BAB II URAIAN TEORITIS. konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam kehidupan sosial, budaya, serta ekonomi. Karena melalui informasi,

BAB II URAIAN TEORITIS. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP SIARAN INFORMASI STASIUN TV LOKAL

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

Hubungan Terpaan Informasi Politik Partai NasDem di Televisi dan Komunikasi di dalam Kelompok Referensi Terhadap Preferensi Memilih Partai NasDem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu komunikasi saat ini berkembang pesat jika dibandingkan dengan masa lampau, hal

TEORI KOMUNIKASI MASSA

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

6/13/2012 KOMUNIKASI MASSA (DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI KOMUNIKASI) SEJARAH SINGKAT ANEKA ALIRAN DALAM PENELITIAN MEDIA MASSA

Psikologi Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 4 - Join : Follow

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. media masa pada sejumlah besar orang (mass commuicatiaon is message

HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB II URAIAN TEORITIS

SIKAP MAHASISWA DI SURABAYA TERHADAP GAME SHOW HAPPY SONG DI INDOSIAR SKRIPSI

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai produk maju berkembang pesat sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengantar Ilmu Komunikasi

MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan sekarang ini adalah. akan meluaskan cakrawala pengetahuan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi

BAB II URAIAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Televisi adalah gambar yang paling kompleks pada media ruparungu dwimantra

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi secara cepat kepada masyarakat yaitu televisi.

Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa

BAB I PENDAHULUAN. spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Media televisi

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

Modul ke: Komunikasi Massa. Pengantar Komunikasi Massa. Fakultas FIKOM. Sofia Aunul, M.Si. Program Studi BROADCASTING.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai

Proses dan efek Media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi andalan dari televisi, karena gambar yang disajikan bukanlah gambar

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kita ketahui apabila kita perhatikan lebih jauh lingkungan sekitar kita.

SISTEM KOMUNIKASI MASSA

BAB I PENDAHULUAN. informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup sehat untuk kehidupan sehari-hari. Di dalam komunikasi ada beberapa unsur yakni sumber pesan (source),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.

Komunikasi massa dan efek media terhadap individu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA UAJY terhadap Program Jejak Petualang Trans 7)

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

Bahan ajar handout Komunikasi Politik

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial. Dengan komunikasi kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era perkembangan teknologi, media massa mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Perdagangan bebas yang terjadi, menyebabkan persaingan yang cukup ketat bagi

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hati, sikap, perasaan pikiran, ide, gagasan maupun informasi kepada orang lain

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam menjalankan aktivitasnya tentu akan berorientasi untuk mencapai tujuan yang

BAB II DESKRIPSI TENTANG TANGGAPAN, TAYANGAN DAN TELEVISI Deskripsi Teoritik Tentang Tangapan. gambaran ingatan dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. turut merubah peradaban manusia. Bukan hanya itu, teknologi juga merubah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa Teori merupakan proposisi yang menggambarkan satu gejala terjadi. Proposisiproposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Teori menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting, dalam teori juga terkandung konsep teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia yang dapat diobservasi (Suyanto dkk, 2005 : 34) Ahli komunikasi massa lainnya Joseph A Devito merumuskan definisi komunikasi masa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang massa serta tentang media yang digunakannya. Devito mengemukakan definisinya dalam dua item yakni yang pertama adalah komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. (Ardianto,2004:6) Salah satu persoalan didalam negeri ini didalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini dikarenakan banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan kepada perkembangan ilmu komunikasi, miaslnya psikologi, antropologi, ilmu manajemen, ilmu politik, linguistik, matematika dan lain-lain. Sebuah definissi yang singkat dibuat oleh Harold D Laswell, cara tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya. (Cangara, 2004:18)

Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbolsimbol yang digunkan dalam berkomunikasi, apa yang dinamakan Wilbur Schramm Frame of Reference atau kerangka acuan, yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings). Schramm menyatakan bahwa filed of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung dengan lancar. Sebaliknya jika pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain, atau dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif. (Effendy,2003:30-31) Banyak definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Bayak ragam dan titik tekan yang dikemukakan. Akan tetapi dari sekian banyak definisi yang ada terdapat benang merah dar kesamaan definisi satu sama lain, dan bahkan definisi-definisi itu sama lain saling melengkapi. Ciri-ciri komunikasi massa antara lain : 1. Komunikator bersifat melembaga. Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Didalam komunikasi massa, komunikator adalah lembaga media massa itu sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang. Menurut Alexis S Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisai sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkanya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam

komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, televisi, stasiun radio, majalah dan penerbit buku. Media massa disebut sebagai organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang dalam proses komunikasi massa tersebut. (Nurudin,2004:16-18) 2. Komunikan bersifat anonim dan heterogen. Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen, artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Selain itu dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. (Ardianto,2004:9) 3. Pesan bersifat umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesanpesan itu ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesanpesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini memilki arti pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Kita bisa melihat televisi misalnya, karena televisi itu ditujukan dan untuk dinikmati orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemlihan kata-katanya sebisa mungkin memakai kata-kata populer, bukan kata-kata ilmiah sebab kata-kata ilmiah itu hanya ditujukan untuk kelompok tertentu. 4. Komunikasinya berlangsung satu arah. Karena komunikasi massa itu melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator

aktif menyampaikan pesan dan komunikanpun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antar pribadi. Dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah. 5. Menimbulkan keserempakan. Dalam komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Effendi (1999), mengartikan keserempakan media massa itu ialah kontak denagn sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 6. Mengandalkan peralatan teknis. Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa tak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar. 7. Dikontrol oleh Gatekeeper. Gatekeeper atau yang sering disebut dengan penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semau informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi pesan-pesannya. Intinya adalah pihak yang ikut menentukan pengemasan

sebuah pesan dari media massa. Keberadaan gatekeeper sama pentingnya dengan peralatan mekanis yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. (Nurudin, 2004:16-30) Komunikasi adalah bentuk komunikasi yang mengutamakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara misal, berjumlah banyak, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Selain itu pesan yang disampaikan cenderung terbuka dan mencapai khalayak dengan serentak. Untuk memahami proses komunikasi massa perlu dilakukan pemahaman dengan bentuk analisis makro dan analisis mikro, walaupun pada akhirnya memiliki hasil yang sama dengan alasan khalayak menggunakan media. Joseph R. Dominick (2002:43) menyatakan bahwa motif memilih media adalah : 1. Congnition (Pengamatan) Media digunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan dan wawasan bahkan beberapa masyarakat menggunakan media untuk membangkitkan ide. 2. Diversion (Diversi) Media digunakan sebagai sarana untuk relax dan memuaskan kebutuhan secara emosional bahkan bisa membangkitkan semangat setelah begitu jenuh dari rutintas hidup sehari-hari. 3. Social Utility (Kegunaan Sosial) Media digunakan sebagai alat untuk mempererat kontak atau hubungan dengan teman, keluarga, dan masyarakat, misalnya membahas cerita hangat yang sedang terjadi dengan keluarga.

4. Withdraw (Menarik) Media juga digunakan sebagai alas an untuk tidak melakukan tugas dan untuk menjaga privacy agar tidak diganggu orang lain. 5. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan khlayak yang beragam sehingga membentuk suatu pertalian yang berdasarkan minat dan kepentingan yang sama. II.2 Teori Audiens Masing-masing audiens berbeda satu sama lain dalam hal berpikir, menanggapi pesan yang diterima, pengalaman, dan orientasi hidup (Nurudin, 2007 : 105). Sebagai komunikan yang diterpa stimuli, audiens tentu saja akan memberikan respon dan akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan respon ini menurut Melvin De Fleur (McQuail, 1994 : 235) telah dijelaskan dalam teori perbedaan individu (the individual differences theory of mass communication effects) dengan asumsi bahwa masing-masing individu memiliki motivasi dan pengalaman yang berbeda sebagai hasil belajar dari lingkungannya yang berbeda-beda pula. Dari lingkungannya yang berbeda ini, akan terbentuk sikap, nilainilai serta kepercayaan individu yang mendasari kepribadian mereka, kemudian akan mempengaruhi cara mereka memandang dan menghadapi sesuatu. Sehingga, persepsi mereka pun ikut berbeda sehubungan dengan perbedaan kepribadian (Depari, 1995 : 5). Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach seperti dikutip Nurudin (2007 : 106-107) turut mengemukakan teori komunikasi massa audiens dalam melihat efek media massa, mengenai interaksi audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap

isi media. Teori komunikasi massa audiens tersebut terbagi menjadi tiga perspektif, mencakup individual difference perspective, social categories perspective, dan social relation perspective. Ketiga perspektif ini jika digabung akan melahirkan gambaran teori audiens seperti yang diungkapkan Hiebert, Ungurait dan Bohn (dalam Nurudin, 2007 : 108). Masing-masing dari kita adalah anggota dari sejumlah besar audiens, tetapi masing-masing audiens itu mereaksi secara individual. Interaksi kita dengan anggota audiens yang lain, bukan anggota atau bahkan pemimpin opini juga mempunyai dampak pada bagaimana kita merespon dan bahkan ikut menentukan reaksi umum kita. Individual Difference Perspective menggambarkan perilaku audiens berdasar teori stimulus-respon yang mana tidak ada audiens yang merespon pesan relatif sama. Pengaruh stimulus pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologis individu, yang berasal dari pengalaman masa lalunya. Dalam Social Categories Perspective, audiens yang mengikuti perkumpulan sosial cenderung memiliki kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap. Masing-masing individu memiliki kecenderung yang sama pula dalam merespon pesan, seperti yang dilakukan anggota kelompok lain dalam perkumpulan sosial. Kombinasi dari kedua perspektif ini akan menghasilkan pendekatan komunikasi massa Harold D. Lasswell who says what to whom with what effect (siapa mengatakan apa kepada siapa dan efeknya bagaimana) (Nurudin, 2007 : 107). Sedangkan Social Relation Perspective yang merupakan hasil penelitian Paul Lazarfeld, Bernard Berelson, dan Elihu Katz (dalam Nurudin, 2007 : 108) mengemukakan bahwa hubungan informal mempengaruhi audiens. Dampak komunikasi massa yang diberikan, diubah dengan sangat hebat oleh individu yang

mempunyai kekuatan hubungan sosial dengan anggota audiens. Hasilnya, individu dipengaruhi oleh sikap dan perilaku individu anggota audiens yang didapatkannya dari media massa. Sehingga, antarindividu saling mempengaruhi satu sama lain dan menghasilkan respon yang hampir sama. Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa khalayak dari suatu medium komunikasi bukanlah suatu kelompok monolitis, yang memberi tanggapan sama dari isi medium, melainkan khalayak memiliki selektivitas perhatian dan persepsi. Artinya, khalayak akan menanggapi isi media massa yang sesuai dengan kepentingan, kepercayaan, serta nilai-nilai sosial mereka. Secara tidak langsung, media massa memiliki pengaruh yang berbeda bagi tiap individu karena faktor perbedaan kepribadian dan psikologi individu (Depari, 1995:5). De Fleur (dalam McQuail, 1994 : 234-235) menerangkan The Mecanistic Stimulus - Respon (S-R) Theory dimana behaviorisme sangat berpengaruh terhadap model ini. Model efek media massa tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Harus memperhitungkan reaksi individu, karena sekalipun reaksi yang diharapkan telah terlihat bukti reaksi itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kepribadian, sikap kecerdasan, minat, dan sebagainya. De Fleur menulis pesan media mengandung atribut rangsangan tertentu yang memiliki interaksi yang berbeda-beda dengan karakteristik kepribadian anggota audiens. 2. Semakin jelas bahwa reaksi itu berbeda-beda secara sistematis sesuai dengan kategori sosial penerima yang antara lain berdasarkan usia, pekerjaan, gaya hidup, jenis kelamin, agama dan sebagainya. Pemilihan stimuli yang berupa informasi menyebabkan individu dapat memilih bagi dirinya informasi yang ingin diterimanya, informasi apa yang diingatnya, informasi apa yang akan disalurkan kepada orang lain.

Fisher (1986 : 218-219) mengatakan bahwa setiap individu memiliki selektivitas informasi. Individu memiliki dan menjalankan selektivitas ketika mereka menyandi atau mengalih sandi informasi. Individu mencari informasi yang konsisten dengan keyakinan sebelumnya dan menyimpan (mengingat) informasi yang juga konsisten dengan keyakinan semula, sehingga dengan cara itu melupakan informasi yang berbeda. Produk dari prinsip terpaan dan ingatan yang selektif ini adalah penghindaran selektif, yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung untuk menghindari atau mengabaikan informasi yang ada dalam lingkungannya yang tidak konsisten dengan keyakinan yang ada. Pemilihan stimuli dengan sendirinya tidak akan dipersepsi semuanya oleh khalayak. Hanya stimuli-stimuli yang menimbulkan perhatian sajalah yang akan dipersepsi secara baik-baik. Perhatian dalam hal ini juga merupakan faktor yang amat menentukan dalam mempersepsi suatu obyek di samping faktor fungsional dan struktural di atas. Kenneth E. Andersen (dalam Rakhmat, 1994 : 52) mendefinisikan perhatian sebagai suatu proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita berkonsentrasi pada salah satu alat indera yang lain. Pemilihan stimuli melalui proses perhatian selektif tersebut dijelaskan oleh Kenneth E. Andersen (dalam Rakhmat, 1994 : 54-55) melalui dalil-dalil perhatian selektif sebagai berikut: 1. Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif danrefleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. Sekali-sekali, kita mengalihkan perhatian dari stimuli yang satu dengan memindahkannya pada stimuli yang lain.

2. Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang paling menonjol, atau melibatkan kita. 3. Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan dan kepentingan kita. Kita cenderung memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikate. 4. Kebiasaan yang sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita. Kita cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara TV tertentu. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita untuk menaruh perhatian. 5. Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan. 6. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betul cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita. 7. Perhatian tergantung pada kesiapan mental kita, kita cenderung mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi. 8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada). 9. Intensitas perhatian tidak konstan.

10. Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan. Kita mungkin memfokuskan perhatian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi pada objek secara keseluruhan. 11. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian pada stimuli terhadap stimuli mungkin akan berhenti. 12. Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak, makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli tertentu. 13. Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian. Berdasarkan penjelasan di atas, Sarjono (1985 : 18) menunjukkan bahwa pesan-pesan yang sampai pada komunikan apabila tidak sesuai dengan sikap dan keyakinannya akan disaring dulu melalui mental screen yang meliputi: 1. Selective exposure artinya kecenderungan hanya mau memperhatikan pesanpesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada. 2. Selective perception artinya kecenderungan hanya mau menginterpretasikan pesan-pesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada. 3. Selective retention artinya kecenderungan hanya mau mengingat-ingat pesanpesan yang sesuai dengan sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan yang ada. Menurut Werner J. Severin (2005 : 83-85), persepsi selektif merupakan kecenderungan persepsi manusia yang dipengaruhi oleh keinginan-keinginan, kebutuhan kebutuhan, sikap-sikap, dan faktor-faktor psikologi lainnya. Persepsi

selektif menyiratkan bahwa orang yang berbeda dapat menanggapi pesan yang sama dengan cara yang berbeda. Persepsi dipengaruhi oleh sejumlah factor psikologis, termasuk asumsi-asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu, harapanharapan budaya, motivasi (kebutuhan), suasana hati (mood), serta sikap. Khalayak dalam mengadakan selektivitas stimuli, sesuai dengan kepentingannya. Hal ini ditentukan oleh motif-motif yang terdapat dalam dirinya. Motif khalayak terhadap suatu media dilihat dari adanya dorongan-dorongan atau alasan yang menyebabkan mereka mengkonsumsi media tertentu. Semua tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif seperti yang didefinisikan oleh Gerungan (1996 : 140-141) adalah Motif manusia merupakan dorongan, keinginan hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku kita melalui minat dan perhatian kita. Audiens secara individual, dalam ukuran tertentu, memilih secara sadar dan termotivasi di antara berbagai pokok isi media. Menurut McQuail (1994 : 216) beberapa hal yang mendasari seseorang menggunakan atau memilih suatu isi media tertentu adalah: (1) Sumber kebutuhan (2) sosial dan psikologis, yang menimbulkan (3) harapan terhadap (4) media massa dan sumber lainnya, yang mengakibatkan (5) perbedaan pola pembedahan (exposure) media massa (atau keterlibatan dalam aktivitas lain) yang menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya. Menurut Greenberg ( dalam Rakhmat, 2001 : 63) pemirsa mempunyai delapan motif dalam menonton televisi yaitu mengisi waktu, melupakan kesulitan, mempelajari sesuatu, mempelajari diri, memberikan rangsangan, bersantai, mencari persahabatan, kebiasaan saja.

Berdasarkan berbagai aliran dalam psikologi motivasional, William J. McGuire ( dalam Rakhmat, 1994 : 208) mengklasifikasikan motif penggunaan media massa ke dalam dua kelompok besar, yakni motif kognitif dan dan motif afektif. Motif kognitif menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu, sedangkan motif afektif lebih menekankan pada aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu. Rakhmat (1994 : 208) teori behaviorisme law of effect adalah perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi. Artinya, khalayak tidak akan menggunakan media massa bila media massa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan mereka. Jadi, khalayak menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Perspektif khalayak media bersifat aktif dalam menerima pesan media, sehingga Kriyantono (2007 : 201) menganggap khalayak sebagai adifferentiated set of small groups or communities. Khalayak dipandang sebagai anggota-anggota kelompok yang berbeda karakteristiknya serta dimungkinkan dipengaruhi oleh karakteristik kelompoknya. Khalayak tidak berdiri sendiri dalam menerima terpaan pesan media, melainkan dipengaruhi faktor-faktor lain diluar diri khalayak seperti reference group yang sangat menentukan bagaimana khalayak menginterpretasi dan mengelola terpaan pesan tersebut. Khalayak pada dasarnya memiliki tingkat selektivitas yang tinggi, bukanlah penerima yang pasif. Mereka terdiri dari individuindividu yang menuntut sesuatu dari komunikator dan menyeleksi pesan-pesan yang disukai dan berguna baginya. Apabila khalayak memperoleh kesenangan sekaligus pemenuhan kebutuhan akan informasi dari sebuah stasiun televisi, maka akan timbul kepercayaan dan kecintaan terhadap stasiun televisi bersangkutan. Khalayak akan

lebih memilih menonton stasiun televisi yang telah menjadi kepercayaannya meskipun tersedia berbagai alternatif stasiun lainnya. II.3 Persepsi Menurut Rakhmat (1998 : 51) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch (1967 : 300) persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 201). Persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358). Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung

menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54). Dalam kajian etimologis, persepsi (dalam Bahasa Inggris perception) berasal dari Bahasa Latin perceptio, dari percipere, yang memiliki makna menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, Leavitt mendefinisikan persepsi sebagai penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, Leavitt mendeskripsikan persepsi sebagai pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang mamandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445). Alex Sobur (2003 : 446) membagi proses persepsi menjadi 3 tahap, yaitu: seleksi, interpretasi dan reaksi: Dimana : 1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam fase ini rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Namun, persepsi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 3. Reaksi, yaitu tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan interpretasi. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap informasi yang sampai serta melakukan reaksi atas informasi tersebut.

II.4 Motif Penggunaan Media Pada dasarnya motif dan motivasi artinya hampir sama hanya berbeda pada penempatan kalimat saja. Menurut Kartini Kartono motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat ; atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia (Kartini, 2002:147). Dengan kata lain motivasi adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dorongan disini adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup. Dari definisi tersebut, motif jika dihubungan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang menggunakan media. II.5 Televisi Hadirnya televisi mau tidak mau harus dapat diterima karena sudah merupakan suatu kebutuhan informasi bagi masyarakat agar kita tidak tertinggal oleh kemajuan peradaban teknologi, sekaligus mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di belahan dunia lain. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Fungsi televisi hampir sama dengan media komunikasi lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni sebagai alat informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Media televisi memiliki berbagai karakteristik yang membedakannya dengan media massa lainnya, yaitu: 1. Audiovisual 2. Berpikir dalam gambar 3. Pengoperasian yang lebih kompleks

Ada tiga dampak yang ditimbulkan acara televisi terhadap pemirsanya, yaitu : 1. Dampak kogntif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. 2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi yang mempengaruhi pemirsa untuk menirunya. 3. Dampak prilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan di acara teevisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Wahyudi,1996:54). Darwanto (2007) mengemukakan dalam kaitannya terhadap peningkatan pengetahuan, suatu tayangan televisi hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain : 1. Frekuensi menonton. Melalui frekuensi menonton komunikan, dapat dilihat pengaruh tayangan terhadap pengetahuan komunikan. 2. Waktu penayangan. Apakah waktu penayangan sebuah acara sudah tepat atau sesuai dengan sasaran komunikan yang dituju. Misalnya tayangan yang dikhususkan bagi pelajar, hendaknya ditayangkan pada jam setelah kegiatan belajar di sekolah usai. 3. Kemasan acara. Agar mampu menarik perhatian pemirsa yang menjadi sasaran komunikannya, suatu tayangan harus dikemas atau ditampilkan secara menarik. 4. Gaya penampilan pesan.

Dalam menyampikan pesan dari suatu tayangan, apakh host atau pembawa acara sudah cukup komunikatif dan menarik, sehingga dapat menghindari rasa jenuh pemirsanya dan juga dapat memahami pesan yang disampaikan. 5. Pemahaman pesan. Apakah komunikan dapat mengerti dan memahami setiap materi atau pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan. II.6 Media Televisi Lokal dan Perkembangannya Media massa lokal adalah media massa yang isi kandungan beritanya mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola. Menurut Zakbah (dalam Depdikbud RI (1997), media massa lokal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Media massa itu dikelola oleh organisasi yang berasal dari masyarakat setempat. 2. Isi media massa lokal mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat. 3. Isi media massa sangat mementingkan berita-berita tentang berbagai peristiwa, kejadian, masalah, dan personalia atau tokoh-tokoh pelaku masyarakat setempat. 4. Masyarakat media massa lokal terbatas pada masyarakat yang sewilayah dengan tempat kedudukan media massa itu.

5. Masyarakat lokal umumnya kurang bervariasi dalam struktur ataupun diferensiasi sosial bila dibandingkan dengan masyarakat media massa nasional. Stasiun televisi lokal adalah stasiun televisi yang jangkauannya hanya meliputi wilayah tertentu saja. Menurut data Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), saat ini televisi lokal yang sudah menjadi anggota ATVLI adalah sebanyak 31 stasiun televisi lokal yang salah satu diantaranya adalah Deli TV medan. (http://www.altvli.co.id, 2011).