STATUS KARIES PADA GIGI BERJEJAL DI SD NEGERI 12 TUMINTING

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

GAMBARAN STATUS KARIES DAN POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MAHASISWA ASAL TERNATE DI MANADO

Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia bulan di TK Negeri Pembina Denpasar

GAMBARAN STATUS KARIES PADA MURID SMP NEGERI 4 TOULUAAN KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi pada siswa SDN 174 Muara Fajar Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENCEGAHAN KARIES DAN STATUS KARIES MURID SD KELURAHAN MENDONO KECAMATAN KINTOM KABUPATEN BANGGAI

GAMBARAN INDIKASI PENCABUTAN GIGI DALAM PERIODE GIGI BERCAMPUR PADA SISWA SMP NEGERI 1 LANGOWAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KARIES GIGI PADA ANAK SD KELAS V - VI DI KELURAHAN PEGUYANGAN KANGIN TAHUN 2015

STATUS KEBERSIHAN MULUT ANAK USIA 9-11 TAHUN DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI MALAM SEBELUM TIDUR DI SDN MELONGUANE

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

Pengaruh nilai intelligence quotient (IQ) terhadap status karies gigi siswa di SMA Binsus Manado

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

PENILAIAN INDEKS DMF-T ANAK USIA 12 TAHUN OLEH DOKTER GIGI DAN BUKAN DOKTER GIGI DI KABUPATEN KETAPANG PROPINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gambaran Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Pengguna Alat Ortodontik Cekat di SMA Negeri 7 Manado

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

ABSTRAK. Efektivitas menyikat gigi, indeks plak, metode horizontal, metode roll

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

ABSTRAK HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN STATUS GIZI ANAK UMUR 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI III BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

GAMBARAN MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V DI MIN 9 KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PROMOSI MENYIKAT GIGI TERHADAP SKOR PLAK DI SEKOLAH DASAR KANDANGAN II, SEYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

GAMBARAN STATUS GINGIVA MENURUT KEBIASAAN MENYIKAT GIGI SEBELUM TIDUR MALAM HARI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 70 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

EFEKTIVITAS DENTAL HEALTH EDUCATION DISERTAI DEMONSTRASI CARA MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, yaitu. deskripsi tentang keadaan secara obyektif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI SISWA SDN TUMALUNTUNG MINAHASA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

Gambaran tindakan perawatan gigi anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2011

MULUT TERHADAP JUMLAH KARIES GIGI M1 PERMANEN PADA ANAK USIA 9-12 TAHUN DI MI SYAFAAT MUHAMMADIYAH JETIS KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB IV METODE PENELITIAN

GAMBARAN KARIES RAMPAN PADA SISWA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI DESA PINELENG II INDAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. April 2017

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN PEMERIKSAAN DAN STATUS KESEHATAN GIGI ANAK TERHADAP PERILAKU IBU MEMERIKSAKAN KESEHATAN GIGI ANAK DI KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

ABSTRAK. Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr, M.Kes Pembimbing II : drg. Winny Suwendere, MS

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STATUS KEPARAHAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR DI DAERAH TERTINGGAL DAN DAERAH PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

GAMBARAN STATUS KARIES MURID SEKOLAH DASAR NEGERI 48 MANADO BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT DAN STATUS GINGIVA PADA MAHASISWA DENGAN GIGI BERJEJAL

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : Pengetahuan, kesehatan gigi dan mulut, indeks def-t/dmf-t.

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

GAMBARAN PERILAKU KESEHATAN GIGI ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

Gambaran Kebutuhan Perawatan Karies Gigi pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung

GAMBARAN PENGGUNAAN MATERIAL RESTORASI SEMEN IONOMER KACA DI POLI GIGI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang berkaitan dengan bagian tubuh yang lain. Dampak sosial

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008).

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

GAMBARAN STATUS KARIES PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB YPAC MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

NILAI KARIES GIGI USIA 15 TAHUN DENGAN PEMERIKSA DOKTER GIGI DAN NON DOKTER GIGI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN

e-issn Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

Gambaran status karies dan status gizi pada murid TK Kartika XX-16 Manado

Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies Gigi (Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri Kota Bukittinggi)

Peran Orang Tua, Teman, Guru, Petugas Kesehatan Terhadap Perilaku Menggosok Gigi Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Sumberejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

Transkripsi:

STATUS KARIES PADA GIGI BERJEJAL DI SD NEGERI 12 TUMINTING 1 Dewi Malohing 2 P. S. Anindita 3 Paulina N. Gunawan 3 1 Kandidat skripsi Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran 2 Bagian Ortodonsia Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Bagian Kedokteran Gigi Anak Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Email: dewi_2759@yahoo.com Abstract: One of many dental problem has faced frequently by Indonesian people nowadays is dental caries, the other name for decay in teeth. The main factor leads into the caries is the setting of teeth (host) wich is out of the arch causing it hardly to be cleaned, tends to food and debris accumulated. These research aims to gain the image of the caries status for the crowding at tuminting 12 th elementary school public. DMF-T index is used for this caries examination. The research is presented into descriptions from, take student who have been fom ten to twelve years old with crowding conditions as population, then uses the total sampling method to determine sixty seven of them as sample. The result for crowding of the caries distribution shows that the range of DMF-T number is.7. it belongs to the low category, based on category of DMF-T index by WHO. Keywords: caries, crowding. Abstrak: Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang dihadapi penduduk Indonesia adalah tingginya penyakit jaringan keras gigi atau karies. Karies gigi disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor utama penyebab karies yaitu keadaan gigi (host), dimana posisi gigi dengan posisi keluar dari lengkung rahang, menyebabkan kesulitan pembersihan. Kondisi ini cenderung membuat makanan dan debris terakumulasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran status karies pada gigi berjejal di SD Negeri 12 Tuminting. Pemeriksaan karies menggunakan indeks DMF-T. Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif. Populasi dari penelitian ini yaitu siswa usia 1-12 tahun dengan kondisi gigi berjejal. Sampel berjumlah 67 orang dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Hasil penelitian tentang distribusi karies pada gigi berjejal menunjukkan rata-rata jumlah DMF- T ialah,7 dan menurut kategori indeks DMF-T dari WHO termasuk pada kategori sangat rendah. Keyword: karies, gigi berjejal. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang dihadapi penduduk Indonesia adalah tingginya penyakit jaringan keras gigi atau karies. Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) nasional tahun 27 menunjukkan prevalensi karies di Indonesia mencapai 72,1%. Riskesdas nasional 27 juga melaporkan bahwa skor DMF-T (D: decayed: gigi yang karies, M: missed: gigi yang hilang, F: filled: gigi yang ditumpat) di 94

Malohing, Anindita, Gunawan; Status Karies pada Gigi Berjejal... 95 Indonesia mencapai 4,85. Karies gigi merupakan suatu proses kerusakan yang dimulai dari email berlanjut ke dentin yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor utama penyebab karies yaitu keadaan gigi (host), dimana posisi gigi dengan posisi keluar dari lengkung rahang, menyebabkan kesulitan pembersihan. Kondisi ini cenderung membuat makanan dan debris 2 terakumulasi. Kecenderungan terjadinya karies meningkat pada keadaan gigi yang berjejal. Proses bakterial pada karies secara progresif dapat menyebabkan kerusakan 4 pada struktur jaringan keras gigi. Penelitian di Poland pada tahun 21 menunjukan bahwa prevalensi karies dan DMF-T pada gigi anterior dengan gigi berjejal lebih tinggi dari pada gigi yang 3 tidak berjejal. Penelitian di Hungria pada tahun 212 juga menunjukan hubungan antara maloklusi dengan skor DMF-T secara statistik lebih tinggi dibanding pada remaja yang tidak mengalami kelainan susunan 4 gigi. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 12 Tuminting karena di SD tersebut belum pernah dilakukan penelitian. Selain itu sekolah ini juga belum memiliki program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Penelitian tentang status karies pada gigi berjejal ini akan dilakukan pada murid yang berusia 1-12 tahun, karena sebagian besar anak pada usia tersebut gigi permanen sudah erupsi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Status Karies Pada Gigi Berjejal di SD Negeri 12 Tuminting. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di SD Negeri 12 di kecamatan Tuminting Manado Sulawesi Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 213. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 1-12 tahun dengan kondisi gigi berjejal berjumlah 67 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu anak dengan gigi permanen saja, 1 bersedia dan dijinkan oleh orang tua untuk dijadikan subjek penelitian dan bersifat kooperatif selama pengambilan data. Subjek penelitan yang tidak berada di tempat saat penelitian dilakukan dimasukkan dalam kriteria eksklusi. Metode pengambilan sampel yaitu Total Sampling. Pengambilan data karies gigi pada siswa dilakukan dengan cara mengumpulkan subjek penelitian di salah satu ruang kelas untuk melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan selama satu hari. Subjek penelitian dipanggil satu persatu dan diinstruksikan untuk duduk tenang, kemudian diinstruksikan membuka mulut. Karies gigi diperiksa menggunakan kaca mulut dan sonde, kemudian diperiksa menggunakan indeks DMF-T dengan melihat jumlah gigi karies (Decay), gigi yang hilang karena karies (Missing) dan gigi yang ditumpat akibat karies (Filling). Pemeriksaan DMF-T dilakukan dengan memeriksa 28 gigi yang ada. Jumlah DMF- T rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan jumlah gigi yang karies, hilang dan ditambal lalu dibagi dengan jumlah populasi. 7 D + M + F Indeks DMF-T = JJJJJJJJJJ h PPPPPPPPPPPPPPPP Kategori status karies berdasarkan jumlah DMF-T rata-rata menurut WHO mulai dari tingkat sangat rendah sampai sangat tinggi, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kategori DMF-T. Skor Kategori, 1,1 Sangat rendah 1,2 2,6 Rendah c,7 4,4 Sedang 4,5 6,5 Tinggi >6,6 Sangat Tinggi Data yang didapat kemudian dicatat dan dimasukkan dalam tabel kerja, diolah berdasarkan distribusi frekuensi kemudian disajikan dalam bentuk diagram. 8

96 Jurnal e-gigi (eg), Volume 1, Nomor 2, September 213, hlm. 94-98 HASIL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Tuminting. Subjek penelitian yang didapatkan berdasarkan kriteria inklusi berjumlah 67 orang dan distribusi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1. 5 4 49, 25% 5,75% 3 n 2 1 Laki-laki Perempuan Gambar 1. Diagram distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. berdasarkan jenis kelamin didapati jumlah siswa laki-laki dan perempuan hanya selisih satu orang. Siswa laki-laki sebanyak 33 orang (49,25%) dan siswa perempuan sebanyak 34 orang (5,75%). Hasil pemeriksaan karies berdasarkan jumlah mahasiswa yang terpapar karies dan bebas karies dapat dilihat pada Gambar 2. n 6 4 2 74,6% Terpapar karies 25,4% Bebas karies Gambar 2. Distribusi jumlah subjek penelitian yang terpapar karies dan bebas karies. 12 1 8 6 4 2 Gambar 3. Diagram distribusi komponen DMF-T. hanya komponen D dan F yang ditemukan pada subjek penelitian yang diperiksa, dan tidak terdapat komponen M. Keadaan karies pada mahasiswa pengguna alat ortodontik cekat dapat ditentukan dari jumlah DMF-T rata-rata yang diperoleh melalui hasil pembagian dari jumlah ketiga komponen DMF-T di atas dan jumlah subjek penelitian. Hasil pemeriksaan status karies berdasarkan jumlah DMF-T dapat dilihat pada gambar 4.,8,6 n,4,2 112 1 D M F Sangat Rendah,7 Sangat Rendah Sedang Tinggi Tinggi Gambar 4. Kategori status karies gigi berdasarkan indeks DMF-T. Jumlah DMF-T rata-rata ialah 1,7 dan menurut kategori indeks DMF-T termasuk pada kategori rendah. sebagian besar siswa dengan kondisi gigi berjejal 49 orang (74,6%) terpapar karies sedangkan sisanya 18 orang (25,4%) bebas karies. Hasil pemeriksaan karies berdasarkan distribusi komponen DMF-T dapat dilihat pada diagram (Gambar 3). BAHASAN Hasil pemeriksaan karies pada 67 murid yang menjadi subjek penelitian didapatkan lebih banyak siswa yang terpapar karies yaitu sebanyak 49 orang (74,6%) dan sebanyak 18 orang siswa (25,4%) bebas karies (Gambar 6). Penyebab munculnya karies tersebut dipengaruhi oleh

Malohing, Anindita, Gunawan; Status Karies pada Gigi Berjejal... 97 perilaku menjaga kebersihan gigi dan mulut siswa. Permukaan gigi yang tidak disikat dengan benar dapat menyebabkan sisa makanan menumpuk di sekitar gigi sehingga memicu terjadinya pembentukan plak. Apabila perilaku kebersihan mulut tersebut tidak diubah, maka lama-kelamaan proses pembentukan karies bisa terjadi dan semakin parah. Menurut Notoatmojo, kebiasaan menjaga kebersihan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mempengaruhi baik atau buruknya kesehatan gigi dan mulut. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan indeks DMF-T (Gambar 7) menunjukan jumlah komponen yang paling banyak yaitu komponen D sebanyak 112 gigi yang karies, sedangkan untuk komponen M tidak ada gigi yang hilang akibat karies dan komponen F yaitu gigi yang di tumpat hanya 1 gigi. Banyaknya jumlah gigi yang karies mengindikasikan bahwa siswa belum menerapkan kebiasaan menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur. Hal ini bisa dikaitkan dengan tidak adanya program UKGS di sekolah ini, sehingga mengakibatkan siswa belum memahami betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Karies yang muncul juga sebagian besar merupakan karies email tidak terdapat gigi yang hilang karena karies maupun gigi yang diindikasikan untuk dicabut. Sebagian besar gigi yang terkena karies yaitu gigi geraham. Hanya terdapat satu gigi dari satu satu murid yang ditumpat giginya. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa kurang menyadari untuk menjaga kesehatan mulutnya sendiri, karena pengetahuan tentang memelihara kesehatan gigi dan mulut masih tergolong rendah. Anak seusia ini masih sangat bergantung pada orang tua. Orang tua siswa hanya lebih memilih untuk membiarkan gigi anaknya berlubang daripada ditumpat karena ekonomi yang lemah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sogi dan Basgar pada siswa sekolah di India menunjukan status karies lebih baik pada anak dengan status pekerjaan orang tua menengah ke atas dibandingkan dengan pekerjaan orang tua menengah ke bawah. Jumlah DMF-T rata-rata pada subjek penelitian yang diperiksa yaitu 1,7 (Gambar 4). Berdasarkan kategori karies menurut WHO termasuk dalam kategori status karies rendah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Buczkowska yang menunjukan prevalensi karies pada anak dengan kondisi gigi berjejal tergolong tinggi. 4 Rendahnya status karies pada penelitian ini dapat disebabkan karena subjek pada penelitian ini ialah siswa SD yang berusia 1-12 tahun sedangkan subjek penelitian dari Buczkowska ialah anak yang berusia 15-19 tahun, dimana anak dengan usia 15-19 tahun giginya sudah terpapar lebih lama di dalam mulut sehingga semakin berpotensi mengalami karies. Karies berkembang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak dalam hitungan hari atau minggu melainkan bulan atau tahun. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hafez dkk yang menyatakan bahwa prevalensi karies pada anak dengan kondisi gigi berjejal lebih rendah dibandingkan pada usia dewasa. 7 SIMPULAN Penelitian ini menunjukan bahwa status karies siswa dengan kondisi gigi berjejal di SD negeri 1 Tuminting termasuk pada kategori rendah. Diperlukan peran orang tua dalam memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anak. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada drg. Ni Wayan Mariati, Mkes (Dosen penguji I) dan drg. Dinar Wicaksono, Sp.KG (Dosen penguji II) atas masukan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menemukan ide dalam penulisan karya tulis ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan

98 Jurnal e-gigi (eg), Volume 1, Nomor 2, September 213, hlm. 94-98 dasar nasional tahun 27. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 28; p.129-46. 2. Mansjoer A, Triyanati K, Savitri R, Wardhani,WI, Setiowulan W. Kapita Selekta kedokteran Jilid 1 (Edisi Ketiga). Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 1999; p.151-57. 3. Buczkowska J, Szyszka L, Wozniak K. Anterior tooth crowding and prevalence of dental caries in children in Szczecin, Poland. Dental Health. 212:29(2):1. 4. Masidin. Prevalensi pada remaja-remaja di hungria. [homepage on the Internet]. Nodate [cited 212 Des 3]. Available from: http://www.prevalensi-maloklusipada-remaja%2crowding-karies 5. Hafez HS, Shaarawy SM, Al-Sakiti AA, Mostafa YA. Dental crowding as a caries risk factor. USA: EBD, 213; p.443-5.