BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURFACE TENSION ( Tegangan Permukaan )

SABUN MANDI. Disusun Oleh : Nosafarma Muda (M )

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA. Tegangan Permukaan. Disusun oleh: Wawan Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Praktikum KI3141 Kimia Fisik Percobaan G-3 Tegangan Permukaan Cairan Cara Cincin Du Nouy. : Gayatri Ayu Andari NIM :

A. Sifat Fisik Kimia Produk

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

TEGANGAN PERMUKAAN MATERI POKOK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 2. Klasifikasi BendaLatihan Soal 2.3

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

PEMANFAATAN KULIT KAPUK SEBAGAI SUMBER BASA DALAM PEMBUATAN SABUN LUNAK TRANSPARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

KIMIA. Sesi HIDROKARBON (BAGIAN II) A. ALKANON (KETON) a. Tata Nama Alkanon

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh

KIMIA TERAPAN LARUTAN

Dokumen penerbit. Konsep Zat berdasarkan. mempengaruhi. Kohesi

BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGA. Nur Moh Ahadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

FLUIDA STATIS. Seekor serangga hinggap di atas permukaan air tanpa basah. Penjepit kertas

KONSENTRASI KRITIS MISEL

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB III ZAT DAN WUJUDNYA

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

APLIKASI MINYAK NILAM SEBAGAI BAHAN ADITIF SABUN TRANSPARAN ANTISEPTIK

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.3

Deterjen yang pertama dibuat adalah garam natrium dari lauril hidrogen sulfat. Saat ini : kebanyakan deterjen adalah garam dari asam sulfonat

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN 5 Penentuan Tegangan Permukaan Cara Cincin Du Nouy. Dosen Pembina Bapak Sumari dan Bapak Yahmin

HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Sabun Sabun ditemukan oleh orang Mesir kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Pembuatan sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Caesar. Teknik pembuatan sabun dilupakan orang dalam zaman kegelapan ( Dark Ages), namun ditemukan kembali selama Renaissance. Penggunaan sabun mulai meluas pada bad ke- 18. Dewasa ini sabun dibuat praktis sama dengan teknik yang digunakan pada zaman yang lampau. Lelehan lemak sapi atau lemak lain dipanaskan dengan lindi ( natrium hidroksida) dan karenanya terhidrolisis menjadi gliserol dan garam natrium dari asam lemak. Dulu digunakan abu kayu ( yang mengandung basa seperti kalium karbonat) sebagai ganti lindi (lye = larutan alkali) (Fessenden, 1992). 2.2. Pengertian Sabun Sabun adalah garam logam alkali ( biasanya garam natrium) dari asam- asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C 16 dan C 18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. (sifat melembabkan timbul dari gugusgugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu). Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl, dan gliserol. Zat tambahan (additive) seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat- zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya

rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar- benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombolan ( 50-150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap ke air.(fessendan, 1992) Deterjen berasal dari kata detergene yang berarti membersihkan, yang sesuai dengan tujuan semula pembuatan campuran itu. Pada awal abad ke - 19 di Jerman ditemukan bahan sintetik, semula sebagai bahan pencuci pakaian, dan dipakai sebagai bahan pengganti konvensional yang disebut sebagai deterjen sintetik (synthetic detergents = syndet). Terdapat berbagai nama lain untuk syndet, yaitu cleanser bar, detergent bar, synthetic toilet soap. Istilat tenside yang popular di Eropa merupakan istilah yang semula lebih bersifat teknis untuk menamai mekanisme kerja bahan- bahan ini, yaitu aktif di tegangan permukaan (tenside) namun di negara lain lebih sering disebut sebagai surfaktan ( Wasitaatmaja, 2007 ). 2.3. Komposisi Sabun Sabun konvensional yang dibuat dari lemak dan minyak alami dengan garam alkali serta sabun deterjen saat ini yang dibuat dari bahan sintetik, biasanya mengandung surfaktan, pelumas, antioksidan, deodoran, warna, parfum, pengontrol ph, dan bahan tambahan khusus. Surfaktan Surfaktan adalah bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang dipakai dalam sabun berasal dari minyak kelapa ( asam lemak C12), minyak zaitun (asam lemak C16 - C18). Penggunaan bahan berbeda menghasilkan sabun yang berbeda, baik secara fisik maupun kimia. Pelumas Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misalnya asam lemak bebas, gliserol,lanolin, paraffin lunak, dan minyak almon, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat. Bahan- bahan tersebut selain

meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi sebagai peramas (plasticizers). Antioksidan Untuk menghindari kerusakan lemak, terutama bau tengik, dibutuhkan bahan penghambat oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan butilhydroxytoluene (0,02%- 0,1%). Deodoran Deodoran dalam sabun mulai dipergunakan sejak tahun 1950, namun oleh karena khawatir efek samping, penggunaannya dibatasi. Bahan yang digunakan adalah TCC ( trichloro carbinilide). Warna Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada, pigmen yang digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali (0,01 0,5%). Titanium dioksida 0,01% ditambahkan pada berbagai sabun untuk menimbulkan efek berkilau. Parfum Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi. Pewangi ini harus berada dalam ph dan wana yang berbeda pula. Setiap pabrik memilih bau dan warna sabun bergantung pada permintaan pasar atau masyarakat pemakainya. Pengontrol ph Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat menurunkan ph sabun Bahan tambahan khusus Berbagai bahan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar, produsen, maupun segi ekonomi dapat dimasukkan kedalam formula sabun. Dewasa ini dikenal berbagai macam sabun khusus, misalnya a. Sabun transparan yang menambahkan sukrosa dan gliserin b. Deodorant, yang menambahkan triklorokarbon, triklosan, diklorofen. c. Antiseptik (medicated) yang menambahkan bahan antiseptik, misalnya fenol, kresol, dan sebagainya d. Sabun bayi yang lebih berminyak (Wasitaadmadja,1997)

2.4 Cara Kerja Sabun Kemampuan sabun untuk menyingkirkan lemak dari pakaian juga berpangkal dari sejenis melarutkan yang sejenis. Bila sabun bersentuhan dengan minyak atau lemak yang mengotori pakaian, ekor hidrofob dari anion larut dalam lemak. Minyak berangsur- angsur terpisah dari serat pakaian dan terbungkus dalam misel yang menjerat minyak didalamnya. Misel mengemulsikan minyak dan mempertahankannya dalam suspensi sehinggga dapat terbawa oleh air bilasan ( Brady, 1994) Surfaktan adalah prinsip kerja dari setiap deterjen, yang jika dilarutkan kedalam cairan cenderung memekat pada permukaan cairan tersebut. Kesanggupan ini disebabkan sifat fisiokimia yang dualistik, yaitu mempunyai bagian yang senang pada pelarut (filik) dan bagian yang tidak senang pada pelarut ( fobik). Jika pelarutnya air, maka surfaktan akan berada di batas antara air dan yang dilarutkan dan tegak lurus terhadap batas tersebut dengan bagian yang bersifat filik berada dalam air Dua jenis surfaktan yang dikenal, yatiu: 1. Surfaktan ionik, yakni surfaktan yang bila terlarut dalam pelarut (air) akan terurai menjadi ion negatif dan positif 2. Surfaktan nonionik ( tidak berionisasi), misalnya poliglikol ester dan alkohol jenuh. Selain sebagai pelarut, surfaktan dapat bekerja sebagai pembasah, pembentuk busa, dan pengemulsi. Pada sabun, surfaktan bekerja sebagai pelarut ( kotoran dan lemak), pengemulsi, dan pembentuk busa. Meskipun banyaknya busa tidak mempengaruhi daya larut dan daya bersih sabun, namun masih banyak orang menyukai busa sabun dalam pencucian. Pada dasarnya deterjen anionik mempunyai kemiripan dengan sabun. Deterjen mengandung gugus yang sangat polar, bermuatan negatif (dalam hal ini SO3-) dan rantai hidrokarbon yang panjang yang dapat melarutkan oli dan vaselin. Bahan dasar pembuatan deterjen adalah rantai panjang alkohol jenuh C12 hingga C18. Berikut langkah-langkah pembuatan deterjen.

O H 2 SO 4 NaOH CH 3 (CH 2 )nch 2 OH CH 3 (CH 2 )nch 2 O S - OH Pekat O Alkil hidrogensulfat n = 10, 12, 14, 16 O CH 3 (CH2)nCH 2 O S O Ө Na O Na-alkil sulfat ( Deterjen ) Gambar 2.1 Reaksi pembuatan deterjen 2.5. Kegunaan Sabun Kegunaan sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun. 1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non- polar, seperti tetesan- tetesan minyak. 2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul- molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak menolak antara tetes sabun- minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi ( Fessenden, 1992). Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat sebagai lemak atau minyak karena sabun dapat mengemulsikan lemak atau minyak. Jadi sabun dapat bersifat sebagai emulgator (Poedjiadi, 2004).

2.6. Densitas Rapat massa atau densitas material yang didefinisikan sebagai massa per satuan volume.simbol yang paling sering digunakan untuk densitas yaitu ρ. Dalam beberapa kasus (misalnya, di Amerika Serikat ), kerapatan juga didefinisikan sebagai berat per satuan volume walaupun jumlah ini lebih tepat disebut berat jenis. Secara matematis, kerapatan didefinisikan sebagai massa dibagi volume: m ρ = V (2.1) dimana ρ adalah kerapatan, m adalah massa, dan V adalah volume. Dari persamaan ini, kerapatan massa harus memiliki satuan massa per volume. Secara umum, kerapatan dapat diubah dengan mengubah baik tekanan atau suhu. Meningkatkan tekanan selalu meningkatkan densitas material. Peningkatan suhu umumnya menurun densitas (Anonim 1, 2011). 2.7. Tegangan Permukaan 2.7.1 Tegangan Antar Muka Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin meregang, sehingga permukaannya seolaholah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik menarik antara partikel sejenis di dalam zat cair sampai ke permukaan. Di dalam cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis di dekatnya dengan gaya yang sama kesegala arah. Pada permukaan cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul sejenis didekatnya dengan arah hanya kesamping dan kebawah, tetapi tidak ditarik oleh molekul diatasnya karena diatas permukaan cairan berupa fase uap ( udara ) dengan jarak antara molekul sangat renggang. Adanya gaya atau tarikan ke bawah menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang. Tegangan ini disebut dengan tegangan permukaan. Besarnya tegangan permukaan cairan bergantung pada gaya tarik antara molekul- molekulnya. Ketika gaya tarik besar, seperti dengan H 2 O, tegangan

permukaan besar. Sebaliknya, cairan seperti bensin yang tersusun atas molekulmolekul non polar mempunyai tegangan permukaan yang kecil karena tarikan antarmolekul lebih lemah. Zat yang tegangan permukaannya rendah sangat mudah membasahi permukaan bagaimanapun keadaan permukaannya. Pelarut hidrokarbon, misalnya nafta atau bensin, menyebar pada kaca maupun permukaan berminyak dengan mudahnya, sebab tarikan sesama molekul hidrokarbon sangat lemah. Hampir tidak ada usaha untuk memperluas permukaan cairan, akibatnya mereka mudah menyebar pada permukaan apapun ( Brady, 1994 ). 2.7.2 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan a. Jenis cairan Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil. b. Suhu Tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik, karena dengan bertambahnya suhu molekul- molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara molekul berkurang sehingga tegangan permukaannya menurun. c. Adanya zat terlarut Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan permukaan. Untuk air adanya elektrolit anorganik dan non elektrolit tertentu seperti sukrosa dan gliserin menaikkan tegangan permukaan. Sedangkan adanya zat- zat seperti sabun, detergen, dan alkohol adalah efektif dalam menurunkan tegangan permukaan ( Yazid, 2005).

2.8. Metode Penentuan Tegangan Permukaan 2.8.1. Metode Cincin Du Nouy Metode cincin du nouy merupakan metode yang paling baik digunakan karena lebih akurat dan cepat dalam pengukuran tegangan permukaan deterjen, serum, suspensi, koloid dan lain- lain. Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat cincin dari permukaan air dapat dihitung dari persamaan : β F γ = (2.2) 4RF R = jari- jari rata- rata cincin F = gaya yang dibutuhkan untuk mengangkut cincin dari permukaan β = faktor koreksi yang dihitung dengan persamaan berikut : ( β a) 2 = 4b 1 2 π R 2 4πR F ( ρ ρ ) 1 2 + c (2.3) a = 0, 725 b = 0,09075 m -1 det 2 c = 0,04534 1,679 ( r/ R) r = Jari- jari kawat yang digunakan untuk membuat cincin R = jari- jari rata- rata lingkaran P 1 = massa jenis cairan yang ada di bawah P 2 = massa jenis cairan yang berada di atas Ketika mengukur tegangan permuakaan cairan- cairan, harus diperhatikan bahwa cairan yang ada dibawah benar- benar membasahi cincin (Bird, 1987) 2.8.2. Metode Tekanan Gelembung Maksimum Tegangan permukaan menyebabkan adanya perbedaan tekanan pada kedua sisi permukaan cairan yang lengkung. Tekanan pada sisi yang cembung. Ketika pertama kali tekanan dikenakan, jari- jari gelembung sangat besar. Sementara gelembung itu mengembang, jari- jarinya akan semakin kecil sampai nilai minimum. Pada keadaan

ini jari- jari gelembung sama dengan jari- jari tabung gelas. Bila tekanan terus dinaikkan, jari- jari gelembung akan membesar kembali sampai akhirnya gelembung ini lepas dari tabung gelas dan naik ke permukaan cairan, jelas bahwa tekanan maksimum diperoleh pada saat jari- jari minimum. Tekanan maksimum ini bukan hanya disebabkan perbedaan tekanan pada kedua sisi gelembung, tetapi juga disebabkan oleh adanya tekanan hidrostatik ( yang bergantung pada ketinggian tabung gelas dalam cairan ). Jadi tekanan maksimum yang terbaca pada manometer adalah : ρ 2γ r ( ρ ρ ) maks = + gh 0 (2.4) r = jari- jari tabung gelas h = jarak ujung tabung gelas dari permukaan cawan ρ = Massa jenis cairan ρ 0 =Massa jenis uap cair ( biasanya diabaikan karena ρ 0 << ρ ) ( Bird, 1987) Metode tekanan gelembung maksimum memiliki keakuratan di bawah 10 %, yang mana tidak tergantung pada jarak kontak dan hanya merupakan sebuah pengetahuan dasar dari densitas suatu cairan ( Jika menggunakan pipa ganda ) dan pengukurannya juga relatif cepat. Rata- rata sebuah gelembung harganya sekitar 1/ sek (Adamson 1990). 2.8.3. Metode Kenaikan Kapiler Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa bila sebatang pipa kapiler dimasukan kedalam cairan maka permukaan cairan dalam pipa kapiler dapat mengalami kenaikan atau penurunan. Apabila cairan membasahi bejana ( θ < 90 ) maka permukaan cairan akan naik. Sedangkan bila cairan tidak membasahi bejana ( θ > 90 ) permukaan cairan akan turun. Peristiwa naik turunnya permukaan cairan dalam kapiler ini disebut dengan kapilaritas. Kenaikan atau penurunan cairan dalam kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan yang bekerja pada permukaan cairan yang menyentuh dinding

sepanjang keliling pipa. Akibat tegangan permukaan ini pipa akan memberikan gaya reaksi pada permukaan cairan yang besarnya sama tapi arahnya berlawanan ( Yazid, 2005 ). Pada peristiwa terangkatnya cairan pada kolom pipa, besarnya gaya keatas akibat tegangan permukaan diberikan persamaan : F 1 = 2 π r γ cos θ (2.5) F 1 = Gaya ke atas akibat tegangan permukaan r = Jari- jari kapiler γ = tegangan permukaan θ = sudut kontak Kenaikan cairan tidak dapat berlangsung terus, karena pada permukaan cairan juga bekerja gaya akibat berat cairan ( F 2 ) yang arahnya ke bawah sebesar : F 2 = d V g (2.6) Karena V = π r 2 h, maka : F 2 = π r 2 h d g (2.7) d = rapatan cairan g = percepatan grafitasi h = kenaikan atau penurunan cairan dalam kapiler Pada saat setimbang berlaku F 1 dan F 2, sehingga diperoleh : 2 π r γ cos θ = π r 2 h d g (2.8) d g h r γ = (2.9) 2 cos θ

Untuk cairan yang membasahi bejana seperti air θ 0, sehingga cos θ = 1. Persamaan menjadi : d g h r γ = (2.10) 2 Sedangkan untuk cairan yang tidak membasahi bejana seperti raksa θ = 140, sehingga cos θ = - 0,766 ( berharga negatip). Akibatnya h memiliki harga negatip yang berarti cairan mengalami penurunan atau ditekan dalam kapiler. 2.8.4. Metode Lempengan Wilhelmy Metode ini didasarkan pada gaya yang diperlukan untuk menarik pelat tipis dari permukaan cairan. Pelat digantung pada salah satu lengan neraca dan dimasukkan kedalam cairan yang akan diselidiki. Besarnya gaya tarik pada neraca yang digunakan untuk melepas pelat dari permukaan cairan dicatat. Pada saat pelat terlepas berlaku hubungan : F = W + 2 lγ (2.11) Sehingga tegangan permukaan dapat dihitung sebagai : F W γ = (2.12) 2l Dimana : γ = tegangan permukaan F = gaya tarik yang dicatat W = berat lempeng ( pelat ) 1 = lebar lempeng 2 = faktor karena ada dua permukaan pada lempeng Dalam metode ini diandaikan sudut kontak θ = 0 0, dan pengaruh dari ujungujung lempeng dapat diabaikan ( Yazid, 2005 ). Pada metode ini, digunakan lempengan mika tipis atau kaca slide mikrosip yang digantung pada neraca. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara statistik ataupun dengan detasment yang secara akurat diberikan pada persamaan ideal.

Jika pengukurannya dilakukan dengan metode detasmen, prosedurnya hampir sama dengan metode cincin Du Nouy, tetapi faktor koreksi hanya 0,1 % ( Adamson, 1990). 2.9. Bahan Aktif Pembentuk Deterjen Bahan aktif merupakan bahan inti dari detergen sehingga bahan ini harus ada dalam proses pembuatan deterjen. Secara fungsional bahan aktif ini mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif adalah busanya sangat banyak. 1. Sodium lauril eter sulfat (SLES) Sodium lauril sulfat dibuat dari lauril alkohol diperoleh dengan hidrolisis lemak CH 3 (CH 2 ) 10 CH 2 OH + HOSO 2 H CH 3 (CH 2 ) 10 CH 2 SO 2 OH + H 2 O lauril alkohol asam sulfat hidrogen lauril sulfat NaOH O CH 3 (CH 2 ) 11 - O- S- O - Na + + H 2 O O non polar / rantai lipofilik, polar, rantai hidropilik sodium laurel eter sulfat Gambar 2.2 Reaksi pembentukan sodium lauril eter sulfat (Hart, 1991) Rumus Molekul : CH 3 (CH 2) 11 OSO 3 Na Berat Molekul : 290 310 g/ mol Ciri Fisik : bubuk putih Kelarutan : 150 gr/ l ph : 9-10 Densitas : 1.05 gr/ cm 3 Sifat- sifat : - merupakan surfaktan anionik - ramah lingkungan - merupakan bahan pembuat busa - merupakan surfaktan dengan produksi terbesar karena biaya yang relatif rendah (http://www.chemicalland21.com) 2. Sodium alkil benzene sulfonat (sodium dedosil benzene sulfonat)

Sodium alkil benzene sulfonat dihasilkan dari 1 dedosin melalui reaksi Friedel Crafts. AlCL 3 CH CH 3 (CH 2 ) 9 CH= CH 2 + CH 3 (CH 2 ) 9 CH (friedel-crafts) 1- Dodecene 1- dedosilbenzen 1) NaOH 2) H 2 SO 4 rantai lipofilik, non polar CH 3 CH 3 (CH 2 ) 9 CH SO 3 - Na + Rantai hidrofilik, polar Sodium alkil benzene sulfonat Gambar 2.3 Reaksi Pembentukan sodium alkil benzene sulfonat (Bahl, 1984) Rumus Molekul : C 18 H 29 NaO 3 S Berat Molekul : 342.4 g/ mol Kelarutan : 250 g/ L ph : 7-10 Densitas : 1.06 gr/ cm 3 Sifat- sifat : - merupakan surfaktan anionik - merupakan bahan pembuat busa - bersifat biodegradable karena mengandung rantai atom C yang panjang (www.scienceinthebox.com) 2.10 Bahan Baku Pembentuk Deterjen 1. Bahan Aktif ( Active ingredient )

Bahan aktif merupakan bahan inti dari detergen sehingga bahan ini harus ada dalam proses pembuatan deterjen. Dalam penelitian ini menggunakan sodium lauril eter sulfat dengan nama dagang Texapon. Secara fungsional bahan aktif ini mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif adalah busanya sangat banyak. 2. Bahan pengisi ( Filler ) Biasanya garam dapat yang tersedia secara umum adalah Natrium Klorida (NaCl). Senyawa natrium adalah penting dalam perindustrian kimia, kaca, logam, kertas, petrolium, sabun dan tekstil. Sabun pada umumnya merupakan garam natrium dengan beberapa jenis asam lemak. Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. 3. Bahan tambahan ( aditif ) Keberadaan bahan aditif dapat meningkatkan nilai jual deterjen. Dalam penelitian ini menambahkan EDTA sebagai pengikat logam sadah dan pengawet. 4. Bahan pewarna Bahan pewarna dalam pembuatan sabun dimaksudkan untuk meningkatkan nilai jual. Dalam penelitian ini menggunakan pewarna hijau sintetik 5. Bahan pewangi ( parfum ) Keberadaan parfum memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk deterjen. Dalam penelitian ini, digunakan bahan pewangi beraroma lemon. 2.11. Resep Sabun Cuci Piring Buatan Sendiri

Adalah penting dalam kandungan deterjen pembersih piring untuk memiliki karakteristik tertentu seperti baik membersihkan lemak dan memungkinkan untuk menguras tanpa goresan pada piring. Bahan ini harus memiliki sifat berbusa.. Seperti telah dibahas dalam formulasi untuk deterjen serbuk, yang konvensional mengandung fosfat, silakat, dan alkali lainnya. Tetapi memiliki kelemahan tertentu seperti menyebabkan bercak, bergaris, terutama saat deterjen ini untuk digunakan di daerah air sadah. Terlepas dari itu kelemahan lain adalah bahwa konstituen padat yang dilarutkan ke dalam air sadah sulit untuk mengukur jumlah partikel padat yang larut di dalam cairan. Berikut ini adalah kandungan dalam pembuatan deterjen sabun cuci piring cair yang dapat digunakan secara manual maupun mekanik. Bahan Persen (%) Sodium alkil aril sulfonat 35 Minyak kelapa 5 Etil alkohol 4.2 Parfum, pewarna, dan bahan pengawet 0.8 Air 50 Tabel 2.1 Resep sabun cuci piring buatan sendiri (Board, 2002) BAB 3