METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret Juli 2014, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Desember 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

Bab III Metodologi Penelitian

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

3 Percobaan dan Hasil

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BABm METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

III. BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi

dalam jumlah dan variasi struktur yang banyak memungkinkan untuk memmpelajari aplikasinya untuk tujuan terapeutik. IV.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III -1?-I'niK { j..^.:iik -'^.JU-W BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4027 Sintesis 11-kloroundek-1-ena dari 10-undeken-1-ol

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

4005 Sintesis metil 9-(5-oksotetrahidrofuran-2-il)nonanoat

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

ISOLASI, ELUSIDASI STRUKTUR, DAN UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA STEROID DARI BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa)

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung. Analisis yang digunakan adalah spektroskopi inframerah dan GC-MS dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada, spektroskopi ultraungu-tampak di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung, spektroskopi resonansi magnetik inti di Laboratorium NMR-LIPI Serpong. Pengujian antiinflamsi dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat-alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, penguap putar vakum, satu set alat kromatografi cair vakum (KCV), satu set alat kromatografi kolom gravitasi (KKG), pengukur titik leleh, lampu UV, pipet kapiler, Pletismometer, spektrofotometer inframerah, spektrofotometer ultraungutampak, dan spektrofotometer resonansi magnetik inti.

30 3.2.2. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan adalah kayu batang Rhizophora apiculata yang telah dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh dari di desa Desa Hanura, Kec. Padang Cermin, Kab. Pesawaran, Provinsi Lampung. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi dan kromatografi berkualitas teknis yang telah didestilasi sedangkan untuk analisis spektrofotometer berkualitas pro-analisis (p.a). Bahan kimia yang dipakai meliputi etil asetat, metanol, n-heksana, aseton, akuades, serium sulfat 1,5% dalam asam sulfat 2N, Na-CMC 5%, Karagen 1%, silika gel Merck G 60 untuk KCV, silika gel Merck 60 PF 254 Gipshaltig untuk Kromatotron, untuk KLT digunakan plat KLT silika gel Merck kiesegal 60 F 254 0,25 mm. Pereaksi geser untuk analisis spektrofotometer ultraungu-tampak adalah aluminium klorida, asam klorida pekat, natrium asetat, dan natrium hidroksida. 3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Pengumpulan dan persiapan sampel Sampel berupa kayu batang tumbuhan R. apiculata yang diambil dari batang R. apiculata yang dipisahkan antara kulit batang dan kayunya. Kemudian kayu batang dibersihkan lalu dikering-anginkan dan dihaluskan hingga menjadi serbuk halus. 3.3.2. Persiapan Nutrien Agar (NA) Sebanyak 2,8 gram Nutrien Agar (NA) ditambahkan 100 ml aquades kemudian dipanaskan hingga NA larut, lalu disterilkan menggunakan autoclave selama 30 menit. Media yang disterilkan dimasukkan ke dalam laminar air flow selama 15

31 menit, kemudian di sinari lampu UV dan didinginkan selama 10 menit. Setelah suhu media sekitar 60-70 0 C, dituangkan ke dalam cawan petri yang sudah disterilkan secukupnya (10 ml). Setelah media memadat, dituangkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose yang dimasukkan ke dalam akuades steril dan dihomogenkan ke dalam 5 ml media agar. Setelah media siap dimasukkan cakram yang berisi senyawa antibakteri. 3.3.3. Pembuatan senyawa uji 3.3.3.1 Persiapan Na-CMC 5% Sebanyak 5 gram serbuk Na-CMC dilarutkan dalam 100 ml aquades yang telah dipanaskan. Larutan diaduk hingga membentuk suspensi yang homogen. 3.3.3.2. Larutan asam mefemanat Sebanyak 19,5 mg asam mefemanat dilarutkan dalam 5 ml larutan Na-CMC dan diaduk hingga homogen. 3.3.3.3. Persiapan senyawa uji Pada penelitian ini menggunakan ekstrak senyawa uji sebanyak 3 mg dan 7 mg. Senyawa uji yang digunakan dilarutkan dalam 5 ml larutan Na-CMC dan diaduk hingga homogen. 3.3.4. Ekstraksi dengan metanol Sebanyak 2 kg kulit batang R. apiculata yang telah dihaluskan, dimaserasi selama 24 jam maserasi dilakukan sebanyak tiga kali dengan sekali maserasi sebanyak

32 500 gram. Ekstrak metanol yang diperoleh disaring kemudian dipekatkan dengan menggunakan penguap putar vakum pada suhu 50 C dengan laju putaran 120-150 rpm. 3.3.5. Kromatografi cair vakum (KCV) Ekstrak kasar kemudian difraksinasi dengan teknik KCV. Terlebih dahulu fasa diam silika gel Merck G 60 sebanyak 10 kali berat sampel dimasukkan ke dalam kolom. Kemudian kolom dikemas kering dalam keadaan vakum menggunakan alat vakum. Eluen yang kepolarannya rendah, dimasukkan ke permukaan silika gel terlebih dahulu kemudian divakum kembali. Kolom dihisap sampai kering dengan alat vakum dan siap digunakan. Ekstrak kasar yang telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada silika gel, kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah berisi fasa diam dan kemudian dihisap secara perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan cara memvakumkannya. Setelah itu kolom dielusi dengan metanol-etil asetat 0% sampai dengan etil asetat 100%. Kolom dihisap sampai kering pada setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan). Kemudian fraksi-fraksi yang terbentuk dikumpulkan berdasarkan pola fraksinasinya. Fraksinasi sampel dengan teknik KCV dilakukan berulang kali dengan perlakuan yang sama seperti tahapan KCV awal. 3.3.6. Kromatografi lapis tipis (KLT) Sebelum difraksinasi, terlebih dahulu dilakukan uji KLT untuk melihat pola pemisahan komponen-komponen senyawa yang terdapat dalam ekstrak kasar. Uji

33 KLT juga dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga fraksifraksi yang didapat setelah perlakuan fraksinasi. Uji KLT dilakukan menggunakan sistem campuran eluen menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat, diklorometana, dan metanol. Hasil kromatogram tersebut kemudian disemprot menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa tersebut. Ketika diperoleh fraksi yang lebih sedikit bercak/noda dilihat dibawah lampu UV setelah dilakukan elusi terhadap plat KLT. Setiap fraksi yang menghasilkan pola pemisahan dengan Rf (Retention factor) yang sama pada kromatogram, digabung dan dipekatkan sehingga diperoleh beberapa fraksi gabungan yang akan difraksinasi lebih lanjut. 3.3.7. Kromatotron Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit, tahapan fraksinasi selanjutnya dilakukan menggunakan teknik kromatotron. Sampel yang diidentifikasi dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), kemudian difraksinasi menggunakan kromatotron dengan menggunakan plat silika 2 mm dan menggunakan eluen diklorometana/n-heksana. Sebelum digunakan plat silika diaktifkan terlebih dahulu dengan pemanasan lampu pijar selama 20 jam. Plat silika yang sudah aktif kemudian dipasang pada kromatotron dan dialirkan pelarut n-heksana sampai menetes, kemudian sampel diteteskanan ke dalam plat silika selagi basah. Setelah sampel diteteskan pada plat silika, kemudian sampel dibiarkan mengering ±10 menit. Setelah sampel kering, kemudian dialirkan 100 ml n-heksana dilanjutkan dengan mengalirkan eluen diklorometana/n-heksana 20%, 40% dan 50% masing-masing sebanyak ±100 ml. Hasil fraksinasi kemudian ditampung dalam botol botol kecil berukuran ±10 ml. Setelah selesai

34 fraksinasi, plat silika kemudian dicuci dengan mengalirkan metanol sebanyak 100 ml dilanjutkan dengan mengalirkan air-metanol 5% sebanyak 100 ml. 3.3.8. Uji kemurnian Uji kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan uji titik leleh. Uji kemurnian secara KLT menggunakan beberapa campuran eluen. Kemurnian suatu senyawa ditunjukkan dengan timbulnya satu noda dengan berbagai campuran eluen yang digunakan, kemudian disemprot menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa tersebut. Untuk uji titik leleh, sebelum dilakukan pengukuran, alat pengukur titik leleh tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari pengotor yang ada. Selanjutnya, untuk kristal yang berukuran besar, kristal terlebih dahulu digerus hingga berbentuk serbuk. Kemudian kristal yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan pada lempeng kaca, diambil sedikit dengan menggunakan pipet kapiler, alat dihidupkan dan titik leleh diamati dengan bantuan kaca pembesar. Suhu pada saat kristal pertama kali meleleh, itulah titik leleh dari senyawa tersebut. Pengukuran titik leleh dilakukan sebanyak tiga kali. Apabila menunjukan titik leleh yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa yang diperoleh sudah murni. 3.3.9. Spektrofotometer ultraungu tampak Sampel berupa kristal murni sebanyak 0,0001 gr dilarutkan dalam 10 ml metanol. Larutan ini digunakan sebagai persediaan untuk beberapa kali pengukuran. Pertama, sampel diukur serapan maksimumnya dalam metanol. Selanjutnya larutan persediaan dibagi menjadi beberapa bagian. Kemudian masing-masing

35 larutan persediaan ditambah dengan pereaksi-pereaksi geser seperti natrium asetat (NaOAc), natrium hidroksida (NaOH), aluminium klorida (AlCl 3, AlCl 3 /HCl). Kemudian masing-masing larutan diukur serapan maksimumnya. 3.4.0. Spektrofotometer inframerah Sampel kristal hasil isolasi yang telah murni dianalisis menggunakan spektrofotometer inframerah. Kristal yang telah murni dibebaskan dari air kemudian digerus bersama-sama dengan halida anorganik, KBr. Gerusan kristal murni dengan KBr dibentuk menjadi lempeng tipis atau pelet dengan bantuan alat penekan berkekuatan 8-10 ton per satuan luas. Kemudian pelet tersebut diukur puncak serapannya. 3.4.1. Spektrofotometer resonansi magnetik inti Sampel berupa kristal murni yang akan diidentifikasi dengan melarutkan ke dalam pelarut inert yang tidak mengandung proton seperti CCl 4 dan CDCl 4, kemudian ditambahkan sedikit senyawa acuan. Larutan ini ditempatkan dalam tabung gelas tipis dengan tebal 5 mm di tengah-tengah kumparan frekuensi radio (rf) di antara dua kutub magnet yang sangat kuat. Kemudian energi dari kumparan rf ditambah secara terus-menerus. Energi pada frekuensi terpasang dari kumparan rf yang diserap cuplikan direkam dan memberikan spektrum resonansi magnetik inti (Silverstein et al.,1986). 3.4.2. Spektrofotometer massa Senyawa dilarutkan ke dalam pelarut diklorometana, kemudian dilakukan pengukuran dengan Spektrofotometer Varian GC-MS/Saturn2200-CP3800

36 dengan menggunakan kolom kapiler DB5-MS. Temperatur diprogram 230 o C sampai 300 o C dengan kenaikan suhu konstan 4 o C per menit. Dari spektrum massa didapat berat molekul dan pola fragmentasi yang terjadi pada senyawa. 3.4.3. Uji Bioaktivitas Sebanyak 2 mg ekstrak senyawa uji, kloramfenikol dan metanol dimasukkan ke dalam cakram yang berbeda. Kemudian media NA uji diinkubasi selama ± 24 jam dan diamati diameter zona hambat yang dihasilkan dari senyawa ekstrak, kloramfenikol dan metanol. Kloramfenikol digunakan sebagai kontrol positif antibakteri dan metanol sebagai kontrol negatifnya. Bakteri uji yang digunakan yaitu Bacillus substilis dan Eschericia coli. Cakram yang digunakan untuk pengujian bioaktivitas memilki diameter 0,5 cm ditimbang terlebih dahulu. Sebelum dimasukkan ke dalam media uji yang sudah siap, cakram direndam dengan sampel yang dilarutkan dalam aseton. Kemudian cakram dikering-anginkan hingga terbebas dari pelarut yang digunakan dan ditimbang kembali. 3.4.4. Uji Anti Inflamasi Pada uji anti inflamasi digunakan hewan mencit (Mus musculus) yang memiliki berat badan 20-25 gram. Sebelum penelitian, hewan uji diadaptasikan selama satu minggu dan diamati kesehatannya. Hewan dinyatakan sehat apabila tidak mengalami penurunan berat badan melebihi 10% berat awal, tidak ada perubahan tingkah laku, tidak luka dan tidak cacat.

37 Hewan percobaan yang memenuhi kriteria dibagi menjadi lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga mencit yang sudah dipuasakan selama 18 jam namun tetap diberikan air minum. Sebelum disuntikkan penginduksi inflamasi (karagen 1%), kaki kanan belakang mencit di ukur dengan pletismometer (Gambar 9). Karagen 1% disuntikkan pada kaki mencit sebanyak 0,1 ml, dan didiamkan selama satu jam. Kaki kanan belakang mencit yang mengalami inflamasi di ukur kembali, dan diberikan senyawa uji secara oral. Penurunan inflamasi pada tiap kelompok diamati setiap satu jam selama enam jam. Keterangan : Gambar 9. Pletismometer (Marlinda, 2006) A = cairan raksa B = permukaan cairan dalam pipa kapiler sebelum benda dicelupkan ke dalam cairan A C = permukaan cairan dalam pipa kapiler setelah benda dicelupkan ke dalam cairan A D = Skala