KETIKA HARGA BERAS TURUN, PUJIAN PUN TAK KUNJUNG DATANG Kamis, 27 September 2007

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN HARGA BERAS TERMURAH TK. ECERAN DI PROVINSI UTAMA s.d PERIODE MG-I JUNI 2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perkiraan Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Strategis Periode Hbkn Puasa Dan Idul Fithri 2017 (Mei-Juni)

PEMANTAUAN HARGA KEBUTUHAN BAHAN POKOK TAHUN 2017 KABUPATEN TEMANGGUNG

KENAIKAN HARGA GULA DAN PENGELOLAAN STOK PUPUK NASIONAL Kamis, 03 September 2009

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POSKO INFORMASI KETERSEDIAAN DAN HARGA PANGAN PERIODE HBKN PUASA DAN IDUL FITRI 1438 H

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

BAB I. PENDAHULUAN A.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PENUGASAN IMPORTASI DAN STABILISASI HARGA DAGING

HARGA BAHAN PANGAN POKOK DI TINGKAT KONSUMEN

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

Oleh : Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cenderung terus meningkat tampaknya akan menghadapi kendala yang cukup berat.

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

1. Secara umum perkembangan harga ecer selama minggu II bulari Oktober 2017 di pasar wilayahmengalami kenaikan dibanding minggu sebelumnya.

2016, No UndangUndang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor

ANTISIPASI MASALAH PANGAN GLOBAL DAN STABILISASI HARGA PANGAN

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Dua Minggu Menjelang Lebaran, Harga Daging. Sapi Masih Tinggi

PROGRAM AKSI PEMBANGUNAN PERTANIAN SELAMA 100 HARI 1)

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan Terkait Stabilisasi Harga

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam EKONOMI PERTANIAN

Boks 2. Perkembangan Harga Menjelang Hari Besar Keagamaan

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

KEGIATAN BIDANG HARGA PANGAN

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP IMPORTASI ZONA BASED DAN KELEMBAGAANNYA. Pada Forum D i s k u s i Publik ke-15

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEKRETARIAT DAERAH JI. Medan Merdeka Selatan No.8-9 JAKARTA NOTA DINAS

PETUNJUK PELAKSANAAN PETUGAS PEMANTAU HARGA 27 KAB/KOTA DI JAWA BARAT TAHUN 2015

SEKRETARIAT OAERAH PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOTA OINAS

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

MATRIKS HARGA RATA-RATA KEBUTUHAN POKOK DAN DAN BARANG PENTING/STRATEGI BULAN : Januari Minggu I s/d Minggu IV, Tahun 2009

INBOX 2 : PERGERAKAN HARGA BEBERAPA BARANG di ACEH

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI E DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

stor - 0, 6 / i.9!2, oite,k) Wow) H ou-v PN-)01-6Ln VA 1/ (Ai L Psh. 1 3 g.3 n7 1.Ctil

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JULI 2016 INFLASI 0,43 PERSEN

VKBP15-L REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI KONSUMSI BAHAN POKOK TAHUN 2015 PENDAFTARAN BANGUNAN DAN RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. beras. Perkembangan dari hal-hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

I. PENJELASAN UMUM. bahan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukan. Dengan adanya

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN OKTOBER 2011 TURUN 0,53 PERSEN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia,

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

Beras. Agustus Beras

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Transkripsi:

KETIKA HARGA BERAS TURUN, PUJIAN PUN TAK KUNJUNG DATANG Kamis, 27 September 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sehari sebelum kunjungan ke New York menyempatkan meninjau Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur untuk mengecek penyediaan stok dan harga bahan-bahan kebutuhan pokok. Menurut Presiden, kenaikan harga bahan kebutuhan pokok pada ramadhan ini dan menjelang lebaran masih wajar. Pernyataan Presiden tersebut tidaklah berlebihan. Karena itulah yang terjadi, setiap tahun menjelang lebaran, harga kebutuhan pokok selalu meningkat. Setiap ibu rumah tangga, seolah berlomba menyajikan hidangan spesial untuk berbuka puasa, termasuk disaat lebaran tiba. Harga kebutuhan pokok, biasanya akan kembali normal setelah lewat lebaran. Sidak Presiden diatas, merupakan tindak lanjut dari sidang kabinet terbatas tentang persiapan hari raya Idul Fitri 1428 H, pada tanggal 20 September 2007 di kantor Presiden. STOK CUKUP Kalau kita mengkaji secara cermat laporan Menteri Perdagangan sebagaimana disajikan pada tabel 1, maka sejalan dengan Sidaknya Presiden SBY, tampak bahwa kebutuhan pokok masyarakat pada dasarnya cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan tiga sampai dengan empat bulan kedepan. Jadi para ibu rumah tangga tidak perlu khawatir akan kebutuhan pokok kita yang paling utama yaitu beras. Tabel 1: Pragnosa Ketersediaan Kebutuhan Pokok Masyarakat Menghadapi Bulan Puasa dan Lebaran (September dan Oktober 2007) Satuan : Ton No JENIS BARANG Pragnosa Ketersediaan Posisi 1 Sept 2007 Pragnosa Kebutuhan Rata2 PER BULAN (Sept-Okt) 1. Beras 9.282.914

2.973.076 2. Gula Pasir 1.345.256 280.681 3. Minyak Goreng 1.778.449 419.850 4. Tepung Terigu*) 77.199 280.000 5. Daging Sapi Murni **) 29.011 29.011 6.

Daging Ayam Broiler ***) 39.813 40.940 7. Telur Ayam Ras 72.013 63.750 8. Bawang Merah 83.221 47.230 9. Cabe Merah 82.035 75.569 10. Kacang Tanah 432.109 66.300

Sumber : Departemen Pertanian *) Belum termasuk produksi September 2007 sebesar 330.000 Ton (APTINDO) **) Untuk menghadapi Idul Fitri 2007 telah dipersiapkan 130.000 ekor sapi yang siap dipotong ***) Untuk menghadapi Idul Fitri 2007 telah dipersiapkan 100.000 ton ayam broiler Ket : kebutuhan selama HBKN diperkirakan naik 10-20% HARGA RATA-RATA BERAS DAN GULA CENDERUNG TURUN Berdasarkan data perkembangan harga beberapa bahan kebutuhan pokok dari BPS, terdapat beberapa komoditi yang mengalami kenaikan dan penurunan harga pada bulan September (minggu ke-iii) dibanding harga rata-rata pada bulan Agustus 2007 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2: Trend Perubahan Harga Rata-rata Beberapa Kebutuhan Pokok Pada Setiap Bulan Puasa dibanding Sebulan Sebelumnya No Komoditi Perubahan (%) 2004 2005

2006 2007 1 Beras 1.03 6.77-0.53-1.49 2 Gula Pasir Lokal 6.54 1.09-0.81-0.15 3 Minyak Goreng Tanpa Merk -3.16

6.35 1.44-1.03 4 Daging Sapi 4.10 11.62 0.41-1.08 5 Daging Ayam Broiler 2.31 1.38-0.91 6.14

6 Telur Ayam Ras 6.06 13.20-4.89 n.a 7 Bawang Merah 11.47 8.29-17 n.a 8 Cabe Merah krtg 1.67 29.3 23.98

7.93 Keterangan: *) harga Minggu III Sept dibandingkan rata2 Agustus 2007 Membaca tabel 2 diatas, kita patut bersyukur bahwa harga beras yang pada tahun 2005 pernah meningkat sampai 6,67%, maka pada tahun 2006 harganya rata-rata mengalami penurunan 0,53% dan pada minggu III September (dibandingkan rata-rata tahun 2007) menurun kembali rata-rata sebesar 1,49%. Trend penurunan harga yang sama juga dialami Gula pasir lokal, sementara itu Minyak Goreng tanpa merk dan Daging Sapi, masing-masing menurun sebesar 1,03% dan 1,08% pada minggu III dapat dibandingkan rata-rata Agustus 2007. Namun harus diakui ada juga jumlah komoditi lain yang meningkat harganya pada minggu III September 2007 seperti daging ayam broiler (6,14 %) dan cabe merah keriting ( 7,93 %). KEBIJAKAN STABILITAS HARGA Kebijakan Pemerintah dalam menstabilkan pangan pokok, menurut Menteri Perdagangan adalah kebijakan untuk mengusahakan stabilitas harga beli konsumen untuk beras, gula dan minyak goreng dengan tetap melindungi kepentingan produsen, khususnya petani dalam negeri. Bila diperlukan dapat dilakukan kebijakan khusus untuk meringankan beban masyarakat berpendapatan rendah. Untuk kebijakan perberasan, Perum Bulog sebagai lembaga pemerintah ditugaskan bertanggung jawab penuh terhadap pengamanan harga ditingkat petani melalui penerapan HPP sesuai Inpres No. 3 Tahun 2007. Bulog ditargetkan untuk mencadangkan stok beras sekitar 1,5 s.d 2 juta ton setara beras pada akhir 2007 yang dapat digunakan sewaktu-waktu pemerintah untuk raskin, bantuan sosial dan operasi pasar. Apabila terdapat penggunaan cadangan beras untuk menstabilkan harga, maka cadangan beras harus segera diganti kembali sehingga cadangan minimal 1,5 juta ton setara beras tetap tersedia. Misalnya, berdasarkan surat Menko bidang Perkonomian tanggal 31 Agustus 2007, Bulog sekarang diberi keleluasaan untuk mengimpor beras guna menstabilkan harga. Artinya Bulog tidak perlu lagi menunggu instruksi dari pemerintah untuk mengimpor beras. Untuk pertama kalinya, Bulog mengimpor beras kualitas premium dari Thailand sebanyak 40.000 ton yang realisasinya ditargetkan pada bulan September hingga 31 Oktober 2007 (Kompas 25 September 2007, hal 17). Kebijakan lainnya di bidang perberasan adalah memperkuat perlindungan petani dalam negeri traif bea masuk impor beras ditingkatkan dari Rp. 450/kg menjadi Rp. 550,-/kg. Sementara itu, untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri dengan target peningkatan 2 juta ton/ tahun, pemerintah melakukan perbaikan prasarana pengairan, pemberian benih, subsidi pupuk dan program penyuluhan. Sementara itu kebijakan gula dilaksanakan dengan mengatur kuota impor gula guna menjaga harga di tingkat petani minimum Rp. 4.900/Kg, sehingga harga ditingkat eceran dapat stabil pada harga pasar saat ini yaitu Rp. 6.100 di Jawa dan Rp. 6.300 di luar Jawa. Program revitalisasi produksi gula sedang dirancang oleh Pemerintah, berkaitan dengan upaya peningkatan produktivitas dari produksi yang sekarang, yaitu Pabrik Gula yang sekarang ada, maupun melalui investasi di pabrik baru. Program revitalisasi ini dimaksudkan untuk upaya pencapaian target swasembada gula yang diperkirakan belum dapat tercapai dalam waktu dekat ini. Sedangkan pada kebijakan Pungutan Ekspor (PE) atas minyak sawit dan produk turunannya dilakukan secara lebih sistematik dengan mengkaitkan tingkat PE dengan perkembangan harga Internasional. Menurut Menko Bidang Perekonomian, semua produk minyak goreng curah dan tidak bermerk tidak akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh pemerintah. Dengan demikian, harga jual eceran turun hingga Rp. 8.000 per kg sejak kebijakan tersebut diturunkan pada tanggal 24 September 2007. Sebaliknya, minyak goreng kelapa sawit yang bermerk dan kemasan, PPN nya tidak ditanggung pemerintah (Kompas, 25 September 2007, hal 15). Sejalan dengan surat Menko Perekonomian diatas, Meneg BUMN menerbitkan surat No. S-064/MBU/2007 tanggal 3 September 2007, yang isinya antara lain meminta Direksi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I s/d XI, XIII dan XIV serta PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT.RNI) untuk mendukung kebijakan Pemerintah tentang Stabilisasi Bahan Pangan Pokok Gula dan Minyak Goreng. Selain kebijakan diatas, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan khusus yang pro-poor untuk meringankan beban masyarakat berpendapatan rendah, melalui pemberian subsidi, yaitu: a). Subsidi harga beras dalam bentuk program raskin yang selama ini dilaksanakan sepanjang tahun; dan b). Subsidi harga minyak goreng yang segera di distribusikan

pada bulan puasa dan dua minggu setelah lebaran melalui kegiatan pasar murah Meskipun pemerintah, melalui berbagai kebjiakan diatas, telah berhasil menurunkan harga rata-rata beras, gula, dan minyak goreng tanpa merk, namun berita pujian tentang keberhasilan kebijakan pemerintah tak kunjung muncul dimuat di media massa. Bahkan seorang Menteri sempat berseloroh, kalau harga beras naik saja sedikit, kita sudah dimakimaki di media massa. Tapi ketika harga beras turun, sebaliknya pujian pun tak kunjung datang (Ibnu Purna; ibnu_pm@setneg.go.id)