BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi adalah

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu karena sering melemahkan fisik juga psikologis. Stres dapat menjadi masalah kesehatan mental apabila stres membuat individu merasa tidak berdaya dan bertingkah laku di luar kebiasaan termasuk terganggunya fungsi organ tubuh serta menyebabkan depresi yang merupakan reaksi kejiwaan terhadap stresor yang dialaminya. Gupta (2008 : 62) mengemukakan bahwa 80% penyakit disebabkan oleh stres atau biasa disebut dengan psikosomatis. Gejala-gejala stres terkadang diikuti oleh penanganan yang salah, seperti penggunaan obat-obat penenang atau perilaku-perilaku destruktif lainnya seperti berteriak-teriak atau menarik diri dari lingkungan. Jika sudah demikian stres merupakan hal yang sangat serius bagi individu. Sayangnya stres juga tidak hanya menimpa orang-orang dewasa yang dianggap telah matang tetapi juga dapat menimpa remaja, anak-anak, bahkan seorang bayi yang masih begitu lemah. Sebuah data menujukkan 3/4 dari kira-kira delapan juta anak dan remaja yang mengalami masalah emosi tidak mendapatkan pertolongan. Kira-kira satu dari empat anak memerlukan konseling psikologis sebelum masuk ke kelas enam (Ratri, 2006). 1

2 Pada diri remaja, banyak faktor yang dapat menjadi penyebab munculnya stres. Pada umumnya, stres yang dialami oleh remaja banyak disebabkan oleh beberapa kejadian berikut ini: a. kehilangan orang yang dicintai, misalnya pacar; b. konflik keluarga; c. suasana baru karena pindah sekolah atau rumah; d. penyakit yang menimpa anggota keluarga, seperti depresi atau kecanduan obat; e. pengaruh teman sekelompok (gang); f. kegagalan; g. tuntutan kesempurnaan dari lingkungan atau dari sendiri; h. dorongan rasa marah atau keinginan untuk melawan; i. perubahan mood atau suasana hati yang tidak stabil; j. pencarian jati diri; dan k. keinginan untuk berpisah dengan orang tua dan menjadi seseorang yang mereka inginkan. http://www.jogjamedianet.com. Dari beberapa kejadiaan tersebut banyak remaja yang memilih penyelesaian yang salah, seperti bunuh diri atau terlibat penggunaan obat-obatan terlarang. Seperti sebuah kasus remaja yang bunuh diri karena diputuskan oleh pacarnya. www.antara.co.id/arc/2008/8/9/gara-gara-putus-cinta-joko-gantung-diri/ Dari fakta tersebut dapat dilihat bahwa bimbingan konseling diharapkan mampu memenuhi peran pentingnya dalam membantu siswa mengatasi stres yang

3 dialaminya dengan memberikan teknik pengelolaan stres yang baik. Sehingga stres yang dialami siswa tidak berubah menjadi depresi melainkan diubah menjadi energi positif yang membuatnya menjadi lebih bersemangat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bimbingan dan konseling sebagai upaya bantuan yang diberikan di sekolah bertujuan untuk membantu individu memahami dan mengembangkan potensinya sesuai tuntutan lingkungannya. Namun dalam kondisi emosional khas remaja yang labil, potensi tersebut tidak dapat berkembang secara optimal apabila gejala stres yang dialaminya tidak mampu diatasi dengan baik oleh siswa. Dalam membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya tersebut, orang tua dan pihak sekolah memiliki kewajiban untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan kepribadian siswa. Suasana yang kondusif itu diantaranya iklim keluarga yang sehat dan sarana prasarana yang memadai karena permasalahan yang dihadapi siswa tidak hanya terbatas pada masalah pribadi dan sosialnya saja tetapi juga meliputi masalah akademik dan karir. Pada usia sekolah, rentang usia remaja berada pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Mengengah Atas (SMA). Siswa kelas X SMA merupakan siswa di dunia belajar mengajar yang baru yang membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tersebut agar tetap dapat mengoptimalkan potensinya atau bahkan mulai menyadari potensi yang dimilikinya dan apa yang menjadi cita-cita sesuai minat dan bakatnya.

4 Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan, terlihat bahwa siswa kelas X ini mengalami berbagai masalah seputar penyesuaian diri. Masalah tersebut meliputi kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan peraturan sekolah, teman-teman dan cara mengajar guru-guru barunya, serta mengalami kebingungan dalam memilih jurusan. Siswa terkadang masih membandingkan antara SMP dan SMA, cara mengajar guru-guru dan pengaruhnya terhadap pemahaman materi yang diterima serta nilai yang diperoleh, gesekan antar klik pun sering terjadi, dinamika kelompok di kelas yang kurang harmonis, intervensi dari teman sebaya atau kakak kelas. Masalah penjurusan pun menjadi salah satu kesulitan yang dihadapi siswa kelas X, perintah orang tua untuk memilih jurusan tertentu, gengsi dalam memandang suatu jurusan, serta mata pelajaran yang dihindari menjadi faktor yang mempengaruhi siswa dalam memilih jurusan. Kondisi di atas dapat menjadi faktor-faktor penyebab stres pada siswa yang biasanya terlihat dari banyaknya pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan atau keengganan untuk hadir dan mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Keberadaan konselor di sekolah diharapkan dapat memberi bantuan kepada siswa yang memiliki masalah dalam hal ini dengan berbagai macam bantuan dan dalam berbagai setting, individual dan kelompok. Salah satu pelayanan bimbingan dan konseling yang ada adalah bimbingan dan konseling kelompok. Ada beberapa aktivitas positif yang dapat dilakukan oleh remaja untuk mereduksi stres, seperti: a. mendengarkan musik, b. berjalan-jalan atau berlari,

5 c. melempar bola, seperti basket atau tenis, d. menulis jurnal atau buku harian, e. aerobik, f. meditasi, g. menari. Sebuah teori konseling postmodern lahir dengan nama konseling naratif. Konseling naratif ini digagas oleh White dan Epston pada tahun 1990 dengan sebuah gagasan yang dikenal dengan pengeksternalisasian masalah, memisahkan individu dari masalah, dan menjadikan masalah sebagai masalah yang berada di luar diri individu. Konseling naratif selaras dengan terapi morita yang mencari harmoni dengan alam semesta, membiarkan individu merespons sesuatu sesuai dengan stimulus yang diterimanya dan mengumpulkan waktu juga energi untuk mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Teknik yang digunakan adalah menulis ekspresif dengan menggunakan media buku catatan pribadi. Menulis ekspresif diarahkan kepada keterampilan berkomunikasi melalui tulisan dalam menyampaikan apapun yang dirasakan, dipikirkan, dan diinginkan tanpa takut disalahkan oleh orang lain. Teknik ini dapat coba digunakan sebagai salah satu cara dalam mereduksi stres pada remaja yang cenderung ingin menyelesaikan dan menyimpan masalahnya sendiri tanpa campur tangan orangtua. Menurut Pennebaker (1997: 162) guru besar psikologi University of Texas mengungkapkan bahwa Penerjemahan pengalaman (pahit) ke dalam bahasa akan mengubah cara orang berpikir mengenai pengalaman itu. Menulis ekspresif

6 menyediakan peluang bagi individu untuk memantulkan perasaannya secara emosional dalam bentuk peningkatan penggunaan kata-kata penyampaian emosi selama interaksi sosial, peningkatan penyampaian emosi tersebut akan meningkatkan perbaikan dalam stabilitas hubungan. Teknik menulis ekspresif dianggap mampu mereduksi stres karena saat individu berhasil mengeluarkan emosi-emosi negatifnya (perasaan sedih, kecewa, berduka) ke dalam tulisan, individu tersebut dapat mulai merubah sikap, meningkatkan kreativitas, mengaktifkan memori, memperbaiki kinerja dan kepuasan hidup serta meningkatkan kekebalan tubuh agar terhindar dari psikosomatis. Pannebaker (1997: 162) menemukan bukti bahwa sel-sel T-limfosit para mahasiswa menjadi lebih aktif enam pekan setelah mereka menulis peristiwa-peristiwa yang menekan. Salah suatu indikasinya adalah adanya stimulasi sistem kekebalan. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Pengembangan diri siswa yang baik tidak hanya dapat dilihat perkembangan fisiknya saja karena kematangan emosionalnya pun perlu diperhitungkan. Berbagai macam masalah yang dihadapinya baik dalam bidang akademis, karir, hingga pribadi sosial dapat menjadi faktor penyebab stres yang dialami oleh siswa bila siswa tidak memiliki keterampilan mengelolanya dengan baik. Secara istilah stres berasal dari bahasa latin, yaitu strictus yang berarti ketat atau sempit, dan berubah menjadi kata kerja stringere yang artinya mengetatkan

7 (tighten). Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai (ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan, konflik) : a) Satu stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya) psikologis atau fisiologis dari suatu organisme. b) Sejenis frustasi, dimana aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu atau dipersukar, tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan waswas kuatir dalam pencpaian tujuan. c) Kekuatan yang diterapkan pada suatu sistem; tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi. d) Suatu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan. Sementara itu beberapa ahli berpendapat bahwa stres itu adalah : a) Respon (reaksi) fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi. Diartikan juga sebagai reaksi fisik yang dirasakannya tidak nyaman sebagai dampak dari persepsi yang kurang tepat terhadap sesuatu yang mengancam keselamatan dirinya, merusak harga dirinya, menggagalkan keinginan atau kebutuhannya. (Hawari, dalam Yusuf, 2004 : 93) b) Pengalaman emosional yang negatif yang disertai perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau mengakomodasi dampak-dampaknya. (Baum, dalam Taylor, 2003)

8 c) Perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap stressor (stimulus yang berupa peristiwa, objek, atau orang) yang mengancam, mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, atau kesejahteraan hidupnya. (Yusuf, 2004 : 93-94) Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa stres akan dirasakan individu bila menghadapi sebuah stimulus yang membuatnya merasa tertekan dan tidak nyaman, stimulus tersebut akan direspons oleh tubuh sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bagi individu yang memiliki keterampilan dalam mengelola stimulus yang berupa tekanan tersebut, individu akan menjadikan tekanan (stres) tersebut akan meresponsnya sebagai energi positif untuk berusaha bertahan hidup. Namun, bagi individu yang tidak memiliki keterampilan mengelola stimulus tersebut akan membuatnya merespons secara negatif pada fisik maupun psikis yang akan melemahkan diri dan potensi. Teknik menulis ekspresif adalah sebuah proses terapi dengan menggunakan metode menulis ekspresif untuk mengungkapkan pengalaman emosional untuk mengurangi stres yang dirasakan individu sehingga dapat membantu memperbaiki kesehatan fisik, menjernihan pikiran, memperbaiki perilaku, dan menstabilkan emosi. Konsep yang digunakan pada teknik ini adalah konsep buku catatan pribadi atau diary. Konsep ini dipilih dengan mempertimbangkan karakteristik remaja yang ingin terbebas dari otoritas orang dewasa. Oleh sebab itu, bentuk bantuan

9 yang dipilih adalah bantuan yang dapat memberikan ruang pribadi kepada konseli remaja tanpa aturan benar dan salah dalam mengungkapkan ide, gagasan, pengalaman, harapan, dan perasaannya tanpa perlu merasa malu atau takut diintervensi oleh pihak lain. Pengeksternalisasian masalah memberi ruang dan waktu bagi konseli remaja untuk menganalisis kembali permasalahan yang dihadapinya dan menyusun langkah penyelesaian masalah yang tepat. Hal ini juga memungkinkan konseli remaja untuk membuat pilihan perilaku yang positif dalam mereduksi stres yang dialaminya. 2. Perumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah yang telah ditetapkan, maka diperoleh beberapa pertanyaan penelitian yang terangkum dalam perumusan masalah berikut ini : a. Bagaimana gambaran umum tingkat gejala stres siswa kelas X SMA Angkasa LANUD Husein Sastranegara? b. Bagaimana gambaran umum tingkat gejala stres per aspek siswa kelas X SMA Angkasa LANUD Husein Sastranegara? c. Bagaimanakah efektivitas penggunaan teknik menulis ekspresif dalam mereduksi stres pada siswa kelas X SMA Angkasa LANUD Husein Sastranegara?

10 C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur efektivitas penggunaan teknik menulis ekspresif dalam membantu siswa mengelola stresnya. Sedangkan tujuan khusus pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang telah terangkum pada rumusan masalah, yaitu: 1. Diperolehnya gambaran umum tingkat gejala stres siswa kelas X SMA Angkasa LANUD Husein Sastranegara 2. Diperolehnya gambaran umum tingkat gejala stres per aspek siswa kelas X SMA Angkasa LANUD Husein Sastranegara 3. Terukurnya efektifitas penggunaan teknik menulis ekspresif dalam mereduksi stres pada siswa kelas X SMA Angkasa LANUD Husein Sastranegara D. Manfaat Penelitian 1. Bagi praktikan khususnya dan konselor sekolah umumnya, penelitian ini bermanfaat dalam mengukur keefektifan suatu teknik yang digunakan dalam bimbingan kelompok sebagai salah satu bentuk evaluasi layanan bimbingan yang diberikan dan hasil pengukuran ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan program layanan bimbingan dan konseling bagi konselor di sekolah. 2. Bagi sekolah, dengan penggunaan teknik ini diharapkan mampu mengurangi prilaku destruktif dan maladjustment siswa.

11 3. Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, temuan penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan khususnya penggunaan teknik menulis ekspresif dalam mereduksi stres siswa pada jenjang SMA. E. Asumsi Dasar Penelitian 1. Stres adalah perasaan tertekan yang dialami oleh individu ketika merasa kurang mampu mengatasi ancaman yang datang kepadanya, gejala yang kemudian muncul berada pada subaspek emosi, fisik, pikiran dan perilaku individu. 2. Semakin banyak gejala stres yang ditunjukan siswa maka semakin tinggi pula tingkat gejala stres yang dirasakan siswa. 3. Gejala-gejala stres yang dialami siswa terkadang diikuti oleh penanganan yang salah, seperti penggunaan obat-obat penenang atau perilaku-perilaku destruktif lainnya, berteriak-teriak, dan menarik diri dari lingkungan. Pada beberapa kejadiaan, banyak remaja yang memilih bunuh diri atau terlibat penggunaan obat-obatan terlarang. 4. Sebuah data menujukkan 3/4 dari kira-kira delapan juta anak dan remaja yang mengalami masalah emosi tidak mendapatkan pertolongan. Kira-kira satu dari empat anak memerlukan konseling psikologis sebelum masuk ke kelas enam (Ratri, 2006). 5. Pada seting pendidikan, konseling naratif dengan teknik menulis ekspresif membantu para siswa menciptakan lebih banyak pilihan untuk berperilaku positif dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendeskripsikan

12 kembali siapakah mereka dan apa yang dapat mereka lakukan sehingga siswa dapat memproses kembali pemikiran, perasaan, dan tindakan-tindakan yang tidak dapat dilakukannya secara lisan atau langsung karena beberapa pertimbangan tertentu, seperti takut atau malu. F. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang digunakan pada proses pengumpulan dan analisis data, pendekatan kuantitatif digunakan untuk uji efektivitas penggunaan teknik menulis ekspresif dalam mereduksi stres dengan t-test. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research). Dengan asumsi penelitian ini diarahkan untuk memberikan keterampilan siswa dalam mereduksi stresnya melalui penggunaan teknik menulis ekspresif dengan pengoptimalan teknik karena terdapat proses evaluasi dan perbaikan di setiap siklusnya. G. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Angkasa LANUD Husein Sastranegara dengan pertimbangan bahwa sekolah swasta memiliki kecenderungan permasalahan yang lebih kompleks, seperti dalam hal kedisiplinan, beban akademik, penyesuaian diri siswa secara pribadi maupun sosial. Pengambilan subjek disesuaikan kebutuhan. Subjek yang akan digunakan diambil dari siswa kelas X C SMA Angkasa LANUD Husein Sastranegara sebanyak 7 orang siswa yang memiliki tingkat stres tertinggi.