antara lain harus memuat rincian jenis dan jumlah instrumen yang akan dikonversi menjadi saham biasa dan/atau dilakukan write down yang disertai analisa dampak terhadap kondisi permodalan Bank. 3. Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atas target minimum kebutuhan modal inti utama dan rencana tindak yang diajukan oleh Bank sebagaimana pada angka 2. 4. Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan tidak memberikan persetujuan sebagaimana pada angka 3 maka Bank harus melakukan revisi atas target minimum kebutuhan modal inti utama dan rencana tindak yang telah diajukan. 5. Berdasarkan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan, Bank melakukan proses konversi menjadi saham biasa dan/atau write down terhadap pelengkap (Tier 2). 6. Bank melaporkan realisasi atas proses konversi menjadi saham biasa dan/atau write down sebagaimana pada angka 5 kepada Otoritas Jasa Keuangan. V. PENUTUP...

- 11 - V. PENUTUP Ketentuan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Juni 2016 KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS PERBANKAN OTORITAS JASA KEUANGAN, ttd NELSON TAMPUBOLON Salinan sesuai dengan aslinya Direktur Hukum 1 Departemen Hukum ttd Yuliana