Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton

dokumen-dokumen yang mirip
Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Peralatan jaringan unit biogas

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Cara uji daktilitas aspal

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Rambu evakuasi tsunami

III. METODOLOGI. Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Desa Bumi Jaya Kec, Anak

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

PROGRAM EDUKASI PEMBUATAN BIOGAS DI KANDANG PEMULIABIAKAN SAPI BALI TAMAN SAFARI INDONESIA II

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Cara uji geser langsung batu

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Revisi SNI T C. Daftar isi

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Semen portland komposit

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji berat jenis aspal keras

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pasangan dinding

Lampiran A...15 Bibliografi...16

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji penetrasi aspal

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Analisis kadar abu contoh batubara

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

BAB III PERANCANGAN ALAT

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Alat penyuling minyak atsiri - Bagian 1 : Sistem kukus Syarat mutu dan metode uji

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pipa dan saniter

Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air

Biji kakao AMANDEMEN 1

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Cara uji kelarutan aspal

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi

#% $ #% &# ' # (#&!"# '!") $## *! % +#&!"# $ %!&!!&!'!! " (!) "

Revisi SNI Daftar isi

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Kulit masohi SNI 7941:2013

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi

RSNI Rancangan Standar Nasional Indonesia

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi Untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut

Metode uji CBR laboratorium

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB III METODE, PENELITIAN

Susu segar-bagian 1: Sapi

6.16 Memasang 1 m 2 dinding HB 20, campuran spesi 1 PC : 3 PP Memasang 1 m 2 dinding HB 20, campuran spesi 1 PC : 4 PP

DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung

PEMBUATAN BETON KEDAP AIR DENGAN MEMANFAATKAN KLELET SEBAGAI PENGGANTI

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 5 SPESIFIKASI BANGUNAN IPAL DAN PERALATAN

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton ICS 27.190 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat mutu... 2 5 Ketentuan pengerjaan... 4 6 Persyaratan material... 5 7 Metode uji... 6 8 Persyaratan tenaga pelaksana... 6 Lampiran A (informatif)... 8 Bibliografi... 14 BSN 2012 i

Prakata Pemanfaatan biogas diarahkan untuk bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bauran energi nasional (national energy mix) terutama sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar fosil. Standar Nasional Indonesia (SNI) Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton ini disusun dengan maksud untuk melindungi pengguna/konsumen agar mendapat unit biogas yang bermutu, disamping juga memberikan kepastian kepada investor/produsen dalam mendukung pengembangan unit biogas sebagai penghasil bahan bakar di Indonesia. SNI ini disusun oleh Panitia Teknis Perumusan SNI 27-04: Bioenergi melalui proses/prosedur perumusan standar dan terakhir dibahas dalam Forum Konsensus Panitia Teknis Bioenergi di Bali pada tanggal 1 Desember 2011, yang dihadiri oleh anggota panitia teknis dan narasumber terkait. SNI ini juga telah melalui konsensus nasional yaitu jajak pendapat pada tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan 29 September 2012. SNI ini disusun dengan memperhatikan masukan dari konsumen/pengguna, investor, pakar dan produsen peralatan biogas serta standar/referensi terkait sejenis yang sudah berlaku di negara-negara lain. BSN 2012 ii

Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton 1 Ruang lingkup Lingkup SNI ini meliputi tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton lengkap dengan bak dan saluran pemasukan bahan baku, maupun bak dan saluran pengeluaran lumpur organik (organic sludge). SNI ini mencakup juga persyaratan material, prosedur pengerjaan dan metode uji serta persyaratan tenaga pelaksana. Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna tipe kubah tetap dari beton dalam SNI ini dimaksudkan untuk mencerna bahan baku biogas dari limbah ternak. 2 Acuan normatif SNI 15-2049-2004, Semen portland SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton SNI 07-0242.1-2000, Spesifikasi pipa baja yang dilas dan tanpa sambungan dengan lapis hitam dan galvanis panas 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi berikut ini digunakan. 3.1 biogas gas yang merupakan produk akhir pencernaan anaerobik biomasa oleh mikroorganisme. CATATAN Biogas umumnya berkomponen utama metana (40-70%) dan karbon dioksida. 3.2 tangki pencerna bejana kedap air dan udara yang merupakan tempat atau ruang terjadinya proses pencernaan limbah ternak/bahan organik dari saluran pemasukan bahan baku yang diproses selama waktu tinggal tertentu (retention time) dan dikeluarkannya melalui saluran keluaran 3.3 waktu tinggal (retention/resident/detention time) waktu yang diperlukan untuk mencerna bahan organik di dalam tangki pencerna untuk menghasilkan biogas 3.4 ruang gas ruang di dalam tangki pencerna diatas substrat (slurry) sebagai tempat penampungan gas yang dihasilkan dari proses pencernaan di dalam substrat BSN 2012 1 dari 14

3.5 pemasukan bahan baku tempat pemasukan substrat ke dalam tangki pencerna yang terdiri dari bak pencampur dan saluran pemasukan 3.6 bak pencampur tempat pencampuran bahan baku dengan air 3.7 bak penampung lumpur organik bak penampung limbah unit biogas yang keluar dari tangki pencerna 3.8 manhole lubang yang dibentuk pada bagian atas dan/atau samping tangki pencerna yang berfungsi untuk akses keluar masuk manusia dalam kegiatan inspeksi dan pemeliharaan serta penyaluran sisa hasil pencernaan 3.9 saluran pengeluaran (outlet) tempat keluarnya limbah organik dari dalam tangki pencerna yang ditampung di dalam bak penampung 3.10 saluran pengeluaran gas pipa yang terletak di bagian atas kubah tangki pencerna untuk mengeluarkan biogas 3.11 katup utama (main valve) katup yang berfungsi untuk mengatur aliran gas dari tangki pencerna ke instalasi peralatan pemanfaatan biogas 4 Syarat mutu Dalam syarat mutu ini, unit biogas dengan tangki pencerna kubah tetap dari beton diklasifikasikan dalam 3 standar kelas seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Standar kelas unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton No Standar kelas Kapasitas tempat pengolahan a (m³) Produksi gas per hari (m³) Kotoran hewan yang dibutuhkan per hari b (kg) Air yang dibutuhkan setiap hari (liter) Jumlah ternak yang dibutuhkan 1 Kecil 4 s.d. 12 0,7 4 20-120 20-120 2 6 2 Sedang >12 s.d. 25 2,2 8,5 60-250 60-250 6 12 3 Besar >25 s.d. 50 4,5-17 125-500 125-500 12 25 a Kapasitas tempat pengolahan artinya volume tangki pencerna b Contoh hitungan untuk kotoran sapi dengan rasio air dan kotoran 1:1, rata-rata waktu penyimpanan: 40-60 hari BSN 2012 2 dari 14

Tabel 2 Persyaratan standar mutu unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton Parameter Satuan Standar kelas Kecil Sedang Besar I. Tangki pencerna Volume tangki pencerna m 3 4 s.d. < 12 12 s.d. < 25 25 s.d.< 50 Volume ruang gas minimum m 3 1 s.d. < 3 3 s.d. < 6,25 6,25 s.d.< 12,5 Bentuk pondasi tangki pencerna rata/irisan bola Ketebalan beton pondasi tangki cm 7 10 10-12 12-15 pencerna Tebal dinding dan kubah tangki cm 10-12 12 16 16 24 pencerna II. Pemasukan bahan baku 1. Bak pencampur bahan baku a. Ukuran minimum bentuk persegi cm 60x60x50 60x60x50 100x75x50 tanpa pengaduk (p x l x t) b. Ukuran minimum bentuk silinder cm 60x60 60x60 70x60 dengan pengaduk (t x d) 2. Saluran pemasukan bahan baku a. Beda tinggi inlet outlet (posisi outlet lebih rendah dari inlet) cm 15-35 15-35 15-35 b. Tinggi outlet diukur dari cm 80-95 80-95 80-95 permukaan air tangki pencerna ketika gas kubah terisi penuh c. Diameter d. Jarak lubang terbawah pemasukan dari lantai pondasi e. Kemiringan saluran pemasukan terhadap horizontal tangki pencerna inci cm 4-8 25-50 8-10 25-50 8-12 25-50 derajat 45-60 45-60 45-60 III. Ukuran Manhole a. Tipe 1 Manhole (p x l) cm 60x60 60x60 60x60 b. Tipe 2 Manhole - Manhole 1 (di atas kubah) (d) - Manhole 2 (p x l): IV. Bak penampung keluaran lumpur organik V. Peralatan saluran pengeluaran gas a. Pipa pengeluaran gas Diameter luar Tebal pipa (min.) cm cm inci mm 55 40x50 55 40x50 55 40x50 ukuran disesuaikan dengan volume tangki pencerna 0,5-1,5 4-5 0,5-1,5 4-5 0,5-1,5 4-5 b. Katup utama (main valve) wajib dipasang a) a) Katup utama dipasang di dekat kubah, mudah dijangkau, dan terjamin keamanannya. Contoh gambar desain unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton dapat dilihat pada Lampiran A. Untuk ukuran yang tidak tercantum dalam Lampiran A, disesuaikan dengan Tabel 1. 1 Disesuaikan dengan standar pasangan beton bertulang 2 Perlu diberi tambahan kolom dan ring balok besi BSN 2012 3 dari 14

5 Ketentuan pengerjaan Pengerjaan bagian-bagian dari unit penghasil biogas berikut dilakukan oleh tenaga ahli terlatih dan berpengalaman. Bagian-bagian unit penghasil biogas tersebut harus mengikuti ketentuan minimal sebagai berikut: 5.1 Tangki pencerna a) Pondasi, terbuat dari: 1. Beton dibuat dari campuran semen:pasir:kerikil dengan perbandingan 1:2:3. Untuk volume tangki pencerna > 20 m 3 menggunakan besi beton, dengan diameter minimal 8 mm dengan jarak yang disesuaikan. 2. Plesteran dilakukan dengan campuran semen:pasir 1:3 atau 1:4. b) Dinding, terbuat dari: 1. Pasangan bata dengan campuran semen:pasir 1:3 atau 1:4; 2. Plesteran dilakukan dengan campuran semen:pasir 1:3 atau 1:4, 3. Acian dilakukan dengan campuran semen dan air; 4. Pelapisan kedap air dilakukan dengan menggunakan campuran pengedap air. c) Kubah 1) Kubah beton dibuat dari : a. Campuran semen:pasir:kerikil dengan perbandingan 1:2:3; b. Plesteran dilakukan dengan menggunakan campuran semen:pasir 1:3 atau 1:4; c. Acian dilakukan dengan menggunakan campuran semen dan air; d. Pelapisan kedap air dilakukan dengan menggunakan campuran cat acrilyc emulsion atau bahan pengedap air yang dicampur semen. e. Untuk volume tangki pencerna > 20 m 3 menggunakan besi beton diameter minimal 8 mm. 2) Kubah pasangan bata dibuat dengan persyaratan sebagai berikut: a. Pasangan bata dengan campuran semen:pasir 1:3 atau 1:4; b. Plesteran dengan campuran semen:pasir 1:3 atau 1:4, c. Acian menggunakan campuran semen dan air; d. Lapisan kedap air menggunakan campuran cat acrilyc emulsion atau bahan pengedap air yang dicampur semen. 5.2 Bak pemasukan bahan baku, terbuat dari a) Pasangan bata dengan menggunakan campuran semen:pasir 1:4; b) Plesteran dilakukan dengan campuran semen:pasir 1:4; c) Acian dilakukan dengan campuran semen dan air. 5.3 Bak penampung keluaran lumpur organik, terbuat dari 1) Pasangan bata dengan campuran semen:pasir 1:4; 2) Plesteran dilakukan dengan campuran semen:pasir 1:4, 3) Acian dilakukan dengan campuran semen dan air. 5.4 Pemasangan pipa saluran pemasukan bahan baku BSN 2012 4 dari 14

Pemasangan pipa saluran inlet dilakukan dengan cara menghubungkan bak pemasukan bahan baku dengan lubang pemasukan di dinding tangki pencerna menggunakan pipa PVC. Kedua ujung saluran direkatkan dengan pasangan bata yang menggunakan campuran semen:pasir 1:4. 5.5 Manhole a) Tipe 1 M b) Manhole, beton dari campuran semen:pasir:kerikil dengan perbandingan 1:2:3. Untuk volume tangki pencerna > 20 m 3 diwajibkan menggunakan besi beton diameter minimal 8 mm. c) Plesteran dilakukan dengan menggunakan campuran semen:pasir 1:3 atau 1:4. 5.6 Pemasangan pipa saluran pengeluaran gas Pemasangan pipa saluran pengeluaran gas dilakukan dengan seal tape putih minimum sebanyak 13 kali lilitan dengan lem PVC yang lambat kering yang dipasang pada knee pada tangki pencerna. 6 Persyaratan material Persyaratan material yang diperlukan untuk membangun unit biogas adalah sebagai berikut : 6.1 Semen Semen yang digunakan untuk membangun unit biogas kubah tetap dari beton harus semen yang memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004. 6.2 Pasir Pasir yang digunakan untuk membangun unit biogas kubah tetap dari beton harus pasir kualitas baik dengan kandungan tanah/lumpur kurang dari 5%. 6.3 Pasangan bata Pasangan bata yang digunakan untuk membangun unit biogas kubah tetap dari beton harus pasangan bata kualitas lokal terbaik hasil dari pembakaran yang sempurna. 6.4 Kerikil Kerikil yang digunakan untuk membangun unit biogas kubah tetap dari beton harus kerikil batu pecah dengan ukuran 2 sampai dengan 3 cm. 6.5 Besi beton Besi beton yang digunakan untuk membangun unit biogas kubah tetap dari beton minimal besi ukuran 8 mm dan memenuhi persyaratan SNI 07-2052-2002. 6.6 Pipa 1) Pipa saluran pemasukan bahan baku, menggunakan pipa PVC jenis AW. 2) Pipa pengeluaran gas, menggunakan pipa besi berlapis galvanis dan memenuhi persyaratan SNI 07-0242.1-2000. 3) Katup utama, terbuat dari material logam tahan karat. BSN 2012 5 dari 14

7 Metode uji Pengujian terhadap unit biogas kubah tetap dari beton, dilakukan dengan uji kebocoran tangki pencerna, dengan metode sebagai berikut : 7.1 Metode uji dengan memasukkan udara Metode uji dengan memasukkan udara dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1) Isi air ke dalam tangki pencerna sampai lubang keluaran tertutup; 2) Pompa udara ke dalam tangki pencerna melalui saluran pengeluaran gas sampai tekanan manometer uji mencapai 10-15 cm air; 3) Diamkan kondisi pada angka 7.1. ayat (2) selama sekitar 4 jam; 4) Perhatikan kondisi berikut untuk mengetahui hasil uji: Apabila setelah melewati 4 jam: - permukaan air dalam manometer uji turun tidak lebih dari 3 cm berarti tidak bocor; - permukaan air dalam manometer uji turun lebih dari 3 cm berarti terdapat kebocoran udara; - permukaan air dalam manometer uji turun lebih dari 10-15 cm air berarti terdapat kebocoran air. 7.2 Metode uji dengan memasukkan asap Metode uji dengan memasukkan asap, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1) Isi air ke dalam tangki pencerna sampai permukaan air berada pada 15 cm di bawah lubang overflow yang terdapat pada bak penampung keluaran lumpur organik. 2) Pompa asap ke dalam tangki pencerna melalui pipa pengeluaran gas sampai air keluar dari lubang overflow. 3) Diamkan kondisi pada angka 7.2. ayat (2) selama 24 jam. 4) Perhatikan kondisi berikut untuk mengetahui hasil uji: Apabila setelah melewati 24 jam: - permukaan air dalam bak penampung keluaran lumpur organik turun tidak lebih dari 4 cm berarti tidak bocor; - permukaan air dalam bak penampung keluaran lumpur organik turun lebih dari 4 cm berarti bocor; 8 Persyaratan tenaga pelaksana Tenaga pelaksana terdiri dari tukang ahli, tukang, dan pembantu tukang yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan persyaratan sebagai berikut : 8.1 Tukang ahli Tukang ahli memiliki persyaratan: BSN 2012 6 dari 14

1) Memahami dan menguasai tata cara pembangunan unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton; 2) Memiliki pengalaman membangun sekurang-kurangnya lima unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton dan telah berfungsi dengan baik. 8.2 Tukang Tukang memiliki persyaratan keterampilan yang cukup dalam pengerjaan adukan, pasangan bata, plesteran, acian, pengecatan. 8.3 Pembantu tukang Pembantu tukang memiliki kemampuan untuk membantu tukang dalam melaksanakan pekerjaan tukang. BSN 2012 7 dari 14

Lampiran A (informatif) Gambar desain unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton A.1 Prinsip umum Sekalipun gambar-gambar di dalam lampiran ini menunjukkan unit penghasil biogas yang terpasang di bawah tanah, posisi unit penghasil biogas terhadap permukaan tanah dapat disesuaikan dengan kondisi tanah setempat. A.2 Gambar desain tangki pencerna biogas tipe 1 Manhole Gambar A.1 - Skematis desain tangki pencerna biogas tipe 1 Manhole-a untuk ukuran 4 m 3 BSN 2012 8 dari 14

Gambar A.2 - Skematis desain tangki pencerna biogas tipe 1 Manhole-a untuk ukuran 6 m 3 Gambar A.3 - Skematis desain tangki pencerna biogas tipe 1 Manhole-a untuk ukuran 8 m 3 BSN 2012 9 dari 14

Gambar A.4 - Skematis desain tangki pencerna biogas tipe 1 Manhole-a untuk ukuran 12 m 3 A.5 - Skematis desain unit biogas tipe 1 Manhole-b dengan berbagai ukuran sesuai Tabel 1 BSN 2012 10 dari 14

Gambar A.6 - Skematis desain unit biogas tipe 1 Manhole untuk ukuran 30 m 3 (tampak atas) Gambar A.7 - Skematis desain unit biogas tipe 1 Manhole untuk ukuran 30 m 3 (tampak samping) BSN 2012 11 dari 14

Gambar A.8 - Skematis desain peralatan unit biogas Gambar A.9 - Skematis desain unit biogas tipe 1 Manhole untuk ukuran 45 m 3 (tampak atas) BSN 2012 12 dari 14

Gambar A.9 - Skematis desain unit biogas tipe 1 Manhole untuk ukuran 45 m 3 (tampak samping) A.3 Gambar desain unit biogas tipe 2 Manhole Gambar A.10 - Skematis desain unit biogas tipe 2 Manhole untuk berbagai ukuran CATATAN Ukuran r dan t mengacu pada tabel berikut: Tabel A.3 - Ukuran r dan t untuk gambar unit biogas di atas No. Volume Tangki r1 r2 T Pencerna (m3) 1. 4 s.d. <12 125 165 240 260 40 60 2. 12 s.d. <25 165 215 260 320 60 70 3. 25 s.d. <50 125 165 320 375 70 75 BSN 2012 13 dari 14

Bibliografi Karki B. Amrit, Shrestha Nath Jagan dan Sundar Bajgain, 2005, Biogas, as renewable source of energy in Nepal, BSP-Nepal Nakagawa dan Honquilada, 1985, Chinese Biogas Digester - A Potential Model for Small- Scale, Rural Application. Walsh et.al., 1988, Handbook of Biogas Utilization, Georgia Institute of Technology. Ludwig Sasse, 1992, Pengembangan Energi Alternatif Biogas dan Pertanian Terpadu di Boyolali Jawa Tengah, Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan, Jakarta. Wahyuni Sri, 2011, Menghasilkan biogas dari aneka limbah, Agro Media Pustaka, Jakarta. Junus M, 2010, Petunjuk Praktis Pembuatan dan Pemanfaatan Unit Gas Bio Model Integrasi, Program Pengembangan Unit Gas Bio UNDP, PT. Bumi Harmoni Indoguna, Jakarta. Junus M, 1995, Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio, Edisi II, Gama Press, Yogjakarta. BSN 2012 14 dari 14

BSN 2012

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3,4,7,10 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp: 021-574 7043; Faks: 021-5747045; e-mail : bsn@bsn.go.id BSN 2012