KEAKTIFAN PERAN KADER DENGAN STATUS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH DESA TAMBAKBOYO PEDAN KLATEN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE NOVEMBER 2010

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

II. TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Ema Anggraeni

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ISNAINI FITRA UTAMI

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RT 3 RW 07 KELURAHAN PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KOMPARASI PHBS WARGA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA TAHUN 2015

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi SebagaiSyarat Mencapai Derajat Skripsi. Disusun oleh : SAMPURNO TRI UTOMO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

Disusun Oleh: Wiwiningsih

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

PENCAPAIAN PROGRAM PHBS DI PUSKESMAS SWAKELOLA DEMPO PALEMBANG TAHUN 2007

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS DI RW 15 KELURAHAN UMBULMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Transkripsi:

KEAKTIFAN PERAN KADER DENGAN STATUS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH DESA TAMBAKBOYO PEDAN KLATEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta Disusun Oleh: WARSINI NPM. 3208074 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012 i

iii

HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan atau kesarjanaan lain di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut sebagai daftar pustaka. Yogyakarta, Juli 2012 Warsini iv

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan Skripsi yang berjudul Keaktifan Peran Kader dengan Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga diwilayah Desa Tambakboyo Pedan Klaten. Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada : 1. dr. I. Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2. Dwi Susanti, S.Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes A. Yani Yogyakarta. 3. Tri Prabowo, S.Kp., MSc, selaku pembimbing I penyusunan skripsi yang telah sabar dalam membantu penulis dengan masukan, petunjuk, arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. 4. Ratna Lestari, S.Kep., Ns, selaku pembimbing II penyusunan skripsi yang telah sabar dalam membantu penulis dengan masukan, petunjuk, arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. 5. Titih Huriah, S.Kep., Ns. M.Kep., Sp. Kom, selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingannya. 6. Semua pihak yang telah memberi bantuan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini berguna bagi semua. Penulis vii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I. BAB II. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian... 6 E. Keaslian Penelitian... 7 TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat... 10 1. Definisi... 10 2. Indikator PHBS... 11 3. Faktor-Faktor PHBS... 16 4. Klasifikasi PHBS... 17 5. Manfaat PHBS... 19 6. PHBS Tatanan RT... 20 B. Kader Kesehatan... 21 1. Definisi... 21 2. Peran fungsi kader... 22 3. Tujuan pembentukan kader... 23 4. Tugas kader kesehatan... 24 5. Keaktifan kader... 25 i ii iii iv v vi x xi viii

6. Syarat kader... 25 7. Pelatihan kader... 26 8. Peran kader dalam mewujudkan RT Ber-PHBS... 26 C. Landasan Teori... 28 D. Kerangka Teori... 29 E. Kerangka Konsep... 30 F. Hipotesa Penelitian... 30 BAB III. METODE PENELITIAN BAB IV BAB V A. Rancangan Penelitian... 31 B. Lokasi dan Waktu... 31 C. Populasi dan Sempel... 31 D. Variabel Penelitian... 32 E. Definisi Operasional... 32 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data... 35 G. Metode Pengolahan dan Analisa Data... 36 H. Validitas dan Reliabilitas... 39 I. Etika Penelitian... 40 J. Pelaksanaan Penelitian... 41 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 44 B. Pembahasan Penelitian... 48 C. Keterbatasan Penelitian... 54 PENUTUP A. Simpulan... 56 B. Saran... 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional... 33 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner... 36 Tabel 3.4 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Kolerasi... 38 Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Responden... 45 Tabel 4.2 Tabel Keaktifan Peran Kader... 46 Tabel 4.3 Tabel Status Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)... 47 Tabel 4.4 Tabel Silang Hubungan Keaktifan Peran Kader dan Status Hidup Bersih dan Sehat... 47 x

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Teori... 29 Gambar 2 Kerangka Konsep... 30 xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permohonan menjadi Responden Lampiran 2 Pernyataan Kesediaan menjadi Responden (Informed Consent) Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Surat Studi Pendahuluan Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Lampiran 6 Hasil Uji Instrumen Penelitian Lampiran 7 Rekapitulasi Karateristik Responden Penelitian Lampiran 8 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Lampiran 9 Rekapitulasi Jawaban Responden Penelitian Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Rekapitulasi Frekuensi Karateristik Responden Hasil Uji Statistik Jadwal Penelitian Kartu Bimbingan Penelitian xii

KEAKTIFAN PERAN KADER DENGAN STATUS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI DESA TAMBAKBOYO PEDAN KLATEN Warsini 1, Tri Prabowo 2, Ratna Lestari 3 INTISARI Latar Belakang: Upaya dalam meningkatkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat dapat dilakukan melalui pemberdayaan peran kader kesehatan. Peran kader sebagai relawan yang berada langsung ditengah masyarakat sangat penting dan peran kader sebagai motivator diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat menuju kearah yang positif Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tangga di Desa Tambakboyo Pedan Klaten Metode: Metode Penelitian ini adalah deskriptif kolerasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini semua kepala keluarga RW07 Desa Tambakboyo yang berjumlah 94 responden dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tertutup dan analisis data dengan uji Chi Square. Hasil: Hasil penelitian mendapatkan nilai p value sebesar 0,04, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti penelitian ini menunjukkan adanya hubungan keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tangga di Desa Tambakboyo Pedan Klaten Simpulan: Ada hubungan keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tangga di Desa Tambakboyo Pedan Klaten Kata Kunci: Kader, perilaku hidup bersih dan sehat, keaktifan. 1 Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta 2 Dosen Politeknik Kesehatan Yogyakarta 3 Dosen STIKES A. Yani Yogyakarta xiii

THE ACTIVENESS OF HEALTH WORKER S ROLE TOWARD HYGIENE AND HEALTHY BEHAVIOR STATUS OF HOUSEHOLD IN TAMBAKBOYO VILLAGE PEDAN KLATEN Warsini 1, Tri Prabowo 2, Ratna Lestari 3 ABSTRACT Background: The efforts in improving awareness of hygiene and healthy behavior in community can be done by health worker s empowerment. health worker s role as volunteer in the community is important to motivate them to change their behavior towards the better behavior. Purpose: This study aimed to determine the correlation between the activeness of health worker s role toward hygiene and healthy behavior status of household in Tambakboyo village Pedan Klaten. Methods: This study used descriptive method with cross sectional design approach. The population of this study were 94 respondents taken by total sampling technique of households in RW 07 village Tambakboyo. The data was collected by closed questionnaire and analyzed by Chi Square test. Results: As the study results p value is 0.04. It means that Ho is rejected while Ha is accepted which indicate significant that there is correlation between the activeness of health worker s role toward hygiene and health behavior status of household in Tambakboyo village Pedan Klaten. Conclusion: There is correlation between the activeness of health worker s role toward hygiene and health behavior status of household in Tambakboyo village Pedan Klaten. Keywords: health worker s, hygiene and healthy behavior, activeness. 1 Nursing Student of STIKES A. Yani Yogyakarta 2 Lecturer of Nursing Science in Politeknik Kesehatan Yogyakarta 3 Lecturer of Nursing Science in STIKES A. Yani Yogyakarta xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena menyangkut hak-hak dasar warga negara yang mutlak untuk dipenuhi. Mengingat pentingnya kesehatan, dunia internasional merumuskannya ke dalam Millennium Development Goals (MDGs). MDGs terdiri atas pencapaian pembangunan bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi. Ketiganya merupakan indikator yang mencerminkan sejauh mana negara mampu memenuhi hak-hak dasar warga negara (DepKes RI, 2011). Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan berperilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (DepKes RI, 2011). Sasaran strategi yang akan dicapai dalam pembangunan kesehatan tahun 2010-2014 sejalan dengan komitmen untuk percepatan pencapaian MDGs, yaitu: meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat; menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular; menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi; meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan; meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis; pengendalian penyakit tidak menular di seluruh provinsi; dan pelaksanaan standar pelayanan minimal (SPM) di seluruh kabupaten/kota (DepKes RI, 2010). Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan 1

2 seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (DepKes RI, 2011). Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan untuk pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang bersifat menyeluruh. Mengacu pada Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang merupakan hasil dari konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa (Canada), tiga strategi pokok yang harus dilaksanakan dalam promosi kesehatan adalah pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. PHBS terbagi dalam lima tatanan yaitu; rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum. Area program kesehatan yang menjadi prioritas dalam PHBS tersebut memiliki lima program utama yaitu kesehatan ibu dan anak (KIA), gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup dan dana sehat atau JPKM (DepKes RI, 2011). Beberapa permasalahan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti diare dapat dicegah bila masyarakatnya dapat menerapkan perilaku sehat dengan cuci tangan pakai sabun, minum air yang dimasak, dan memanfaatkan sarana kesehatan lingkungan dengan baik. Demam Berdarah dapat dicegah dengan melakukan 3M Plus yaitu menguras, menutup, mengubur, plus membasmi sarang nyamuk, menghindari gigitan nyamuk, dan menciptakan lingkungan sehat bebas dari jentik nyamuk. Penyakit lainnya seperti malaria dapat dicegah jika anggota keluarga di daerah endemis menggunakan kelambu saat tidur. Gizi buruk dapat dideteksi dan dicegah sejak dini dengan membawa bayi dan balita ke posyandu setiap bulan. Kematian bayi dapat dicegah bila ibu melahirkan ditolong petugas kesehatan di fasilitas kesehatan. Penyakit jantung dan hipertensi dapat dicegah bila masyarakat menerapkan gaya hidup sehat yaitu dengan berolahraga teratur, tidak merokok, dan makan makanan tinggi serat (DepKes RI, 2010).

3 PHBS diharapkan akan menjadi cikal bakal dari kabupaten atau Kota Sehat, dimana seluruh wilayah administrasi pemerintah di bawah kabupaten atau kota terus menerus berupaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dengan prasarana wilayah yang memadai, kehidupan sosial yang lebih layak serta terwujudnya perilaku yang mendukung menuju kehidupan yang aman, nyaman dan sehat secara mandiri (DepKes RI, 2005). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan secara nasional prosentase penduduk yang merokok setiap hari 28,2%, rumah tangga yang memiliki jamban sehat 55,4%, ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan 6-8 jenis pemeriksaan hanya 56,8% dan balita yang ditimbang selama 6 bulan terakhir sebesar 67,1%. Masyarakat berupaya meningkatkan perilaku sehat keluarga sejak dini, agar pada tahun 2014 PHBS di rumah tangga mencapai 70%. Melalui upaya peningkatan PHBS di rumah tangga secara terus menerus diharapkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan meningkat (DepKes RI, 2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga. Adapun 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga Provinsi Jawa Tengah meliputi: variabel Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan gizi: pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan; memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan; ASI Eksklusif; menimbangan balita; mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Variabel kesehatan lingkungan (kesling): menggunakan air bersih; menggunakan jamban sehat; membuang sampah pada tempatnya; menggunakan lantai rumah kedap air. Variabel gaya hidup: melakukan aktifitas fisik/ berolahraga; tidak merokok; cuci tangan pakai sabun; menggosok gigi; tidak menyalahgunakan miras/narkoba. Variabel upaya

4 kesehatan masyarakat: Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) (Dinkes Jateng, 2010). Berdasarkan data Dinkes Jateng (2009) menyebutkan bahwa hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga di 35 kabupaten/kota mengalami peningkatan 9% dibanding tahun 2008. Hasil pemetaan PHBS tatanan rumah tangga kabupaten/kota tahun 2009, diperoleh lima urutan prioritas masalah berdasarkan 16 indikator PHBS sebagai berikut : Perilaku anggota rumah tangga tidak merokok baru mencapai 33%, sehingga masih ada sebesar 67% rumah tangga yang belum bebas rokok (variabel gaya hidup). Perilaku rumah tangga yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayi mencapai 50%, sehingga masih ada sebesar 50% rumah tangga yang belum memberikan ASI Eksklusif kepada bayi (variabel KIA/Gizi). Rumah tangga yang menjadi anggota JPK mencapai 55%, sehingga masih ada 45% rumah tangga yang belum menjadi anggota JPK (variabel UKM). Perilaku anggota rumah tangga melakukan aktifitas fisik mencapai 65%, sehingga masih ada 35% rumah tangga yang belum melakukan aktifitas fisik secara rutin (variabel gaya hidup) rumah tangga yang menggunakan lantai rumah kedap air mencapai 67%, sehingga masih ada 33% rumah tangga yang menggunakan lantai tidak kedap air (variabel kesling). Upaya dalam meningkatkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat dilakukan melalui kegiatan antara lain: pertemuan fasilitas, pertemuan dalam rangka penyusunan standarisasi PHBS, pemetaan/ survei PHBS, rencana tindak lanjut, pembinaan dan monitoring PHBS, promosi kesehatan baik dengan media cetak maupun media elektronik dengan materi program-program prioritas/ pencegahan dan pemberantasan penyakit yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar masyarakat mempunyai kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, pemberian stimulan sebagai sarana percontohan untuk dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat (Dinkes Klaten, 2010). Program PHBS dalam pelaksanaannya masih perlu dikembangkan. Berbagai kendala ditemukan, salah satunya adalah belum adanya kesamaan pemahaman program PHBS oleh para kader kesehatan. Peran kader sebagai relawan yang

5 berada langsung ditengah masyarakat sangat penting dan peran kader sebagai motivator diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat menuju kearah yang positif, perlu diberikan pegangan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan (Dinkes Klaten, 2010). Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Tugas kader yaitu melaksanakan kunjungan rumah, menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga, memanfaatkan pekarangan untuk peningkatkan gizi keluarga, kader membantu petugas dalam pendataan, penyuluhan dan peragaan keterampilan. Peran kader dan fungsi kader kesehatan menurut Efendi (2009) memberikan batasan tentang kader kesehatan bahwa kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat. Berdasarkan hasil studi pendahuluan PHBS Tatanan Rumah Tangga di wilayah Desa Tambakboyo ada tiga Rt yaitu Rt 01 Dukuh Noyogaten 38 kepala keluarga (KK), Rt 02 Dukuh Jelok 40 KK, Rt 03 Dukuh Kajan 16 KK. Berdasarkan data dari puskesmas tahun 2011 dengan pengambilan sampel 50 kepala keluarga diantaranya 6 KK termasuk strata rumah tangga sehat madya (kuning) dan 44 KK termasuk strata rumah tangga sehat utama (hijau). Hasil pengkajian dan survei PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Tambakboyo menunjukkan nilai terendah dari indikator yaitu: 1) Merokok 24%; 2) Kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) 46%; 3) Aktivitas fisik 50%; 4) Jamban 68%. Berdasarkan laporan perkembangan program PHBS di Puskesmas Pedan masalah kesehatan di Desa Tambakboyo adalah masih banyak anggota keluarga yang merokok, rendahnya kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) dan aktivitas fisik. Berdasarkan fenomena di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian Keaktifan Peran Kader dengan Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Desa Tambakboyo Pedan Klaten.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah Adakah Hubungan antara Keaktifan Peran Kader dengan Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Desa Tambakboyo Pedan Klaten? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk Diketahui Hubungan Keaktifan Peran Kader dengan Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Desa Tambakboyo Pedan Klaten. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui Keaktifan Kader di Desa Tambakboyo RW07. b. Diketahui Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga di Desa Tambakboyo RW07. 1. Manfaat Teoritis D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan Rumah Tangga khususnya keperawatan komunitas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Puskesmas 1) Memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat khususnya dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga dan upaya promotif dalam mencegah penyakit.

7 2) Memberikan gambaran PHBS di Desa Tambakboyo yang merupakan wilayah kerjanya, sebagai dasar pertimbangan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerjanya sekaligus sebagai evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan program pendidikan kesehatan yang telah dilaksanakan. b. Bagi Kader Kesehatan Sebagai sumber informasi bagi kader kesehatan tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan menggalakkan PHBS di lingkungan tempat tinggal. c. Bagi keluarga Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit, pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga. E. Keaslian Penelitian 1. Fadhilah (2011) meneliti tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Wilayah Geblagan Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian korelational dengan pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Teknik analisis yang di pakai adalah Spearman rank. Subjek pada penelitian ini adalah masyarakat. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan rumus solvin kemudian menggunakan simple random sampling untuk mencari jumlah per RT digunakan rumus jumlah Ibu rumah tangga/ total ibu rumah tangga x besar sampel. Jumlah sampel adalah 242 ibu rumah tangga. Hasil Penelitian menunjukan bahwa dari 242 Ibu rumah tangga pengetahuan mengenai PHBS adalah sedang 40,6%, sikap mengenai PHBS adalah sedang 89,9%, dan PHBS adalah sedang 84,1%. Hasil uji korelasi spearman tidak ada hubungan yang significant antara pengetahuan dengan PHBS, dan sikap dengan PHBS.

8 2. Linda (2011) meneliti tentang Hubungan Antara Kinerja Kader dengan Tingkat Kepuasan Pelayanan Posyandu Cempaka Dusun V di Desa Pleret, Panjatan, Kulon progo. Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode survey analitik korelasi jenis pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik saturation sampling (sampling jenuh) yaitu sejumlah 30 ibu balita yang berkunjung di Posyandu. Instrumen penelitian adalah kuesioner dan hasil penelitian dianalisis dengan rumus Spearman Rank. Hasil penelitian kinerja kader Posyandu Cempaka di Desa pleret, Panjatan Kulon Progo, Yogyakarta dalam memberi pelayanan pada masyarakat sebagian besar adalah kurang yaitu sebanyak 12 orang (40%). Tingkat kepuasaan pelayanan di Posyandu Cempaka di Desa Pleret, Panjatan Kulon Progo, Yogyakarta sebagian besar adalah kurang yaitu sebanyak 18 orang (60%). Hasil uji Spearmen Rank di peroleh dengan nilai p sebesar 0,000 < 0,05 berarti ada hubungan antara kinerja kader dengan tingkat kepuasaan pelayanan posyandu. 3. Susanti (2010) yang meneliti tentang Hubungan Perilaku hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan Rumah Tangga Terhadap Kejadian Diare di Dusun Degolan Desa Umbulmartani Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Penelitian tersebut merupakan penelitian non eksperimen dengan metode survey dan observasi menggunakan correlation. Penelitian di laksanakan di Dusun Degolan Desa Umbulmartani Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman yang di lakukan pada bulan Juni 2010. Subyek penelitian adalah keluarga yang tinggal di Dusun Degolan yang memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditentukan, teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik total sampling yaitu sebanyak 160 KK responden, yang masing-masing mewakili satu keluarga. Istrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan menggunakan analisis chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga dengan kejadian diare di Dusun Degolan Desa Umbulmartani Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Beberapa indikator

9 PHBS seperti perilaku penggunaan jamban, mencuci tangan, ketersediaan air bersih, sanitasi makanan dan gizi seimbang, pemberian ASI ekslusif serta pengolaan sampah tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare di dusun tersebut. Penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan penelitan yang akan peneliti lakukan di mana peneliti akan meneliti Keaktifan Peran Kader dengan Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Desa Tambakboyo Pedan Klaten. Kesamaan metode yang digunakan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah judul dari penelitian yang akan dilakukan oleh Fadhilah (2010) sama dengan peneliti yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan rumah tangga serta metode yang digunakan yaitu korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan cara survei dan kuesioner pada masyarakat setempat. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling serta mempunyai dua variabel diantaranya variabel bebas (keaktifan peran kader) dan variabel terikat (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga). Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah tempat, waktu yang berbeda. Peneliti mengambil tempat di Desa Tambakboyo Pedan Klaten dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2012.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Kecamatan Pedan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 19,17 km² yang terdiri dari 14 desa salah satunya adalah Desa Tambakboyo dan batas wilayah sebelah: (1) Utara, kecamatan Juwiring, (2) Selatan, kecamatan Trucuk, (3) Timur, kecamatan Karangdowo, serta (4) Barat, kecamatan Ceper. Penduduk Desa Tambakboyo Tambakboyo sebanyak 3580 jiwa dan luas wilayah 533 ha, terdiri laki-laki 1737 jiwa dan perempuan 1843 jiwa. Desa Tambakboyo Pedan Klaten mempunyai 20 dusun yaitu dusun Tegalrejo, Jobodan, Ngempak, Ngemplak, Combongan, Temengbayan, Mranggen, Karang Dosan, Noyogaten, Jelok, Kajan, Soyudan, Kergan, Senobayan, Sosutan, Priyan, Santan, Tonayan, Gumulan, Banaran. Desa Tambakboyo mempunyai beberapa tempat pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas Pedan, Bidan Praktik Swasta, dan 5 posyandu aktif. Kader di Desa Tambakboyo berjumlah 25 orang, kader di desa tersebut aktif dan setiap bulan diadakan pertemuan kader dengan bidan desa. Bidan desa memberikan penyuluhan kepada kader tentang kesehatan terutama perilaku hidup bersih dan sehat. Kader di Desa Tambakboyo mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga dan kader melakukan kunjungan ke rumah warga untuk mengobservasi PHBS tatanan rumah tangga. Jenis kegiatan promosi yang dilakukan kader di desa tersebut dalam bentuk penyuluhan, dan penyebaran kartu PHBS. 44

45 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pada saat pengambilan data didapatkan 94 responden yang memenuhi kriteria penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan responden dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012 Karakteristik responden Frekuensi Presentase (%) 1. Umur (tahun) a. 21-30 14 14,9 b. 31-40 36 38,3 c. 41-50 23 24,5 d. 51-60 14 14,9 e. >60 7 7,4 Jumlah 94 100 2. Tingkat Pendidikan a. SD 45 47,9 b. SLTA 26 27,7 c. SLTP 21 22,3 d. Perguruan Tinggi 2 2,1 Jumlah 94 100 3. Jenis pekerjaan a. Buruh 44 46,8 b. Pedagang 32 34,1 c. Petani 16 17 d. PNS 2 2,1 Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer, 2012

46 Pada tabel 4.1 umur responden didominasi antara 31-40 tahun yaitu sebanyak 36 responden atau 38,3%. Kelompok umur responden yang paling rendah adalah >60 tahun yaitu sebanyak 7 responden atau 7,4% dari keseluruhan responden. Hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan ibu dapat dilihat melalui distribusi tingkat pendidikan yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden (47,9%) memiliki tingkat pendidikan rendah, responden hanya menempuh pendidikan sampai jenjang Sekolah Dasar (SD). Dari data terlihat bahwa jenis pekerjaan buruh lebih banyak yaitu sebanyak 44 responden atau 46,8% dibandingkan PNS yaitu sebanyak 2 responden atau 2,1%. 3. Analisa Univariat a. Keaktifan Peran Kader di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, keaktifan peran kader dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 4.2 Keaktifan Peran Kader di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012 Keaktifan Peran Kader Frekuensi Presentase (%) Aktif 49 52,1 Tidak Aktif 45 47,9 Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan definisi operasional pada BAB 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar keaktifan peran kader adalah aktif sebanyak 49 responden (52,1%) dikatakan aktif jika > 50% dan responden yang tidak aktif sebanyak 45 responden (47,9%) dikatakan tidak aktif jika < 50%.

47 b. Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dideskripsikan sebagai berikut: tatanan rumah tangga dapat Tabel 4.3 Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012 Status Perilaku Hidup Frekuensi Presentase (%) Bersih dan Sehat (PHBS) Sehat Madya 33 35,1 Sehat Utama 55 58,5 Sehat Paripurna 6 6,4 Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan definisi operasional BAB 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) responden adalah kategori sehat utama, yaitu sebanyak 55 responden atau 58,5% dan 6 responden atau (6,4%) masuk kategori sehat paripurna. 4. Analisis Bivariat Tabulasi silang dan hasil uji stastistik hubungan keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012, dapat dideskripsikan pada tabel silang di bawah ini:

48 Tabel 4.4 Tabel Silang Hubungan Keaktifan Peran Kader dengan Status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012 Keaktifan Peran Kader Sehat Paripurna Status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Sehat Utama Sehat Madya Total f % f % f % f % Coef Cont P value Aktif 5 5,3 23 24,5 21 22,3 49 52,1 0.25 0,04 3 Tidak 1 1,1 32 34 12 12,8 45 47,9 Aktif Jumlah 6 6,4 55 58,5 33 35,1 94 100 Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar responden memiliki keaktifan peran kader kategori tidak aktif dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehat utama yaitu sebanyak 32 responden atau 43%, sedangkan responden dengan keaktifan peran kader aktif dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kategori sehat utama sebanyak 23 responden atau 24,5%. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), telah dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan bantuan komputer. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai p value sebesar 0,04 sehingga lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012. Untuk mengetahui kekuatan hubungan tersebut dilakukan dengan melihat nilai dari koefisien kontingensi. Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan komputer nilai kontingen koefisiensi (contingency

49 coefficient) diperoleh nilai sebesar 0,253. Angka hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi koefisien kontingensi. Nilai kontingen koefisiensi (0,253) terdapat diantara 0,200 0,399 yang berarti ada hubungan rendah antara keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012. B. Pembahasan 1. Keaktifan Peran Kader Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan keaktifan peran kader dengan kategori aktif lebih banyak dari keseluruhan responden yaitu 49 responden atau 52,1%. Responden yang menyatakan keaktifan peran kader dengan kategori tidak aktif sebanyak 45 responden atau 47,9%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat menilai kader telah berperan aktif dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Menurut DepKes RI (2006), keaktifan kader merupakan keterlibatan kader dalam kegiatan kemasyarakatan, yang merupakan pencerminan akan usahanya untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang dirasakan dan pengabdian terhadap pekerjaannya sebagai kader. Keaktifan kader tersebut dapat dilihat dari ada atau tidaknya dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai tugas dan tanggung jawab yang diemban. Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta pemimpin-pemimpin yang ditunjukkan oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Kader diharapkan dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan (Meilani, 2009). Ada 45 responden atau 47,9% yang memberikan penilaian bahwa kader belum aktif dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keaktifan kader belum dirasakan merata oleh seluruh masyarakat.

50 Pada penelitian diperoleh data bahwa 34% responden menyatakan hanya kader kesehatan yang melakukan pendataan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga tanpa ada petugas kesehatan atau aparat desa. 8,5% responden juga menyatakan bahwa kader jarang melakukan sosialisasi PHBS di rumah tangga melalui kelompok dasawisma, kader di lingkungan tidak pernah melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga, kader tidak melakukan pemantauan untuk kemajuan pencapaian rumah tangga yang sehat, kader tidak membantu memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi warga, bahkan semua responden menyatakan bahwa di Dusun Tambakboyo belum pernah diadakan lomba rumah tangga sehat oleh kader. Menurut Kurniawati (2009), hal ini dapat disebabkan oleh faktor petugas, tingkat pengetahuan kader, sikap mental kader, tingkat pengetahuan kader, serta tingkat keterikatan kader dalam kelompok. Menurut Yulifah (2009), upaya peningkatan peran aktif kader dapat dilakukan dengan berbagai pelatihan terhadap kader. Pelatihan kader merupakan salah satu kegiatan untuk mempersiapkan kader agar mampu berperan serta dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam melakukan pelatihan kader, pengetahuan dan keterampilan yang dilatihkan harus disesuaikan dengan tugas kader dalam mengembangkan program kesehatan di desa tempat tinggal kader. Pelatihan kader dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan kader dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan. Penyelenggaraan pelatihan kader dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri yang berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan melibatkan sektor lain di bawah bimbingan dan pengawasan dari puskesmas setempat. Materi yang diberikan dalam pelatihan kader minimal sama dengan materi yang diberikan dalam pembinaan dukun dan pelaksanaan desa siaga. Sedangkan metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, misalnya ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi, studi kasus, pemecahan masalah, bermain peran, brain storming, atau simulasi. Setelah melakukan

51 pelatihan kader, rencana tindak lanjut yang harus dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi baik proses selama pelatihan, penyelenggaraan, serta aplikasi atau penerapan hasil penelitian, penyelenggaraan, serta aplikasi atau penerapan hasil pelatihan di masyarakat. Peran kader dalam mewujudkan Rumah Tangga PHBS adalah dengan melakukan pendataan, pendekatan, pemberdayaan, pengembangan, dan pemantauan. Kader melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan Kartu PHBS atau Pencatatan PHBS di rumah tangga pada buku kader. Pendataan bisa dilakukan secara terpadu dengan petugas kesehatan atau pamong praja, aparat pemerintahan di wilayah tempat tinggalnya. Kader melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk memperoleh dukungan dalam pembinaan PHBS di rumah tangga. Pendekatan dilaksanakan secara personal dan persuasif guna mendapatkan dukungan optimal yang berkelanjutan. Selain itu peran kader yang lain adalah memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan personal, kelompok, penyuluhan massa dan penggerakan masyarakat. Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di desa /kelurahan melalui kelompok dasawisma. Kader mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mendukung terwujudnya Rumah Tangga Sehat. Kegiatan yang dikembangkan disesuaikan dengan kreatifitas dan kemapanan dari warga masyarakat setempat, misalnya: Lomba Rumah Tangga Sehat. Kader memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga sehat di wilayahnya setiap tahun melalui pencatatan PHBS di Rumah Tangga. Pemantauan tersebut bisa dilaporkan secara terkoordinasi dengan petugas kesehatan di wilayah kerja puskesmas setempat (DepKes RI, 2009). Hal ini didukung pula oleh penelitian Linda (2011) yang berjudul Hubungan Antara Kinerja Kader dengan Tingkat Kepuasan Pelayanan Posyandu Cempaka Dusun V di Desa Pleret, Panjatan, Kulon Progo yang menyatakan terdapat hubungan antara kinerja kader dengan tingkat kepuasaan pelayanan posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang

52 menyatakan bahwa ada keaktifan peran kader berhubungan dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 2. Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kategori sehat utama lebih banyak dari kategori yang lain yaitu 55 responden atau 58,5%. Responden yang memiliki status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kategori sehat madya sebanyak 33 responden atau 35,1%. Sedangkan responden yang memiliki status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kategori sehat paripurna sebanyak 6 responden atau 6,4%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) responden sebagian besar pada kategori sehat utama. Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku orang yang merupakan tokoh yang dipercaya seperti petugas kesehatan dan kader kesehatan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian, responden yang menyatakan keaktifan peran kader aktif cenderung memiliki status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kategori yang baik. Pada penelitian diperoleh data bahwa 11 responden atau (11,7 %) tidak mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan baik dari sumber formal (Jamsostek, Jamkesmas, Jamkesos, Askes PNS, Askes Komersial) maupun non formal (Dana Sehat, Tabulin dan lain-lain). Hal ini dapat disebabkan kurang meratanya pelayanan kesehatan yang diterapkan oleh petugas kesehatan atau kader setempat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat. Program dalam PHBS

53 adalah gizi, minum tablet tambah darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita kapsul vitamin A, kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan. Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan (DepKes RI, 2009). Menurut Dinkes Jateng (2010), indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah suatu alat untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan. Indikator PHBS rumah tangga yang digunakan yaitu mengacu kepada standar pelayanan bidang kesehatan ada 16 indikator yaitu, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan, memberi bayi asi eksklusif, menimbang balita setiap bulan, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan lantai rumah kedap air, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, kebiasaan gosok gigi, tidak menyalahgunakan miras/ narkoba, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, serta memberantas jentik dirumah sekali seminggu. Hasil penelitian Fadhilah (2011) membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan PHBS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Fadhilah (2011) bahwa status PHBS berhubungan dengan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PHBS. Hal ini semakin memperkuat kemungkinan faktor lain yang berhubungan dengan status PHBS pada penelitian ini adalah sikap dan pengetahuan anggota keluarga tentang hidup bersih dan sehat. Penelitian diatas memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria (2009) mengenai Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan PHBS Individu pada Masyarakat Pantai di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga merupakan faktor paling mendukung dalam pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat. Strategi pemberdayaan masyarakat yang tepat untuk

54 meningkatkan PHBS adalah strategi promosi kesehatan dengan melakukan kemitraan dengan kelompok-kelompok yang telah ada di masyarakat dan juga kepala pemerintah, sehingga sasaran PHBS yang dimulai dari pendekatan individu, keluarga, kelompok hingga masyarakat berhasil dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat. 3. Hubungan Keaktifan Peran Kader dengan Status Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Berdasarkan tabel silang, responden yang menyatakan keaktifan peran kader kategori aktif cenderung memiliki status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang lebih baik. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan keaktifan peran kader berhubungan dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kecenderungan dan hubungan itu telah dibuktikan dengan uji Chi Square dengan menggunakan bantuan komputer yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Tambakboyo, Pedan Klaten. di Dusun Berdasarkan data responden keaktifan peran kader yang aktif akan memiliki status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang lebih baik. Tetapi responden dengan keaktifan peran kader tidak aktif cenderung memiliki status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kategori kurang baik. Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor petugas kesehatan termasuk kader kesehatan. Keeratan hubungan signifikan antara keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dusun Tambakboyo, Pedan Klaten berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hubungan rendah, yang berarti keaktifan peran kader hanya berhubungan rendah dengan status PHBS. Hal ini menunjukkan ada faktor lain yang berhubungan lebih kuat dengan status PHBS. Kemungkinan faktor tersebut adalah faktor pendidikan, sikap, pengetahuan, ekonomi, sarana kesehatan atau faktor lain.

55 Tidak hanya faktor status keaktifan peran kader saja yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga menurut Lawrence Green (1980 dalam Notoatmodjo 2007), perilaku kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu faktor penguat (reinforcing factor), faktor pemudah (predisposising factor), dan faktor pemungkin (enabling factor). Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor pemudah (predisposising factor) mencakup pengetahuan dan sikap terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Faktor ini menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Misalnya, pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang yang tidak mau merokok karena melihat kebiasaan dalam anggota keluarganya tidak ada satu pun yang merokok. Faktor pemungkin (enabling factor) merupakan faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan. Misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah: 1. Responden tidak selalu mengisi kuesioner sendiri tetapi minta bantuan orang lain. 2. Instrument penelitian berupa kuesioner tertutup, sehingga diperlukan pengambilan data dengan menggunakan instrument yang lebih kuat dan lebih baik seperti kuesioner terbuka atau wawancara untuk mendapatkan data yang lebih mendalam.

56 3. Tidak digunakannya teknik wawancara untuk melengkapi data penelitian, sehingga tidak bisa diungkap lebih luas aspek-aspek yang ada dalam penelitian. 4. Masih ada responden tidak menjawab sendiri karena keterbatasan asisten sehingga ada kemungkinan terjadi saling contek antar responde

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN D. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan signifikan antara keaktifan peran kader dengan status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012 dengan keeratan hubungan rendah. 2. Keaktifan peran kader di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012 sebagian besar keaktifan peran kader adalah aktif. 3. Status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Dusun Tambakboyo Pedan Klaten Tahun 2012 sebagian besar status perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) responden adalah kategori sehat utama. 1. Bagi Kader E. Saran Diharapkan kader dapat melakukan perannya dalam mewujudkan Rumah Tangga PHBS meliputi pendataan, pendekatan, pemberdayaan, pengembangan, dan pemantauan setiap 6 bulan sekali untuk meningkatkan status perilaku hidup bersih dan sehat di Dusun Tambakboyo. Kepada pihak kepala desa agar memberikan pembinaan tentang pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat diwilayah Desa Tambakboyo. 2. Bagi Instansi Puskesmas Petugas Puskesmas sebaiknya lebih mengobservasi keaktifan peran kader di Desa Tambakboyo dalam mewujudkan Rumah Tangga PHBS, seperti diadakan lomba rumah tangga sehat disetiap wilayah kerjanya, memberikan 57

58 pelatihan-pelatihan kesehatan secara berkesinambungan antara program kepada ibu-ibu kader dimasyarakat. Adanya kebijakasanaan yang jelas mengenai jadwal pelaksanaan kegiatan program PHBS dari Dinas Kabupaten Klaten sehingga mempermudah sosialisasi dan pengenalan PHBS dimasyarakat. Diharapkan ada peningkatan tenaga promosi kesehatan di Puskesmas dari segi kualitas dan kuantitasnya serta puskesmas mengandalkan buku pedoman dan kartu PHBS agar petugas yang melaksanakan tugas mempunyai saran dan mampu meningkatkan kualitas pemahaman petugas. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini seperti faktor sosial ekonomi, faktor perilaku dan mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel yang lebih banyak dan menggunakan metode penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto S. (2002). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.. (2010). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Anonim. (2005). Pedoman Penelitian Program Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: DepKes RI.. (2006). Buku Kader Posyandu dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta: DepKes RI.. (2009). Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: DepKes RI.. (2010). MDGs Tanggung Jawab Pemerintah kepada Rakyat. Jakarta: DepKes RI.. (2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.. (2006). Pedoman Program Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah.. (2009). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah.. (2010). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah.. (2010). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. Klaten: Dinas Kesehatan Klaten. Efendi, M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika. Fadhilah. (2011). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Wilayah Geblagan

Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Skripsi strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Ismawati, dkk. (2010). Posyandu dan Desa Siaga. Jakarta: Muha Medika. Kurniawati, T. (2009). Hubungan Dukungan Keluarga dan Keaktifan Kader dengan Kunjungan Lansia keposyandu Lanjut Usia diwilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. Skripsi strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Kusuma. (2010). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Kanisius. Linda. (2011). Hubungan Antara Kinerja Kader dengan Tingkat Kepuasan Pelayanan Posyandu Cempaka Dusun V di Desa Pleret, Panjatan, Kulon progo. Yogyakarta: Skripsi strata satu, STIKES A Yani Yogyakarta. Yogyakarta. LPPM. (2011). Buku Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta. Maria. (2009). Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan PHBS Individu pada Masyarakat Pantai di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang. Sumatra Utara: Tesis, Universitas Sumatra Utara. Meilani dkk. (2009). Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Citramaya. Notoatmodjo. S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Cipta.. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Cipta.. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Sugiyono. (2006). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Susanti. (2010). Hubungan Perilaku hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan Rumah Tangga Terhadap Kejadian Diare di Dusun Degolan Desa Umbulmartani Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Yogyakarta. Skripsi strata satu, STIKES A Yani Yogyakarta. Yogyakarta. Yulifah, Y. (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.