TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

Lampiran 1. Deskripsi Profil

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

TATA CARA PENELITIAN

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan 2.2 Penggunaan Lahan

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

Evaluation Of Land Suitability For Rainfed Paddy Fields (Oryza sativa L.) In Muara Sub District North Tapanuli Regency

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA LEBAK UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

TINJAUAN PUSTAKA. di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

11. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI IRIGASI DAN KEDELAI PADA LAHAN TERLANTAR YANG POTENSIAL DI KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN

MEMANFAATKAN DATA FISIKA DAN KIMIA TANAH UNTUK MENILAI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PEPAYA DIPOLITANI

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

Panduan Fieldtrip. MK. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Christanti Agustina, SP. Nama : NIM : Program Studi :

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

Urutan : Survai Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

KONSEP EVALUASI LAHAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

ABSTRAK. Kata Kunci: Jaringan syaraf tiruan, learning vector quantization, evaluasi kesesuaian lahan ABSTRACT

Kesesuian lahan untuk tanaman tebu dipolitani

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) menyebutkan bahwa evaluasi lahan merupakan proses membandingkan dan menginterpretasikan serangkaian data tentang tanah, vegetasi dan iklim dengan persyaratan penggunaan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai adalah menetapkan pilihan penggunaan lahan merupakan jembatan penghubung antara komponen fisik, biologi dan teknologi dengan sasaran ekonomi yang ingin dicapai dalam suatu bentuk penggunaan lahan tertentu. Ciri utama dari evaluasi lahan yaitu membandingkan persyaratan penggunaan lahan dengan apa yang ditawarkan atau dimiliki oleh sumber daya lahan. Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan. Fungsi dari perencanaan penggunaan lahan memberi arahan terhadap pengambilan keputusan penggunaan lahan, sedemikian rupa sehingga sumber daya dari lingkungan digunakan untuk yang paling menguntungkan bagi manusia dan pada waktu yang sama mengawetkannya bagi kepentingan masa datang (FAO, 1976).

Menurut Dent dan Young (1981) tujuan utama mengevaluasi lahan adalah memprediksi akibat-akibat dari adanya suatu perubahan penggunaan lahan. Perubahan tersebut diperlukan karena adanya kebutuhan penggunaan sumber daya lingkungan agar lebih produktif dan lestari. FAO (1976) menyebutkan bahwa dalam mengevaluasi lahan perlu mempertimbangkan faktor ekonomi dari usaha yang diajukan, konsekuensi sosial masyarakat dari wilayah dan negara yang dilibatkan dan konsekuensi keuntungan atau kerugian terhadap lingkungan. Dalam kaitannya dengan parameter sosial ekonomi, evaluasi lahan dapat dibedakan dari dua pendekatan, yaitu evaluasi lahan kuatitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan ke dalam beberapa katagori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan tanpa melakukan perhitungan secara terinci dan tepat biaya serta pendapatan bagi penggunaan lahan tersebut. Keadaan sosial ekonomi hanya merupakan latar belakang umum saja. Dalam penetapan secara kuantitatif, evaluasi lahan dinyatakan dalan ukuran ekonomi berupa masukan dan keluaran, Benefit-Cost Ratio atau dalam pendapatan bersih. Evaluasi kualitatif adalah langkah pertama dan merupakan bahan untuk evaluasi kuantitatif (Arsyad, 1989). Dalam sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976) dikenal 4 kategori, yaitu order, kelas, subkelas, dan unit. Order kesesuaian lahan menunjukkan apakah lahan yang dinilai tersebut sesuai atau tidak untuk suatu penggunaan. Tiap-tiap order kemudian dibagi menjadi beberapa kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan ini menunjukkan tingkat kesesuaian dari order bersangkutan. Tingkat kesesuaian lahan tersebut ditunjukkan dengan memberikan

angka urut di belakang ordernya. Makin besar angka tersebut berarti makin rendah tingkat kesesuaian lahannya. Kelas-kelas kesesuaian lahan tersebut adalah : 1. Kelas S 1 (sangat sesuai) : lahan ini tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti untuk suatu penggunaan secara lestari. Hambatan tidak mengurangi produktivitas atau keuntungan yang diperoleh hingga melampaui batas-batas yang masih diterima. 2. Kelas S 2 (sesuai) : lahan ini memiliki faktor pembatas yang dapat mengurangi tingkat produksi atau keuntungan yang diperoleh 3. Kelas S 3 (kurang sesuai) : lahan ini memiliki faktor pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan 4. Kelas N 1 (tidak sesuai saat ini ) : lahan dengan pembatas lebih besar dari ketiga kelas di atas, sehingga dengan ilmu dan biaya serta teknologi yang ada saat ini belum dapat diusahakan, namun diharapkan masih dapat dimanfaatkan di masa-masa datang. 5. Kelas N 2 (tidak sesuai untuk selamanya) : lahan ini disarankan untuk dibiarkan tanpa dikelola atau secara alami, karena faktor pembatasnya bersifat permanen Tahap selanjutnya kelas kesesuaian lahan dibagi atas subkelas yang mencerminkan faktor pembatas yang dominan. Subkelas ditunjukkan dengan simbol huruf kecil dibelakang tanda kelas. Dalam menentukan subkelas harus sesedikit mungkin, walaupun dalam subkelas terdapat 2 faktor pembatas keduanya dapat ditulis, tetapi yang dominan dan sukar di perbaiki di dahulukan (Rayes, 2006). Tingkat yang lebih rendah dari subkelas adalah unit kesesuaian lahan. Lahan yang berada dalam satu unit kesesuaian memiliki tingkat kesesuaian lahan

yang sama pada tingkat subkelas mempunyai faktor pembatas yang sama pula. Perbedaan antar unit karena kemampuan berproduksi atau dalam aspek tambahan pengelolaan yang diperlukan (Hardjowigeno, 1982).Susunan klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan Klasifikasi Kesesuaian Lahan (FAO, 1976) Order Kelas Sub Kelas Unit S 1 ( sangat sesuai ) S 2m S 2e1 S 2 ( sesuai ) S 2e S 2e2 S sesuai S 2me Dll Dll S 3 (kurang sesuai) N N 1 (tidak sesuai saat ini) N 1t N 1e Dll N 2 (tidak sesuai selamanya) Karakteristik dan Kualitas Lahan Karakteristik lahan merupakan susunan dari komponen struktural berupa data dasar dalam menentukan dan melaksanakan tahap-tahap evaluasi lahan. Data karakteristik dan kualitas lahan dapat dinilai dari potensi dan kesesuaian lahan untuk suatu tujuan penggunaan lahan, misalnya lereng, curah hujan, tekstur tanah, ketersediaan air dan biomassa (FAO, 1976). Sys, Van Ranst dan Debabeye (1991) mengemukakan, karakteristik lahan dapat tersedia setelah survei tanah dan dapat digunakan sebagai unsur penilaian lahan yang meliputi ; (1) iklim ; (2) topografi ; (3) kelembaban tanah, yaitu drainase dan penggenangan ; (4) sifat fisik tanah terdiri dari tekstur, batuan, kedalaman efektif, kelembaban, lapisan sulfat masam, CaCO 3 dan CaSO 4 ; (5) karakteristik kesuburan tanah yang tidak dapat dikoreksi, yaitu KTK, fraksi liat

sebagai gambaran tingkat pelapukan, kejenuhan basa dan bahan organic ; (6) status salinitas dan alkalinitas. Ciri lahan (land characteristic) adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diduga dan diamati seperti lereng, curah hujan, tekstur, ketersediaan air, kedalaman efektif dan lain-lain. Ciri lahan tunggal seperti jumlah curah hujan, distribusi curah hujan, kedalaman efektif, liat, lereng sedangkan ciri lahan majemuk termasuk permeabilitas, drainase, kapasitas menahan air dan lain-lain (FAO, 1976). Beek dan Bennema (1973 dalam Karim, 1993) memperkenalkan istilah kualitas lahan, yaitu karakteristik lahan yang mempunyai hambatan langsung atau yang dapat memenuhi kebutuhan pokok suatu bentuk penggunaan lahan. Salah satu kebutuhan pokok tanaman adalah air dan kebutuhan tersebut dari ketersediaan air. Ketersediaan air sebagai kualitas lahan yang dipengaruhi oleh berbagai karakteristik lahan seperti tekstur, kedalaman efektif tanah, distribusi ukuran pori dan curah hujan. Kualitas lahan merupakan komponen fungsional berupa sekelompok unsur unsur lahan yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuain lahan. Dimana kualitas lahan tersebut dapat ditetapkan secara langsung dengan menggunakan keterangan-keterangan yang tersedia seperti massa tanah, riwayat atau sejarah pengelolaan, penggunaan lahan pada saat penelitian dan data lain tentang iklim. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kualitas lahan adalah kumpulan dan interaksi dari berbagai karakteristik lahan.

Hubungan Karakteristik Lahan dengan Tanaman Padi Karakteristik lahan yang diperlukan dalam penilaian tanaman padi meliputi ; ketersediaan air (wa) yaitu adanya curah hujan, media perakaran (rc), Retensi hara(nr), Toksisitas (xc), Bahaya banjir (fh), penyiapan lahan (lp). Kriteria kesesuaian lahan bersifat semi kuantitatif dengan menggunakan nilai batas terhadap sifat fisik tanah/lahannya. Penilaian terhadap sifat fisika tanah lebih ditekankan dibandingkan sifat kimianya, karena sifat kimia tanah lebih memungkinkan untuk diperbaiki (Sutarta, Purba dan Darmosarkoro, 2003). Tabel 2 menunjukkan karakteristik lahan untuk tanaman padi sawah pada masing-masing tingkat pembatas. Kriteria ini mengacu kepada tingkat faktor pembatas, bukan kelas kesesuaian lahan, sehingga bila akan dilihat kelas kesesuaian lahannya, maka tingkat faktor pembatas ini harus dianalisis melalui penerapan langsung maupun melalui analisis kuantitatif lahan.

Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa) Persyaratanpenggunaan/ karakteristik lahan Temperatur(tc) Temperatur rerata ( C) Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 N 24 29 22-24 29-32 Ketersediaan air (wa) 575-1800 1800-2450 405-575 Media perakaran (rc) Drainase terhambat, agak terhambat agak cepat, sedang, baik Tekstur halus, agak halus, sedang halus, agak halus, sedang 18-22 32 35 2450-2850 300-405 sangat terhambat agak kasar Bahan kasar (%) < 3 3-15 15 35 > 35 Kedalaman tanah (cm) > 50 40-50 25-40 < 25 Gambut: < 18 > 35 >2850 < 300 Ketebalan (cm) < 60 60-140 140-200 > 200 Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan Cepat Kasar < 140 140-200 200-400 > 400 Kematangan saprik+ saprik, hemik+ hemik, fibrik+ Fibrik Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) > 16 16 Kejenuhan basa (%) > 50 35-50 < 35 ph H2O 5,5 8,2 5,0-5,5 8,2-8,5 < 5,0 > 8,5 C-organik (%) > 1,5 0,8-1,5 < 0,8 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) < 2 2-4 4-6 > 6 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) < 20 20-30 30-40 > 40 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75-100 40-75 < 40 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) < 3 3-8 >8-25 > 25 Bahaya erosi sangat rendah rendah - sedang berat sangat berat Bahaya banjir (fh) Genangan F0-F12 F21, F22 F13, F23, F41, F42 F14, F24, F34, F43 > F14 > F43 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) < 5 5-15 15-40 > 40 Singkapan batuan (%) < 5 5-15 15-25 > 25

Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman padi Penilaian kesesuaian lahan dilakukan baik secara aktual maupun potensial. Penilaian secara aktual ditujukan terhadap karakteristik lahan pada keadaan sebelum diperbaiki, sedangkan penilaian secara potensial ditujukan terhadap karakteristik lahan setelah perbaikan, baik perbaikan secara umum (mayor) maupun khusus (minor). Perbaikan karakteristik lahan yang bersifat umum salah satunya adalah pembuatan parit drainase pada lahan rawa, sedangkan perbaikan yang bersifat khusus dan sementara salah satunya adalah perbaikan hara tanah melalui tindakan pemupukan (Sutarta et al, 2003). Setiap kelas kesesuaian lahan dapat secara langsung dikaitkan dengan produksi tanaman padi yang dapat dicapai. Produksi padi dalam 1 tahun di Kota Langsa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Produksi Tanaman Padi di Kota Langsa Tahun 2010 Keterangan Jumlah (1) (2) 1 Luas Lahan (Ha) 2.414,5 - Lahan Irigasi 1.923 - Non Irigasi (Sawah) 491,5 2 Luas Tanam (Ha) 2.414,5 3 Luas Panen (Ha) 2.414,5 4 Produksi (Ton) 10.733

5 Produktivitas (Ton/Ha) 4.45 Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Langsa Letak Administratif dan Geografis Secara geografis Kota Langsa terletak antara 04 0-24 35, 68-04 0 33 47,03 Lintang Utara dan 97 0 53 14,59-98 0 04 42,16 Bujur Timur. Batasbatas wilayah Kota Langsa, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur (Badan Pusat Statistik, 2009, Kota Langsa dalam angka). Kota Langsa berasal dari pemekaran Kabupaten Aceh Timur. Pada awal pembentukannya, Kota Langsa hanya terdiri dari 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Langsa Barat dan Langsa Timur. Mulai terjadi pemekaran wilayah administrative di tahun 2002 menjadi 3 (tiga) kecamatan, Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa Barat, dan Kecamatan Langsa Kota, yang terdiri dari 3 kelurahan dan 48 desa (Badan Pusat Statistik, 2009, Kota Langsa dalam angka). Pada tahun 2007 berdasarkan Keputusan Walikota Langsa No. 5 terjadi pemekaran menjadi 5 (lima) kecamatan antara lain, kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa Lama, Kecamatan Langsa Baro, dan Kecamatan Langsa Kota, dengan 51 desa. Dua kecamtan yang baru tersebut merupakan pemekaran dari kecamatan Langsa Timur dan Langsa Barat (Badan Pusat Statistik, 2009, Kota Langsa dalam angka). Jumlah penduduk di Kota Langsa berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010 sebanyak 148.945 jiwa, terdiri atas 73.996 jiwa laki-laki, dan 74.949 jiwa

perempuan. Distribusi penduduk Kota Langsa di masing-masing kecamatan paling besar di Kecamatan Langsa Baro, 28.07 persen dari Penduduk Kota Langsa berdomisili di kecamatan ini yaitu 41.804 jiwa. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Langsa timur, hanya sebesar 9.28 persen dari total penduduk Kota Langsa atau sebanyak 13.818 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2009, Kota Langsa dalam angka). Fisiografi, Geologi dan Topografi Kota Langsa juga mempunyai dataran rendah dan bergelombang serta sungai-sungai, dengan curah hujan rata-rata tiap tahunnya dengan kisaran 1.850 4.013 mm, dimana suhu udara berkisar antara 28 0 C- 32 0 C serta berada pada ketinggian antara 0-29 m di atas permukaan laut, kelembaban nisbi Kota Langsa rata-rata 75% (Badan Pusat Statistik, 2009, Kota Langsa dalam angka). Secara topografi Kota Langsa terletak pada dataran aluviasi pantai dengan elevasi berkisar sekitar 8 m dari permukaan laut di bagian barat daya dan selatan dibatasi oleh pegunungan lipatan bergelombang sedang, dengan elevasi sekitar 75 m, sedangkan di bagian timur merupakan endapan rawa-rawa dengan penyebaran cukup luas (Badan Pusat Statistik, 2009, Kota Langsa dalam angka).