REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III RIWAYAT HIDUP MUHAMMAD ALI PASHA DAN PEMIKIRAN PEMBAHARUANNYA TERHADAP PERADABAN MODERN

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

Kebangkitan Pendidikan Islam: Melacak Isu Historis Kebangkitan Kembali Pendidikan Islam

DOMINASI PERADABAN BARAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hasanuddin (Dosen dalam Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Fak. Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar)

NEGARA SEKULER TURKI I. SEKULER

Kemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M

Assalamu alaikum Wr Wb. Turki Usmani. Oleh : Anggraini Dwi Ikhwani

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

SEJARAH ISLAM AHMADIN

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

TEOLOGI SUNNATULLAH VERSUS TEOLOGI DETERMINIS (Upaya Melacak Etos Kerja Ummat) Ahmad Zaeny*

Komunisme dan Pan-Islamisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

A. Deskripsi Mata Kuliah:

SYAIKH MUHAMMAD ABDUH DAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM

Karya Monumental umat Islam dalam IPTEKS. AIK IV - Pertemuan II Lusiana Ulfa H, S.Ei, M.Si

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

TIGA ALIRAN PEMBAHARUAN Westernisme, Islamisme dan Nasionalisme. Drs. Muhammad Muhtarom Ilyas. Abstrak

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

KERUNTUHAN KEKHALIFAHAN TURKI UTSMANI TAHUN 1924 SKRIPSI

KONSENTRASI BARU KEBANGKITAN ISLAM DI ASIA TENGGARA. Dewi Triwahyuni

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

KESINAMBuNGAN BUDAYA

ALI ABD AL-RAZIQ : IDE NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional MADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Kata Kunci: Madrasah, Sistem dan Pendidikan Nasional

ISLAM DAN HEGEMONI BARAT

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DIKTAT PERGERAKAN KEMERDEKAAN RAKYAT INDIA. Diktat Sejarah Asia Selatan Baru Disusun Oleh : Supardi, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan

WAHYU 17 PENGHAKIMAN ATAS BABEL

Pengaruh ajaran ibnu rusyd terhadap gerakan renaissance di Eropa awal abad XIV

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Islam Maroko, Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan (13/M) Oleh : Hening Nugroho Senin, 25 April :04

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Periode modern merupakan zaman kebangkitan Islam. Pada periode. pertengahan umat Islam mengalami kemunduran baik bidang pendidikan,

PENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG.

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-

PEMBAHARUAN TRADISI PEMIKIRAN ISLAM (Sebuah Transformasi Pendidikan Islam)

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rosmiati Lubis, 2013

DAFTAR ISI. ME'TODOLOGIS ;..., A. PengertianPemikiranlslamMetodologis... 1 B. Ruang Lingkup Pemikiran Islam

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

Tugas Perkuliahan & bobot nilai. Model Perkuliahan. Sub Pokok Bahasan. Kompetensi Khusus. Pokok Bahasan. Pertemuan ke- No.

BAB V KESIMPULAN. menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

Etos Hijrah. Oleh Nurcholish Madjid

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

DOKUMEN PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL 2013/2014. Nomor Dokumen : Garis-garis Besar Program Perkuliahan (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB V KESIMPULAN. Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

TIGA ALIRAN PEMBAHARUAN BARAT, ISLAM DAN NASIONALIS

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

4. Analisis Hasil Penelitian: Peran Agama-agama dalam Nation Building di Indonesia

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

JAMAL ABDUL NASHIR : NASIONALISME ARAB

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno

NO SK / KD INDIKATOR MATERI BOBOT 1 Menceritakan sejarah berdirinya Dinasty Al Ayyubiyah

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN(PEMBAHARUAN)

Nasionalisme Liberalisme Sosialisme Demokrasi Pan-Islamisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Semesta, 2005), hal Ibid, hal Ibid, hal Universitas Indonesia

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Tamadun Islam dan Tamadun Asia Edisi Kedua (TITAS) Bab 1: 1

BAB I PENDAHULUAN. artinya Tuhan yang menjadi sumber hukum dalam suatu masyarakat Islam. Tuhan

Transkripsi:

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- 20 Oleh: Ali Sodikin Abstrak : Pendidikan merupakan salah satu wilayah (area of cincern) gerakan pembaruan Islam yang berlangsung di seluruh dunia Islam. Tokoh-tokoh gerakan pembaruan Islam seperti Muhamad Abduh di Mesir, Sayyid Akhmad Khan di anak benua India menjadikan pendidikan sebagai agenda utama gerakan pembaruan Islam yang mereka canangkan. Sejak awal abad ke-19 sampai awal abad ke-20 hampir di seluruh dunia Islam berdiri lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bercorak modern. Di anak benua India, Sayyid Akhmad Khan mendirikan Universitas Alighar yang sepenuhnya mengadaptasi sistem pendidikan Universitas Oxford di Inggris. Di Mesir, Muhamad Abduh berusaha mentransformasikan Universitas al-azhar dengan memasukkan ilmu-ilmu modern. Pendahuluan Di seluruh Dunia Islam termasuk Indonesia pembaruan Pendidikan Islam itu terwujud dalam dua langkah utama. Pertama, mendirikan lembaga-lembaga pendidikan baru dengan menerapkan sistem pendidikan modern. Kedua, mentransformasikan lembaga-lembaga pendidikan tradisional menjadi lembaga pendidikan modern. Dua cara tersebut dilakukan dengan cara mengadopsi sistem pendidikan Barat -untuk kasus Indonesia mengadopsi sistem pendidikan modern itu diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Gagasan program modernisme pendidikan Islam mempunyai akar-akarnya dalam gagasan tentang modernisme pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan. Dengan kata lain, modernisme pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dengan kebangkitan gagasan dan program modernisme Islam. Kerangka dasar yang berada di balik modernisme Islam secara keseluruhan adalah bahwa modernisme pemikiran dan kelembagaan Islam merupakan prasyarat bagi kebangkitan kaum Muslim di masa modern. Karena itu, pemikiran dan kelembagaan Islam termasuk pendidikan haruslah dimodernisasi, sederhananya diperbaharui sesuai dengan kerangka modernitas; mempertahankan pemikiran kelembagaan Islam tradisional hanya akan memperpanjang nestapa ketidakberdayaan kaum Muslimin dalam berhadapan dengan kemajuan dunia modern. Tetapi bagaimanakah sebenarnya hubungan antara modernisme dan pendidikan, lebih khusus lagi dengan pendidikan Islam di Indonesia? Modernisme yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah 'pembangunan' (development) adalah proses multi-dimensional yang kompleks. Pada satu segi pendidikan dipandang sebagai suatu variabel modernisasi. Dalam konteks ini pendidikan dianggap merupakan prasyarat dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan 53

program dan mencapai tujuan-tujuan modernisasi atau pembangunan. Tanpa pendidikan yang memadai, akan sulit bagi masyarakat manapun untuk mencapai kemajuan. 1 Terobosan Barat dan Munculnya Ide Pembaharuan Kesadaran akan perlunya diadakan pembaruan timbul pertama kali di kerajaan Turki Utsmani dan di Mesir. Kerajaan 'Utsmani mempunyai daerah kekuasaan di Eropa Timur yang meluas sampai ke pintu gerbang kota Wina. Maka orang-orang Turki 'Utsmani sejak awal telah mempunyai kontak langsung dengan Eropa. Sampai abad ketujuh belas Masehi, kerajaan 'Utsmani senantiasa mengalami kemenangan dalam peperangan melawan raja-raja Eropa. Tetapi mulai dari abad kedelapan belas Masehi keadaan itu berbalik. Raja-raja Eropalah yang menang dan kerajaan 'Utsmani mulai mengalami kekalahan. Sultan-sultan kerajaan 'Utsmani pun mengirim duta-duta ke Eropa untuk mengetahui rahasia kekuatan raja-raja di Eropa yang pada abad-abad sebelumnya masih berada dalam keadaan yang amat mundur. Atas dasar laporan-laporan dari para duta itu, mulailah diadakan pembaruan di kerajaan 'Utsmani, terutama mulai dari permulaan abad kesembilan belas, tetapi pada mulanya bukan dalam bidang pemikiran, melainkan dalam pranata sosial, terutama kemiliteran dan pemerintahan. Para ulama sendiri tidak turut dalam usaha-usaha pembaruan ini, bahkan mengambil sikap menentang. Maka pembaruan di kerajaan 'Utsmani dipelopori dan dijalankan oleh kaum terpelajar Barat Turki, Ibrahim Mutafarriq (1670-1754 M). Seorang bekas tawanan dari Hongaria, pengarang buku-buku ilmu pengetahuan seperti ilmu alam, ilmu politik, ilmu bumi, dan ilmu militer. 2 Pada masa Tanzimat (1839-1865) timbul pemimpin-pemimpin yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran Barat. Mereka berkenalan dengan pemikiran rasional, konsep hukum alam dan kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan. Pemikiran tradisional mereka lenyap. Demikian juga paham fatalisme yang amat berpengaruh dalam masyarakat Turki ketika itu. Zia Gokalp (1875-1924) memisahkan antara ibadah dan muamalah. Ibadah adalah ulama, sedangkan muamalah urusan negara. Seterusnya ia berpendapat bahwa hukum yang terdapat dalam muamalah berasal dari adat yang masuk ke dalam al-qur'an. Karena perubahan zaman, masyarakat yang memakai adat itu pun tak berlaku lagi. Ahmad Razi (1859-1930) bahkan membawa paham positivisme Aguste comte. 3 Demikianlah ide-ide yang berkembang di Turki, dan tidak mengherankan kalau pembaruan di sana pada akhirnya membawa pada berdirinya Republik Turki yang sekuler. 1 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta : Logos, 1999), 31. 2 Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Bandung : Mizan, 1996), 147. 3 Ibid, 147-148. 54

Sedangkan kontak Mesir dengan Eropa bermula dengan datangnya ekspedisi Napoleon Bonaparte yang mendarat di Aleksandria pada 1798 M. Dalam masa tiga minggu, kaum mamalik yang berkuasa di mesir dikalahkan pasukan Perancis, dan seluruh Mesir jatuh ke tanagan Napoleon Bonaparte. Bersama Napoleon turut datang ke Mesir ilmu pengetahuan dan kebudayaan Barat. Di Kairo ia dirikan lembaga ilmiah Institut d'egypte yang mempunyai empat bagian ilmu: ilmu pasti, ilmu alam, ilmu ekonomi-politik, dan sastra seni. Perpustakaan dari lembaga ini melakukan penelitian ilmiah di Mesir dan hasilnya diterbitkan majalah La Decade Egyptienne, Napoleon juga membawa percetakan, di samping berhuruf latin, juga berhuruf arab. Ia juga membawa ahli-ahli ketimuran yang mahir berbahasa Arab. Napoleon mempunyai hubungan yang baik dengan ulama al-azhar dan lembaganya itu banyak dikunjungi oleh kaum terpelajar Mesir. Di sinilah bertemu ulama Islam abad kesembilan belas dengan ilmuwan-ilmuwan Barat modern. Di sinilah ulama Islam mulai sadar bahwa dalam bidang pemikiran dan bidang ilmiah ulama Islam sudah jauh ketinggalan. Tetapi hanya sedikit dari ulama al-azhar yang berpendapat bahwa pemikiran dan ilmu yang berkembang di Barat itu perlu dipelajari dan diambil alih. Setelah ekspedisi Napoleon berakhir di Mesir, Muhammad 'Ali (1805-1845M), seorang perwira Turki, mengambil alih kekuasaan. Ia ingin menjadi sultan yang berpengaruh di Dunia Islam dan untuk itu ia berpendapat, Mesir harus dijadikan negara yang maju. Rahasia kekuatan dunia Barat melalui ekspedisi Napoleon telah dapat ditangkap di Mesir. Dasarnya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi ini didirikanlah sekolah-sekolah: sekolah militer (1815), sekolah Teknik (1816), sekolah Kedokteran (1827), sekolah Apoteker (1829), sekolah Pertambangan (1834), dan sekolah Penerjemahan (1836). Para pengajarnya ia datangkan dari Eropa, dan ceramah-ceramah mereka diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab agar dapat ditangkap pelajar-pelajar yang banyak berasal dari al-azhar. Selain mendirikan sekolah-sekolah, ia mengirim pula pelajar-pelajar ke Eropa, terutama Paris. Jumlahnya lebih dari tiga ratus. Setelah kembali ke Mesir mereka ditugaskan menerjemahkan buku-buku Eropa ke dalam Bahasa Arab, disamping mengajar di sekolah-sekolah yang ia dirikan. 4 Di India, pemikiran dan gerakan pembaruan rasional terlambat setengah abad dari Turki dan Mesir. Kontak umat Islam India denagn kebudayaan barat melaui inggris terutama terjadi pada pertengahan kedua abad kesembilan belas. Pemberontakan 1857 terhadap Inggris pecah. Sebagai akibatnya kerajaan Mughal dihancurkan dan Delhi jatuh ke tangan Inggris. 4 Ibid, 148-149. 55

Pemimpin yang muncul untuk membela umat Islam dari permusuhan Inggris adalah Sayyid Ahmad Khan (1817-1897). Ia seorang ulama yang sudah mengenal pemikiran dan ilmu pengetahuan Barat. Ia berpendapat, kemunduran dan kelemahan umat Islam India bisa diatasi hanya dengan mengambil alih metode berpikir ilmu-ilmu pengetahuan Barat. Untuk keperluan itu pada 1878 ia mendirikan Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang pada 1920 menjadi Universitas Islam Aligarh. Kurikulum yang dipakai MAOC mencakup ilmu-ilmu agama dan ilmu pengetahuan Barat yang diberikan dalam Bahasa Inggris. Lembaga inilah yang menghasilkan pemimpin-pemimpin gerakan Aligrah yang meneruskan ide-ide pembaruan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan. Sementara itu pemikiran pembaruan di Indonesia muncul terlambat lima puluh tahun dari India dan seratus tahun dari Mesir dan Turki. Dalam pada itu latar belakang ide pembaruan di Indonesia jauh berbeda dengan latar belakang yang ada di Mesir, Turki, dan India. Mesir yang mempunyai Kairo sebagai ibukota dengan Universitas al-azhar yang didirikan pada abad kesepuluh, merupakan pusat peradaban Islam dan kekuatan politik yang besar pengaruhnya di Dunia Islam pada masa lampau. Sultan-sultan mesir turut berperang dalam mengalahkan kaum salib dan dapat mematahkan kekuatan Hulagu di 'Ain Jalut sehingga Mesir, Afrika Utara, dan Spanyol Islam selamat dari kehancuran sebagaimana dialami dunia Islam bagian timur. Di samping itu, mulai dari abad keenam belas Mesir merupakan bagian dari kerajaan Turki Utsmani dan mengikuti dari dekat kemajuan-kemajuan yang dicapai kerajaan ini di Eropa. Mesir sadar akan kelemahan Dunia Barat dibandingkan dengan supremasi dunia Islam zaman itu. Turki sendiri merupakan salah satu dari tiga negara besar di Dunia Islam abad-abad keenam belas sampai abad kedelapan belas, ketika d Eropa, Inggris dan Prancis belum muncul sebagai negara yang berpengaruh dalam politik internasional. Bahkan kerajaan 'Utsmani menguasai daratan Eropa dari Istambul sampai ke pintu gerbang kota Wina. Adapun India, dengan berdirinya di sana kerajaan Mughal, merupakan negara kedua dari tiga negara besar tersebut di atas. Delhi merupakan pusat kekuasaan dan kebudayaan Islam di Dunia Islam bagian timur. 5 Keadaan di Indonesia berbeda sekali dengan keadaan di tiga negara tersebut. Indonesia tak pernah menjadi negara Islam besar dan tak pernah pula menjadi pusat kebudayaan Islam. Islam berkembang di Indonesia mulai abad ketiga belas. Maka Islam yang datang dan berkembang di Indonesia bukanlah Islam Zaman keemasan dengan pemikiran rasional dan kebudayaannya yang tinggi, melainkan Islam yang telah mengalami kemunduran dengan 5 Ibid, 151. 56

pemikiran tradisional dan corak tarekat dan fiqihnya. Dalam pada itu penetrasi Barat ke Indonesia lebih awal dari Timur Tengah, yaitu pada abad keenam belas. Oleh sebab itu, faktor yang mendorong pembaruan di Indonesia bukanlah kesadaran akan kejayaan dan kebesaran Islam masa lampau, sebagaimana di Mesir, Turki, dan India. Tetapi faktornya antara lain adalah pengalaman dan pengetahuan orang-orang Indonesia yang belajar di Makkah dan Kairo di mana pembaruan tumbuh dan berkembang; sistem pendidikan agama ke dalam kurikulumnya; usaha-usaha misi kristen yang bekembang di berbagai daerah di Indonesia; dan pengaruh tarekat dalam masyarakat Islam di Indonesia. 6 Dengan demikian, kemunculan modernisasi pendidikan di Indonesia, berkaitan erat dengan pertumbuhan gagasan modernisme Islam di kawasan ini. Gagasan modernisme Islam yang menemukan momentumnya sejak awal abad 20, pada lapangan pendidikan direalisasikan dengan pembentukan lembaga-lembaga pendidikan modern yang diadopsi dari sistem pendidikan kolonial Belanda. Pemrakarsa pertama dalam hal ini adalah organisasi-organisasi modernisme Islam seperti Jami'at, al-irsyad, Muhammadiyah dan lain-lain. Pada awal perkembangan adopsi gagasan modernisasi pendidikan Islam ini setidaktidaknya terdapat dua kecenderungan pokok dalam eksperimentasi organisasi-organisasi Islam di atas. Pertama adalah adopsi sistem dan lembaga pendidikan modern secara hampir menyeluruh. Titik tolak modernisme pendidikan Islam di sini adalah sistem dan kelembagaan pendidikan modern (Belanda), bukan sistem dan lembaga pendidikan Islam tradisional. 7 Pola-Pola Pembaharuan Pendidikan Islam Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa-bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah: (1) Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa, (2) yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran Islam, dan (3) yang berorientasi pada kekayaan sumber budaya bangsa masing-masing dan yang bersifat nasionalisme. a. Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat. pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh bangsa-bangsa Barat sekarang, tidak lain adalah merupakan pengembangan 6 Ibid, 152. 7 Azymardi Azra, Pendidikan Islam, op cit.., 36-37. 57

dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Atas dasar demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali. Penguasaan tersebut, harus dicapai melalui proses pendidikan untuk itu harus meniru pola pendidikan yang dikembangkan oleh dunia Barat. Sebagaimana dulu dunia Barat pernah meniru dan mengembangkan sistem pendidikan dunia Islam. Dalam hal ini, usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat. Baik sistem maupun isi pendidikannya. Di samping itu, pengiriman pelajar-pelajar ke dunia Barat terutama ke Perancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai negeri Islam. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat ini, mulanya timbul di Turkin Usmani pada akhir abad ke 11 H/17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha sekularisasi Turki yang berkembang kemudian dan membentuk Turki modern. Sultan Mahmud II (yang memerintah Turki Utsmani 1807-1839 M), adalah pelopor pembaharuan pendidikan di Turki. 8 Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat ini, juga nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasya di Mesir, yang berkuasa tahun 1805-1848. Resminya ia menjadi Pasya sebagai wakil resmi dari Sultan Turki di Mesir, tetapi ternyata ia manyatakan dirinya sebagai penguasa yang otonom, lepas dari kekuasaan sultan Turki. Muhammad Ali banyak berperan dalam mengusir tentara Perancis dari Mesir. Ia sendiri sebetulnya buta huruf, tetapi ia mengetahui betapa pentingnya arti pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan dan kekuatan suatu negara. Dalam hal ini ia terpengaruh oleh cerita-cerita para pembesar yang berada di sekitarnya mengenai unsur-unsur dan halhal baru yang di bawa oleh ekspedisi Napoleon. Muhammad Ali Pasya, dalam rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakan pembaharuan pendidikan di Mesir, mengadakan pembaharuan dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru sistem pendidikan dan pengajaran Barat. Di sekolah-sekolah tersebut, diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan sebagaimana yang ada di Barat. Bahkan untuk memenuhi tenaga guru ia mendatangkan guru-guru dari Barat (terutama dari Perancis). Di samping itu Muhammad Ali 8 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), 117-118. 58

mengirimkan sejumlah pelajar ke Barat, dengan tujuan agar mereka menguasai ilmu pengetahuan Barat, untuk selanjutnya nanti mampu mengembangkannya di Mesir. 9 b. Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber Islam yang murni. Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan pengembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan bagi umat manusia. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya, pada masa-masa kejayaan. Pola pembaharuan ini telah dirintis oleh Muhammad bin Abd al-wahab. Kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin al-afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad ke-19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadith dalam artinya yang sebenarnya tidaklah mungkin. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai dengan untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan. Kalau kelihatan ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang di bawa perubahan zaman dan perubahan kondisi. Penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam, seperti yang tercantum dalam al-qur'an dan Hadith. Untuk interpretasi itu diperlukan ijtihad, dan karenanya pintu ijtihad harus dibuka. 10 Keharusan pembukaan pintu ijtihad dan pemberantasan taklid selanjutnya memerlukan kekuatan akal. Di sini diperlukan pendidikan intelektual. Menurut Muhammad Abduh, al-qur'an bukan semata berbicara pada hati manusia, tetapi juga kepada akalnya. Islam menurutnya, adalah agama rasional, dan dalam Islam, akal mempunyai kedudukan yang tinggi. Kepercayaan kepada kekuatan akal adalah dasar peradaban suatu bangsa, dan akallah yang menimbulkan kemajuan dan ilmu pengetahuan. Menurut Muhammad Abduh pula, bahwa ilmu pengetahuan modern dan Islam adalah sejalan dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modern adalah Sunnatullah, sedangkan dasar Islam adalah wahyu Allah. Kedua-duanya berasal dari Allah. Oleh karena itu umat Islam harus menguasai keduanya. Umat Islam harus mempelajari dan mementingkan ilmu pengetahuan modern disamping ilmu pengetahuan kegamaan. Sekolah-sekolah modern harus dibuka, di mana ilmu-ilmu pengetahuan modern diajarkan di samping pengetahuan agama. 11 9 Ibid, 120-121. 10 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), 64. 11 Ibid, 65. 59

c. Usaha pembaharuan pendidikan berorientasi pada nasionalisme. Rasa nasionalisme timbul bersama dengan berkembangnya pola kehidupan modern, dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan tersebut mendorong pada umumnya bangsa-bangsa Timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme masing-masing. Umat Islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan. Merekapun hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang juga mendorong perkembangannya rasa nasionalisme di dunia Islam. Di samping itu, adanya keyakinan di kalangan pemikir-pemikir pembaharuan di kalangan umat Islam, bahwa pada hakikatnya ajaran Islam bisa diterapkan dan sesuai dengan segala zaman dan tempat. Oleh karena itu, ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme inipun bersesuaian dengan ajaran Islam. Golongan nasionalisme ini, berusaha untuk memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi obyektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha tersebut bukan semata-mata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur-unsur yang berasal dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan atau nasionalisme inilah yang pada tahap perkembangan berikutnya mendorong timbulnya usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri di kalangan bangsa-bangsa pemeluk Islam. Dalam bidang pendidikan, umat Islam yang telah membentuk pemerintahan nasional tersebut, mengembangkan sistem dan pola pendidikan nasionalnya sendiri-sendiri. 12 Penutup Sebagai akibat dari usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam yang dilaksanakan dalam rangka untuk mengejar kekurangan dan ketinggalan dari dunia Barat dalam segala aspek kehidupan, maka terdapat kecenderungan adanya dualisme dalam sistem pendidikan umat Islam. Usaha pendidikan modern yang sebagaimana telah diuraikan yang berorientasi pada tiga pola pemikiran (Islam murni, Barat dan Nasionalisme), membentuk suatu sistem atau pola modern, yang mengambil pola sistem pendidikan Barat dengan penyesuaian-penyesuaian dengan Islam dan 12 Ibid, 65-66. 60

kepentingan nasional. Di lain pihak sistem pendidikan tradisional yang telah ada di kalangan umat Islam tetap dipertahankan. Sistem pendidikan modern, pada umumnya dilaksanakan oleh pemerintah, yang pada mulanya adalah dalam rangka memenuhi tenaga-tenaga ahli untuk kepentingan pemerintah, dengan menggunakan kurikulum dan mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Sedangkan sistem pendidikan tradisional yang merupakan sisa-sisa dan pengembangan sistem zawiyah, ribat atau pondok pesantren dan madrasah yang telah ada di kalangan masyarakat, pada umumnya tetap mempertahankan kurikulum tradisional yang hanya memberikan pendidikan dan pengajaran keagamaan. Dualisme sistem dan pola pendidikan inilah yang selanjutnya mewarnai pendidikan Islam di semua negara dan masyarakat Islam, di zaman modern. Dualisme ini pula yang merupakan problem pokok yang dihadapi oleh usaha pembaharuan pendidikan Islam. Pada umumnya usaha pendidikan untuk memadukan antara kedua sistem tersebut telah diadakan, dengan jalan memasukkan kurikulum ilmu pengetahuan modern ke dalam sistem pendidikan tradisional, dan memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah-sekolah modern. Dengan demikian diharapkan sistem pendidikan tradisional akan berkembang secara berangsur-angsur mengarah ke sistem pendidikan modern. Dan inilah sebenarnya yang dikehendaki oleh para pemikir pembaharuan pendidikan Islam, yang beroreintasi pada ajaran islam yang murni, sebagaimana dipelopori oleh Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan lain-lain. Sampai sekarang proses pemaduan antara kedua sistem dan pola pendidikan Islam ini, tampak masih berlangsung di seluruh negara dan masyarakat Islam. 61

DAFTAR PUSTAKA MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta : Logos, 1999. Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1992., Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, Bandung : Mizan, 1996., Pembaharuan dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1982. Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1997. 62