PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN.

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

PERAN PERAWAT TERHADAP KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RS Tri Mulia Herawati 1, Sarah Faradilla 2

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN BOOKLET SPINAL ANESTESI TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN SECTIO CAECAREA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD SETJONEGORO KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR

AWATAN ATI NASKAH PROGRAM. Disusun Oleh : Disetujui Oleh : Tanggal

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI INFORMED CONSENT TERHADAP PERUBAHAN KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALAN TINDAKAN OPERASI DI SMC RS TELOGOREJO

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

Puri Lukitasari 1, Ns. Eni Hidayati, M.kep 2, Abstrak. Kata Kunci : Pengetahuan, Halusinasi, Skizofrenia, Family Gathering

Siti Haniyah 1), Pramesti Dewi 2), Iis Setiawan 3)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KEMOTERAPI DENGAN KECEMASAN DALAM MENJALANI TINDAKAN KEMOTERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

1. Bab II Landasan Teori

SKRIPSI SULASTRI J

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Transkripsi:

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AGUNG SUPRASTYO 201210201150 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2014

HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO Disusun Oleh: AGUNG SUPRASTYO 201210201150 Telah disetujui oleh pembimbing Pada tanggal 03 maret 2014 Pembimbing Widaryati., S.Kep.Ns., M.Kep. PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2014

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO Agung Suprastyo, Widaryati STIKES AISYIYAH Yogyakarta E-mail : suprastyo_agung@yahoo.co.id Intisari : Penelitian quasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Rancangan penelitian non equivalent control group. Jumlah sampel 30 orang. Sampling yang digunakan non probability sampling yaitu purposive sampling. Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan kuesioner tingkat kecemasan dari Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon( tidak berpasangan) dan uji Mann Whitney U-Test (berpasangan). Kata kunci : komunikasi terapeutik, cemas, pre operasi Abstract : The aim of thisquasi-experimental study wast odetermine the effect of therapeutic communicationon the level of pre operative anxiety in patients. The design of non-equivalent control group study. Number of samples 30. Sampling isused nonprobability sampling is purposive sampling. Data were collected from patients by using a question naire anxiety level of the Hamilton Rating Scale for Anxiety(HRS-A). Data were analyzed using the Wilcoxon test (unpaired) and MannWhitney U-test (paired). Keywords : therapeutic communication, anxiety, preoperative

PENDAHULUAN Perawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari pre operasi. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase pre operatif merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi (Zairi, 2012). Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika sering kali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang dialami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan (Muslimah, 2010). Kecemasan (ansietas) merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan seharihari. Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan penting untuk upaya memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri (Suliswati, 2005). Efek kecemasan pada pasien pre operasi berdampak pada jalannya operasi. Sebagai contoh, pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan maka akan berdampak pada sistem kardiovaskulernya yaitu tekanan darahnya akan tinggi sehingga operasi dapat dibatalkan. Pada wanita efek kecemasan dapat mempengaruhi menstruasinya menjadi lebih banyak, itu juga memungkinkan operasi ditunda hingga pasien benar-benar siap untuk menjalani operasi (Rondhianto, 2008). Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat bergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anastesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif (Muslimah, 2010). Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) yaitu suatu penelitian dengan menggunakan kegiatan percobaan

(experiment), yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut (Notoatmojo, 2010). Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan penelitian Non Equivalent Control Group yang pada rancangan ini terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Notoatmojo, 2010). Kemudian dilakukan pre test pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi pada kelompok eksperimen selanjutnya, setelah beberapa waktu dilakukan post test pada kedua kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dewasa dengan usia 20-65 tahun yang dirawat di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo yang akan dilakukan tindakan medis operasi elektif sedang sampai besar. Sampel yang digunakan sebanyak 30 responden. Responden tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing berjumlah 15 orang. Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan panik, menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), pada penelitian ini berbentuk kuesioner. HRS-A merupakan skala kecemasan yang sederhana, praktis, mudah, standar, dan diterima secara internasional. Pemberian kuesioner pre test dilakukan saat pasien masuk ruang rawat inap baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, 2 jam kemudian pada kelompok eksperimen diberikan komunikasi terapeutik selama 15-30 menit dan pengukuran kuesioner post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan 3 jam sebelum operasi. Dalam pengisian kuesioner pasien didampingi oleh peneliti, hal ini dilakukan dengan maksud apabila ada kuesioner yang belum dimengerti oleh pasien dapat ditanyakan langsung kepada peneliti. Skala data ordinal, uji analisis yang digunakan statistik non parametrik. Analisa untuk menguji perbedaan nilai pre test dan post test menggunakan Wilcoxon, yaitu untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan. Uji analisis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan data tak berpasangan menggunakan Mann Whitney U-Test. Penelitian ini menggunakan taraf signifikan p value <0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo adalah salah satu rumah sakit swasta di Ponorogo yang merupakan amal usaha Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Adapun ruangan yang digunakan untuk penelitian adalah Ruang Siti Fadilah. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat didiskripsikan responden sesuai dengan tabel berikut : Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia. No Usia Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 20-35 tahun 5 33,34% 2 13,37% 2 36-50 tahun 4 36,66% 7 46,66% 3 51-65 tahun 6 40% 6 40% Jumlah 15 100% 15 100% Tabel 1. Dapat diketahui usia responden kelompok eksperimen yang paling banyak adalah berusia 51-65 tahun yaitu 6 orang (40%). Sedangkan responden paling sedikit adalah berusia 36-50 tahun yaitu sebanyak 4 orang (36,66%)

Pada kelompok kontrol dapat diketahui usia responden yang paling banyak adalah berusia 36-50 tahun yaitu 7 orang (46,66%). Sedangkan responden yang paling sedikit berusia 20-35 tahun sebanyak 2 orang (13,37%). Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. No Jenis kelamin Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 Laki-Laki 9 60% 7 46,66% 2 Perempuan 6 40% 8 53,34% Jumlah 15 100% 15 100% Tabel 2. Dapat diketahui jenis kelamin responden kelompok eksperimen yang banyak adalah laki-laki sebanyak 9 orang (60%). Pada kelompok kontrol dapat diketahui jenis kelamin yang banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 8 orang (53,34%) Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. No Tingkat Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Pendidikan Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 SD 7 46,67% 10 66,67% 2 SMP 3 20% 3 20% 3 SLTA 3 20% 2 13,33% 4 PT 2 13,33% - - Jumlah 15 100% 15 100% Tabel 3. Tingkat pendidikan responden penelitian kelompok eksperimen paling banyak adalah berpendidikan SD yaitu sebanyak 7 orang (46,67%). Sedangkan responden yang paling sedikit adalah berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 2 orang (13,33%). Pada kelompok kontrol dapat diketahui tingkat pendidikan responden paling banyak adalah berpendidikan SD yaitu sebanyak 10 orang (66,67%), sedangkan responden paling sedikit adalah pendidikan SMA yaitu sebanyak 2 orang (13,33%). Tabel4. DistribusiResponden Berdasarkan Kategori Operasi No KategoriOperasi Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 Sedang 7 46,66% 5 34,33% 2 Besar 8 53,34% 10 66,67% Jumlah 15 100% 15 100% Tabel 4. Dapat diketahui kategori operasi responden kelompok eksperimen yang paling banyak adalah operasi besar yaitu sebanyak 8 orang (53,34%). Pada kelompok kontrol dapat diketahui kategori operasi yang paling banyak adalah operasi besar yaitu sebanyak 10 orang (66,67%).

Tabel 5. Distribusi Responden Tingkat Kecemasan Kelompok Eksperimen Kelompok Eksperimen No Tingkat Kecemasan Pre Test N % Kelompok Eksperimen Post Test N % 1 Tidak Cemas - - 6 40% 2 Cemas Ringan 4 26,7% 8 53,3% 3 Cemas Sedang 7 46,6% 1 6,7% 4 Cemas Berat 4 26,7% - - Jumlah 15 100% 15 100% Tabel 5. Dapat diketahui tingkat kecemasan responden kelompok eksperimen pre test yang paling banyak adalah kecemasan sedang yaitu sebanyak 7 orang (46,7%), sedangkan kelompok eksperimen post test tingkat kecemasan responden paling banyak adalah kecemasan ringan sebanyak 8 orang (53,3%) Tabel 6.Distribusi Responden Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol No Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol Pre Test N % Kelompok Kontrol Post Test N % 1 Tidak Cemas - - - - 2 Cemas Ringan 4 26,7% 4 26,7% 3 Cemas Sedang 7 46,6% 8 53,3% 4 Cemas Berat 4 26,7% 3 20% Jumlah 15 100% 15 100% Tabel 6. Kelompok kontrol pre test dapat diketahui tingkat kecemasan yang paling banyak adalah kecemasan sedang yaitu sebanyak 7 orang (46,7%), sedangkan kelompok kontrol post test tingkat kecemasan responden paling banyak adalah kecemasan sedang sebanyak 8 orang (53,3%) Hasil uji Wilcoxon tentang pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Tabel 7. Uji Wilcoxon Pre test dan Post Test pada kelompok eksperimen Uji Wilcoxon pre test dan post test pada kelompok eksperimen Nilai Z -3,256 a Sig. (2-tailed) 0.001 Tabel7. Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa p-value yang didapat sebesar 0,001 (p-value< 0,05), maka Ha diterima dan nilai Z -3,256. Hasil tersebut menyatakan bahwa tingkat kecemasan pasien sebelum dan sesudah dilakukan komunikasi terapeutik menyatakan ada perbedaan hasil setelah diberi perlakuan. Tabel 8. Uji WilcoxonPre test dan Post Test padakelompok kontrol Uji Wilcoxon pre test dan post test pada kelompok kontrol Nilai Z -3,256 a Sig. (2-tailed) 0.317 Tabel 8. Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa p-value yang didapat sebesar 0,317.(p-value >0,05), maka Ho diterima. Hasil tersebut menyatakan bahwa tingkat kecemasan pasien pre test dan post test pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan.

Tabel 9 Hasil Uji Mann Whitney U-Test Variabel Mean Rank Z Asymp.Sig Tingkat kecemasan kelompok eksperimen dan kelompok 8,00-3,867 0,000 kontrol Berdasarkan data-data dari 30 responden yang ada di Ruang Siti Fadilah kelas 3 Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo, yang telah dilakukan uji statistik Mann Whitney U-Test dengan bantuan komputerisasi dan diperoleh nilai Z sebesar -3,867 dengan Asymp Sig sebesar 0,000. Dari hasil uji statistik telah diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti pemberian komunikasi terapeutik berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Siti Fadilah kelas 3 Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo. Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui tingkat kecemasan responden pre test pada kelompok eksperimen, kecemasan sedang yaitu sebanyak 7 orang (46,7%) dan kecemasan ringan, kecemasan berat sebanyak 4 orang (26,7%), yang banyak mengalami kecemasan berat adalah responden berpendidikan SD. Pendidikan yang rendah dapat menyebabkan seseorang mudah mengalami stres yang disebabkan karena kurangnya informasi. Jika seorang pasien terpapar informasi tentang penyakitnya lebih jelas, maka pasien dapat tenang dalam menghadapi proses pre operasi. Menurut Pamungkas (2011) kecemasan dan stres mudah terjadi pada orang dengan tingkat pendidikan rendah karena kurangnya informasi yang didapat. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir rasional dan menangkap informasi termasuk dalam menguraikan masalah baru. Pada responden pre test kelompok eksperimen ada satu responden dengan usia 54 tahun, berpendidikan SD dan akan menjalani operasi besar hanya mengalami kecemasan ringan, hal ini disebabkan responden pernah menjalani operasi hernia dua tahun yang lalu, umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang dewasa lebih percaya diri dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Stuart, 2006). Hasil penelitian tingkat kecemasan responden post test pada kelompok eksperimen tidak cemas sebanyak 6 orang (40%), cemas ringan sebanyak 8 orang (53,3%), cemas sedang sebanyak 1 orang (6,7%). Setelah mendapat komunikasi terapeutik banyak sekali responden yang mengalami penurunan tingkat kecemasan tanpa memandang tingkat pendidikan, usia dan kategori operasi. Hal ini menunjukkan tidak semua responden yang memiliki pengetahuan tinggi tidak mengalami kecemasan begitu juga responden yang memiliki pengetahuan pre operasi kurang akan mengalami kecemasan berat, hal ini mungkin tergantung terhadap persepsi atau peneriman responden itu sendiri terhadap operasi yang akan dijalankannya, mekanisme pertahanan diri dan meknisme koping yang digunakan. Pada sebagian orang yang mengetahui informasi pre operasi secara baik justru akan meningkatkan kecemasannya, dan sebaliknya pada responden yang mengetahui informasi pre operasi yang minim justru membuatnya santai menghadapi operasinya, menurut Asmadi (2008) setiap ada stressor

yang menyebabkan individu merasa cemas maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan pasien yang setelah diberikan komunikasi terapeutik mengatakan bahwa dirinya menjadi lebih tenang, ikhlas dan siap menjalani tindakan operasi. Ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Hidayat (2009) bahwa komunikasi yang terampil, profesional, menghormati privasi pasien, pasien akan merasa lebih diperhatikan, mendapat dukungan, dan memiliki pemahaman sehingga dapat mengurangi perasaan gellisah, tegang, takut dan cemas. Besar kecilnya jenis operasi juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialami pasien pre operasi, ini dikarenakan pasien merasa adanya ketakutan yang muncul akibat dampak dari tindakan operasi tersebut. Menurut Muslimah (2010) bahwa tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit diterima bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan terburuk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang dialami.kecemasan yang mereka alami biasanya tekait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui tingkat kecemasan responden pre test pada kelompok eksperimen yang paling banyak adalah kecemasan sedang yaitu sebanyak 7 orang (46,7%) dan kecemasan ringan, kecemasan berat sebanyak 4 orang (26,7%), sedang tingkat kecemasan responden post test pada kelompok eksperimen tidak cemas sebanyak 6 orang (40%), kecemasan ringan sebanyak 8 orang (53,3%), dan kecemasan sedang sebanyak 1 orang ( 6,7%). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui tingkat kecemasan responden pre test pada kelompok kontrol yang paling banyak adalah kecemasan sedang yaitu sebanyak 7 orang (46,7%) dan kecemasan ringan, kecemasan berat sebanyak 4 orang (26,7%), sedang tingkat kecemasan post test pada kelompok kontrol yang paling banyak adalah kecemasan sedang sebanyak 8 orang (53,3%), cemas ringan sebanyak 4 orang (26,7%) dan kecemasan berat sebanyak 3 orang (20%) Pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan pasien yang setelah diberikan komunikasi terapeutik mengatakan bahwa dirinya menjadi lebih tenang, ikhlas dan siap menjalani tindakan medis operasi, ini membuktikan bahwa komunikasi terapeutik dapat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialami pasien pre operasi, sehingga pasien lebih percaya diri dalam menghadapi tindakan operasi. Ini dikarenakan di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo menerapkan komunikasi yang efektif sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan, karena komunikasi yang efektif dapat menurunkan rasa gelisah dan tegang Untuk mengetahui lebih jauh signifikasi pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi maka dilakukan uji analisis dengan menggunakan bantuan komputerisasi. Hasil uji analisis didapatkan hasil t hitung >t tabel serta P< 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada pengaruh antara komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang Siti Fadilah Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo, hal ini menunjukkan bahwa komunikasi

terapeutik merupakan salah satu teknik untuk mengatasi kecemasan pada pasien pre operasi, seperti yang diterangkan oleh Baradero (2009), perawat mempunyai kewajiban membantu pasien mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi operasi, termasuk dalam pendidikan kesehatan, maka diperlukan ketrampilan komunikasi yang baik. Sikap dan tingkah laku perawat membantu menumbuhkan rasa kepercayaan pasien.setiap kontak yang dilakukan dengan pasien hendaklah dia merasakan berada diantara orangorang yang memperhatikan keselamatannya. Pemberian komunikasi terapeutik yang diberikan perawat terhadap pasien berisi tentang diagnosa penyakit, manfaat, urgensinya tindakan medis, resiko, komplikasi yang mungkin terjadi, alternatif prosedur lain yang dapat dilakukan, konsekuensi apabila tidak dilakukan tindakan medis, prognosis penyakit, dampak yang ditimbulkan dari tindakan medis serta keberhasilan/ketidakberhasilan dari tindakan medis. Dengan begitu pasien mengetahui informasi tindakan yang akan dilakukan dokter ketika pasien dalam posisi tidak sadar. Karena yang menangani adalah orang-orang yang ahli dalam bidangnya pasien akan merasa lebih tenang dalam menjalani tindakan invasif bedah sehingga dapat menurunkan tingkat stres yang dialaminya (Asmadi, 2008) Menurut Brunner & Suddarth (2003), adanya persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya sehingga perawat perlu memberikan dukungan mental kepada pasien yang akan dilakukan operasi dan dapat dilakukan berbagai cara untuk memberi dukungan yaitu membantu pasien mengetahui tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami pasien selama proses operasi, menunjukkan kamar operasi, memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang proses yang ada, mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien. Prosedur mengenai pelaksanaan operasi merupakan stimulus tersendiri bagi individu sehingga individu akan memberikan respon baik yang adaptif. Respon yang maladaptif dalam operasi adalah salah satunya dalam kecemasan yang meningkat yaitu menolak operasi, menangis, ketakutan dan lain-lain, sedang respon adaptif salah satunya adalah mampu mengontrol emosi, mengontrol kecemasan dalam menghadapi operasi. Kemampuan individu untuk mengontrol kecemasan tersebut merupakan reaksi internal individu yang akan sangat dipengaruhi oleh respon eksternal sistem. Respon eksternal akan turut membantu terbangunnya kontrol kecemasan, salah satunya dengan komunikasi terapeutik yaitu komunikasi yang didasari saling percaya dan prosedur tindakan medis operasi sesuai dengan standar prosedur operasional pasien pre operasi. Sehingga setelah dilakukan pemberian komunikasi terapeutik tingkat kecemasan pasien pre operasi akan mengalami penurunan (Asmadi, 2008) Hasil penelitian didukung oleh Prasetyo (2009) yang meneliti pengaruh terapi psikospiritual terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pengukuran kecemasan menggunakan kuesioner HRS-A jenis penelitian yang digunakan eksperimen dengan desain Non Equivalent Control Group hasil pengujian statistik t bebas α=0,05 dan p=0,02. Penelitian ini menunjukkan p<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna pemberian terapi psiko spiritual terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi. Atmawati (2010) juga meneliti adanya hubungan komunikasi terapeutik dan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo, jenis

penelitian yang digunakan studi korelasi dengan rancangan Cross Sectional dari hasil penelitian uji statistik Kendall Tau nilai τ sebesar 0,480 dengan taraf signifikasi (p) 0,001. Penelitian ini menunjukkan p<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Hasil penelitian lain yang mendukung penulis yaitu Bariroh (2012) yang meneliti hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi tindakan keperawatan invasive di ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, jenis penelitian non eksperimen menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional, analisa data Kendall Tau hasil penelitian ini didapatkan p value 0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi tindakan keperawatan invasif. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa pemberian komunikasi terapeutik berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Siti Fadilah kelas 3 Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo. Saran Bagi Pasien Agar dapat mencari informasi sebelum dilakukan tindakan medis operasi sehingga bisa menerima keadaan dan bisa meminimalisasi kecemasan yang dirasakan Bagi Perawat. Perawat diharap bisa memberikan komunikasi terapeutik yang terampil, profesional dan menghormati privasi pasien sehingga pasien merasa lebih diperhatikan, mendapat dukungan dan memiliki pemahaman tentang tindakan perawatan yang akan diberikan pada pasien. DAFTAR RUJUKAN Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC Baradero, Mary, dkk. (2009). Klien Gangguan Endokrin : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Brunner & Suddarth.(2003). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Muslimah, I.M. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Peran Perawat Perioperatif Di IRNA Bedah RSUP DR. M. Djamil, Padang. Diakses pada tanggal 16 September 2013 Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Pamungkas. (2011), Konsep Kecemasan http:// Teori Kecemasan. blogspot.com/2011/03/apa itu Kecemasan. html, diakses tanggal 16 September 2012 Rodhianto, (2008). Keperawatan Perioperatif. http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/di/keperawatanperioperatif.html. Diakses pada tanggal 16 September 2013 Stuart dan Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC

Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktek. Jakarta : EGC. Zairi, D. H. (2012). Tehnik Perawatan Pada Pasien. http://blogspot.com/tehnik-perawatan-pada-pasien.html. Diakses pada tanggal 16 September 2013