oleh : Juli Astono, Budi Purwanta, dan Pujianto FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Juli Astono, Suyoso, Slamet MT

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005

Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran IPA Sederhana Bagi Guru IPA SD di Kabupaten Sleman

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

PENGEMBANGAN KIT PRAKTIKUM DAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) MATERI LAJU REAKSI UNTUK SISWA SMA

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

PELATIHAN PEMBUATAN REAGEN KIMIA UNTUK PRAKTIKUM IPA SMP DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN BAGI GURU IPA, LABORAN DAN SISWA SMP

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

PELATIHAN MANAJEMEN LABORATORIUM UNTUK PENGELOLA LABORATORIUM IPA TINGKAT SMA DI KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

, Vol. 1, No. 1, Juni 2015, hal ISSN:

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PELATIHAN MANAGEMEN LABORATORIUM BAGI PENGELOLA LABORATORIUM IPA SD DI WILAYAHKABUPATEN SLEMAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Pengembangan Media Pembelajaran Termoelektrik Generator sebagai Sumber Energi

Doni Setiawan, Arum Setiawan, Mustafa Kamal, Erwin Nofyan, Nita Aminasih Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

Oleh: Asep Sutiadi 1 1 Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

BAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).

PROFIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PADA SMP DI METRO. Bobi Hidayat, S.Pd., M.Pd.

Unnes Physics Education Journal

PENDALAMAN MATERI IPA BIOLOGI UNTUK GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN Satino, dkk I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Buku merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya tujuan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang telah berusaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar karakter materi fisika merupakan konsep-konsep abstrak atau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

Physics Communication

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Di dalam proses

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 2 KENDAL

PENGEMBANGAN HANDOUT DISERTAI PETA KONSEP BERGAMBAR PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. SISDIKNAS (2009: ) bab 1 pasal 1 bahwa wajib belajar adalah program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang

Unnes Physics Education Journal

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

DESIGN AND VALIDATION EXPERIMENT DEVICE CALORIMETER GAS AS PHYSICAL MEDIA LEARNING SENIOR HIGH SCHOOL

Unnes Physics Education Journal

Pengembangan Alat Peraga Momentum dengan Sistem Sensor

Kurikulum Program PPG Matematika

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) PADA MATERI KARAKTERISTIK GELOMBANG UNTUK SMA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

PENGEMBANGAN LKS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN. kekhususannya adalah pada metode yang digunakan oleh para ilmuwan untuk

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SISTEM PENGELOLAAN LABORATORIUM FISIKA UNTUK MEWUJUDKAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM YANG EFISIEN

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

BAB I. dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses. pembelajaran. Syam, dkk (1988:2) mengemukakan:

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERORIENTASI MODEL LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI ELASTISITAS SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN SMA

PENGELOLAAN LABORATORIUM BIOLOGI SMA NEGERI DAN SMA SWASTA SE EKS KOTATIF JEMBER. Rachma Murtisari Prihastanti 1), Joko Waluyo 2), Pujiastuti 3)

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

I. PENDAHULUAN. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah fisika. Fisika

Unnes Physics Education Journal

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

III. METODE PENELITIAN. Prosedur pengembangan ini mengacu pada model pengembangan media

IPA TEMA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS PEDAGOGY FOR SUSTAINABILITY

BAB I PENDAHULUAN. dalam wujud the four pillars education, yaitu belajar untuk mengetahui

PERWUJUDAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KNOWLEDGE, SKILL, DAN ATTITUDE PESERTA DIDIK SMA

BAB I PENDAHULUAN. adalah program pengadaan alat-alat IPA untuk SMP yaitu Komponen Instrumen

III. METODE PENGEMBANGAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah research and development

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Laporan PPL UNY 2014 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LILIASARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA UPI

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

E-journal Prodi Edisi 1

Pengembangan LKS Berbasis Contextual Teaching and Learning Materi Hama dan Penyakit Tumbuhan

THE PRACTICALITY TEST OF MAGNETIC EXPERIMENTAL DEVICES FOR PHYSICS LEARNING OF JUNIOR HIGH SCHOOL

PROPOSAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan seumur hidup ( long life education) akan terwujut jika

EVALUASI KESIAPAN GURU FISIKA SMA DALAM KEGIATAN LABORATORIUM DI KOTA MATARAM

Unnes Physics Education Journal

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran sains yang sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KIT PRAKTIKUM SAINS DARI BAHAN DAUR ULANG DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEGIATAN PPL-KKN MELALUI STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMULUNG TERDIDIK oleh : Juli Astono, Budi Purwanta, dan Pujianto FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Abstract The purpose of this public achievement is to develop the experiment kit from used materials that is the cooperation result of teachers, college students, educated scavengers community and lecturers, and observe the ability of Physics Education college students in using the experiment kit made from used materials in the class lesson with cooperated teachers. and make experiment modules to help students in understanding concepts of using the experiment kits in the cooperated schools. The targets of its acievement program is helping the 20-phisics teachers, 30-college students of Physics Education and the educated scavengers are 5 members to help experiment kits producing. The methods in this activity programs is a workshop by this time schedule, - 8 hours talkative, - 32 hours for producing the experiment kits by scavengers community, and - 120 hours for school observation. The achieved results of this programs had been developed experiment kits made from used materials, that is the results of cooperation of teachers, college students, educated scavengers and lecturers. And the Physics Education college students ability in using the experiment kits in class in fair. Besides that the experiment modules had been developed to help the students to understand the conceps related to the use directions of experiment kits in the cooperated schools. Keywords: Sains Experiment Kits made from Used Materials, KKN-PPL schooll achievements program, Educated Scavengers Community A. PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimum tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu dari SNP yang patut mendapatkan perha- 47

48 tian serius karena menjadi salah satu alasan utama terjadinya kontroversi pelaksanaan ujian nasional adalah pemenuhan standar sarana dan prasarana. Terkait dengan itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana telah memberikan pedoman pemenuhan sarana dan prasarana tersebut. Bagian yang sangat penting dari SNP ini adalah pemenuhan alat-alat laboratorium, kususnya untuk kebutuhan praktikum sesuai dengan Lampiran Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 Tanggal 28 Juni 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana. Permasalahannya, sampai saat ini pemerataan akses untuk memenuhi alat-alat praktikum ini masih terkendala pengadaannya karena berbagai hal, mulai dari ketersediaan dana, kurangnya SDM yang mampu mengoperasikan, dan kesesuaian alat praktikum dengan kebutuhan belajar siswa. Padahal, tidak sedikit alat praktikum yag dapat di buat dengan hanya menggunakan bahan daur ulang. Alat praktikum yang dikembangkan saat inipun masih sangat standar, belum mampu menjadi media pengembangan keterampilan berfikir tingkat tinggi (high order thinking) sampai pada ranah kreativitas. Di samping itu, kondisi kelayakan hidup pemulung masih sangat rendah sehingga tidak sedikit yang terkendala pada saat menyekolahkan anaknya. Hal ini terjadi karena belum terjalinnya kemitraan antara sekolah dengan masyarakat yang dalam hal ini masyarakat pemulung yang dapat diubah posisinya dari sekedar stakeholder menjadi produsen alat-alat praktikum melalui pemberdayaan. Keterlibatan mahasiswa yang masih kurang dalam penyelesaian masalah di masyarakat juga merupakan bagian penting yang perlu dikembangkan. Untuk itulah, dalam Program Pengabdian pada Masyarakat ini dilakukan sebuah upaya strategis yang massif dan sistematis terkait dengan pengembangan kit praktikum sains dan implementasinya dalam kegiatan PPL-KKN melalui strategi pemberdayaan masyarakat pemulung. Fokus Program Pengabdian pada Masyarakat ini pada pelatihan (workshop) penyediaan kit praktikum dengan menjalin kemitraan antara guru fisika (tempat mahasiswa PPL-KKN) mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika dan pemulung terdidik yang telah mengikuti pelatihan perbengkelan di laboratorium Pendidikan Fisika FMIPA UNY. Oleh karena itu, Program Pengabdian pada Masyarakat ini mencoba mengungkap dimensi lain yang mengandung empat aspek mendasar. Pertama, menindaklanjuti model pemberdayaan masyarakat pemulung dengan mengacu pada pengembangan budaya kemitraan antara sekolah dan masyarakat. Kedua, upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat pemulung melalui workshop suatu strategi pemberian keterampilan hidup (life skills) tambahan terkait dengan pekerjaan- Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012

49 nya. Ketiga, upaya penanganan lingkungan melalui daur ulang dalam hal ini pemanfaatan kembali barangbarang logam, kayu, kaca yang sudah tidak digunakan lagi industri rumah tangga untuk mengembangkan kit praktikum yang terkait dengan strategi atau model pembiayaan pendidikan bagi masyarakat. Keempat, dimensi kultural yang terkait dengan upaya menciptakan budaya kemitraan antara sekolah, masyarakat, dan kampus yang berdampak pada tingkat pendidikan siswa. Program Pengabdian pada Masyarakat ini juga mendukung rencana Kementrian Pendidikan Nasional dalam menerapkan Pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill education). Untuk itu, salah satu faktor penting adalah mengenai media pembelajaran yang interaktif, murah, dan mudah didapatkan, serta tidak memerlukan biaya perawatan yang tinggi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kit praktikum yang berupa paket bantuan pemerintah atau pihak asing ternyata banyak yang belum digunakan untuk pembelajaran. Di samping itu, penyebarannya hanya terbatas pada sekolah-sekolah tertentu. Untuk mengatasi hal ini, pengembangan kit praktikum oleh mahasiswa KKN-PPL, dosen, dan guru pembimbing di sekolah menjadi penting karena semua terlibat dalam perancangan (design) alat dan sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing dan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa peserta KKN-PPL untuk menunjang progam KKN mandiri dan program PPL dalam pembelajaran di kelas sebagai media pembelajaran. Fokus pertama dari Program Pengabdian pada Masyarakat ini yaitu menindaklanjuti model pemberdayaan masyarakat pemulung terdidik dengan mengacu pada pengembangan budaya kemitraan antara sekolah (guru), mahasiswa KKN-PPL, dosen pembimbing, dan pemulung. Fokus kedua yakni upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat pemulung melalui workshop, suatu strategi pemberian keterampilan hidup (life skills) tambahan terkait dengan pekerjaannya telah dirintis melalui kegiatan yang sama dengan pengembangan fokus pertama di atas. Kualitas hidup ini dapat dibagi menjadi dua bagian. 1. Peningkatan keterampilan di bidang pertukangan kayu, logam dan kaca sehingga setelah kegiatan ini berakhir, yang bersangkutan dapat mengembangkan diri bekerja di pertukangan di sekitar tempat tinggalnya, baik untuk rumah tangga atau bengkel pembuatan alat/media pembelajaran. 2. Barang sisa dari sampah bengkel yang semula dijual murah, setelah dikembangkan jadi kit praktikum dapat bernilai lebih tinggi. 3. Peningkatan peran serta pemulung dalam dunia pendidikan karena mereka dilibatkan dalam pembuatan kit praktikum. Hal ini sekaligus meningkatkan self esteem dari para pemulung yang lebih merasa dibutuhkan diban- Pengembangan Kit Praktikum Sains dari Bahan Daur Ulang

50 dingkan dengan perlakuaan negatif masyarakat yang selama ini mereka rasakan. Diharapkan dikemudian hari model kemitraan dan pemberdayaan ini dapat terwujud. Untuk mewujudkan suatu budaya kemitraan, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam Program Pengabdian pada Masyarakat ini antara lain sosialisasi dan implementasi pemanfaatan kit praktikum yang dibuat pemulung di kelas-kelas pembelajaran, terutama untuk sekolah tempat mahasiswa KKN-PPL. Mahasiswa KKN-PPL dapat menjembatani komunikasi antara guru dengan pemulung-terdidik sehingga terjadi interaksi mutualisme, guru mendapatkan produk perangkat instruksional sedangkan pemulung mendapatkan keuntungan secara finansial dan peningkatan partisipasi dalam komunitas sekolah. Dengan demikian, tujuan pengabdian pada masyarakat ini untuk mengembangkan kit praktikum dari bahan daur ulang yang merupakan hasil kemitraan antara guru, mahasiswa, pemulung-terdidik, dan dosen. Selain itu, juga melihat kemampuan mahasiswa PPL Prodi Pendidikan Fisika menggunakan kit praktikum dari bahan daur ulang tersebut untuk pembelajaran di kelas sekolah mitra bersama guru pembimbing PPL, serta mengembangkan modul praktikum (LKS) untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kit praktikum tersebut di kelas sekolah mitra. Diharapkan kegiatan PPM ini dapat memberikan manfaat pada masyarakat. Pertama, produk kit praktikum yang dihasilkan dapat dipatenkan dan dijadikan alat standar untuk pembelajaran fisika di sekolah-sekolah tempat mahasiswa melaksanakan program KKN-PPL. Kedua, memotivasi guru dan mahasiswa KKN-PPL calon guru fisika untuk selalu mengajarkan materi fisika dengan alat peraga. Ketiga, melatih guru dan mahasiswa KKN- PPL calon guru fisika untuk memanfaatkan konsep daur ulang dalam pembuatan alat bantu belajar fisika. Keempat, melatih guru dan mahasiswa KKN-PPL bekerja sama dengan orang lain untuk mengembangkan alat bantu pembelajaran fisika, mengingat volume kerja guru sangat padat sehingga waktu yang tersedia untuk pengembangan alat bantu belajar fisika sangat terbatas. Kelima, melatih guru dan mahasiswa calon guru fisika untuk membuat sendiri LKS yang sesuai dengan alat bantu fisika yang dikembangkan, selama ini guru dan mahasiswa calon guru fisika hanya membeli LKS yang tersedia di pasaran yang tidak sesuai dengan pembelajaran di sekolah. B. METODE PELAKSANAAN Khalayak sasaran dalam pengabdian ini adalah guru pembimbing PPL bidang studi Fisika sebanyak 20 orang, mahasiswa PPL Prodi Pendidikan Fisika sebanyak 30 orang, dan pemulung-terdidik sebanyak 5 orang yang membantu Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012

51 pembuatan kit praktikum. Khalayak sasaran ini sangat strategis untuk mengembangkan program pembuatan kit praktikum berupa pembuatan alat yang dirancang oleh guru pembimbing PPL mata pelajaran fisika bersama mahasiswa PPL bimbingannya bekerja sama dengan pemulung-terdidik. Produk dari kerjasama ini dihasilkan kit praktikum fisika yang digunakan oleh mahasiswa PPL Prodi Pendidikan Fisika bersama guru pembimbingnya dalam kegiatan pembelajaran fisika di sekolah tempat mereka melaksanakan program PPL KKN. Pemilihan khalayak sasaran tersebut antara lain karena banyak sumber belajar yang belum termanfaatkan secara optimal dan hasil analisis awal mengenai adanya kesenjangan antara tuntutan kurikulum dengan ketersedian SDM profesional. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah workshop dengan rincian kegiatan sebagai berikut. 1. Ceramah mengenai bagaimana memanfaatkan kit praktikum fisika untuk pemecahan permasalahan yang ada dalam muatan kurikulum. 2. Pelatihan langsung dalam bentuk lokakarya antara guru, mahasiswa, dosen untuk membuat merancang kit praktikum fisika yang akan digunakan dalam pembelajaran dikelas 3. Workshop kerja bengkel untuk merealisasi rancangan kit praktikum oleh pemulung terdidik bersama dosen dan mahasiswa. 4. Bimbingan dan konsultasi terstruktur untuk memantau pelaksanaan di sekolah. Berdasarkan prioritas langkah-langkah pelaksanaan kegiatan seperti telah diuraikan dalam analisis situasi dan mengacu pada perumusan masalah, maka dapat dibuatkan kerangka pemecahan masalah sebagai berikut (seperti pada Gambar 1). 1. Analisis kebutuhan pembelajaran fisika di sekolah (need assesment) melalui diskusi dan wawancara. 2. Diskusi informasi mengenai alternatif pemecahan masalah. 3. Sosialisasi rancangan kit praktikum sains yang akan diterapkan pada guru-guru pembimbing PPL pelajaran fisika dan mahasiswa PPL Prodi Pendidikan Fisika 4. Pelatihan melalui kegiatan workshop pengembangan kit praktikum bersama guru, mahasiswa PPL Prodi Pendidikan Fisika dan Pemulung Terdidik 5. Pemantauan dilakukan selama kegiatan melalui diskusi dan angket serta pengamatan. Pengembangan Kit Praktikum Sains dari Bahan Daur Ulang

52 Keterbatasan Fisika dalam Pembelajaran Perencanaaan Pembelajaran Fisika PPM UNGGULAN Perancangan Kit Praktikum Sains Untuk menunjang Pembelajaran Fisika Bersama Guru dan mhs PPL Kesamaan Hak Pendidikan Pemecahan Masalah Implementasi sesuai Permasalahan Aktual Workshop Gambar 1. Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan PPM Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012

53 C. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan ini diawali dengan analisis kebutuhan dan diskusi bersama antara mahasiswa PPL, guru pembimbing PPL dan dosen pembimbing KKN-PPL. Diskusi dan analisis kebutuhan ini dilakukan saat tahap observasi KKN-PPL. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, selanjutnya diinventaris jenis alat peraga dan jumlahnya yang diperlukan oleh setiap sekolah mitra tempat mahasiswa melaksanakan praktik mengajar dalam kegiatan KKN-PPL. Alat peraga yang banyak diperlukan adalah model alat ukur jangka sorong, peraga konsep kesetimbangan gaya, alat ukur massa jenis zat cair dan bidang miring. Permintaan setiap sekolah mitra berbeda jenis dan jumlahnya. Hal ini dikarenakan kebutuhan setiap sekolah berbeda-beda. Jenjang sekolah yang digunakan sebagai mitra KKN-PPL meliputi SMP dan SMA. Sejumlah 16 guru terlibat dalam kegiatan ini dari 20 guru yang ditargetkan pada awal program. Keseluruhan guru yang terlibat berasal dari 15 sekolah di sekitar UNY. Adapun rinciannya adalah 9 sekolah jenjang SMP dan 6 sekolah jenjang SMA. Sebaran sekolah mitra tidak hanya pada sekolah negeri, tetapi juga melibatkan sekolah swasta. Jumlah mahasiswa PPL yang terlibat dalam PPM ini terdiri dari Prodi Pendidikan Fisika sejumlah 20 orang dan Prodi IPA 10 orang, sedangkan pemulung terdidik yang dilibatkan dalam kegiatan ini sebanyak 4 orang, sehingga jumlah peserta kegiatan dalam PPM ini adalah 46 orang. Waktu yang diperlukan untuk perencanaan alat peraga antara guru pembimbing PPL matapelajaran Fisika/IPA dengan mahasiswa PPL Prodi Pendidikan Fisika /IPA yang difasilitasi oleh Dosen Pelaksana PPM adalah delapan jam pertemuan seperti Gambar 2. Untuk merealisasikan rancangan alat pembelajaran Fisika/IPA yang telah dibuat oleh guru pembimbing dan mahasiswa diperlukann waktu 4 hari kerja @ 8 jam pertemuan atau 32 jam pertemuan seperti Gambar 3. Waktu yang diperlukan untuk observasi penggunaan alat pembelajaran Fisika /IPA oleh mahasiswa PPL disekolah adalah 30 mahasiswa PPL x 4 jam pertemuan atau 120 jam pertemuan seperti Gambar 4. Tahap lanjutan dari analisis kebutuhan dan diskusi adalah mengundang guru mitra KKN-PPL, mahasiswa yang terlibat dalam KKN-PPL dan pemulung terdidik dalam kegiatan workshop. Workshop diselenggarakan di Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNY dan bengkel fisika FMIPA UNY yang dipandu oleh Tim pengabdi. Materi workshop meliputi kriteria media dan alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik fisika, pengelolaan praktikum yang memanfaatkan peraga fisika dan teknik mengembangkan alat peraga fisika menggunakan bahan daur ulang yang Pengembangan Kit Praktikum Sains dari Bahan Daur Ulang

54 Gambar 2. Perencanaan Alat Pembelajaran Fisika antara Mahasiswa PPL dan Guru Pembimbing PPL Matapelajaran Fisika Gambar 3. Perencanaan Penggunaan Bahan Triple untuk Pembuatan Alat Pembelajaran Fisika oleh Pemulung Terdidik berada di sekitar kita. Pada kegiatan workshop setiap peserta diberi kesempatan untuk mengajukan ide/ gagasan, pertanyaan-pertanyaan seputar pemanfaatan bahan daur ulang sebagai bahan utama alat peraga fisika serta mencoba membuat dan Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012 mendemonstrasikan alat peraga yang telah dibuat. Pemulung terdidik diberi kesempatan mendemonstrasikan bagaimana cara mengolah bahan daur ulang menjadi alat peraga fisika yang praktis.

55 Gambar 4. Penggunaan Alat Pembelajaran Fisika Oleh Mahasiswi PPL Prodi Pendidikan Fisika Di SMA N 5 Yogyakarta Hasil pengamatan terhadap kegiatan workshop menunjukkan bahwa ada peran aktif mahasiswa, guru pembimbing KKN-PPL dan pemulung terdidik selama pelaksanaan program ini. Hal ini terlihat dari sikap dan aktivitas para peserta ketika workshop berlangsung. Sebagai tahap akhir dari workshop adalah sosialisasi alat peraga yang telah dibuat ke sekolah mitra tempat pelaksanaan KKN-PPL. Sosialisasi ini dimaksudkan untuk memberi gambaran ke guru fisika yang kebetulan tidak mengikuti program ini tentang pentingnya pemanfaatan alat peraga untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Diharapkan para guru akan lebih termotivasi dalam menggunakan alat peraga pada kegiatan pembelajaran di kelas. Kelanjutan dari tahap workshop adalah implementasi penggunaan alat peraga yang telah dikembangkan di sekolah. Implementasi dilakukan oleh mahasiswa peserta program KKN-PPL sehingga menunjang pelaksanaan praktik mengajar di kelas. Hasil pengamatan dari guru pembimbing PPL dan evaluasi oleh Tim pengabdi yang juga merupakan dosen pembimbing KKN- PPL menunjukkan bahwa alat peraga yang dibuat dapat digunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep fisika. Mahasiswa juga terampil dalam menggunakan alat peraga tersebut. Hal ini terlihat dari lembar penilaian yang diberikan oleh guru pembimbing untuk setiap kegiatan praktik mengajar di kelas. Pada umumnya setiap jenis alat peraga dilengkapi dengan modul (LKS) penggunaannya yang disusun dan dikembangkan oleh mahasiswa Pengembangan Kit Praktikum Sains dari Bahan Daur Ulang

56 dengan dipandu guru pembimbing serta divalidasi oleh dosen pembimbing KKN-PPL. Beberapa faktor pendukung yang membantu terlaksananya kegiatan PPM ini adalah sebagai berikut. 1. Adanya sekumpulan masyarakat pemulung dan pengepul di sekitar kampus UNY yang pendapatan utamanya berasal dari mengumpulkan barang bekas (termasuk di dalamnya limbah plastik dan logam) sehingga mereka mencoba meningkatkan pendapatan dengan mencari alternatif nilai jual limbah plastik hasil pulungan. Hal ini memudahkan Tim pengabdi dalam memberikan contohcontoh memanfaatkannya sebagai peraga. 2. Tim pengabdi memiliki latar belakang bidang keahlian yang beragam, yaitu pendidikan dan MIPA (Fisika) sehingga materi yang diberikan dapat ditinjau dari beberapa ilmu. 3. Sekolah mitra, pemulung dan mahasiswa berperan aktif serta mau bekerja sama dengan Tim pengabdi. Kerjasama ini memudahkan Tim pengabdi dalam memberikan materi kepada peserta. Adapun kendala-kendala atau faktor penghambat yang ditemui Tim pengabdi selama kegiatan seperti berikut. 1. Waktu pelaksanaan kegiatan kurang optimal dikarenakan sulitnya menentukan waktu senggang para pemulung. 2. Belum terlibatnya sponsor atau pihak yang berkaitan dengan alat peraga pendidikan sebagai usaha untuk memberikan pengetahuan tentang manfaat alat peraga bagi proses pembelajaran baik ditinjau dari sisi pendidikan dan ekonomi. Secara umum pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat ini dapat berjalan sesuai dengan rencana awal program. Adanya ketidak sesuaian jumlah guru yang terlibat (16 dari 20 guru yang ditargetkan) disebabkan pada saat workshop diselenggarakan bertepatan dengan adanya kegiatan di beberapa sekolah mitra. Alat peraga yang dibuat dan dikembangkan telah memenuhi standar kelayakan baik dari segi proses dan produk. Pemulung terdidik yang terlibat telah terlibat aktif dalam pelaksanaan program. Hasil sebaran angket kepuasan pelanggan juga menunjukkan bahwa program yang diselenggarakan sangat mendukung dan membantu kelancaran aktivitas PBM guru di sekolah. Indikator keberhasilan program juga terlihat dari keseluruhan guru dan mahasiswa peserta program telah terampil dalam menyusun, membuat dan menggunakan alat peraga dari bahan daur ulang. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis terhadap indikator ke- Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012

57 berhasilan program dapat disimpulkan seperti berikut. 1. Telah berhasil dikembangkan Kit Praktikum dari bahan daur ulang yang merupakan hasil kemitraan antara guru, mahasiswa, pemulung-terdidik, dan dosen. 2. Kemampuan mahasiswa PPL Prodi Pendidikan Fisika dalam menggunakan Kit Praktikum dari bahan daur ulang untuk pembelajaran di kelas sekolah mitra bersama guru pembimbing PPLnya sangat baik. 3. Telah berhasil dikembangkan modul praktikum (LKS) untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan Kit Praktikum tersebut di kelas sekolah mitra. 2. Saran Program pengabdian mengenai pemberdayaan masyarakat pemulung melalui kemitraan sekolah dalam program KKN PPL ini hendaknya dikembangkan lebih lanjut dengan menambah materi atau topik yang dibuat alat peraganya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui respon pengguna (dalam hal ini sekolah, guru dan siswa). DAFTAR PUSTAKA Astono, Juli, dkk. 2010. Pengembangan Kit Praktikum Sains Ramah Lingkungan dari Bahan Daur Ulang dan Implementasinya dalam Kegiatan PPL-KKN melalui Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pemulung di Sekitar Sekolah Mitra. FMIPA UNY. Sugiyarto, Teguh dan Ismawati, Eny. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1 : untuk SMP/ MTs/ Kelas VII. Jakarta: BSE Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Wikipedia. 2010. Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. Pengembangan Kit Praktikum Sains dari Bahan Daur Ulang