ARTIKEL Judul ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Oleh MADE ANGGA SETIAWAN 1014021020 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014
ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Made Angga Setiawan Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {Anggasinatra@yahoo.com, pembimbing1,pembimbing2}@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) sejarah keberadaan arca megalitik di Pura Sibi Agung Desa Pakraman Kesian, Gianyar, Bali, (2) wujud, dan fungsi arca megalitik yang terdapat di Pura Sibi Agung Desa Pakraman Kesian, Gianyar, Bali, dan (3) aspek-aspek dari arca megalitik di Pura Sibi Agung yang memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah zaman pra aksara kelas X di SMA berdasarkan kurikulum 2013, Bali. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) metode pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) Latar belakang dari pembuatan Arca Megalitik ini adalah adanya kepercayaan masyarakat pada zaman pra aksara terhadap arwah nenek moyang, Arca Megalitik tertua di Pura Sibi Agung sudah ada jauh sebelum dibangunnya pura ini. (2) Wujud Arca Megalitik di Pura Sibi Agung keseluruhan berbentuk sederhana, dan difungsikan sebagai lambang pemujaan arwah leluhur, sebagai sarana pendidikan sosial, sebagai benda peninggalan purbakala, dan sebagai benda budaya. (3) Aspek-Aspek dari Arca Megalitik Di Pura Sibi Agung yang memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah Zaman Pra Aksara kelas X di SMA berdasarkan kurikulum 2013 adalah, aspek bentuk fisik Arca Megalitik, aspek sejarah (historis), aspek gotong royong dan kebersamaan, aspek religius (religi). Kata Kunci: arca megalitik, wujud dan fungsi, sumber belajar ABSTRACT This study aims to determine, (1) the history of these megalithic statues at Pura Agung Pakraman Kesian Sibi, Gianyar, Bali, (2) form, and function of megalithic statues contained in Sibi Pura Agung Pakraman Kesian, Gianyar, Bali, and (3) aspects of megalithic statues at Pura Agung Sibi which has potential as a source of learning the history of the pre script of class X in high school based curriculum, 2013, Bali. In this study, the data collected using qualitative methods with the stages; (1) a technique of determining the location of the research, (2) determination techniques informant, (3) data collection methods (observation, interviews, review of documents), (4) techniques guarantor authenticity of the data (data triangulation, triangulation method), and (5) techniques data analysis. The results showed that, (1) Background of the making of this megalithic statue is the public confidence in pre script to the ancestral spirits, the oldest megalithic statues at Pura Agung Sibi existed long before the building of this temple. (2) The form of megalithic statues at Pura Agung Sibi simple overall shape, and functioned as a symbol of ancestor worship, as a means of social education, as ancient relics, and as cultural objects. (3) Aspects of Arca Megalithic In Sibi Temple Court which has potential as a source of learning the history of the Age Pre alphabet X in high school class of 2013 is based on the curriculum, aspects of the physical form of megalithic statues, historical aspects (historical), aspects of mutual cooperation and solidarity, religious aspects (religion). Keywords: megalithic statues, form and function, learning resources
PENDAHULUAN Pura merupakan bangunan suci tempat beribadah bagi umat Hindu Bali. Pura memiliki fungsi sesuai dengan sejarah yang menjadi latar belakang berdirinya pura. Fungsi pura yang pertama adalah fungsi religius yaitu sebagai tempat melaksanakan pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang kedua adalah fungsi sosial yaitu berfungsi sebagai lembaga sosial yang dapat mengembangkan dan membina nilai-nilai solidaritas serta nilai kebersamaan, dan yang ketiga adalah fungsi pendidikan yaitu dapat berfungsi sebagai sumber belajar sejarah, fungsi pura sebagai sumber belajar sejarah semakin kuat terutama bila di dalamnya terdapat benda-benda bersejarah seperti arca. Keberadaan Arca yang begitu banyak purapura di Pulau Bali tidak lepas dari kepercayaan masyarakat Bali yang mayoritas merupakan umat Hindu. Motif arca manusia sederhana diduga berasal dari tradisi pra-hindu masih sangat dominan ritual upacara keagamaan di pura-pura yang masih dipuja/dilestarikan masyarakat Bali masa kini. Arca-arca yang dijumpai di beberapa pura di Bali sampai sekarang tetap digunakan sebagai media pemujaan. Ini berarti, bahwa arca-arca yang unik dipergunakan sebagai media pemujaan antara lain, untuk memohon keselamatan, pengobatan suatu penyakit, kesuburan, dan lain-lainnya yang mencerminkan sistem peribadatan pra Hindu. Keberadaan unsur megalitik dalam sarana perayaan agama Hindu di Bali merupakan petunjuk, bahwa tradisi megalitik telah berkembang cukup lama yang muncul sejak zaman neolitik, dan sampai sekarang benar-benar telah masuk dalam pola pikir penduduk Indonesia di beberapa tempat dalam berbagai kurun waktu (Sutaba, 1980). Bangunan megalitik artinya bangunan dari batu-batu besar (Sagimun, 1987: 33; Asmito, 1992: 17). Adapun bangunan-bangunan batu pada masa megalitik antara lain menhir, dolmen, sarkopagus atau keranda, kubur batu, punden berundak-undak, waruga, dan arca. Arca merupakan salah satu peninggalan megalitik yang banyak dijumpai di beberapa Pura Kuno yang terdapat di wilayah Kabupaten Gianyar. Salah satu pura yang di dalamya banyak menyimpan arca kuno adalah Pura Sibi Agung yang secara administratif terletak di Desa Pakraman Kesian, Gianyar, Bali Salah satu keunikan pura ini adalah di dalamnya tersimpan benda-benda peninggalan purbakala. Hal ini terbukti dengan terdapatnya arca-arca yang berasal
dari zaman megalitik, dan arca yang berasal dari zaman klasik, yang merupakan peninggalan sejarah yang tetap terjaga di dalam pura. Walaupun ada yang sudah dalam kondisi lapuk, di dalam Pura Sibi Agung juga terdapat beberapa buah fragmen bangunan seperti saluran air yang bagian bingkainya berbentuk sisi genta. Pada tembok sisi selatan pura juga ditemukan fragmen-fragmen bingkai berbentuk segi empat, di antaranya ada yang berhiaskan ukiran yang berbentuk rumah siput (kakul-kakulan). Pada halaman Pura Sibi Agung juga terdapat batu padas kuno yang terbuat dari batu tunggal, berbentuk persegi empat panjang, yang di dalamnya terdapat lubang dan berisikan air. Pada halaman pura juga ditemukan beberapa onggokan batu padas kuno. Benda-benda ini juga dikeramatkan oleh masyarakat setempat, dan setiap hari-hari tertentu (piodalan) diberikan sesajen. Arca megalitik di Pura Sibi Agung, Desa Pakraman Kesian, Gianyar, Bali, yang penulis kaji terdiri dari berbagai jenis arca bercorak megalitik yang tersimpan dalam palinggih Pejenengan Puseh Desa, palinggih Gedong Sibi Agung, dan palinggih Ratu Mas Bongol. Selain arca yang bercorak megalitik tersebut, di Pura Sibi Agung juga terdapat arca-arca perwujudan yang bentuknya masih menunjukkan adanya pengaruh megalitik. Secara umum arca megalitik di Pura Sibi Agung Desa Pakraman Kesian, oleh penyungsungnya difungsikan sebagai media pemujaan untuk memohon keselamatan, perlindungan, dan kemakmuran bagi masyarakat sehingga arca megalitik tersebut disakralkan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui di Pura Sibi Agung pemujaan kepada arwah leluhur dapat memberikan kekuatan magis, sebagai awal kepercayaan yang paling tua. Namun dilihat dari pemanfaatan peninggalan ini sebagai sumber belajar sejarah zaman pra aksara, masih sangatlah kurang. Padahal jika dilihat dari keberadaan arca megalitik tentu peninggalan ini bisa dipakai sebagai alternatif bagi guru untuk mengajarkan materi pembelajaran sejarah dengan topik kepercayaan pra aksara menjadi lebih efektif. Berdasarkan beberapa keunikan, dan permasalahan yang ditemui, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam, dalam mengkaji beberapa aspek tertentu yang tampak pada keberadaan peninggalan arca megalitik ini, sehingga dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan sejarah arca megalitik, dan manfaatnya bukan saja bagi masyarakat Desa Pakraman Kesian pada khususnya, dan wilayah Gianyar pada umumnya, tetapi dapat berkontribusi sebagai sumber belajar sejarah zaman pra
aksara yang tercantum dalam silabus pelajaran sejarah kelas X di Berbasis Kurikulum 2013. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini menyangkut tinjauan umum tentang Arca Megalitik yang dibuat berlatar belakang konsepsi kepercayaan masyarakat yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Wujud dari Arca Megalitik tersebut adalah berwujud sederhana hanya menggambarkan bagian-bagian yang dianggap penting, dan fungsi dari arca megalitik ini adalah berpangkal pada konsep tentang religi yaitu sebagai, lambang pemujaan arwah leluhur, sebagai sarana pendidikan sosial, sebagai benda peninggalan purbakala, dan sebagai benda budaya. Selain itu Arca Megalitik ini juga memiliki aspek-aspek yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebgai sumber belajar sejarah, aspek-aspek yang terkandung dalam Megalitik tersebut adalah, aspek bentuk fisik Arca Megalitik, aspek sejarah (historis), aspek gotong royong, dan kebersamaan, serta aspek religius (religi). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif etode kualitatif diantaranya terdapat (1) teknik penentuan lokasi penelitian. Lokasi yang ditinjau adalah Desa Pakraman Kesian sebagai lokasi berdirinya Pura Sibi Agung yang di dalamnya terdapat Arca Megalitik. (2) teknik penentuan informan. Informan yang dituju untuk memperoleh data yaitu, Jero Mangku Dewa Made Putra (54 tahun), Jero Mangku Istri Desak Nyoman Sanjiwani (52 tahun), I Wayan Parjana (59 tahun), I Made Suratnaya (48 tahun), Jero Mangku I Gede Pastika (71 tahun), I Ketut Maruta (56 tahun), I Made Purwa (61), I Made Sutaba (63 tahun). (3) teknik pengumpulan data (tehnik observasi, tehnik wawancara, studi dokumentasi), (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), dan (5) teknik analisis data. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Keberadaan Arca Megalitik di Pura Sibi Agung di Desa Pakramaan Kesian, Gianyar, Bali Latar belakang pembuatan Arca Megalitik di Pura Sibi Agung ini adalah, mulai berkembangnya suatu kepercayaan di tengah-tengah masyarakat Desa Pakraman Kesian pada zaman pra aksara yaitu percaya akan hal-hal yang dianggap hebat dan menyeramkan. Misalnya, percaya dengan keberadaan roh suci leluhur atau nenek moyang. Dengan melakukan pemujaan terhadap roh suci nenek moyang tersebut masyarakat pra aksara percaya bahwa nantinya mereka akan memperoleh keselamatan, pengobatan suatu penyakit, kesuburan, dan lain-lainnya, sehingga untuk
memudahkan melaksanakan pemujaan terhadap roh suci leluhur maka masyarakat Desa Pakraman Kesian pada zaman pra aksara membuat simbol leluhur atau nenek moyangnya tersebut dalam wujud Arca Megalitik. (wawancara dengan I Made Purwa, tanggal 13 April 2014). Arca Megalitik di Pura Sibi Agung, merupakan arca yang paling awal dibuat/arca yang tertua, dibandingkan dengan arca-arca perwujudan dan arca dewa-dewa yang terdapat di pura ini. Arca megalitik ini dipercaya sudah ada sejak zaman pra Hindu, yaitu sudah ada sebelum dibangunnya Pura Sibi Agung, sehingga Arca Megalitik yang terdapat di Pura Sibi Agung ini merupakan salah satu bukti sejarah yang penting, karena mengandung berbagai informasi tentang kehidupan masyarakat Desa Pakramaan Kesian khususnya beberapa tahun silam, sampai sekarang yang mengandung nilai-nilai luhur. Wujud dan Fungsi Arca Megalitik di Pura Sibi Agung di Desa Pakramaan Kesian, Gianyar, Bali Dari ketiga Arca Megalitik yang terdapat di pura ini, secara umum mempunyai wujud yang hampir sama yaitu menyerupai Ganesha namun dalam wujud yang masih sangat sederhana. Dari segi bentuknya dapat diketahui bahwa arca ini sangat sederhana dalam pembuatannya. Dari segi bahan pembuatannya ketiga Arca Megalitik ini terbuat dari batu padas yang berbentuk silindris. Bagian atas kepala dari arca ini berbentuk rata, dari segi bagian mukanya berbentuk sangat sederhana, hidungnya berbentuk tanda tanya terbalik, dan sedikit menyerupai belalai gajah. Berdasarkan hasil wawancara dengan I Made Purwa (60 tahun) mengenai wujud hidung Arca Megalitik beliau berpendapat bahwa: Bentuk hidung dari Arca Megalitik di Pura Sibi Agung menyerupai Belalai Gajah. Sehingga apabila diakitkan dengan pengarcaan Dewa-Dewa Hindu sedikit menyerupai Ganesha yang dalam ajaran agama Hindu merupakan putra dari Dewa Siwa. Diperkirakan wujud hidung dari ketiga arca megalitik tersebut melambangkan kesuburan (Wawancara tanggal 14 April 2014). Bagian daun telinga Arca Megalitik ini kelihatan lebar. Bagian lehernya tidak proposional, seakan-akan menyatu dengan badan. Pada bagian tangannya nampak tidak lengkap dengan jarinya, sedangkan pada bagian kakinya nampak tidak jelas. Dari ketiga Arca Megalitik tersebut arca yang tersimpan pada pelinggih Ratu Mas Bongol nampak mengalami kerusakan yakni aus pada bagian kepalanya (Sutaba dkk, 1992). Ketiga arca ini mempunyai perbedaan yaitu dari segi ukurannya hal tersebut berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakuakan oleh I Wayan Widia tahun 1977, adalah sebagai berikut, (1) Arca Megalitik pada palinggih Gedong Pura Sibi
Agung, ukurannya : tinggi : 32 cm, garis tengah : 24 cm, dengan tinggi kepala : 15 cm. 2), (20) Arca Bercorak Megalitik pada palinggih Pejenengan Puseh Desa, ukurannya: tinggi: 32 cm, garis tengahnya: 24 cm, (3) Arca Bercorak Megalitik pada palinggih Ratu Mas Bongol, ukurannya: tinggi: 30 cm, garis tengah: 16 cm. Keberadaan dari Arca Megalitik di Pura Sibi Agung mempunyai fungsi yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan masyarakat Desa Pakraman Kesian sampai saat ini, yaitu (1) Sebagai lambang pemujaan arwah leluhur, Arca Megalitik di Pura Sibi Agung merupakan peninggalan sejarah dan purbakala yang berfungsi sebagai suatu simbol/lambang yang bersifat religius, yaitu sebagai suatu sarana untuk menghubungkan diri dengan roh nenek moyang atau leluhur dalam wujudnya sebagai Arca Megalitik. Pemujaan terhadap roh nenek moyang atau leluhur masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Kesian sampai saat ini. (2) Sebagai sarana pendidikan sosial, upacara pemujaan terhadap Arca Megalitik di Pura Sibi Agung, secara tidak langsung merupakan media pendidikan nonformal. Dalam pelaksanaan upacara pemujaan tersebut mengandung suatu nilai-nilai sosial yang dapat mendidik masyarakat untuk bisa saling berinteraksi, bekerjasama, bertanggung jawab, membina rasa kekeluargaan, sehingga nantinya akan tercipta kehidupan masyarakat yang harmonis. (3) Sebagai benda peninggalan purbakala, yang berperan sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Keberadaan Arca Megalitik ini adalah sebagai bukti dan sumber sejarah, Arca Megalitik ini juga merupakan bukti terjadinya kesinambungan budaya pada generasi demi generasi pada masyarakat Desa Pakraman Kesian. (4) Sebagai benda budaya, pembuatan Arca Megalitik di Pura Sibi Agung, tidak hanya berpatokan pada unsur-unsur seni semata, tetapi lebih berpedoman kepada tujuan-tujuan yang berpatokan kepada aspek-aspek religius, yakni pemujaan terhadap roh nenek moyang atau leluhur, sehingga dapat diketahui bahwa Arca Megalitik di Pura Sibi Agung merupakan salah satu karya budaya yang berfungsi sakral atau religius setelah melalui suatu proses kepercayaan dalam masyarakat. Aspek-Aspek Dari Arca Megalitik Di Pura Sibi Agung Yang Memiliki Potensi Sebagai Sumber Belajar Sejarah Zaman Pra Aksara kelas X di SMA Berdasarkan Kurikulum 2013 Keberadaan Arca Megalitik di Pura Sibi Agung, Desa Pakraman Kesian memiliki suatu potensi untuk bisa dimanfaatkan sebagai suatu sumber belajar pada mata pelajaran sejarah khususnya
untuk sekolah yang letaknya paling dekat dengan objek ini. Peninggalan berupa Arca Megalitik di Pura Sibi Agung, Desa Pakraman Kesian dapat dimanfaatkan oleh guru mata pelajaran sejarah untuk bisa mengajarkan materi pembelajaran sejarah yang lebih kreatif, efektif dan konseptual, sehingga diperlukan suatu penyelidikan untuk mengetahui aspek-aspek yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Sibi Agung sehingga dapat dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah. Aspek-aspek yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Sibi Agung yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah zaman pra aksara kelas X adalah sebagai berikut: (1) Aspek Bentuk Fisik Arca Megalitik, apabila diamati dari bentuk fisik Arca Megalitik di Pura Sibi Agung Desa Pakraman Kesian, peninggalan ini tentu memiliki potensi untuk bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah zaman pra akasara, sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian tetang kehidupan masyarakat di lingkungan sekitarnya pada zaman pra aksara disertai dengan peninggalan sejarahnya secara langsung, sehingga siswa dapat berfikir logis, runut, dan sistematis. Keberadaan arca megalitik di Pura Sibi Agung tersebut dapat diaplikasikan ke dalam materi pembelajaran kelas X dengan melatih siswa untuk bisa menemukan, menanyakan, mendeskripsikan, melaporkan, dan mensosialisasikan materi pelajaran sejarah yaitu, Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya pra aksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat sehingga, keberadaan peninggalan Arca Megalitik di Pura Sibi Agung Desa Pakraman Kesian, dapat menjadi salah satu alternatif tempat yang bisa di kunjungi oleh guru dan siswa. Dengan mengamati Arca Megalitik secara langsung siswa dapat mengenal secara nyata mulai dari wujud, ukuran, dan bahan dari Arca Megalitik tersebut. (2) Aspek Sejarah (Historis), dalam peninggalan Arca Megalitik di Pura Sibi Agung Desa Pakraman Kesian juga mengandung aspek yang sangat penting dalam kehidupan di masa kini dan di masa depan. Hal tersebut terkait dengan buktibukti serta jejak-jejak sejarah yang terkandung di dalam Arca Megalitik tersebut yang bisa dikembangkan menjadi suatu sumber sejarah yang bisa digunakan untuk merekonstruksi sebuah peristiwa sejarah di masa lampau, sehingga Arca Megalitik di Pura Sibi Agung Desa Pakraman Kesian adalah salah satu objek peninggalan dari zaman megalitik atau pra aksara yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam menjelaskan sistem kepercayaan masyarakat pada zaman pra aksara, hal tersebut sesuai dengan silabus yang terdapat pada SMA kelas X, dengan kompetensi Dasar (KD) 3.4
Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat. Pada (KD) ini Guru sejarah sangat perlu mengenalkan sisi sejarah yang terdapat pada peninggalan Arca Megalitik tersebut, sehingga hal tersebut akan mampu meningkatkan minat siswa dalam mempelajari kehidupan masyarakat pada zaman pra aksara berserta dengan benda-benda peninggalan dari zaman tersebut. Belajar sejarah bukan hanya dari buku tetapi juga bisa dari lingkungan siswa, dari dalam kelas maupun keluar kelas (3) Aspek Gotong Royong dan Kebersamaan, dalam pembuatan dan pelaksanaan upacara pemujaan terhadap Arca Megalitik di Pura Sibi Agung Desa Pakraman Kesian tentunya gotong royong dan kebersamaan merupakan dasar utama dalam kesuksesan pembuatan dan pemujaan terhadap arca ini, sehingga Arca Megalitik di Pura Sibi Agung ini memiliki nilai luhur dalam sifat kehidupan bergotong royong, kebersamaan, persatuan, toleransi, saling membantu, merasa senasib sepenanggungan, dan lain-lain. Dalam proses pembuatan dan pelaksanaan upacara pada Arca Megalitik ini tidak mungkin tanpa dilandasi oleh rasa kebersamaan, gotong royong, persatuan, toleransi, saling membantu, dan lain-lain. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sudah terjadi suatu pewarisan berbagai nilai kehidupan, nilai luhur yang hidup pada masa lalu ke masa kini, yang sudah menunjukan adanya suatu kesinambungan budaya, sehingga dalam pembuatan dan pelestarian Arca Megalitik ini mengandung nilai gotog-royong dan kebersamaan yang dapat diselipkan dalam kompetensi dasar (KD) 3.4 Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di lingkungan terdekat, di dalamnya terkandung Sifat gotong royong dan kebersamaan dalam pembuatan dan pelestarian Arca Megalitik tersebut merupakan nilai-nilai yang bisa ditanamkan oleh guru kepada siswa dalam setiap kompetensi dasar (KD). (4) Aspek Religius (Religi), pada masa pra aksara masyarakat sangat taat dan berbhakti terhadap roh leluhur, hal tersebut tentunya dapat diketahui dari adanya peninggalanpeninggalan berupa benda budaya seperti Arca Megalitik, Menhir, dan lain-lain. Kepercayaan inilah yang bisa dipakai oleh guru sebagai sumber belajar sejarah dalam rangka peningkatan pemahaman siswa terhadap kejadian-kejadian masa pra aksara. Dengan secara langsung mengajak siswa ke peninggalan Arca Megalitik di Pura Sibi Agung Desa Pakraman Kesian, siswa secara otomatis akan dapat mengetahui secara lebih nyata mengenai kepercayaan dan kebudayaan leluhurnya masa pra aksara. Sehingga proses pembelajaran sejarah dapat berlangsung dengaan efektif, kreatif, optimal, dan menyenangkan.
SIMPULAN DAN SARAN Latar belakang pembuatan Arca Megalitik di Pura Sibi Agung ini adalah, mulai berkembangnya suatu kepercayaan di tengah-tengah masyarakat Desa Pakraman Kesian pada zaman pra aksara yaitu percaya akan hal-hal yang dianggap hebat dan menyeramkan. Misalnya, percaya dengan keberadaan roh suci leluhur atau nenek moyang. Dengan melakukan pemujaan terhadap roh suci nenek moyang tersebut masyarakat pra aksara percaya bahwa nantinya mereka akan memperoleh keselamatan, pengobatan suatu penyakit, kesuburan, dan lain-lainnya, sehingga untuk memudahkan melaksanakan pemujaan terhadap roh suci leluhur maka masyarakat Desa Pakraman Kesian pada zaman pra aksara membuat simbol leluhur atau nenek moyangnya tersebut dalam wujud Arca Megalitik. (wawancara dengan I Made Purwa, tanggal 13 April 2014). Dari ketiga Arca Megalitik yang terdapat di pura ini, secara umum mempunyai wujud yang masih sangat sederhana. Dari segi bahan pembuatannya ketiga Arca Megalitik ini terbuat dari batu padas yang berbentuk silindris. Bagian atas kepala dari arca ini berbentuk rata, dari segi bagian mukanya berbentuk sangat sederhana, hidungnya berbentuk tanda tanya terbalik, dan sedikit menyerupai belalai gajah, bagian daun telinga Arca Megalitik ini kelihatan lebar. Bagian lehernya tidak proposional, seakan-akan menyatu dengan badan. Pada bagian tangannya nampak tidak lengkap dengan jarinya, sedangkan pada bagian kakinya nampak tidak jelas. Perbedaan yang nampak dari ketiga Arca Megalitik di Pura Sibi Agung ini adalah dari segi ukuran Arca Megalitik ini. Fungsi dari Arca Megalitik di Pura Sibi Agung adalah, (1) Sebagai lambang pemujaan arwah leluhur, (2) Sebagai sarana pendidikan sosial, (3) Sebagai benda peninggalan purbakala, (4) Sebagai benda budaya. Aspek-aspek yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Sibi Agung yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah zaman pra aksara kelas X adalah sebagai berikut: (1) Aspek Bentuk Fisik Arca Megalitik, (2) Aspek Sejarah (Historis), (3) Aspek Gotong Royong dan Kebersamaan,(4) Aspek Religius (Religi). SARAN-SARAN Berdasarkan penelitian di atas penulis memberikan beberapa saran baik sebagai masyarakat maupun sebagai penulis, yaitu: Kepada Guru Sejarah yang akan memanfaatkan Arca Megalitik di Pura Sibi Agung ini sebagai sumber belajar
Sejarah, seharusnya strategi pembelajaran yang diterapkan untuk memanfaatkan aspek-aspek dari Arca Megalitik di Pura Sibi Agung yang memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah zaman pra aksara kelas X di SMA berdasarkan kurikulum 2013, adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai antara lain adalah, Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), Model Pembelajaran Berbasis Masalah, dan model pembelajaran lainnya yang dianggap sesuai untuk diterapkan. Pendekatan dalam proses pembelajaran yang sesuai untuk diterapakan adalah pendekatan scientific dalam proses pembelajaran yang merupakan ciri khas dari Kurikulum 2013. Dalam pendekatan saintifik (scientific) adalah suatu pendekatan yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, khususnya mata pelajaran sejarah pada masa pra aksara. DAFTAR RUJUKAN Asmito. 1992. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Semarang: IKIP Semarang Press. Sagimun, M. D. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. Jakarta: CV Haji Masagung. Sutaba, I Made.1980.Prasejarah Bali. Bali : BU Yayasan Purbakala. Sutaba, dkk, 1992.Laporan kerusakan dan rencana penanggulangan Pura Sibi Agung Kesian Gianyar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Suaka peninggalan Sejarah dan Purbakala Bali-NTB-NTT-Timtim 1992. Wawancara dengan I Made Puwa tanggal 14 April 2014. Widia, Wayan. 1977. Tinjauan Seni Arca Pura Sibi Agung. Pura Sibi Alit, dan Sekitarnya. Majalah Saraswati No: 11 Karya Widia Tak Berkala Museum Bali. Direktorat Musium Direktorat Jendral Kebudayaan P dan K.