KAJIAN METEOROLOGI DALAM KEJADIAN BANJIR BIMA TANGGAL 21 DAN 23 DESEMBER 2016

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN METEOROLOGI KEJADIAN BANJIR BANDANG SAMBELIA TANGGAL 9 DAN 11 FEBRUARI 2017

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA

ANALISIS EKSTRIM DI KECAMATAN ASAKOTA ( TANGGAL 4 dan 5 DESEMBER 2016 )

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk

ANALISIS KEJADIAN KABUPATEN SEKADAU, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 19 FEBRUARI 2017

ANALISIS ANGIN KENCANG DI KOTA BIMA TANGGAL 08 NOVEMBER 2016

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA

ANALISIS CUACA EKSTREM LOMBOK NTB HUJAN LEBAT (CH mm) DI LOMBOK TENGAH 15 SEPTEMBER 2016

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA DAN KOTA BIMA TANGGAL DESEMBER 2016

ANALISIS CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN SAPE ( TANGGAL 02 JANUARI 2017 )

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM TERKAIT HUJAN LEBAT, BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI KOTA BALIKPAPAN DAN PENAJAM PASIR UTARA (PPU) TANGGAL 17 MARET 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISA CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KEC. SUMBAWA DAN LABUHAN BADAS WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA (29 JANUARI 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 15 FEBRUARI 2017

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI KAB. KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 11 NOVEMBER 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR TANGGAL 7 MARET 2018 DI LEMBANG TUMBANG DATU SANGALLA UTARA KABUPATEN TANA TORAJA

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI STASIUN METEOROLOGI BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

ANALISIS KEJADIAN HUJAN ES DI DUSUN SORIUTU KECAMATAN MANGGALEWA KABUPATEN DOMPU ( TANGGAL 14 NOVEMBER 2016 )

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTREM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TANGGAL NOVEMBER 2017

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH RASAU JAYA, KAB. KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 10 SEPTEMBER 2017

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI LOMBOK TIMUR TANGGAL 17 JANUARI 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI SAMBELIA LOMBOK TIMUR TANGGAL 08 FEBRUARI 2017

ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DAN HUJAN LEBAT DI KAB. MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT TANGGAL 09 AGUSTUS 2017

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA

ANALISIS KONDISI CUACA DI WILAYAH GALELA, HALMAHERA UTARA TANGGAL 11 FEBRUARI 2018

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

ANALISIS CUACA EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA ( TANGGAL 13 FEBRUARI 2017 )

STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI KOTA BALIKPAPAN TANGGAL 29 NOVEMBER

STASIUN METEOROLOGI NABIRE

STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPANDAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS CUACA EKSTRIM TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI PULAU BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA - BELITUNG TANGGAL 11 MARET 2018

ANALISIS CUACA TERKAIT BANJIR DI KECAMATAN ALOK WILAYAH KABUPATEN SIKKA, NTT (16 DESEMBER 2016)

ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI TANGGAL 14 FEBRUARI 2017

ANALISIS CURAH HUJAN DASARIAN III MEI 2017 DI PROVINSI NTB

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

ANALISIS KONDISI CUACA EKSTRIM ANGIN PUTING BELIUNG DI PEMALANG TANGGAL 01 JUNI Stasiun Meteorologi Nabire

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh

ANALISA PERGERAKAN SIKLON TROPIS STAN DAN SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI SUMBAWA BESAR

ANALISIS HUJAN LEBAT DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (21 APRIL 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT TANGGAL 02 NOVEMBER 2017 DI MEDAN DAN SEKITARNYA

KAJIAN IKLIM PADA BENCANA BANJIR BANDANG SAMBELIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR, 20 JANUARI 2014

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS CUACA TERKAIT BANJIR DI KELURAHAN WOLOMARANG, KECAMATAN ALOK, WILAYAH KABUPATEN SIKKA, NTT (7 JANUARI 2017)

ANALISIS CUACA KEJADIAN KELEMBABAN SANGAT RENDAH TANGGAL 31 JANUARI 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS TERKAIT HUJAN SANGAT LEBAT (128,1 mm) di BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH ACEH PIDIE PROPINSI ACEH, TANGGAL 01 JANUARI

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

ANALISIS BANJIR DI KABUPATEN SEKADAU TANGGAL 21 JANUARI 2017

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN (Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016) Abstrak

ANALISIS CUACA TERKAIT BANJIR DI KECAMATAN ALOK WILAYAH KABUPATEN SIKKA, NTT (15 FEBRUARI 2018)

ANALISIS HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (7 FEBRUARY 2017)

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM TANGGAL 9-14 DESEMBER 2016

LAPORAN ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN BIMA, DOMPU DAN KOTA BIMA, JANUARI 2015

ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SEDANG - SANGAT LEBAT YANG MENGAKIBATKAN BANJIR DI KAB. KETAPANG DAN KAB. SINTANG KALIMANTAN BARAT TANGGAL 29 AGUSTUS 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI SERAM BAGIAN BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH KAB. BLANGKEJEREN DAN ACEH BESAR, PROPINSI ACEH,

ANALISIS KEJADIAN BANJIR TANGGAL 10 SEPTEMBER 2017 DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, PROVINSI SUMATERA UTARA

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MATARAM DAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TANGGAL JUNI 2017

ANALISIS KEJADIAN HUJAN DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH KOTA PONTIANAK DAN SEKITARNYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 04 DESEMBER 2017

ANALISIS KEJADIAN BANJIR DAN LONGSOR

STASIUN METEOROLOGI KLAS I SERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA SASIUN METEOROLOGI MOPAH MERAUKE

ANALISIS KEJADIAN BANJIR BANDANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA S STASIUN METEOROLOGI MARITIM KENDARI

ANALISIS CUACA EKSTREM DI KOTA JAMBI DAN KAB MUARA JAMBI TANGGAL 24 FEBRUARI 2016

Transkripsi:

KAJIAN METEOROLOGI DALAM KEJADIAN BANJIR BIMA TANGGAL 21 DAN 23 DESEMBER 2016 1 Kadek Setiya Wati, 2 Ari Wibianto, 3 Fauzia Rizki Suhendro, 4 Maria Carine P.A.D.V, 5 Putu Agus Dedy P., 6 Yudhith Adyatma 1,2,3,4,5,6 Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas II Bandara Internasional Lombok Email: kadek.setiya@gmail.com ABSTRAK Fenomena hujan lebat bukan merupakan hal baru di wilayah Indonesia yang memiliki iklim tropis. Kondisi curah hujan dengan intensitas tinggi, durasi yang cukup lama serta pendistribusian hujan yang tidak merata dapat menyebabkan banjir dan longsor di suatu tempat. Berdasarkan informasi media online liputan6.com, banjir yang terjadi sejak Rabu dinihari pada tanggal 21 Desember 2016, menyebabkan ribuan rumah di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat terendam banjir bandang. Melihat dampak yang terjadi, maka perlu dilakukan kajian kondisi meteorologi dengan pendekatan dalam skala global, regional, dan lokal menggunakan data-data reanalisis seperti data suhu muka laut, data kelembapan udara, data pola pergerakan angin, dan data medan tekanan. Selain data diatas dilakukan pula analisis cuaca menggunakan citra inderaja seperti satelit cuaca serta memanfaatkan data model numerikal untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Berdasarkan hasil analisis dalam ketiga skala tersebut diperoleh hasil bahwa hujan lebat yang mengguyur wilayah Kota Bima merupakan akibat hangatnya suhu muka laut yang mendukung terjadinya penguapan sehingga uap air tersedia dalam jumlah cukup. Gangguan cuaca berupa siklon tropis YVETTE mengakibatkan terjadinya belokan dan perlambatan angin di atas wilayah Pulau Sumbawa bagian timur sehingga terjadi pertumbuhan aktif awanawan konvektif yang mengakibatkan hujan terus menerus. Kata Kunci: banjir bima, cuaca ekstrem, hujan lebat, awan konvektif I. PENDAHULUAN Dalam PERKA KBMKG No.009 Tahun 2010 menjelaskan bahwa cuaca ekstrem adalah kondisi cuaca yang tidak lazim sehingga menimbulkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Hujan dengan intensitas lebat merupakan salah satu jenis dari cuaca ekstrem. Fenomena hujan lebat bukan merupakan hal baru di wilayah Indonesia yang memiliki iklim tropis. Kondisi curah hujan dengan intensitas tinggi, durasi yang

cukup lama serta pendistribusian hujan yang tidak merata dapat menyebabkan banjir dan longsor di suatu tempat. Berdasarkan informasi media online liputan6.com, banjir yang terjadi sejak Rabu dinihari pada tanggal 21 Desember 2016, menyebabkan ribuan rumah di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat terendam banjir bandang. Sebagian besar masyarakat dievakuasi ke sejumlah tempat seperti Masjid Baitul Hamid dan Masjid Agung Kota Bima. Akibat lain dari banjir yakni listrik di wilayah Bima sempat padam serta komunikasi yang sempat terputus. Bandar Udara Salahudin Bima juga sempat tidak bisa digunakan karena terendam banjir sehingga lima jadwal penerbangan dibatalkan. Data curah hujan tanggal 20-23 Desember 2016 dari pos pengamatan Asakota mencatat curah hujan terukur adalah 98 mm; 104mm; 2 mm; 3 mm; di pos hujan Kolo curah hujan tercatat adalah 116 mm; 105mm; 40 mm; 208 mm; di pos hujan Raba curah hujan tercatat 23 mm; 101 mm; 29 mm; 129 mm; di pos hujan Rasanae Timur curah hujan tercatat 0 mm; 124 mm; 13 mm; 107.5mm. Kembali menurut PERKA KMBKG No. 009 Tahun 2010, curah hujan lebih dari 20 mm/jam atau 50 mm/ hari merupakan hujan dengan intensitas lebat dan masuk dalam kategori cuaca ekstrem. Banjir bandang Bima merupakan salah satu kejadian luar biasa dimana sangat diperlukan adanya analisis cuaca lebih lanjut. Dalam melakukan analisis cuaca, lazimnya prakirawan menggunakan data-data reanalisis dari peta synoptik seperti data suhu muka laut, data kelembapan udara, data pola pergerakan angin, dan data medan tekanan. Selain data diatas dapat juga dilakukan analisis cuaca menggunakan citra inderaja seperti satelit cuaca serta memanfaatkan data model numerikal untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya hujan lebat yang menyebabkan banjir bandang di wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat. II. DATA DAN METODE Dalam penelitian ini mencakup lokasi penelitian, data penelitian, dan metodelogi, dimana pada metodelogi mencakup pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis hasil pengolahan data. 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil studi kasus pada saat kejadian hujan lebat di Kota Bima tanggal 20, 21, dan 23 Desember 2016 yang mengakibatkan terjadinya banjir dengan koordinat wilayah penelitian pada peta adalah antara 118 44' 119 22' BT dan

8 8' 8 57' LS. Kota Bima berbatasan langsung dengan Kecamatan Ambalawi disebelah utara, Kecamatan Palibelo disebelah Selatan, Teluk Bima disebelah Barat, dan Kecamatan Wawo disebelah Timur 2.2 Data Penelitian 1. Data analisis SST dan anomali dan Madden Julian Oscillation (MJO) 2. Data analisis medan tekanan, analisis medan angin, dan analisis kelembaban udara. 3. Data satelit himawari-8 tanggal 21-23 Desember 2016. 2.3 Langkah Kerja Melakukan analisis kondisi global dengan menggunakan data suhu muka laut dan anomali serta MJO. Setelah melakukan analisis kondisi skala global kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis skala regional antara lain dengan menggunakan data analisis medan tekanan, analisis medan angin, dan kelembaban udara. Untuk mengetahui kondisi lokal digunakan citra satelit dan time series suhu puncak awan pada saat kejadian dari satelit Himawari-8. Dari analisis tersebut kemudian disimpulkan faktor-faktor apa saja dan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya hujan ekstrem di kota Bima pada pada tanggal 20, 21, dan 23 Desember 2016. III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 SKALA GLOBAL 1. Suhu Muka Laut dan Anomali Berdasarkan gambar analisis kondisi Suhu Muka Laut (SML) pada gambar 3.1, wilayah perairan Samudera Pasifik Ekuatorial Barat (sekitar wilayah Indonesia) memiliki nilai suhu muka laut yang relatif hangat pada tanggal 20, 21, dan 23 Desember 2016 yaitu umumnya berkisar antara 28 32 ⁰C dengan kondisi suhu muka laut tertinggi terjadi di sekitar wilayah perairan Indonesia bagian timur (termasuk di sekitar perairan Sumbawa). Nilai anomali suhu muka laut di wilayah perairan Samudera Pasifik Ekuatorial Barat (sekitar wilayah Indonesia) adalah sebesar 0.75 1.75 ⁰C terhadap normalnya. Suhu muka laut yang hangat mengindikasikan bahwa pasokan uap air untuk proses pembentukan awan awan konvektif cukup tersedia. Kondisi suhu muka laut yang demikian sangat mendukung pembentukan awan-awan konvektif yang berpotensi menyebabkan terjadinya hujan lebat disertai petir dan angin kencang.

Gambar 3.1 Suhu Muka Laut dan Anomali Suhu Muka laut pada tanggal 20, 21, dan 23 Desember 2016 (Sumber: NOAA, 2017) 2. Madden Julian Oscillation (MJO) Gambar 3.2 Diagram Fase Pergerakan MJO tanggal 26 November 2016 hingga tanggal 4 Januari 2017 (BOM, 2017)

Terdapat 8 fase pergerakan MJO dimana MJO terpantau aktif di wilayah Indonesia jika berada pada fase 4 dan 5 (maritime continet). Garis merah menandakan pergerakan untuk bulan November, garis hijau menandakan pergerakan untuk bulan Desember dan garis biru menandakan pergerakan untuk bulan Januari. Pada bulan Desember 2016 posisi MJO berada di dalam lingkaran yang menunjukkan bahwa kondisi MJO kurang aktif sehingga pertumbuhan awan yang terjadi akibat dari fenomena MJO kurang signifikan atau kurang berkontribusi pada proses pertumbuhan awan di Indonesia. 3.2 SKALA REGIONAL 1. Medan Tekanan Gambar 3.3 Peta Analisis MSLP tanggal 20 23 Desember 2016 pukul 00.00 UTC (Sumber: BOM, 2017) Peta analisis MSLP (Mean Sea Level Pressure) pukul 00.00 UTC tanggal 20 sampai dengan 23 Desember 2016 ditunjukkan dalam gambar 3.3. Wilayah Indonesia umumnya berada dalam rentang nilai tekanan udara antara 1004 hpa sampai dengan 1010 hpa. Pusat tekanan rendah lebih banyak terbentuk di wilayah selatan khatulistiwa atau di bagian Belahan Bumi Selatan (BBS).

Pada tanggal 20 Desember 2016 terlihat adanya daerah pusat tekanan rendah di wilayah Perairan Selatan Pulau Bali (996 hpa) dan di sebelah Utara Australia (998 hpa). Keesokan harinya tanggal 21 Desember 2016, kedua pusat tekanan rendah tersebut menguat menjadi 994 hpa dan 997 hpa dengan posisi pusat tekanan rendah di utara Australia bergeser lebih ke selatan. Kedua pusat tekanan rendah ini kemudian membentuk palung tekanan rendah di wilayah Samudera Hindia sebelah Selatan kepulauan Nusa Tenggara Timur. Pada tanggal 22 Desember 2016 terbentuk dua gangguan cuaca yaitu yang pertama Siklon tropis YVETTE (990 hpa) terbentuk di wilayah perairan Selatan Pulau Bali dan badai tropis NOCK-TEN (1000 hpa) yang terbentuk di wilayah Samudera Pasifik Utara Papua. Siklon tropis YVETTE inilah yang berpengaruh terhadap kondisi cuaca di wilayah Pulau Sumbawa khususnya bagian Timur. Tanggal 23 Desember 2016 pukul 00.00 UTC terpantau masih terdapat badai tropis NOCK-TEN di perairan sebelah Timur Filipina, namun untuk siklon tropis YVETTE terpantau sudah punah dan berubah menjadi pusat tekanan rendah dengan tekanan udara di pusatnya mencapai 990 hpa. 2. Medan Angin Data yang digunakan yaitu data FNL yang diunduh dari rda.ucar.edu yang memiliki format grib2 dengan resolusi 1 derajat x 1 derajat. Pada tanggal 19 Desember 2016 sudah terdapat dua buah putaran siklonik di sebelah selatan Indonesia dimana gejala bertahan hingga tanggal 21 Desember 2016. Kecepatan di sekitaran wilayah Bima masih berkisar antara 10 20 knot, dimana dominan angin bertiup dari arah Barat Laut. Pada tanggal 20 dan 21 Desember 2016 terlihat bahwa putaran siklonik di selatan Indonesia semakin kuat, yang ditandai dengan peningkatan kecepatan angin di sekitar putaran siklonik ini dan dapat mencapai lebih dari 50 knot. Untuk sekitar wilayah bima sendiri terjadi peningkatan kecepatan angin di sekitar perairan utara Bima, dimana kecepatan anginnya dapat mencapai 40 knot.

Gambar 3.4 Peta angin 850 mb tanggal 19 21 Desember 2016 jam 00 dan 12 UTC (dalam knot) Terjadi pula daerah belokan dan perlambatan angin di wilayah Bima, dimana perlambatan ini memaksa udara untuk bergerak ke atas sehingga dapat menyebabkan terjadinya proses kondensasi dan memicu terjadinya awan-awan konvektif yang menyebabkan hujan lebat di daerah yang dilaluinya. Untuk tanggal 22 dan 23 Desember 2016 terlihat bahwa posisi pusaran siklonik yang terdapat di Benua Australia mulai bergerak ke selatan menjauhi wilayah

Indonesia. Untuk kecepatan angin dari pusaran siklonik yang berada di Samudra Hindia mulai berkurang. Untuk di wilayah Bima kecepatan anginnya mengalami penurunan hingga pada tanggal 23 Desember 2016 memiliki kecepatan angin berkisar antara 10 30 knot. Daerah perlambatan angin sudah berkurang di wilayah Bima. Gambar 3.5 Peta angin 850 mb tanggal 22 23 Desember 2016 jam 00 dan 12 UTC (dalam knot) 3. Kelembaban Udara Dari gambar 3.6 terlihat bahwa pada tanggal 19 24 Desember 2016 untuk nilai kelembaban relatif terdapat nilai kelembaban relatif yang besar di wilayah perairan utara Bima (berkisar antara 70 90 %). Dimana kelembaban ini masuk ke wilayah Bima akibat gerakan angin yang berhembus dari arah Barat Laut. Kelembaban relatif terkait dengan jumlah uap air yang ada di atmosfer. Uap air yang banyak masuk ke wilayah Bima yang kemudian berubah menjadi awan hujan konvektif yang memicu terjadinya hujan lebat di wilayah tersebut.

Gambar 3.6 Peta kelembaban relatif 850 mb tanggal 19 24 Desember 2016 jam 00 UTC (dalam persen)

3.3 SKALA LOKAL 1. Citra Satelit dan Suhu Puncak Awan Gambar 3.7 Suhu puncak awan tanggal 20-23 Desember 2016 di pos hujan Asakota 1 (kiri) dan Asakota 2 (kanan) Awan konvektif umumnya memiliki bentuk dan tinggi puncak awan yang berubah lebih cepat dibandingkan dengan awan stratiform karena masa hidupnya yang pendek. Selain itu, awan konvektif jenis Cumulonimbus juga dapat diindikasikan

berdasarkan suhu puncak awannya yang dapat mencapai kurang dari -40 C. Lingkaran berwarna merah dan hijau pada gambar 3.7 di atas menyatakan indikasi adanya liputan awan Cumulonimbus. Adanya kenaikan dan penurunan grafik suhu puncak awan yang tajam dapat mengindikasikan adanya pertumbuhan dan peluruhan awan jenis ini, dimana pada waktu peluruhannya berkaitan dengan kondisi hujan lebat. Meninjau grafik suhu puncak awan di atas, dapat diketahui bahwa hujan intensitas sedang hingga lebat terjadi pada tanggal 21 Desember 2016 dinihari hingga malam hari. Menjelang tengah malam tanggal 21 Desember 2016 hujan kembali turun selanjutnya berhenti hingga pagi hari tanggal 22 Desember 2016. Menjelang siang hari tanggal 22 Desember 2016, kembali terjadi hujan hingga malam hari. Pada tanggal 23 Desember 2016, hujan kembali turun hampir sepanjang hari, mirip dengan kejadian tanggal 21 Desember 2016. Gambar 3.8 Citra satelit wilayah NTB tanggal 21 dan 23 Desember 2016 Citra satelit menunjukkan dengan lebih jelas adanya liputan awan yang tebal di atas wilayah Bima tanggal 21 dan 23 Desember 2016. Selama tanggal 21 dan 23 Desember 2016 tersebut, hampir sepanjang hari wilayah Bima tertutup oleh gugusan awan tebal yang tampak tumbuh dan meluruh secara berkesinambungan. Melihat kondisi tersebut tidak heran jika wilayah Kota Bima hingga terendam banjir akibat hujan yang terjadi terus menerus.

IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis skala global, regional dan lokal yang telah dilakukan di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa dinjau dari skala global, kondisi suhu muka laut yang cenderung hangat di wilayah perairan Indonesia khususnya di sekitar perairan Sumbawa sangat mendukung penguapan yang mengindikasikan bahwa pasokan uap air dalam proses pembentukan awan awan konvektif tersedia. Adanya gangguan cuaca berupa siklon tropis YVETTE di Samudera Hindia sebelah Selatan Bali mengakibatkan terjadinya belokan sekaligus perlambatan angin di atas wilayah Pulau Sumbawa bagian timur. Kondisi tersebut mengakibatkan massa udara dipaksa untuk bergerak ke atas sehingga dapat menyebabkan terjadinya proses kondensasi dan memicu tumbuhnya awan-awan konvektif yang menyebabkan hujan lebat di daerah yang dilaluinya. Hujan lebat yang berlangsung dalam jangka waktu lama itulah yang mengakibatkan kenaikan volume air di sekitar Kota Bima hingga akhirnya menggenangi beberapa luas daratan Kota Bima. V. DAFTAR PUSTAKA BMKG, 2016, Citra Satelit Himawari-8 Area NTB, diakses tanggal 24 Desember 2016 [daring] (http://satelit.bmkg.go.id/image/hima/h08_eh_ntb_0*00.png). BMKG, 2017, Koordinat Pos hujan Kerjasama Kota Bima, diakses tanggal 9 Januari 2017 [daring] (http://dataonline.bmkg.go.id/mcstation_metadata). BMKG, 2017, Prosedur Identifikasi Awan dengan Citra Satelit MTSAT, diakses tanggal 7 Januari 2017,[daring] (http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/other/pdf/7.%20prosedur%20identifikasi%20aw an.pdf). BOM, 2016, Asia MSL Pressure Analysis, diakses tanggal 7 Januari 2017 [daring] (http://reg.bom.gov.au/australia/charts/darwin_mslp_00z.shtml). BOM, 2017, Maden Julian Oscillation Phase Diagram, diakses tanggal 7 Januari 2017 [daring] (http://www.bom.gov.au/climate/mjo/). Liputan6, 2017, Berita Banjir Bima, diakses tanggal 8 Januari 2017 [daring] (http://www.liputan6.com/). NCAR, 2017, Data FNL tanggal 19-24 Desember 2016, diakses tanggal 7 Januari 2016 [daring] (http://rda.ucar.edu/datasets/ds083.2/). NOAA, 2017, Sea Surface Temperature and Anomaly, diakses tanggal 7 Januari 2017 [daring] (https://www.esrl.noaa.gov/psd/map/clim/sst.shtml).

Sagita, N. dan Prasetya, R., 2013, Analisis Citra Satelit MTSAT dan TRMM Menggunakan Software ER MAPPER, SATAID, dan PANOPLY Saat Kejadian Curah Hujan Ekstrem di Wilayah Manado, 16 Februari 2013, Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol.9 No.2 Juni 2013. MENGETAHUI KASI OBSERVASI DAN INFORMASI STAMET BIL DEVI ARDIANSYAH, S.P. NIP. 197804071999031001