HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

PENGARUH USIA MENARCHE DAN PEKERJAAN TERHADAP TERJADINYA MENOPAUSE DI DESA BULOH PEUDAYA KECAMATAN PADANG TIJI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2011

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN TERJADINYA KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA KRISTEN 1 TOMOHON

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 11 KOTA GORONTALO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

RAHMAH Mahasiswi Pada STikes U BUDIYAH Banda Aceh

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PADA POLI UMUM DI PUSKESMAS JEULINGKE KECAMATAN SYIAH KUALA TAHUN 2014.

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang, demikian pula aspek sosial maupun psikologisnya. Pada masa

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

HUBUNGAN UMUR DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA BANDA ACEH. Ermila Eviana

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh Latar Belakang berdasarkan survei awal dengan mewawancarai pada 10 remaja putri tentang keputihan, yang mengetahui tentang keputihan yaitu 4 orang (40%), sebanyak 6 orang (60%) tidak mengetahui dengan jelas tentang masalah kepu tihan. Tujuan penelitian untuk mengetahui bubungan pengetahuan, prilaku Dengan Kejadian Keputihan Di Kelas 2 SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara. Metode Penelitian bersifat analitik dengan Desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh remaja putri di kelas 2. Pengambilan sampel dengan cara total sampling yaitu sebanyak 72 responden. Penelitian di laksanakan di SMA Negeri I Seunuddon tanggal 16 18 juli 2012. Pengumpulan data dengan cara menggunakan kuesioner. Hasil Penelitian kejadian keputihan pada remaja putri sebanyak 40 orang (55,6%), remaja putri yang berpengetahuan kurang sebanyak 39 orang (54,2%), dan prilaku remaja putri pada kategori negatif sebanyak 40 orang (55, 6%), Setelah dilakukan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti kurang dari α=0,05. Dengan demikian, ada hubungan antara perilaku, pengetahuan remaja putri terhadap kejadian Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan pengetahuan dan prilaku remaja putri dengan kejadian keputihan terdapat hubungan pengetahuan, prilaku, terhadap kejadian Saran pada petugas kesehatan agar dapat memberikan informasi tentang keputihan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya bagi remaja putri tentang kejadian Kata kunci : Keputihan, Pengetahuan, Prilaku PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Boyke, 2008). Organ intim wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan. Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan suasana kering. Kondisi lembab akan mengundang berkembang biaknya jamur dan patogen. ini adalah salah satu penyebab keputihan (Widyastuti, 2009). Keputihan atau floour albus merupakan masalah yang cukup serius dialami wanita, keputihan tidak menyebabkan kanker, namun salah satu gejala kanker mulut rahim, bisa juga

terjadi pada mereka yang belum pernah melakukan hubungan seksual jika wanita itu sering merokok. Wanita yang merokok memiliki kecanduan 12 kali lebih banyak dibandingkan wanita yang tidak merokok untuk menderita penyakit kanker mulut rahim. Keputihan ada yang normal dan ada yang tidak normal. Dalam keadaan normal, vagina akan menghasilkan cairan yang berwarna putih, tidak berbau dan dalam jumlah yang tidak berlebihan, cairan ini tidak berperan sebagai sesuatu sistem perlindungan dimana keputihan dapat mengurangkan gesekan antara dinding vagina ketika berjalan maupun ketika melakukan hubungan seksual. Wanita tidak seharusnya bimbang dengan masalah ini, keputihan yang normal berlaku beberapa hari sebelum datang haid, peningkatan libido ketika hamil atau selepas Menopause (Boyke, 2008). Menurut ( WHO, 2010) bahwa sekitar 75% perempuan di Dunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup nya, dan sebanyak 45% akan mengalami dua kali atau lebih, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Kondisi seperti ini bisa dicegah dengan melakukan kebiasaan vulva hygiene yang baik, sedangkan kebiasaan ini sendiri merupakan perilaku yang harus dibiasakan oleh setiap individu dan disertai dengan pengetahuan, untuk itu tenaga kesehatan mempunyai peranan penting untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya hygiene yang baik untuk mencegah keputihan melalui penyuluhan. Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat, ini merupakan salah satu penyebab dari keputihan (Maghfiroh, 2010). Berdasarkan data statistik provinsi Aceh tahun 2011 jumlah remaja putri yaitu 2,9 juta jiwa berusia 15-24 tahun, diantaranya 45% pernah mengalami Data RSUD CM Lhokseumawe tahun 2011 menyebutkan bahwa jumlah penderita kanker mulut rahim (servik) adalah 54 jiwa. Penderita yang sakit dalam keadaan stadium lanjut, kanker mulut rahim ini diawali dengan keputihan yang lama yang tidak diobati (Dinkes, 2010). Berdasarkan data pra survei yang peneliti lakukan pada tanggal 13 Februari 2011 di SMA Negeri 1 Seunuddon dengan wawancarai pada 10 remaja putri, terdapat 7 remaja putri yang mengalami keputihan, setelah ditanyakan tentang vulva hygiene, maka 4 orang (40%) selalu menjaga vulva hygiene, dan 3 orang (30%) yang membersihkan vagina dengan sabun sirih dan 3 orang (30%) lainnya tidak pernah menjaga vulva hygiene dengan baik. Tingkat pengetahuan remaja berpengaruh terhadap prilaku remaja dalam mencegah terjadinya keputihan, di SMA Negeri 1 Seunuddon remaja yang mengetahui tentang keputihan yaitu 4 orang (40%), sementara sebanyak 6 orang (60%) tidak mengetahui dengan jelas tentang masalah Setelah di lakukan wawancara lebih lanjut ternyata sebagian besar remaja yaitu 5 orang dari 7 orang yang mengalami keputihan tersebut, memiliki pengetahuan yang terjadi terhadap masalah Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah

ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku remaja putri dengan kejadian keputihan di kelas 2 SMA Negeri 1 Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku remaja putri dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 1 Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan menambah pembendaraan bahan perpustakaan yang telah ada. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan, bahan informasi dan masukan tentang sejauh mana hubungan antara pengetahuan dan Prilaku remaja putri dengan kejadian keputihan Bagi SMA Negeri 1 Seunuddon Kabupaten Aceh Utara dan sebagai masukan tentang manfaat mencegah terjadinya METODELOGI PENELITIAN V Independent Pengetahuan Perilaku V Dependent Kejadian Keputihan pada Remaja Gambar 3.1 Kerangka Konsep Variabel Penelitian Dalam penelitan ini definisi operasional masing masing variabel dan pengukurannya dijelaskan sebagai berikut: a. Kejadian Keputihan adala suatu cairan putih yang keluar dari daerah kemaluan bisa cair atau dalam keadaan kental. Dalam hal ini dapat di hitung dengan perbandingan Ada : jika mengalami keputihan dan Tidak : jika tidak mengalami keputihan b. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui Remaja tentang kejadian Dalam hal ini dapat di hitung dengan perbandingan baik > 5 dan kurang < 5 c. Perilaku adalah Respon remaja tentang pencegahan keputihan Dalam hal ini dapat di hitung dengan perbandingan positif dan negatif < Hipotesa Penelitian 1. Ha. Ada hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan kejadian Ho. Tidak ada hubungan antara pengetahuan remja putri dengan kejadian keputihan 2. Ha. Ada hubungan antara prilaku remaja putri dengan kejadian Ho. Tidak ada hubungan prilaku remaja putri dengan kejadian keputihan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional Study dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan prilaku remaja putri dengan kejadian

Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang sedang duduk di bangku kelas dengan jumlah populasi 72 orang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini, dengan menggunakan metode (total population) yaitu semua siswa SMA Negeri I seunuddon kelas II yang berjumlah 72 responden yang ada SMA Negeri I seunuddon. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Seunuddon dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 18 Juli 2012 di SMA Negeri 1 Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data Sekunder Pengolahan dan Analisa Data Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara editing,coding, transfering dan tabulating. Setelah dilakukan pengolahan data, maka analisis data yang akan dilakukan adala dengan menggunakan program computer yaitu (SPSS) 15. Analisa data yang akan dilakukan meliputi: a. Analisa Univariat : dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan variabel independent dan variabel dependent. b. Analisis Bivariat : dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent menggunakan uji statistik chi square test pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P value < 0,05) atau batas kemaknaan (α > 0,05). Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 No Kejadian f % Keputihan Pada Remaja Putri 1 Ada 40 55,6 2 Tidak Ada 32 44,4 Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 72 responden, yang ada kejadian keputihan pada remaja putri sebanyak 40 orang (55,6%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kejadian Keputihan Di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 No Pengetahuan f % 1 Baik 33 45,8 2 Kurang 39 54,2 Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 72 responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 39 orang (54,2%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perilaku Remaja Putri Tentang Kejadian Keputihan Di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 No Perilaku f % 1 Positif 32 44,4 2 Negatif 40 55,6 Jumlah 72 100

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 72 responden yang kategori berprilaku negatif sebanyak 40 orang (55,5%). Tabel 4 Hubungan Pengetahuan Terhadap Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 No Pengetahuan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Ada Tidak Ada Jumlah % p f % f % 1 Baik 2 6,1 31 93,9 33 100 2 Kurang 38 97,4 1 2,6 39 100 0,000 Jumlah 40 55,6 32 44, 72 100 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari 33 responden yang berpengetahuan baik dengan tidak adanya kejadian keputihan pada remaja putri sebanyak 31 orang (93,9%), sedangkan dari 39 responden yang berpengetahuan kurang dengan kejadian keputihan pada remaja sebanyak 38 orang (97,4%), berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti kurang dari α=0,05. Dengan demikian, ada hubungan antara pengetahuan terhadap kejadian keputihan pada remaja putri. Tabel 5 Hubungan Perilaku Terhadap Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 No Perilaku Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Jumla Ada Tidak Ada h % P F % F % 1 Positif 2 6,3 30 93,8 32 100 2 Negatif 38 95 2 5 40 100 0,000 J u m l a h 40 55,6 32 44,4 72 100 Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui bahwa, dari 32 responden yang berprilaku positif dengan tidak adanya kejadian keputihan pada remaja putri sebanyak 30 orang (93,8%), sedangkan dari 32 responden yang berprilaku yang berprilaku negatif dengan adanya kejadian keputihan pada remaja putri sebanyak 38 orang (95%), berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti kurang dari α=0,05. Dengan demikian, ada hubungan antara perilaku remaja putri terhadap kejadian keputihan pada remaja putri.

PEMBAHASAN Hubungan Pengetahuan Terhadap Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri. Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa, dari 72 responden yang yang berpengetahuan kurang dengan kejadian keputihan pada remaja sebanyak 38 orang (97,4%), dan setelah dilakukan uji statistik didapat bahwa nilai p-value 0,000 (P<0,05) yang artinya ada hubungan antara pengetahuan terhadap kejadian keputihan pada remaja putri Di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Safriani, 2010) yang berjudul gambaran pengetahuan dan sikap remaja terhadap pencegahan keputihan pada remaja putri di SMP N 2 Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar menyatakan bahwa dari 35 responden yang berpengetahuan baik dan melakukan pencegahan keputihan sebanyak 21 (60%), sementara dari 14 responden yang berpengetahuan kurang dan melakukan pencegahan keputihan sebanyak 3 (21%), dan 1 (100%) orang yang melakukan pencegahan keputihan dengan pengetahuan cukup. Pengetahuan remaja sangat berpengaruh dengan kejadian keputihan, pengetahuan remaja terhadap pencengahan keputihan akan memberi pemahaman tentang kondisi dan perubahan tubuh pada saat keputihan sehingga tidak terjadi salah pengertian dan kecemasan yang berlebihan terhadap kondisi tersebut. Menurut Tanuwidjaya (2002), tingkat pengetahuan remaja berpengaruh terhadap kesehatannya yang dimiliki oleh remaja jika terjadinya kelainan atau gangguan kesehatan pada remaja, maka dapat segera di atasi secepat mungkin. Jadi, tingkat pengetahuan sangatlah erat kaitannya. Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa pemahaman siswa terhadap kejadian keputihan serta informasi yang didapatkan akan sangat mempengaruhi pengetahuan siswa. Karena semakin banyak ibu siswa mendapatkan informasi tentang kejadian keputihan maka semakin baik juga pengetahuan siswa, sebaliknya semakin ibu tidak memperoleh informasi maka semakin kurang pula pengetahuan siswa tentang kejadian Oleh karena itu pencegahan dan cara mengatasi keputihan sangatlah berpengaruh pada sikap prilaku bagaimana mereka mencegah dan mengatasi Hal ini banyak remaja yang menyepelekan bahkan banyak juga yang tidak peduli akan kebersihan alat genetalia, karena banyak remaja yang kurang memehami dan masih kurangnya infomasi tentang kejadian Hubungan Perilaku Tehadap Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri. Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa, dari 72 responden yang berprilaku yang berprilaku negatif dengan adanya kejadian keputihan pada remaja putri sebanyak 38 orang (95%), dan setelah dilakukan uji statistik didapat bahwa nilai p-value 0,000 (P<0,05) yang artinya ada hubungan antara perilaku remaja putri Terhadap Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sandra, 2009) yang berjudul hubungan

pengetahuan dan prilaku remaja terhadap keputihan di SMA Salatiga menyatakan bahwa dari 32 responden yang berprilaku positif dan melakukan pencegahan keputihan sebanyak 24 (75%), sementara dari 26 responden yang berperilaku negatif dan melakukan pencegahan keputihan sebanyak 8 (30,76%), prilaku remaja berpengaruh dengan Prilaku yang baik dalam kehidupan sehari hari sangat berpengaruh terhadap kejadian Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak berlangsung lama. Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa, jika ibu mempunyai pengetahuan yang baik, pendidikan yang tinggi dengan perilaku yang positif, maka keadaan dan kondisi siswa tidak perlu dikhawatirkan, karena siswa berada pada keaadaan yang sehat setiap hari. Sedangkan jika siswa ingin terhindar dari keputihan, maka remaja putri mesti menjaga kebersihan daerah tersebut itu. Kebersihan organ kewanitaan hendaknya sejak bangun tidur dan mandi pagi, terutama remaja putri harus membiasakan perilaku yang baik. PENUTUP Kesimpulan 1. Ada hubungan pengetahuan terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 dengan nilai P-Value 0,000. 2. Ada hubungan perilaku tehadap kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 dengan nilai P-Value 0,000. Saran 1. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis terkait dengan kejadian keputihan pada remaja putri. 2. Bagi Institusi Pendidikan, dapat bacaan di perpustakaan, dapat menambahkan kurikulum yang berisi tentang keputihan, dapat menjadi bahan kajian dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang hal-hal yang mempengaruhi remaja putriyang terkait dengan kejadian 3. Bagi Responden, dapat menambah pengetahuan, informasi tentang bahaya keputihan yang harus di hindari dan harus di cegah sehingga dapat mencegah kejadian

DAFTAR PUSTAKA Boyke, (2008). Tanda Dan Gejala Kanker Mulut Rahim.http://www.pdpersi.co.id. (diakses tanggal 05 januari 2012). Magfiroh,. (2010). KTI Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Kejadian Flour ALbus Di SMA II jepara. Widyastuti, (2009). Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta Wiknjasastro, (1999). Pengertian Keputihan. Dikutip Tanggal 20 April 2012. http//www. com.