V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK. A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

VII. VOLUME DAN SORTIMEN. A. Penaksiran Volume Kayu Gergajian

! "# # $ # % & % # '(()

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

PENGGERGAJIAN KAYU. Oleh : Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si NIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA

SNI MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN SNI UDC STANDAR NASIONAL INDONESIA

III RANCANGAN DAN PROFIL GIG! GERGAJI A. Tipe Gigi

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

BAB III METODE PENELITIAN

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001

BAB 10 PERLAKUAN PARIPURNA, TEGANGAN PENGERINGAN DAN CASE HARDENING

ANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

KAYU LAPIS DAN PAPAN BLOK PENGGUNAAN UMUM

HUBUNGAN ANTARA INDUSTRI PENGOLAHAN DENGAN KAITANNYA DENGAN SUATU PROSES PENGGERGAJIAN KAYU ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

Kayu lapis Istilah dan definisi

Mutu dan Ukuran kayu bangunan

POLA PEMBELAHAN JATI RAKYAT DAN SIFAT FISIK SERTA MEKANIK KAYU GERGAJIANNYA

PENGARUH METODE PENGERINGAN DAN TEBAL KAYU TERHADAP KECEPATAN DAN CACAT PENGERINGAN KAYU TUSAM.

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

GERGAJI TANGAN PADA KERJA BANGKU

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit

KAYU GERGAJIAN RIMBA

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

Gambar 5.1. Proses perancangan

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P. 14 /VI-BIKPHH/2009 Tanggal : 10 November 2009

POMPA TALI 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN 4. PERALATAN

Bambu lamina penggunaan umum

IV. PENDEKATAN DESAIN

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II METODE PERANCANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

CBR LABORATORIUM (ASTM D )

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

Kayu gergajian jenis jati Cara uji

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

IV. PEMILAHAN DAN OPTIMASI PENGGERGAJIAN, PENGERINGAN DAN PENGERJAAN KAYU UNTUK PEMBUATAN MOLDING

DINDING DINDING BATU BUATAN

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

Transkripsi:

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN Sebelum diuraikan mengenai pola dan tehnik pembelahan kayu bulat, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai urut-urutan proses menggergaji, dan kayu bulat sampai menjadi kayu gergajian yang siap dijual atau dikirim ke konsumen. A. Urut-urutan Proses menggergaji Urut-urutan proses menggergaji diawali dengan skema proses sebagai berikut. Kayu bulat Pengupasan kulit Pemotongan panjang batang Pembelahan pertama Pembelahan ulang Pelurusan pinggir Pemotongan ujung Pemilahan Penumpukan Pengeringan Pengetaman Penggolongan kualita Pembelahan ulang Pemotongan ujung Penggolongan kualita Pengepakan Pengiriman Gambar 8. Skema Urut-urutan Proses Menggergajian Pengupasan kulit. Hal ini penting karena selain kayu gergajian tidak memerlukan kulit, kulit juga sering mengandung pasir, tanah, kerikil kecil dan kotoran

yang lain yang mungkin menempel. Ingat bahwa kayu bulat dari hutan, sebelum dinaikkan ke alat pengangkut, kayu disarad dahulu dari tempat kayu ditebang sampai ke tepi jalan angkutan. Selama penyaradan tersebut, kayu bergesekan dengan tanah yang mungkin mengandung pasir, kerikil dan kotoran lain yang dapat menempel pada kulit kayu. Pasir, tanah, kerikil dan kotoran lain ini dapat mudah menumpulkan mata gergaji. Selain itu, apabila sebetan dan sisa potongan batang dari ujung kayu gergajian kemudian diubah menjadi ceriping kayu, maka ceriping kayu yang mengandung kulit tidak akan laku apabila dijual ke pabrik papan partikel, papan serat atau pabrik pulp dan kertas, karena akan terjadi kesulitan dalam memisahkan kulitnya. Pengupasan kulit dilakukan dengan mesin pengupas kulit yang terpasang pada lintasan kayu bulat menuju gergaji utama yang berupa dek panjang.. Pemotongan panjang batang. Pemotongan ini dilakukan dengan menggunakan gergaji rantai yang dipasang secara stasioner pada lintasan kayu bulat menuju gergaji utama. Pemotongan diusahakan lurus dan bebas cacat besar sepanjang mungkin, atau lurus dengan panjang tertentu menurut ukuran kayu gergajian yang akan dihasilkan. Cacat-cacat pada pangkal kayu bulat juga dihilangkan dengan pemotongan ini. Pembelahan pertama. Pembelahan pertama (break down) dilakukan di gergaji utama (head saw), yaitu gergaji paling besar dan paling awal pada rangkaian proses menggergaji. Untuk kayu bulat dengan diameter besar, pembelahan pertama dimaksudkan untuk mengecilkan ukuran, mengarahkan produk baik dalam hal ukuran maupun kualita dan sekaligus juga mengarahkan rendemen. Dengan demikian gergaji utama ini sangat menentukan hasil akhir dari produk, baik dalam hal kualita maupun kuantita. Oleh karenanya, gergaji utama juga dapat disebut sebagai pusat sistim. Pembelahan ulang. Pembelahan ulang dilakukan pada gergaji ulang (resaw) yang ukurannya lebih kecil dari pada gergaji utama. Pada gergaji ini, kayu dibelah ulang sampai ketebalan akhir. Pelurusan pinggir. Pelurusan pinggir dilakukan pada gergaji pelurus pinggir (edger), untuk kayu-kayu gergajian yang belum lurus pinggirnya. Selain meluruskan pinggir, gergaji ini juga berfungsi pula untuk membuang cacat pinggir sehingga dapat menaikkan kualita kayu gergajian. Gergaji pelurus pinggir juga dapat disebut sebagai pusat sistim yang kedua sesudah gergaji utama. Pemotongan ujung. Pemotongan ujung pada gergaji pemotong ujung (trimmer) dimaksudkan untuk memotong kayu gergajian dengan panjang tertentu, membuang cacat ujung dan membuat siku sisi ujung.

Pemilahan. Kayu gergajian perlu dipilah atau disortir sebelum ditumpuk untuk dikeringkan. Hal ini akan mempermudah proses-proses berikutnya yaitu penumpukan, pengeringan dan penyimpanannya maupun dalam hal pencatatan (inventore), pengiriman dan/atau penjualannya. Pemilahan dilakukan menurut jenis kayu, ukuran, baik tebal, lebar dan panjang, dan kualita kayu gergajian. Pada industri penggergajian yang besar, pemilahan dilakukan dengan mesin, yang dioperasikan oleh satu orang. Dalam hal ini kayu gergajian yang dihasilkan, terkumpul pada suatu terminal ban berjalan dan dan terminai tersebut keluar banyak lintasan ban berjalan untuk masingmasing jenis kayu dan ukuran maupun kualita kayu gergajian. Penumpukan. Penumpukan kayu gergajian dilakukan di bawah atap untuk dipindah ke lapangan pengeringan atau ke oven. Kayu harus ditumpuk dengan menggunakan tongkat-tongkat antara yang lurus dan tebalnya seragam. Kayu yang ditumpuk tebalnya harus sama. Posisi tongkat antara harus lurus pada arah vertikal. Pengeringan. Kayu gergajian yang dikeringkan di lapangan pengeringan harus diberi penutup atas secukupnya untuk menghindari sinar matahari langsung dan hujan. Penutup atas ini dapat dibuat dari papan afkir yang disambung-sambungkan. Sebelum diberi penutup atas, di atas tumpukan diberi pemberat untuk mencegah pelengkungan kayu gergajian yang dikeringkan karena proses penyusutan yang terjadi selama pengeringan. Penggolongan kualita. Karena proses pengeringan, mungkin akan terjadi cacatcacat pada kayu, misalnya retak, pecah atau melengkung. Apabila ini terjadi pada sebagian kayu gergajian, maka setelah dikeringkan, kayu gergajian dibedakan kualitanya berdasar ada tidaknya cacat-cacat tersebut. Pengetaman, pembelahan ulang dan pemotongan ujung. Apabila industri tersebut memproduksi kayu gergajian yang halus, maka pengetaman dilakukan setelah pengeringan. Pada proses pengetaman, mungkin saja terjadi cacat-cacat baru misalnya retak atau pecah, sehingga perlu dilakukan kembali pembelahan dan pemotongan ujung. B. Pola Pembelahan Dalam membelah kayu bulat terdapat beberapa pola pembelahan, baik pola yang dibuat berdasar garis-garis pembelahan pada penampang kayunya, maupun pola yang berdasar pada garis pembelahan pada arah memanjang kayu. Masing-masing

pola mempunyai keuntunannya sendiri-sendiri. Pola-pola tersebut diuraikan di bawah ini: 1. Pola garis pembelahan pada penampang kayu a. Pola pembelahan searah (live sawing). Pola ini mempunyai keuntungan bahwa akan diperoleh lebar kayu gergajian yang maksimum. b. Pola pembelahan blambangan (cant sawing). Dengan pola ini akan diperoleh kayu gergajian dengan lebar yang seragam, tanpa pelurusan pinggir. c. Pola pembelahan bervariasai atau kombinasi. Pola ini merupakan gabungan dari pola searah dengan pola blambangan. d. Pola pembelahan radial (quarter sawn). Pola ini menghasilkan kayu gergajian dengan penyusulan arah lebar terkecil. Permukaan lebar kayu gergajian yang dihasilkan tidak mcmiii ki gambaran lingkaran tumbuh yang indah, karena lingkaran tumbuh hanya akan kelihatan sebagai garis-garis lurus yang sejajar arah panjang kayu. Pada kayu sonokeling dan jati doreng, gambarannya akan menjadi indah karena akan terlihat pita-pita hitam (sonokeling) atau pita-pita coklat tua atau coklat merah (Jati doreng) sejajar arah panjang kayu. Pembelahan dengan pola ini jarang dilakukan, kecuali ada pesanan dari konsumen atau pemilik kayu. e. Pola pembelahan tarwensial (flatsawn). Dengan pola ini akan dihasilkan kayu dengan permukaan lebar memiliki gambaran lingkaran tumbuh yang indah. Kerugiannya bahwa kayu gergajian memiliki penyusutan arah lebar terbesar. Apabila kayu tidak dikeringkan lebih dahulu dengan baik dan kering benar sebelum pengolahannya menjadi suatu produk, maka produknya nanti dalam pemakaian akan mengalami penyusutan yang besar yang dapat menimbulkan retak, pecah, celah, melengkung ataupun rusaknya garis perekat.

2. Pola Garis Pembelahan Memanjang Kayu c. Pola sejajar kulit (sejajar sisi luar). Pola ini digunakan apabila kulit atau sisi luar lurus dan bebas cacat.

b. Pola seiajar hati (sejajar gans empulur atau pusat batang). Pola inii dilakukan apabila kulit atau sisi luar mengandung cacat dan batang agak meruncing. c. Pola selalu sejajar kulit (selalu sejajar sisi luar). Pola ini khusus untuk kayu yang berongga (growong) di tengah batangnya

C. Pedoman Tehnik Pembelahan Setelah diketahui mengenai berbagai macam pola pembelahan, secara umum diraikan di bawah ini pedoman umum pembelahan kayu bulat. 1. Periksa kayu bulat yang akan digergaji, kelurusannya, cacat-cacat yang ada dan juga bentuk penampangnya. 2. Buat pola pembelahannya. 3. Posisikan kayu bulat pada kereta penghantar dan cermati garis pembelahan atau garis potong pertama agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit sebetan yang dibuat. Penggunaan sinar laser akan sangat membantu pekerjaan ini. 4. Jepit kayu bulat dengan kuat agar tidak terjadi pergeseran selama proses menggergaji. 5. Sebelum mesin gergaji dijalankan, periksa gergaji dengan cermat terhadap retakretak dan kerusakan gigi. Apabila terdapat retak danlatau kerusakan path gigi, ganti gergaji dengan gergaji yang barn dirawat yang bebas dan retak dan!atau kerusakan gigi. Apabila terdapat retak, meskipun kecil sekalipun, dan gergaji dipaksakan untuk membelah kayu, retak tersebut akan bertambah besar dan mungkin dapat menyebabkan putus gergajinya. 6. Buat sebetan setipis mungkin (lihat butir 3 di atas). Umpankan kayu bulat pada kecepatan yang tepat (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, sesuai dengan kekerasan kayunya). 7. Apabila terlihat cacat pada kayu bulat, sesudah dibuat sebetan, berikutnya buat papan tipis satu atau dua papan atau sampai kemudian tidak terlihat cacat lagi. Baru kemudian dapat dibuat belahan yang tebal-tebal sesuai dengan pola pembelahannya. 8. Usahakan untuk tidak memotong garis empulur atau garis pusat batang. Kayu gergajian yang mengandung empulur pada permukaannya atau dekat dengan permukaan, setelah kering, akan pecah memanjang menurut garis empulur. Jadi kumpulkan atau usahakan empulur atau garis pusat batang terletak dalam satu papan yang tipis, sehingga kerugian rendemen menjadi kecil. 9. Apabila pusat batang eksentris, posisikan kayu bulat sedemikian sehingga garis pusat batang akan terletak pada bidang vertikal yaitu bidang yang sejajar dengan garis pembelahan. 10. Ikuti kualita sekeliling batang.

11. Cacat yang mengelompok di tepi batang, kumpulkan cacat tersebut dalam satu potongan kayu gergajian; demikian pula cacat yang mengelompok di tengah batang, kumpulkan cacat tersebut dalam satu potongan kayu gergajian. 12. Apabila cacat terlihat pada permukaan luar salah satu sisi batang dan batang agak meruncing, kayu bulat digergaji sejajar hati sambil membuang cacat. 13. Kayu bulat yang sangat meruncing, korbankan bagian tengahnya yang berkualitas rendah. Kayu semacam ini biasanya berasal dari ujung batang atau batang yang masih muda. 14. Kayu bulat yang melengkung, jangan dibuat kayu gergajian tebal, tetapi dibuat kayu gergajian tipis atau papan tipis dengan arah panjang sesuai dengan melengkungnya batang. Setelah digergaji, papan dapat dipotong panjangnya menjadi dua atau tiga potong untuk pembuatan komponen yang pendek sehingga mempertinggi rendemen. Kayu gergajian dengan arah serat miring, memiliki kekuatan yang rendah. 15. Hati-hati menggergaji kayu bulat yang tumbuh atau berasal dari pekarangan rakyat atau dan tanaman pingir jalan. Kayu-kayu ini sering mengandung paku untuk menarik tali jemuran atau tali spanduk atau untuk memasang tanda gambar selama kampanye pemilu dan sebagainya. Paku ini sering tidak terlihat dari luar, tertutup oleh jaringan kayu yang tumbuh kemudian. Apabila kayu seperti ini digergaji dan kebetulan terdapat paku di dalam kayu, dapat merusakkan beberapa gigi gergaji sekaligus. Gunakan pengamat logam (metal detector) dan keuarkan atau cabut pakunya sebelum digergaji. 16. Apabila menggergaji jati rakyat dengan pola pembelahan searah, setelah beberapa waktu, kayu gergajian akan melengkung arah memanjang, dengan ujung-ujung menjauhi pusat batang. Hal ini terjadi karena adanya tegangan pertumbuhan. Untuk mengurangi pelengkungan ini, kayu bulat dibelah pada sisi yang berlawanan secara bergantian, sama tebalnya. 17. Periksa hasil gergajiannya untuk mengamati keseragaman tebal dan pangkal ke ujung. Apabila terdapat penyimpangan yang banyak, kemungkinan terjadi karena bergesemya kayu bulat selama digergaji atau lintasan kereta yang bergeser. D. Jarak Penggeseran Kayu Bulat Agar hasil akhir kayu gergajian yang diperoleh, yang siap dijual, mempunyai ketebalan yang diinginkan atau memenuhi syarat penjualan, jarak penggeseran kayu

bulat mendekati gergaji harus dihitung dengan cermat. Perhitungan dilakukan sebagai berikut. Setelah dibuat sebetan, apabila kayu bulat digeser mendekati gergaji sejauh 2 cm, maka tebal kayu gergajian yang diperoleh (kayu gergajian kasar, basah) atau 2 cm (lebar giwaran + getaran) 2 cm - lebar serbuk Standard penjualan kayu gergajian adalah kayu gergajian kering, sehingga tebal kayu gergajian kering, kasar (tanpa penyerutan) menjadi 2 cm - lebar serbuk penyusutan Dengan demikian, apabila dikehendaki kayu gergajian kasar, kering, tebal 2 cm, maka jarak penggeseran adalah 2 cm + lebar serbuk + penyusutan Untuk kayu jati, papan tebal maksimum 5 cm, getaran dan penyusutan dirangkum dalam ukuran lebih sebesar 3 mm, sehingga jarak penggeseran kayu bulat untuk memperoleh kayu gergajian kasar, kering, tebal 2 cm adalah 2 cm + lebar giwaran + 3 mm Untuk papun tebal, tebal Iebih dari 5 cm, dikenakan ukuran Iebih 6 mm, sehingga jarak penggeseran kayu bulat untuk memperoleh papan tebal 6 cm, kasar, kenng sebesar 6 cm + lebar giwaran + 6 mm Pada pembuatan blambangan, misalkan akan diproduksi papan dengan lebar seragam 20 cm, maka perlu dibuat blambangan setebal 20 cm, maka jarak penggeseran sebesar 20 cm + lebar serbuk + penyusutan

Apabila penyusutan kayu sampai kering udara ditetapkan sebesar 4%. maka untuk membuat blambangan setebal 20 cm agar kemudian diperoleh lebar papan seragam, kering 20 cm, jarak penggeserannya sebesar 20 cm + lebar serbuk + (0,04 x 20 cm) Atau 20 cm H- lebar serbuk + 8 mm