Model Obsim Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Materi Pecahan Dengan Pendekatan Kontruktivistik Mahasiswa PGSD

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional Pendidikan IPA tahun 2011 Membangun Masyarakat Melek (Literate) Sains yang Berbudaya Berkarakter bangsa melalui Pembelajaran Sains

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan masih memprihatinkan. Nilai Ebtanas Murni (NEM) IPA SLTP dan

MODEL OBSERVASI DAN SIMULASI (OBSIM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA DALAM MENGAJAR

BAB III METODE PENELITIAN

Insar Damopolii 36, Ani Hasan 37, Novri Kandowangko 38

PENERAPAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT AND SATISFACTION ) DALAM PEMBELAJARAN TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI)

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UMPAN BALIK DAN GAYA KOGNITIF MATAKULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KEDIRI. Sofwan Hadi. STAIN Ponorogo

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH BERBASIS KONSEP

BAB III METODE PENELITIAN

Muh. Hasbi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Tadulako Abstrak

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DENGAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF DAN MISKONSEPSI FISIKA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN. Bandung. Variabel bebas atau independent varabel dalam penelitian ini yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

KEMAMPUAN MENGAJAR GURU DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DAN HASIL BELAJAR SISWA

The Influences of Science Technology Society (STS) Model Learning to Student Result Learning on Pollution Environment Material

PEMBELAJARAN BERBASIS VIRTUAL LABORATORY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

SILABUS MATA KULIAH. Mata Kuliah / Kode : Perencanaan Perangkat Pembelajaran IPA / KPA 2211 Semester/ SKS : II/ 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN R X O 2 R O 4

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA KAPITA SELEKTA MATEMATIKA

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA HUMANISTIK BERBASIS KONSTRUKTIVISTIK MENGGUNAKAN ICT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

DESAIN MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK EKSPLORASI KESULITAN BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SERTA KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH

Elida Tambunan dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika, Pascasarjana Universitas Negeri Medan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Ridwan Abdullah Sani dan Maryono Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan ABSTRAK

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Bagian ini akan membahas metode penelitian, populasi dan sampel, variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

JPPMS, Vol. 1, No. 1, 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis yang telah dirumuskan perlu diuji kebenarannya, untuk

BAB III METODE PENELITIAN

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

III METODE PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

III. METODE PENELITIAN. Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

ANALISIS KECENDERUNGAN METODOE PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNS

Analisis Perangkat Pembelajaran Group Investigation Berbasis RME untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Kalkulus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Sejarah di SMAI Al-Azhar 4 Kemang Pratama Kota Bekasi

ABSTRAK. Kata kunci : Pemahaman Konsep, Alat Peraga Dakon Matematika.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci : Pengajaran mikro, disposisi matematika, mengajar matematika dalam PPL

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten. Pringsewu pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

Seminar Nasional Hasil Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang 2017

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode kuasi eksperimen adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak

Analisis Kemampuan Komunikasi Lisan dan Tulis Mahasiswa Calon Guru pada Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Mataram

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROGRAM PASCASARJANA

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengimplementasikan suatu model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terletak di Jalan Raya Tangkuban Perahu Km. 22 Desa Cikole Kecamatan

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF TIPE TGT DILENGKAPI MODUL DAN LKS DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA

III. METODE PENELITIAN. oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis,

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 1-5

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: NUR AZIZAH SAFITRI NPM:

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Matematika OLEH :

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Model Obsim Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Materi Pecahan Dengan Pendekatan Kontruktivistik Mahasiswa PGSD Ervina Eka Subekti ervinaekas@ymail.com Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk menganalisis keefektifan pembelajaran dengan Model Observasi dan Simulasi (Obsim) dalam perkuliahan pembelajaran teori bilangan. Permasalahan yang dikaji: 1) Apakah mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan Model Observasi dan Simulasi (Obsim) dalam perkuliahan pembelajaran teori bilangan dapat mencapai nilai kelulusan minimal?, ) Apakah ada pengaruh positif kemampuan merencanakan pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep terhadap keterampilan mengajar materi pecahan di SD dengan pendekatan kontruktivistik? 3) Apakah penggunaan Obsim dalam perkuliahan pembelajaran teori bilangan membedakan mahasiswa PGSD, dengan kategori berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah? Populasi yang terlibat dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa semester VI PGSD IKIP PGRI Semarang 011/01. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa kelas 6A sebagai kelas yang menggunakan metode Obsim dan mahasiswa kelas 6B sebagai kelas kontrol. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji rata-rata, regresi, dan analisis Anava dua jalur. Dari Hasil penelitian disimpulkan bahwa kuliah dengan model Obsim efektif pada mata kuliah pembelajaran Teori Bilangan untuk meningkatkan kemampuan mengajar materi pecahan dengan pendekatan kontruktivistik. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: Dosen disarankan menggunakan model Obsim dalam perkuliahan Pembelajaran Teori Bilangan karena model Obsim efektif digunakan untuk meningkatkan ketrampilan mengajar dalam perkuliahan Pembelajaran Teori Bilangan. PENDAHULUAN Banyak faktor yang berpengaruh pada kualitas pembelajaran sekolah dasar. Guru merupakan faktor paling utama penentu kualitas pembelajaran (Rosenshine & Furst, 1971) atau penerap prinsip mengajar yang tepat (Brophy & Good, 1986). Hampir pada semua SD di Indonesia guru diberi tugas untuk menjadi guru kelas yang harus mengajar semua mata pelajaran termasuk matematika. Kondisi seperti ini menyebabkan pengajaran matematika di SD lebih banyak didominasi ceramah, guru kurang mampu mengaktifkan siswa dalam berpikir dan

pelajaran yang diberikan tidak dikaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari siswa (Indrawati, 005). Salah satu alasan kekurang -berhasilan pendidikan matematika SD adalah kegagalan fakultas dan universitas dalam menyiapkan mahasiswa calon guru SD untuk dapat mengajar matematika, salah satunya pembelajaran materi pecahan secara baik dan benar. Metode mengajar akan berhasil apabila disampaikan dengan contoh nyata, yaitu contoh bagaimana menggunakan metode-metode mengajar untuk mengajarkan materi-materi pada konteks yang tepat. Dengan contoh nyata mengajar dari orang lain, maka perilaku orang tersebut dapat dipelajari. Hal ini didukung oleh pendapat Bandura (1977) yang menyatakan bahwa sebagian besar perilaku manusia dipelajari melalui pemodelan: dari mengamati orang lain sebagai gagasan tentang bagaimana perilaku baru dilakukan, dan pada kesempatan kemudian informasi ini berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. Tillema dan Veenman (Cruickshank & Metcalf, 1990) menyatakan bahwa contoh yang diberikan oleh pembina matakuliah atau instruktur dapat membawa mahasiswa pada kesadaran awalnya tentang keterampilan yang dicontohkan, mahasiswa dapat menggunakan melalui pemahaman konseptualnya dan dapat mengimplementasikan keterampilan itu berupa perilaku aktif mengajar. Selain pemberian contoh nyata mengajar, mahasiswa calon guru juga perlu sering melakukan latihan mengajar (simulasi). Kemampuan mengajar tidak dapat dikembangkan secara tiba-tiba, tetapi perlu waktu dan bertahap, dimulai sejak awal perkuliahan, dan dilakukan secara terus menerus. Thorndike (Gagne, 1974:14) menyatakan:... sebagai suatu komponen utama dari teori belajar Latihan. Prinsip ini menyatakan bahwa hubungan yang pelajari adalah 'diperkuat' setiap kali diulangi. Hal ini menggambarkan bahwa apa yang dipelajari mahasiswa dalam mengajar dapat diperkuat melalui pengulangan. Metode Obsim merupakan akronim dari kata observasi dan simulasi. Model Obsim pada dasarnya merupakan kombinasi antara model belajar sosial (social learning model) dengan model simulasi (simulation model) yang keduanya merupakan kelompok model sistem perilaku ( behavioral system family model). Joyce, et al. (000:3) menyatakan bahwa dasar teori kelompok model ini adalah

teori-teori belajar sosial. Lebih lanjut dikatakan bahwa kelompok model ini dikenal pula sebagai modifikasi perilaku ( behavioral modification), terapi perilaku (behavioral therapy), dan sibernetik (cybernetics). Dasar pemikiran kelompok model ini adalah sistem komunikasi yang mengoreksi sendiri ( self-correcting communication systems) yang memodifikasi perilaku dalam hubungannya dengan cara tugas dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Dengan Model Obsim, mahasiswa diharapkan dapat belajar mengajar melalui observasi terhadap simulator yang mensimulasikan mengajar SD (modeling) dan berlatih mengajar dengan simulasi. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian, yakni: 1) Apakah mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan Model Observasi dan Simulasi ( Obsim) dalam perkuliahan pembelajaran teori bilangan dapat mencapai nilai kelulusan minimal?, ) Apakah ada pengaruh positif kemampuan merencanakan pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep terhadap keterampilan mengajar materi pecahan di SD dengan pendekatan kontruktivistik? 3) Apakah penggunaan Obsim dalam perkuliahan pembelajaran teori bilangan membedakan mahasiswa PGSD, dengan kategori berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah? Sesuai dengan rumusan pertanyaan penelitian yang telah dituliskan, tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui apakah mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan Model Observasi dan Simulasi (Obsim) dalam perkuliahan pembelajaran teori bilangan dapat mencapai nilai kelulusan minimal, ) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif kemampuan merencanakan pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep terhadap keterampilan mengajar materi pecahan di SD dengan pendekatan kontruktivistik?, 3) Untuk mengetahui apakah penggunaan Obsim dalam perkuliahan pembelajaran teori bilangan membedakan mahasiswa PGSD, dengan kategori berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi alternatif solusi meningkatkan kemampuan mahasiswa PGSD dalam membuat rencana pembelajaran dan kemampuan mengajar materi pecahan di SD dengan pendekatan konstruktivistik sehingga pada akhirnya diharapkan bisa meningkatakan kualitas pembelajaran matematika di SD terutama materi pecahan.

PEMBAHASAN Pendekatan Pembelajaran Matematika Ruseffendi (1988:40), mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh guru atau peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang dilihat dari sudut bagaimana proses atau materi pembelajaran itu umum atau khusus dikelola. Pendekatan kontruktivistik Pendekatan kontruktivistik didefinisikan sebagai pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan member makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami (Pribadi,009:156). Gagnon dan Collay dalam Pribadi (009) berpendapat bahwa siswa belajar dan membangun pengetahuan manakala dia terlibat aktif dalam kegiatan belajar Teori Belajar Piaget. Menurut Piaget (Krismanto, dkk., 004:3), manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosio emosional, dan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif tergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurutnya kemampuan kognitif manusia berkembang menurut empat tahap dari lahir sampai dewasa. Tahap-tahap tersebut adalah tahap sensori motor ( sensory-motor-stage), sejak manusia lahir sampai berusia tahun; tahap pra-operasional ( pre-operational-stage), dari usia tahun sampai 7 tahun; tahap operasi konkret (cooncrete-operational-stage), dari usia 7 tahun sampai 11 tahun; dan tahap operasi formal ( formal-operational-stage), dari usia 11 tahun keatas (dalam Dahar, 1989:15). Harlen (dalam Damandiri 003) mengembangkan model konstruktivis dalam pembelajaran di kelas. Model Obsim (Observasi dan Simulasi)

Istilah Obsim dalam penelitian ini merupakan akronim dari kata observasi dan simulasi. Model Obsim pada dasarnya merupakan kombinasi antara model belajar sosial ( social learning model) dengan model simulasi ( simulation model) yang keduanya merupakan kelompok model sistem perilaku ( behavioral system family model). Joyce, et al. (000:3) menyatakan bahwa dasar teori kelompok model ini adalah teori-teori belajar sosial. Dalam Model Obsim terdapat lima tahap, yaitu: Tahap modeling, tahap diskusi, tahap pengayaan, tahap latihan, tahap umpan balik dan pemantapan. Kelima tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut. Tahap Pertama: Modeling (Simulasi mengajar oleh dosen) Modeling dalam hal ini dimaknai sebagai pemberian contoh mengajar konsep pecahan di SD yang dilakukan oleh dosen. Contoh mengajar ini berupa simulasi mengajarkan suatu topik (fakta, prosedur, konsep, atau prinsip) untuk siswa SD dengan menganggap seolah-olah mahasiswa sebagai siswa SD. Tahap Kedua: Diskusi Pada tahap ini dosen memfasilitasi kegiatan diskusi tentang contoh mengajarnya. Dalam diskusi mahasiswa diberi kesempatan untuk memberikan pendapat tentang contoh mengajar yang diberikan dosen berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya tentang mengajar. Tahap Ketiga: Pengayaan Pada tahap ketiga, dosen memberikan pengayaan berupa tugas yang termuat dalam hand-out yang berkaitan dengan pengembangan materi belajar mengajar yang telah disajikan. Selain itu, pada tahap ini mahasiswa juga diberi tugas membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mikro untuk pembelajaran di SD Tahap Keempat: Latihan Mengajar (Simulasi mahasiswa) Pada tahap ini dosen memilih 4-5 orang mahasiswa untuk menyajikan RPP yang telah mereka buat satu persatu, sebagai simulator. Pada saat mahasiswa simulator mensimulasikan mengajar, dosen dan mahasiswa yang lain sebagai pengamat (observers). Hasil pengamatan ini digunakan untuk memberikan umpan balik pada para simulator.

Tahap Kelima: Umpan balik dan Pemantapan Pada tahap ini, dosen dan mahasiswa pengamat memberikan umpan balik tentang latihan mengajar para mahasiswa simulator berdasarkan hasil pengamatannya. Pada tahap ini, mahasiswa diajak berpikir tentang kelebihan dan kekurangan mahasiswa dalam berlatih mengajar. Kerangka Berpikir Skema alur kerangka pikir peneliti dapat dilihat pada Gambar berikut Masalah pembelajaran Pembelajaran dengan model Obsim Kemampuan membuat RPP Pemahaman konsep Kemampuan mengajar mahasiswa kelompok tinggi, sedang dan rendah Hipotesis Berdasar kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: (1) Mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan Model Observasi dan Simulasi (Obsim) dalam perkuliahan pembelajarn teori bilangan dapat mencapai nilai kelulusan minimal, () Ada pengaruh yang linier kemampuan merencanakan pembelajaran terhadap keterampilan mengajar, dan (3) Dalam perkuliahan Pembelajaran Teori Bilangan dengan model Obsim keterampilan mengajar mahasiswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah berbeda secara signifikan. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen menurut Arikunto (00: 7) yaitu, penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik dan mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Dengan demikian,

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan membuat RPP dan ketrampilan mengajar materi pecahan dengan pendekatan konstruktivistik akibat dari suatu pembelajaran dengan menggunakan model yang berbeda. Populasi Dan Sampel Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 00: 6). Populasi yang terlibat dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa semester VI PGSD IKIP PGRI Semarang 011/01 sebanyak 383 mahasiswa yang terdiri atas enam kelas. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi tolak perhatian suatu penelitian (Arikunto 00: 99). Variabel untuk masing-masing hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel yang diuji ketuntasannya adalah variabel kemampuan mengajar. Pada hipotesis yang ke variabel kemampuan membuat RPP dan tingkat pemahaman konsep teori bilangan sebagai variabel bebas dan variabel kemampuan mengajar sebagai variabel terikat 3. Variabel yang ada pada hipotesis yang ke 3 adalah variabel kemampuan mengajar pada mahasiswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah yang dikelompokkan berdasarkan tingkat pemahaman konsep teori bilangan. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan instrumen format dokumentasi, format observasi selama pembelajaran berlangsung, format observasi saat tes praktek kemampuan mengajar mahasiswa materi pecahan, dan instrument untuk menilai RPP. Instrument yang digunakan adalah instrument baku yang biasa dipakai pada mata kuliah PPL yang direvisi sesuai dengan kebutuhan penelitian.. Analisis Data Uji Ketuntasan Belajar

Untuk mengetahuai apakah kemampuan mengajar mencapai kriteria kelulusan 80 % setelah dilakukan pembelajaran dengan model Obsim, digunakakan uji proporsi dengan hipotesis sebagai berikut. : 80% (mahasiswa yang tuntas sama atau kurang dari 18 mahasiswa) : > 80% (mahasiswa yang tuntas lebih dari 18 mahasiswa) Untuk menguji hipotesis digunakan rumus sebagai berikut: = ( )/, (Sudjana, 00:33) Dengan kriteria tolak jika, Uji Pengaruh kemampuan membuat RPP dan tingkat pemahaman konsep teori bilangan terhadap kemampuan mengajar. Untuk menguji hipotesis nomor yaitu pengaruh dan seberapa besar pengaruh kemampuan membuat RPP dan tingkat pemahaman konsep teori bilangan terhadap kemampuan mengajar materi pecahan dengan pendekatan kontruktivistik Untuk menguji hubungan kelinieran data digunakan hubungan persamaan regresi dengan model regresi linier berganda Y = α + X1 + X estimasi dengan rumus : ^ Y a +b1x1+ +bx, dengan a = ^ dan b = ^ Harga a dan b dapat dicari dengan metode kuadrat terkecil, rumusnya berikut. Y a n b b 1 X b1 n 1 1 b X n ( x )( x1 y) ( x1x )( x ( x )( x ) ( x x ) ( x )( x 1 y) ( x x )( x y) y) 1 1 1 ( x1 )( x ) ( x1x ), ( Sugiyono 003:54-55) Sebelum menentukan seberapa besar pengaruh variabel independent terlebih dahulu dilakukan uji signifikansi koefisien regresi. Rumusan hipotesis uji signifikansi regresi: : Persamaan regresi linier ganda tidak signifikan : Persamaan regresi linier ganda signifikan

Kriteria pengujian, jika Fhitung > Ftabel, dengan 5% maka ditolak. Dari data di atas Ftabel, dicari dengan menggunakan tabel distribusi F dengan 5%, pembilang= dan penyebut=( 1). Walaupun persamaan regresi linier ganda telah terbukti signifikan, tetapi masih bisa dipersoalkan tentang kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk itu perlu pengujian koefisien regresi, dalam hal ini akan diuji koefisien b dengan menggunakan t tes. Nilai t dapat dipeoleh dengan rumus =, (Irianto, 010:04) Selanjutnya ditentukan besarya pengaruh variabel independent (X1 dan X) terhadap variabel dependent (Y). Rumus besarnya pengaruh variabel independent (X1 dan X) terhadap variabel dependent (Y) adalah: R b x y b x y 1 1, (Irianto, 010:06) y Untuk menguji Apakah penggunaan Model Observasi dan Simulasi (Obsim) dalam perkuliahan pembelajaran teori bilangan dapat membedakan mahasiswa yang berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah. Uji yang digunakan adalah uji anova dua jalur. Uji anova dua jalur terjadi apabila pembagian pada kolom juga pada baris, pada penelitian ini kelas dibagi kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian pada kelompok dibagi kelompok atas, kelompok tengah, kelompok bawah. Untuk kasus ini akan diuji kesamaan kolom : = (tidak ada perbedaan antara kelas yang menggunakan model Obsim dan kelas yang menggunakan model konvensional) : : (ada perbedaan antara kelas yang menggunakan model Obsim dan kelas yang menggunakan model konvensional)pengujian kesamaan baris : tidak ada perbedaan antara mahasiswa dalam kelompok atas, kelompok tengah, kelompok bawah. : paling sedikit salah satu tidak sama. Pengujian interaksi baris dan kolom : tidak terjadi interaksi antara baris dan kolom

: terjadi interaksi antara baris dan kolom. Dengan kriteria pengujian, jika Fhitung > Ftabel, dengan 5% maka ditolak. SPSS. Dalam penelitian ini semua analisis data menggunakan bantuan program KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mengajar kelas yang menggunakan model Obsim pada mata kuliah Pembelajaran Teori bilangan mencapai kriteria ketuntasan minimal. Artinya mahasiswa yang tuntas lebih dari 80%. Dari analisis regresi diperoleh kesimpulan 8,7% variasi yang terjadi di dalam Y(ketrampilan mengajar) dapat dijelaskan oleh X1 (ketrampilan membuat RPP) dan X (tingkat pemahama konsep) melalui model regresi = 6,03 + 0, 685 X1 + 0,337 X. Dari hasil analisi anava dua jalur menunjukan bahwa model Obsim cocok digunakan untuk semua mahasiswa baik dalam kelompok rendah, sedang maupun kelompok tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan model yang telah dilakukan beserta pembahasannya disimpulkan beberapa hal yakni: (1). Mahasiswa dapat mencapai nilai kelulusan minimal pada kelas dengan model Obsim,() Ada pengaruh positif kemampuan merencanakan pembelajaran dan tingkat pemahaman konsep terhadap keterampilan mengajar materi pecahan di SD dengan pendekatan kontruktivistik, dengan persamaan regresinya adalah persamaan regresi =, +, +,,, % variasi yang terjadi di dalam dapat dijelaskan oleh dan sedangkan, % nya dipengaruhi oleh variabel lain, (3) Ketiga, Penggunaan Model Observasi dan Simulasi (Obsim) dalam perkuliahan pembelajaran teori bilangan membedakan mahasiswa PGSD, dengan kategori berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah. Kemampuan mengajar kelas yang menggunakan model Obsim lebih baik dari kelas yang tidak menggunakan model Obsim dalam mata kuliah Pembelajaran Teori Bilangan. Nilai rata-rata kemampuan mengajar pada kelas kelas yang menggunakan model Obsim sebesar 81 lebih besar dari rata-rata kemampuan mengajar kelas yang tidak menggunakan model Obsim yang hanya sebesar 77.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: Dosen disarankan menggunakan model Obsim dalam perkuliahan Pembelajaran Teori Bilangan karena model Obsim efektif digunakan untuk meningkatkan ketrampilan mengajar dalam perkuliahan Pembelajaran Teori Bilangan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 00. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Brophy, J. E. & Good, T. L. (1986). Teacher behaviour and student achieve-ment, in M. C. Wittrock (ed.). Handbook of Research on Teaching (3 rd edn). New York: Macmillan. Butts, D. P. & Yager. R. (1980). Science educators perceptions of the graduate preparation programs of science teachers in 1979. Journal of Research in Science Teaching. Vl 17 (6). 59-536. Cruickshank, D. R. & Metcalf, K. K. (1990). Training within teacher preparation. In W. R. Houston (Ed.). Handbook of research on teacher education (pp. 469-497). New York: Macmillan. Dahar, W. R. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Damandiri. 003. Bab II Kerangka Teoritis dan Perumusan Hipotesis. http:www. Damandiri.or.id/file/iputuekaikipsingbab.pdf (0 novemeber 011 Gagne. R. M. (1974). Essentials of Learning for Instruction. Hinsdale: The Dryden Press. Grows, D.A. 199. Handbook of Resarch on Mathematics Teaching and Learning. New York : Macmillan Publishing Co. Indrawati.005. Implementasi Model Observasi Dan Simulasi (Obsim) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Awal Mahasiswa Pendidikan Guru Fisika Sekolah Menengah. Disertasi: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Irianto, agus. 010. Statistik Konsep Dasar Aplikasi dan Pengembangan. Jakarta: kencana

Joyce B., Weil M., dan Calhoun E. (000). Models of Teaching, Sixth edition. Boston: Allyn and Bacon. Krismanto, Al., dkk. 004. Matematika, Materi Pelatihan Terintegrasi. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen. Jakarta. Meltzer, David, E. (00). The relationship between Mathematics preparation and conceptual learning gain in Physics: A possible hidden variable in diagnostic pretest scores. American Journal Physics. 70 (), 159-167. Metcalf, Kim, K. (199). The effects of a guided training experience on the instructional clarity of preservice teachers. Teaching and Teacher Education. 8 (3), 75-86. Pribadi,Benny.A. 009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Rosenshine, B., & Furst, N. (1971). Research on teacher performance criteria. In b. Smith (Ed.), Research in Teacher Education (37-7). Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Sudjana. 00. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta.