PGN Menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasian Untuk Tahun Buku 2014 Jakarta, 5 Maret 2015 - PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk ( PGN atau Perseroan ) hari ini menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasian untuk Tahun Buku yang berakhir 31 Desember 2014 dan 2013 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman & Surja (Ernst & Young). Selama tahun 2014 PGN mencatatkan pendapatan neto sebesar USD 3,41 miliar naik 13,6 % dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu USD 3,00 miliar. Laba operasi sebesar USD 982,06 juta naik 5,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu USD 933,35 juta dan EBITDA sebesar USD 1,16 miliar naik 3,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu USD 1,12 miliar. Selama tahun 2014 PGN membukukan laba bersih sebesar USD 722,75 juta. Kenaikan pendapatan diperoleh dari peningkatan volume penjualan dari usaha distribusi sebesar 5 % dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari 824 MMSCFD menjadi 865 MMSCFD. Selain itu terdapat juga peningkatan pendapatan dari produksi minyak dan gas melalui Entitas Anak Saka Energi Indonesia. Sedangkan dari usaha transmisi, PGN dan anak usaha PT Transportasi Gas Indonesia mengalirkan gas sebesar 852 MMSCFD dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 854 MMSCFD. Dari sisi beban pokok pendapatan, terdapat kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 22,7% menjadi USD 1,94 miliar, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 1,58 miliar. Hal ini diakibatkan oleh peningkatan beban pengoperasian minyak dan gas, adanya harga beli LNG dan beban pengoperasian FSRU sejak November 2014 dan kenaikan harga beli gas dari pemasok mulai 1 April 2013. Kondisi ekonomi global juga mempengaruhi laba bersih Perusahaan untuk tahun 2014. Penguatan mata uang USD ke mata uang Yen yang lebih rendah dibandingkan dengan penguatan tahun sebelumnya, berpengaruh terhadap selisih kurs yang berasal dari translasi kewajiban dalam mata uang Yen ke USD. Hal ini berdampak terhadap penurunan keuntungan selisih kurs dan laba perubahan nilai wajar derivatif (non cash) dari USD 154,08 juta tahun 2013 menjadi USD 49,63 tahun 2014.
Selain itu kondisi harga pasar minyak dunia mempengaruhi laba bersih Perusahaan untuk tahun 2014, khususnya Entitas Anak PT Saka Energi Indonesia (SEI). Hal ini berdampak pada penurunan nilai aset minyak dan gas (non cash) sebesar USD 34,66 juta. Untuk meningkatkan kehandalan bisnis gas bumi Perseroan, PGN melalui anak usaha PT Saka Energi Indonesia (SEI) pada awal tahun 2014 mengakuisisi 75% hak partisipasi di wilayah kerja Pangkah sehingga kepemilikannya menjadi 100%. Hasil penjualan produksi dari wilayah kerja Pangkah ini memberikan kontribusi pendapatan sebesar USD 269 juta. Hal ini memberikan kontribusi pendapatan dari usaha di bidang minyak dan gas sebesar USD 297,79 juta. Pada 15 Juli 2014, SEI menyelesaikan transaksi akuisisi working interest sebesar 36% di di area shale gas Fasken di formasi Eagle Ford, Texas, Amerika Serikat milik Swift Energy Company senilai USD 125 juta. Adapun pada 12 Desember 2014, SEI menyelesaikan transaksi akuisisi 8,91% partisipasi interest milik KNOC di wilayah kerja Southeast Sumatera dengan operator CNOOC. Sedangkan pada 16 Desember 2014, SEI menyelesaikan transaksi akuisisi seluruh saham Sunny Ridge Offshore Limited yang menguasai 20% partisipasi interest di wilayah kerja Muriah, dengan operator Petronas. Selama tahun 2014, PGN terus mengembangkan infrastruktur jaringan gas bumi untuk mengalirkan energi baik gas bumi ke berbagai segmen pelanggan, mulai dari rumah tangga, UKM, komersial, industri, pembangkit listrik dan transportasi. Di tahun 2014, Floating Storage and Regasification (FSRU) Lampung sudah beroperasi secara komersial yang mengalirkan gas bumi untuk pembangkit listrik PLN. Tahun 2015 PGN akan memperluas pasar gas bumi dari FSRU Lampung ke segmen pelanggan lainnya. Di tahun 2014, PGN juga menyelesaikan jaringan pipa distribusi di Lampung sepanjang 90 kilometer. Saat ini ada 14 industri di Lampung yang sudah menandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PGN. Dari 14 industri itu, sebanyak lima industri sudah teraliri gas PGN dan sisanya dalam waktu dekat akan teraliri gas PGN untuk menggerakkan roda usahanya. Proyek clustering CNG di Tambak Aji Semarang, Jawa Tengah juga sudah mengalirkan gas bumi untuk pelanggan rumah tangga dan industri. Proyek clustering ini dilanjutkan dengan pembangunan jaringan pipa terintegrasi Jawa Tengah yaitu pipa distribusi Kendal - Semarang - Kudus - Pati - Ungaran - Solo Raya.
Pembangunan proyek pipa transmisi Kalimantan Jawa I (Kalija I) untuk mengalirkan gas bumi dari Lapangan Kepodang ke PLTGU Tambak Lorok milik PLN juga on the track. Pada Februari 2014, progress proyek Kalija I mencapai 42,47%. Pipa transmisi Kalija I ditargetkan on stream pada kuartal III 2015. Proyek pipa distribusi Cikande-Bitung (provinsi Banten) sepanjang 30,5 kilometer juga sudah selesai dibangun untuk mendukung jaringan distribusi gas bumi di wilayah Jawa Barat-Banten-DKI Jakarta. Begitu pula pipanisasi Tanjung Uncang Panaran di Batam, Kepulauan Riau sepanjang 18 kilometer juga telah selesai dibangun. PGN juga mulai membangun jaringan pipa Duri-Dumai-Medan (Duri Dumai 130 kilometer, Dumai Medan 395 kilometer), di mana ground breaking pembangunannya sudah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada akhir Januari lalu. Pembangunan jaringan pipa yang dilakukan PGN itu untuk memperkuat jaringan yang saat ini sudah dimiliki dan dioperasikan PGN sepanjang lebih dari 6.000 kilometer. Di sektor transportasi PGN juga akan terus mengembangkan infrastruktur gas bumi, baik berupa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan Mobile Refueling Unit (MRU). Dalam hal ini PGN menggunakan tiga model yaitu membangun sendiri, bekerjasama dengan BUMD dan membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Terintegrasi (SPBT) dengan bekerjasama dengan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Selama 2014, PGN mengoperasikan 3 SPBG (Ketapang Jakarta, Bogor dan Pondok Ungu Bekasi) dan 3 MRU (IRTI Monas, Cawang dan Waduk Pluit). Sedangkan 2 SPBG (Surabaya dan Sukabumi) serta 2 MRU (Tangerang dan Surabaya) siap untuk beroperasi. PGN juga menjalin kerjasama dengan PT Jakarta Propertindo (BUMD milik Pemprov DKI) dilakukan untuk menambah SPBG/MRU sebanyak 20 buah di wilayah Jabodetabek dalam 2 tahun. Untuk meningkatkan penyaluran gas rumah tangga, PGN menjalin sinergi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan pemerintah provinsi serta kota/kabupaten. Kementerian ESDM menugaskan PGN untuk mengelola dan mengoperasikan jaringan gas yang dibangun ESDM. Sinergi itu antara lain dalam penyalurkan gas rumah tangga untuk 5.200 rumah di DKI Jakarta, 4000 rumah di Cirebon, 4.320 rumah di Bogor dan Tangerang 382 rumah.
PGN sendiri terus mengembangkan jaringan gas rumah tangga melalui Program PGN Sayang Ibu dengan melakukan penambahan 1 juta sambungan baru rumah tangga. Untuk memperkuat pendanaan dalam rangka pengembangan infrastruktur gas bumi di Indonesia, pada 16 Mei 2014, PGN menerbitkan obligasi internasional senilai USD 1,35 milyar dengan kupon 5,125% dan tenor 10 tahun. Dana hasil penerbitan obligasi ini digunakan untuk menambah modal kerja dan melaksanakan rencana-rencana Perseroan sejalan dengan strategi bisnis yang telah disusun oleh Perseroan dalam rangka pengembangan infrastruktur gas bumi nasional. Selain itu pada 28 Agustus 2014 PGN menandatangani Perjanjian Fasilitas Pinjaman Sindikasi senilai USD 650.000.000 dengan jangka waktu 5 tahun. Sindikasi perbankan itu adalah Australian and New Zealand Banking Group Limited (ANZ), The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ,Ltd (BTMU), Citigroup Global Markets Singapore Pte.Ltd (Citi), The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC). Direktur Utama PGN, Hendi Prio Santoso menyatakan bahwa PGN akan terus menjadi yang terdepan dalam percepatan konversi BBM ke BBG, baik di sektor industri, UKM, transportasi dan rumah tangga. Konversi BBM ke gas bumi mendesak untuk dilakukan karena ketergantungan pada minyak bumi yang mahal dan impor akan membuat rapuh ketahanan energi kita, katanya.
Tentang PGN PGN adalah BUMN Gas yang dibentuk oleh Pemerintah RI dengan tujuan untuk membangun ekonomi nasional dengan mengutamakan kebutuhan rakyat menuju masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual, sebagaimana dinyatakan dalam dasar hukum dilahirkannya PGN sesuai Pepres No. 19 tahun 1965. Dalam menjalankan amanat tersebut, PGN merintis pengembangan jaringan pipa gas bumi sejak 1974. Tidaklah mudah merintis konversi energi di saat Indonesia masih mengalami kejayaan produksi minyak bumi. Namun perjuangan PGN memmbuahkan hasilnya saat ini, di mana dengan 6.000 kilometer pipa transmisi dan distribusi yang berhasil dibangunnya, PGN berhasil menyalurkan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan domestik setara dengan 23 juta liter per hari. PGN menyuplai gas bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk restoran, hotel dan rumah sakit, SPBG serta rumah tangga. Sejalan dengan meningkatnya permintaan terhadap gas bumi di dalam negeri dengan sumber yang terbatas, PGN terus berusaha mencari solusi strategis untuk menjamin suplai bagi para konsumen dan mencegah kelangkaan gas bumi di beberapa wilayah. Saat ini PGN sedang mencari suplai gas baru, terutama dari lokasi yang dekat dengan infrastruktur yang ada, serta berupaya mendapatkan volume yang lebih besar untuk dialokasikan pada penggunaan di pasar dalam negeri. Sebagai upaya peningkatan transparansi dan kemudahan mendapatkan dana untuk pengembangan infrastruktur gas, pada tahun 2003 Pemerintah atas persetujuan DPR mengambil langkah untuk menjadikan PGN sebagai perusahaan terbuka. Saat ini Perseroan merupakan BUMN publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), di mana kepemilihan saham PGN sebesar 56,96% dimiliki oleh Pemerintah RI dan sekitar 43,04% dikuasai publik.