Bab 3. Metode Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Obyek dan Subyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah sesuatu yang menjadi

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Bab 4. Hasil Penelitian dan Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di Ruang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel untuk

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa peneliti memilih subyek tersebut karena peneliti menemukan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di D.I. Yogyakarta, yang berlokasi di Purwomartani, Kalasan, Sleman, dan Nitipuran, Yogyakarta. Sedangkan subyek dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara keseluruhan, bab ini berisi tentang desain penelitian, ruang lingkup penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. D.I.Yogyakarta. Sedangkan subjek penelitian adalah Wajib Pajak orang

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah. SMA Negeri 1 Sumbawa Besar, SMA Negeri 1 Lape dan

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. alamat Jalan Rekso Bayan No 1 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II LAPORAN PENELITIAN. Pada bagian ini memuat: (a) Deskripsi Data Penelitian; dan (b) Analisis Data Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan antara satu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2005).

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek pada penelitian ini adalah produk Fashion muslimah merek Rabbani.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kota Yogyakarta yang terdiri dari 3 cabang yaitu:

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. nilai pelanggan terhadap kunjugan ulang tamu hotel dan word of mouth. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dari antisipasi teknologi baru. Rancangan penelitian yang disajikan berbentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (BBPLK) Serang. Sedangkan untuk subyek penelitian ini yaitu seluruh pegawai

BAB III METODE PENELITIAN. dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah CV Opal Transport, sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan CV

III. METODE PENELITIAN. Populasi merupakan jumlah keseluruhan elemen yang diteliti (Cooper dan

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diyakini kebenarannya secara ilmiah. Studi penelitian ini menggunakan

BAB 3 DESAIN PENELITIAN

Pengaruh Budaya Perusahaan, Kedisiplinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan dengan Metode Structural Equation Modeling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi

Bab III. Metode Penelitian. Dalam suatu penelitian ilmiah metode penelitian. merupakan hal yang sangat penting karena berhasil tidaknya

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal. diteliti adalah masyarakat Surakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Obyek Penelitian. Universitas Trisakti angkatan sebagai respondennya. Dari penyebaran kuesioner

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


BAB III METODE PENELITIAN. yang umumnya diperoleh melalui pertanyaan terstruktur (Sekaran, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. commerce Shopee. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa.

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. pembedanya tersebut. Dimana variabel penilitian terdiri dari variabel retikat (dependent

BAB IV METODE PENELITIAN. penelitian non-eksperimen, karena tidak memberi perlakuan (kontrol) terhadap

A.Sejarah SEM dan Pengertian B.Model SEM C.Persamaan Matematis dalam SEM D.Konsep dan Istilah E. Asumsi F. Bagian SEM G.Proses Analisis SEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Dan Sampel Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karyawan pada bagian perawat. Populasi yang masuk dalam kriteria

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah Yogyakarata. Subjek penelitian yang akan diteliti adalah para

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS. sehingga peneliti dapat menegtahui baik buruknya pengukuran tersebut. Variabel penelitian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh

Transkripsi:

Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian mengenai pengujian model Theory Planned Behavior dalam menentukan pengaruh sikap siswa, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian terhadap minat siswa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Lokasi penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Banyubiru, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Banyubiru tahun pelajaran 2012 2013 yang berjumlah 157 orang. Menurut Ferdinand (2002: 48) ukuran sampel memegang peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM. Ukuran sampel yang sesuai adalah antara 100 200 (Ghozali, 2005: 21). Ukuran sampel juga tergantung pada jumlah parameter yang 31

diestimasi, pedomannya adalah 5 10 kali parameter yang diestimasi (Liat, 2011: 40). Berdasarkan landasan tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan ukuran sampel sebesar 120. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik sampling bertingkat (stratified sampling) karena populasi yang diteliti terdiri dari unitunit yang sifatnya berstrata (Bungin, 2008: 109; Arikunto, 2010: 96). Dari enam kelas yang ada di SMP Negeri 3 Banyubiru masing-masing kelas diwakili oleh 20 siswa. 3.3 Pengukuran Variabel Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari instrumen yang dikembangkan oleh Ajzen (diakses tanggal 22 Mei 2012) dan petunjuk menyusunan kuesioner berdasarkan Theory Planned Behavior yang ditulis oleh Francis (2002). Kuesioner dimodifikasi dan dikembangkan melalui beberapa proses dengan pemdampingan dosen pembimbing untuk menyempurnakan isi atau materi kuesioner serta bantuan dari pihak lain berkaitan dengan alih bahasa. Hal ini dilakukan untuk menyusun sebuah instrumen penelitian yang baik. Semua alternatif jawaban dalam instrumen penelitian ini menggunakan skala Linkert. 32

Variabel sikap diperoleh dari 20 pernyataan. Sepuluh pernyataan pertama mengukur kekuatan keyakinan untuk berperilaku (behavioral beliefs strength). Kekuatan keyakinan untuk berperilaku didefinisikan sebagai tingkat atau derajat keyakinan siswa akan manfaat atau konsekuensi yang akan dicapai jika mereka melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu SMA atau yang sederajat. Sepuluh pernyataan kedua yang berhubungan dengan sikap berkaitan dengan evaluasi hasil (outcome evaluation). Evaluasi hasil didefinisikan sebagai evaluasi mengenai hasil yang akan diperoleh jika para siswa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi akan memberikan manfaat besar dalam kehidupannya (Ajzen, 2005: 128). Pilihan jawaban yang diberikan untuk pengukuran behavioral belief strength adalah dua komponen yang terpisah yaitu skala sangat tidak setuju sangat setuju. Sedangkan untuk pengukuran outcome evaluation diberikan pilihan jawab berupa dua komponen yang terpisah yaitu skala sangat tidak berguna sangat berguna. Skor sikap terhadap pendidikan untuk melanjutkan sekolah (sikap) dihitung dengan mengalikan behavioral belief strength (b) dan outcome evaluation (e), dan hasil perkalian tersebut 33

dijumlahkan (Ajzen, 2005: 124), seperti dinyatakan dalam persamaan berikut: Sikap = b i e i... (1) Variabel norma subjektif dijabarkan lima pernyataan untuk mengukur normative beliefs strength dan lima pernyataan untuk mengukur motivation to comply. Normative beliefs strength adalah kekuatan dari keyakinan normatif responden mengenai harapanharapan referents untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Motivation to comply adalah motivasi responden untuk mentaati atau memenuhi harapan-harapan referents mengenai perilaku untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pilihan jawaban yang diberikan untuk mengukur normative beliefs strength adalah dua komponen yang terpisah yaitu skala sangat salah sangat benar. Untuk mengukur motivation to comply diberikan pilihan jawaban berupa dua komponen yang terpisah yaitu skala sangat tidak setuju sangat setuju. Norma subjektif dalam penelitian ini ditentukan oleh setidaknya dua hal yaitu persepsi mengenai dukungan orang tua, guru, sahabat, dan teman sekelas serta motivasi untuk mematuhi orang tua, guru, sahabat, dan teman sekelas. Skor norma subjektif terhadap minat untuk melanjutkan sekolah (SN) dihitung dengan mengalikan 34

normative belief strength (n) dan motivation to comply (m), dan hasil perkalian tersebut dijumlahkan untuk semua referents (Ajzen, 2005: 125) seperti dinyatakan dalam persamaan berikut: S N = n i m i... (2) Kontrol perilaku persepsian ditentukan oleh control belief strength dan control belief power. Control belief strength adalah kekuatan keyakinan kontrol mengenai kemampuan siswa untuk melanjutkan sekolah. Dalam penelitian ini digunakan indikatoridikator antara lain dukungan orang tua, jarak dari rumah ke sekolah, tersedianya sarana transportasi dan kemampuan akademik siswa. Control belief power adalah persepsi tentang seberapa kuat atau seberapa besar tenaga keyakinan kontrol mendukung atau menghambat minat siswa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pilihan jawaban yang diberikan untuk mengukur control belief strength adalah dua faktor yang terpisah yaitu sangat salah sangat benar, sedangkan pilihan jawaban untuk mengukur control belief power adalah dua faktor terpisah yaitu sangat menyulitkan sangat memudahkan. Penghitungan skor kontrol perilaku persepsian terhadap minat untuk melanjutkan sekolah (PBC) adalah dengan mengalikan control belief strength (c) dan control belief power (p). Hasil perkalian tersebut 35

dijumlahkan untuk semua faktor kontrol yang ada (Ajzen, 2005: 125), seperti dinyatakan dalam persamaan berikut: PBC = c i p i... (3) 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data melalui angket dan studi dokumenter. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Instrumen alat pengumpulan data pada teknik ini disebut juga dengan angket, berisi pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. 3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan uji hipotesis melalui Structural Equation Modeling (SEM), dimana pengukuran faktor-faktornya menggunakan confirmatory factor analysis (Hair, 2010: 642). Artinya peneliti ingin menggunakan variabelvariabel yang diteliti untuk mendefinisikan sebuah faktor yang tidak dapat diukur secara langsung. Analisis yang digunakan memberi makna atas label 36

yang diberikan pada variabel laten atau faktor laten yang dikonfirmasi itu (Ferdinand, 2002: 15). Ghozali (2005: 2) mengatakan model persamaan struktural (Structural Equation Modeling/SEM) merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor (factor analysis) dan analisis jalur (path analysis). Model persamaan struktural umum terdiri dari dua bagian: a) bagian pengukuran, yang menghubungkan observed variabel ke laten variabel melalui model konfirmatori faktor; b) bagian struktural, yang menghubungkan antar laten variabel melalui persamaan simultan. Empat variabel yang ada dalam penelitian ini adalah variabel laten atau konstruk yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung (unobserved). Tiga diantaranya adalah variabel eksogen (independen) yaitu variabel sikap, variabel norma subjektif (SN) dan variabel kontrol perilaku persepsian (PBC). Disebut variabel eksogen karena variabel ini tidak dipengaruhi oleh variabel anteseden (variabel sebelumnya). Satu variabel lainnya yaitu minat yang merupakan variabel endogen (dependen) karena dipengaruhi oleh variabel sebelumnya. Seluruh variabel di dalam penelitian ini adalah variabel laten, oleh karena itu, pengukurannya dilakukan dengan seperangkat pertanyaan. 37

Hubungan antar variabel dalam SEM digambarkan dengan garis dengan anak panah satu arah yang menunjukkan adanya hubungan regresi dan garis dengan anak panah dua arah yang menunjukkan adanya kovarians atau korelasi antara dua buah variabel. Hubungan garis dengan dua anak panah ini tidak dianalisis, namun tujuannya adalah untuk mengetahui idependensi antar variabel sebagai syarat pada analisis regresi (Ferdinand, 2002: 12). Penelitian ini menggunakan tiga hubungan yang dinyatakan dengan garis yang memiliki anak panah dua arah, yaitu antara sikap dengan norma subjektif, sikap dengan kontrol perilaku persepsian, dan norma subjektif dengan kontrol perilaku persepsian. Karena ketiga variabel ini akan diperlakukan sebagai variabel independen dalam analisis selanjutnya, maka syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa antara ketiga variabel ini tidak boleh saling berkorelasi. Adapun langkah-langkah untuk membuat pemodelan SEM yang lengkap dalam penelitian ini dijelaskan dengan urutan sebagai berikut (Ferdinand, 2002: 34; Ghozali, 2005: 19). 3.5.1 Langkah Pertama: Pengembangan Model Teoritis Menurut teori perilaku rencanaan (TPB), Ajzen (2005: 118) menyatakan bahwa minat seseorang untuk berperilaku dapat diduga oleh tiga hal yang mendasar, 38

yaitu: (1) sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior); (2) norma-norma subjektif (subjective norms); dan (3) kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control). Pada akhirnya minat tersebut akan membentuk sebuah perilaku tertentu. Teori ini telah diterapkan dalam penelitian untuk berbagai macam perilaku manusia. Selanjutnya, dalam penelitian ini dapat dibentuk kerangka model penelitian yang dikembangkan berdasarkan TPB untuk menduga minat siswa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 3.5.2 Langkah Kedua: Menyusun Diagram Jalur (Path Diagram) Setelah membangun model toeritis pada langkah pertama, selanjutnya akan disusun hubungan kausalitas yang digambarkan dalam sebuah diagram jalur. Diagram jalur ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang akan diuji. Hubungan-hubungan kausalitas tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk persamaan, tetapi dalam SEM hubungan kausalitas tersebut cukup digambarkan dalam sebuah diagram jalur, dan selanjutkan bahasa program akan mengubah gambar menjadi persamaan, dan persamaan menjadi estimasi. 39

Atas dasar model teoritis yang dijelaskan pada langkah pertama, diagram jalur yang dikembangkan dinyatakan pada Gambar 3.1. berikut. Gambar 3.1 Diagram Jalur 40

3.5.3 Langkah Ketiga: Mengubah Diagram Jalur ke dalam Persamaan Struktural Persamaan yang akan dibangun dalam SEM terdiri dari: a. Persamaan-persamaan struktural (structural equation) Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. Persamaan struktural untuk diagram jalur (path diagram) yang menyatakan struktur hubungan kausal antar variabelnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel endogen = variabel eksogen + eror b. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model) Pengukuran pada tahap ini ditentukan variabel atau konstruk yang diukur, dan serangkaian matrik yang menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk atau variabel (Liat, 2011: 52). 3.5.4 Langkah Keempat : Memilih Bentuk Input dan Ukuran Sampel Data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukan dalam SEM adalah matriks varians/kovarians atau matriks korelasi. Meski obeservasi individu digunakan dalam program ini, 41

tetapi data-data input akan diubah ke dalam bentuk matrik kovarians atau matriks korelasi sebelum estimasi dilakukan (Ferdinand, 2002: 46). Ukuran sampel yang disarankan dalam SEM adalah 100 400 (Hair, 2010: 661, Supranto, 2004: 236). Untuk mengestimasi model digunakan program komputer Amos (Analysis of Moment Structures) versi 20.0. Sehubungan dengan jumlah sampel yang digunakan adalah sampel kecil, maka teknik estimasinya adalah dengan teknik Maximum Likelihood Estimation (MLE) (Ferdinand, 2002: 49; Hair, 2010: 661). 3.5.5 Langkah Kelima: Menilai Identifikasi Model Struktural Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logis (meaningless) yang berkaitan dengan masalah identifikasi model struktural. Cara menguji ada atau tidaknya masalah identifikasi adalah sebagai berikut: 1) Mengestimasi model secara berulang kali dengan menggunakan starting value yang berbeda-beda. Jika hasil model tidak dapat konvergen pada titik yang sama setiap kali diestimasi, maka ada indikasi terjadi masalah identifikasi model. 42

2) Model diestimasi dan dicatat angka koefisien dari salah satu variabel. Koefisien tersebut ditentukan sebagai sesuatu yang fix pada faktor atau variabel tersebut, dan lakukan estimasi ulang. Jika hasil overall fit index-nya berubah total dan sangat berbeda dari sebelumnya, maka kemungkinan terdapat masalah identifikasi model. 3.5.6 Langkah Keenam: Mengevaluasi Kriteria Goodness-of-Fit Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menilai apakah data yang digunakan telah memenuhi asumsi-asumsi yang disyaratkan dalam SEM, yaitu: (1) Observasi data independent; (2) Responden diambil secara random (random sampling respondent); (3) Memiliki hubungan linear dan dan berdistribusi normal secara multivariat. Setelah data memenuhi asumsi SEM, selanjutnya adalah melihat ada tidaknya offending estimate yaitu estimasi koefisien baik dalam model struktural maupun model pengukuran yang nilainya diatas batas yang dapat diterima. 43

berikut: Hal yang selanjutnya dilakukan adalah sebagai 1. Menguji Reliabilitas Evaluasi lain yang dilakukan dalam analisis SEM adalah penilaian unidimensionalitas (validitas konvergen) dan reliabilitas. Unidimensionalitas adalah sebuah asumsi yang digunakan dalam menghitung reliabilitas dari model yang menunjukkan bahwa dalam sebuah model satu dimensi, indikator-indikatornya memiliki derajat kesesuaian yang baik. Pendekatan yang dilakukan untuk menguji unidimensionalitas dalam penelitian ini adalah dengan menilai besaran construct reliability (Ferdinand, 2002: 62; Zulganef, 2006: 35). Bantuan perhitungan dengan program komputer, yaitu Amos versi 20.0, nilai ini akan muncul. Nilai batas yang digunakan untuk construct reliability yang diterima adalah >0.70 (Ferdinand, 2002: 63; Ghozali, 2005:26). 2. Uji atas Outliers Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair dalam Ferdinand, 2002: 97). Uji outliers ini dilakukan dengan dua cara yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers. 44

Penelitian ini menggunakan analisis terhadap multivariate outliers melalui perhitungan jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance). Kriteria jarak Mahalanobis adalah pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis dievaluasi dengan menggunakan χ 2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Jarak Mahalanobis dapat dihitung dengan menggunakan analisis regresi dimana label dari kasus responden dijadikan sebagai variabel dependen, sementara semua variabel lainnya yang akan digunakan dalam model diperlakukan sebagai variabel independen. Perintah dalam SPSS akan menuntun dalam melakukan save terhadap nilai Mahalanobis. 3. Normalitas data SEM, terutama bila diestimasi dengan menggunakan Maximum Likelihood Estimation Technique mensyaratkan terpenuhinya asumsi normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program komputer Amos 20.0 terhadap data yang digunakan dalam analisis model awal secara keseluruhan, yaitu dengan melihat critical ratio skewness value sebesar ±2,58 pada tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. 45

4. Menguji goodness-of-fit Tujuan utama dari analisis SEM adalah menguji fit suatu model, yaitu kesesuaian model teoritik dengan data empiris (Wijaya, 2009:6) Berikut ini beberapa indeks kesesuaian dan cut-offvalue yang digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak. a. Chi Square Statistic Alat uji paling mendasar untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio Chi Square statistics. Indeks ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan jika nilai Chi Square-nya rendah. Semakin kecil nilai χ 2, semakin baik model dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-of-value sebesar p > 0,05 atau p > 0,10. Penelitian ini menggunakan cut-of-value sebesar p > 0,05. b. The Root Mean Square of Aproximation (RMSEA) RMSEA merupakan sebuah indeks yang menunjukkan goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populais. Nilai RMSEA lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk diterimanya model yang menunjukkan close fit dari degree of freedom. 46

c. Goodness of Fit Indeks (GFI) GFI merupakan ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1 (perfect fit). Nilai GFI yang tinggi menunjukkan bahwa sebuah model dinyatakan dalam bentuk better fit. d. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) AGFI adalah analog dengan R 2 dalam regresi berganda. Tingkat penerimaan AGFI yang direkomendasikan adalah lebih besar atau sama dengan 0,90. e. CMIN/DF The minimum sample discrepancy function (CMIN) dibagi dengan degree of freedom (DF) akan menghasilkan CMIN/DF yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model. Nilai CMIN/DF relatif kurang dari 2,00 adalah indikasi acceptable fit antara model dan data. f. Tucker Lewis Index (TLI) TLI merupakan sebuah alternative incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji dengan baseline model. Nilai yang direkomendasikan adalah lebih besar atau sama 47

dengan 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 dikatakan sebagai a very good fit. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa uji goodness-of-fit menggunakan indeks-indeks seperti dalam Tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Indeks Goodness-of-fit Indeks Goodness-of-fit χ 2 Chi-square Significance Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF Cut-off Value Diharapkan kecil 0.05 0.08 0.90 0.90 2.00 TLI (Ferdinand, 2002: 61) 0.95 3.5.7 Langkah Ketujuh: Melakukan Interpretasi dan Modifikasi Model Langkah terakhir yang dilakukan dalam SEM adalah menginterpretasikan model dan memodifikasi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Selanjutkan dilakukan pengujian 48

terhadap ketiga hipotesis untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh antar variabel-variabel yang ada. Pengujian hipotesis dengan taraf signifikan lebih rendah dari 5% dan derajat kebebasan tertentu diperoleh nilai t hitung (critical ratio) di atas 2,00 atau di bawah 2,00 maka hipotesa yang diuji dapat diterima. 49

50