BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan industri di Indonesia tidak diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan tenaga kerja mengalami hilangnya konsentrasi pada saat bekerja. sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Labour Organizatiom (ILO) 2013, 1 pekerja. pekerja kehilangan nyawa (Depkes, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pembangunan nasional, khususnya dalam menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan


BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. International Laboir Organization (ILO) tahun 2010, diseluruh dunia terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Dari segi dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

BAB I PENDAHULUAN. mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan kondisi yang bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal ini sangat penting bagi perlindungan serta kesehatan kerja yang merupakan aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja bagi seluruh masyarakat pekerjaan yang dimungkinkan terkena paparan kecelakaan kerja (Notoatmodjo, 2007). Keterangan diatas dapat menjelaskan bahwa semua masyarakat pekerja dapat menjadi resiko bagi kecelakaan kerja apabila tidak diberikan pengetahuan tentang keselamatan kerja dan diajarkan beagaimana mengaplikasikan perlindungan kerja diarea kerja masyarakat. Substansi dalam berbagai bentuk dapat menimbulkan pengaruh merugikan bagi kesehatan kerja dan dapat memberikan efek kecelakaan kerja, misalnya kebisingan yang memiliki pengaruh utama kehilangan pendengaran akibat imbas bising (noise induced hearing loos) dan kebisingan tersebut dapat menyebabkan kepenatan serta disorentasi (Ridley, 2007). Menurut International Labour Organitation (2005) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan dan sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakaan terjadi 160 juta penyakit hubungan 18

pekerjaan baru setiap tahunnya. Data ILO menyebutkan bahwa, kematian terbanyak pada pekerja disebabkan oleh kanker akibat kerja sekitar 34%, karena gangguan pendengaran, gangguan muskuloskeletal, gangguan reproduksi dan masalah kejiwaan. Menurut World Health Organization (WHO), hanya sekitar 5-10% pekerja di Negara berkembang dan 20-50% pekerja yang ada di negara industri mendapatkan pelayanan kesehatan kerja yang memenuhi standar (Aditama dan Hastuti, 2002). Menurut Joedoatmodjo (2002), berdasarkan data dari PT Jamsostek angka kecelakaan kerja di Indonesia meningkat setiap tahunnya yaitu pada tahun 2000 terjadi 98.902 kasus dan berkembang pada tahun 2001 menjadi 104.774 kasus sedangkan pada tahun 2002 hingga juni tercatat 57.972 kasus sehingga rata-rata setiap hari kerja terjadi lebih dari 414 kasus kecelakaan kerja diperusahaan yang tercatat sebagai anggota Jamsostek. Bulan Januari- September 2003 diindonesia telah terjadi 81.169 kasus kecelakaan kerja, dan dari 81.169 terdapat 71 kasus cacat total tetap sehingga rata-rata dalam setiap tiga hari kerja, tenaga kerja mengalami cacat kerja dan tidak dapat bekerja kembali. Dari kasus kecelakaan kerja 9,5% mengalami cacat, yaitu 5476 orang tenaga kerja, sehingga hampir setiap hari kerja lebih dari 39 orang tenaga kerja mengalami cacat tubuh. Data di Indonesia menyebutkan bahwa tahun 2004 hingga Januari 2005, tingkat kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 95.418 kasus dengan 1736 pekerja meninggal, 60 pekerja mengalami cacat tetap, 2932 pekerja cacat sebagian dan 6114 mengalami cacat ringan, meskipun kondisi ini sudah 19

mengalami penurunan angka kecelakaan kerja jika dibandingkan dengan data pada tahun 2003 yaitu 105.846 yang berarti terjadi penurunan kasus sekitar 9,9% (Joedoatmodjo, 2002). Menurut Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) (2007) jumlah kecelakaan kerja yang tidak sampai menimbulkan kematian pada tahun 2009 menurun dari tahun sebelumnya, dan jumlah kasus yang tercatat pada tahun 2009 mencapai 9.177 kasus, sedangkan pada tahun 2008 mencapai 9888 kasus dan pada tahun 2007 mencapai 6.340 kasus. Pelaksanaan program K3 di tempat kerja ternyata belum sepenuhnya dapat terealisir dengan baik. Penyebabnya faktor manusia (SDM) yang tidak mengikuti aturan keselamatan kerja serta tidak adanya prosedur kerja yang aman juga alat kerja yang tidak memenuhi syarat sehingga menjadikan faktor lingkungan untuk terjadinya kecelakaan kerja (Prijanto, 2010). Faktor lingkungan dari penyakit akibat kerja adalah kebisingan, pencahayaan, getaran, kelembapan udara serta mesin alat yang tidak sesuai dengan beban kerja. Apabila faktor lingkungan tidak dicegah dengan program K3, maka dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit dan kemandulan (Kondarus, 2006). Berbagai faktor penyebab kecelakaan kerja menjadi ancaman dalam setiap kegiatan kerja, untuk itu pencegahan kecelakaan kerja harus dilakukan, baik dilingkungan industri kerja maupun didunia pendidikan misalnya SMK yang menjadi dasar tenaga kerja profesional (Fathony, 2010). 20

Pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai kelompok Teknologi dan Industri yang merupakan tempat untuk mencetak tenaga profesional yang siap bekerja, untuk menanamkan sikap dan kebiasaan yang disiplin dalam bekerja (Herman, 2007). Minimnya akan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang K3 merupakan dampak terbesar akan terjadinya kecelakaan kerja, disamping itu juga kurangnya pemahaman siswa tentang K3 dapat mempengaruhi perilaku siswa saat praktikum di Bengkel Teknik Pemesinan di sekolah maupun di dunia industri nantinya (Laminanto, 2010). Menurut Fathony (2010), Siswa SMK disarankan untuk mematuhi peraturan dan juga pedoman khususnya mengenai K3 di dalam melaksanakan praktikum di laboratorium teknik mesin agar dalam pelaksanaannya tidak mengalami kecelakaan kerja dan dapat melakukan praktikum dengan baik, bagi guru praktikum disarankan untuk mematuhi peraturan dan juga pedoman khususnya tentang keselamatan kerja di dalam melaksanakan praktikum dilaboratorium tekhnik mesin agar dalam pelaksanaannya guru dapat membantu siswa dalm mencegah kecelakaan kerja. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 20 oktober 2010 di SMK N 1 Seyegan telah ada prosedur tata tertib tentang kesehatan dan keselamatan kerja untuk siswa yang melakukan kerja praktik namun belum ada pengawasan dan peninjauan tentang penerapan kesehatan 21

dan keselamatan kerja, mungkin dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan dan keselamatan kerja di SMK N 1 S eyegan Sleman Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada peneliti tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan dan keselamatan kerja praktik jurusan mesin Fabrikasi Logam di C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan dan keselamatan kerja praktik jurusan mesin fubrikasi logam di SMK N 1 Seyegan Sleman Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a) Mengetahui pengetahuan siswa tentang pengertian kesehatan dan keselamatan kerja b) Mengetahui pengetahuan siswa tentang pengamanan mesin kerja agar tidak menyebabkan kecelakaan kerja c) Mengetahui pengetahuan siswa tentang keselamatan kerja d) Mengetahui pengetahuan siswa tentang kesehatan kerja serta pencegahan kecelakaan kerja 22

e) Mengetahui pengetahuan siswa tentang penyebab kecelakaan kerja D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan sarana belajar dan hasilnya diharapkan menjadi dasar pertimbangan bagi peneliti selanjutnya. 2. Bagi Instansi a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah atau instansi terkait untuk menjadi acuan dalam proses belajar mengajar. b) Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi sekolah untuk memberikan kebijakan tertentu dari pihak sekolah dalam memberikan perlindungan kerja bagi siswa. 3. Bagi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan yang berkaitan dengan program belajar untuk siswa SMK jurusan mesin, agar mendapatkan kebijakan untuk perlindungan praktek kerja. 4. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat dalam memberikan informasi sejak dini kepada instansi sekolah yang memiliki standar belajar praktik kerja dalam upaya mewujudkan masyarakat yang bebas resiko kecelakaan kerja. 23

E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang berjudul gkat Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Praktik Jurusan Fubrikasi logam SM, namun penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh: 1. Binoriang Mahasiswa UMY tahun 2005 yang be Pengetahuan Perawat tentang Pasien Safety dibangsal rawat inap RS PKU deskriptif non experimental. Hasil dari penelitian ini adalah menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang pasien safety dengan kategori cukup sebanyak 4 orang dan kategori baik sebanyak 55 orang. Penelitian ini menggunakan populasi 140 orang perawat yang bekerja di RS PKU Bantul dengan sampel 59 responden. 2. Catur yoga mahasiswa UGM tahun 2005 yang berjud Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pegawai tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Kecelakaan Kerja di Balai Lab Kesehatan analisis korelasi untuk mengetahui korelasi antar variabel tertentu berdasarkan analisis regresi. Penelitian ini menggunakan 44 responden dengan 12 responden laki-laki dan 32 responden perempuan. Hasil penelitian ini bawa pengertian umum, pengelolaan, dan sikap responden terhadap K3 termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan perilaku terhdap 24

keselamatan dan kesehatan kerja secara umum termasuk dalam kategori rendah. 3. Dukungan Manajemen dan Pemakaian APD pada Petugas Paramedis di RS. cross sectional. Hasil penelitian ini ada pengaruh K3 dan dukungan manajemen terhadap pemakaian APD pada paramedis yang menangani obat sitotastik. 4. Mauliku mahasiswa UGM tahun 2007 yang be Panas, Getaran, Pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Perasaan Kelelahan Kerja pada Pekerja di bagian Cutting dan Sewing PT cross sectional dimana variabel sebab dan akibat yang terjadi pada suatu objek penelitian di ukur pada saat yang bersamaan dan hanya observasi sekali. Hasil penelitian ini ada hubungan antar masing-masing variabel bebas yaitu tekanan panas, getaran dan pengetahuan K3 dengan variabel terikat yaitu terjadinya perasaan kelelahan kerja. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada sampel penelitian dan Variabel yang akan diteliti. Penelitian sebelumnya dilakukan kepada pekerja yang telah terpapar dengan lingkungan pekerjaan yang sebenarnya, sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengacu pada responden dengan karakter praktek kerja. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 55 siswa yang melakukan kerja praktik 25

dilingkungan sekolah. Penelitian sebelumnya terdapat beberapa variabel dengan adanya perlakuan, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan hanya ada satu variabel dengan hanya akan mengukur tingat pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja. 26