TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani kelapa sawit adalah divisio Spermatophyta, dengan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun

TINJAUAN PUSTAKA. akan terjadi perbedaan sistem perakaran kelapa sawit. Pada umumnya akar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit dalam sistematika diklasifikasikan dalam Ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. divisi Spermatophyta dengan subdivisi Angiospermae dengan kelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. melanococca. Kemudian digolongkan berdasarkan tebal tipisnya cangkang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi botani kelapa sawit adalah divisio Spermatophyta, dengan subdivisio Pteropsida, kelapa sawit tergolong dalam kelas Angiospermae, dan subkelas Monocotyledoneae, ordo dari kelapa sawit adalah Cocoidae, Famili dari kelapa sawit adalah Palmae, dan genusnya adalah Elaeis, serta spesies dari kelapa sawit adalah Elaeis guinensis (Hadi, 2004). Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping, membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Di samping itu, tumbuh pula akar nafas yang muncul di atas permukaan atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada lapisan tanah atas. Dengan perakaran kuat tersebut, jarang ditemukan pohon kelapa sawit yang tumbang (Fauzi et al, 2002). Pohon kelapa sawit tumbuh tegak lurus tidak bercabang. Diameter batang kelapa sawit adalah 35-60 cm. Setiap tahun batang kelapa sawit bertambah panjang 35-45 cm. Semakin lambat pertambahan panjang batang kelapa sawit semakin baik. Hal ini akan memudahkan perawatan, terutama untuk memanen buah dan memperpanjang masa produktifnya (Hadi, 2004). Pelepah daun kelapa sawit berpenampang melintang menyerupai bentuk segi tiga, dengan luas penampang 100-112 cm 2, dengan ketebalan dinding (lapisan epidermis: sklereid dan silica) dapat mencapai hingga 4-6 mm. Parenkim pelepah

daun memiliki dimensi serat sebagai berikut : panjang antara 70-150 cm, diameter serat 0,08-0,8 mm (Intara dan Dyah, 2012). Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga semakin efektif dalam melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsugnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua (Fauzi et al, 2002). Pada kelapa sawit, letak bunga jantan dan bunga betina terpisah, masingmasing tersusun pada tandan yang berbeda tetapi masih satu pohon. Oleh karena itu kelapa sawit disebut tanaman berumah satu atau monoceous. Namun demikian, terkadang dalam satu tandan terdapat bunga jantan sekaligus bunga betina. Bunga ini disebut hermaprodit. Satu tandan bunga jantan terdiri dari 150-200 spinkelet atau manggar. Dalam satu spinkelet (manggar) terdapat 600-1.500 bunga jantan (Hadi, 2004). Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji berkecambah di pembibitan. Namun, jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan. Warna buah tergantung varietas dan umurnya (Fauzi et al 2002).

Buah kelapa sawit secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu epikarp atau kulit buah, mesokarp atau daging buah, dan endokarp yang terdiri dari tempurung dan inti buah atau kernel. Epikarp merupakan bagian terluar buah kelapa sawit. Epikarp biasanya mempunyai warna tertentu sesuai varietas dan umur buah. Dari warna epikarp inilah seseorang bisa menentukan tingkat kemasakan buah. Mesokarp merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena dari bagian inilah minyak kelapa sawit mentah (CPO) akan diperoleh melalui proses ekstraksi atau penggilingan. Tempurung merupakan bagian buah kelapa sawit yang melindungi inti. Kernel merupakan bagian penting kedua setelah mesokarp karena dari iti inilah akan dihasilkan KPO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO (Hadi, 2004). Biji pada kelapa sawit adalah bagian dari buah dan bisa diperoleh dengan membuang daging buah. Biji terdiri cangkang (endocarp), inti (endosperm), dan lembaga (embrio). Embrio kelapa sawit panjangnya 3 mm, berdiameter 1,2 mm, berbentuk silindris dengan 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih bentuknya agak tajam. Bakal biji terdiri 3 ruang tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang yang berkembang hanya satu; kadang-kadang dijumpai dua ruang. Jika endosperm mendapat air yang mengembang dan kemudian lembaganya akan berkecambah (Soehardjo, 1999). Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan psifera. Tenera memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang

proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil. Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih (Widyawati, 2009). Syarat Tumbuh Iklim Iklim merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakan. Iklim merupakan faktor yang sulit, bahkan tidak dapat dikendalikan. Budidaya tanaman apapun pada areal terbuka sangat dipengaruhi iklim, demikian juga tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit mudah mengalami stres akibat kekurangan air. Hal ini mengakibatkan menurunnya produksi dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, sebelum membudidayakan suatu tanaman, khususnya kelapa sawit, keadaan iklim setempat mutlak dipertimbangkan. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit meliputi curah hujan, radiasi sinar matahari, suhu, dan kelembaban udara (Hadi, 2004). Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500-4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal adalah 2.000-3.000 mm pert tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk pun relatif sedikit (Hartanto, 2011).

Produksi TBS per tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari. Penyinaran efektif didefenisikan sebagai total jumlah penyinaran yang diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah selama periode stres air dan dikurangi dengan lamanya stres air-tanah yang terjadi. Pada kondisi di daerah khatulistiwa yang menerima lebih dari 2.400 jam penyinaran efektif sepanjang tahun maka rata-rata pohon dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau 18 ton/ha/tahun. Panjang penyinaran matahari yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5-12 jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80 % (Pahan, 2006). Suhu optimal rata-rata yang diperlukan oleh kelapa sawit adalah 27-32 0 C. Tinggi rendahnya suhu berkaitan erat dengan ketinggian lahan dari permukaan air laut. Oleh karena itu, ketinggian lahan yang baik untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0-400 m dpl,karena pada ketinggian tersebut temperatur udara diperkirakan 27-32 0 C (Hadi, 2004). Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai adalah daerah yang berada pada 15 0 LU-15 0 LS. Sedangkan bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang akan mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, serta efektivitas pemupukan (Hartanto, 2011). Tanah Meskipun kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan tumbuhan dari familia palmae lain misalnya pinang, palem, kelapa, aren, dan lain lain yang dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah, namun karena diinginkan produksi yang optimal dalam jangka waktu yang lama, maka jenis tanah untuk budidaya kelapa

sawit harus memenuhi standart atau persyaratan yang dapat menunjang pertumbuhan dan produksi yang optimal, yaitu tanah yang subur (Hadi, 2004). Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapat produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu ph tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber-ph optimum 5,0-5,5. Secara umum kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik, kelabu, alluvial, atau regosol. Secara umum kelapa sawit berproduksi dengan baik pada jenis tanah ultisol, inceptisol, andisol, dan histosol (Hartanto,2011). Sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit ialah memiliki solum yang dalam lebih dari 80 cm, karena baik untuk perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40% lempung dan 20-50% liat. Struktur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah perkembangannya kuat, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Selain itu, ketebalan gambut yang baik adalah 0-0,6 m dan tidak dijumpai laterite (Soehardjo, 1999). Bentuk wilayah yang cocok untuk kelapa sawit adalah: pertama, wilayah yang datar sampai berombak, yaitu wilayah dengan kemiringan lereng 0-8 %. Kedua, di wilayah bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan lereng 8-30

%, kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaantertentu seperti pembuatan teras (Hartanto, 2011). Curah Hujan dan Hari Hujan Iklim sangat berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan kelapa sawit. Salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kelapa sawit adalah air. Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi yang diberikan ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air (Lubis, 1992). Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama jangka waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horizontal, apabila tidak terjadi penghilangan-penghilangan oleh proses penguapan, pengaliran dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan dinyatakan dalam tinggi air (mm) diukur dengan penakar hujan dengan luas moncong 100 cm 2. Satu hari hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap diperhitungkan (Siregar et al, 2006). Air hujan merupakan sumber air utama untuk tanaman perkebunan. Menurut Mangoensoekarjo (2007) curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 1.250 2.500 mm/tahun, sedangkan Hadi (2004) menyatakan bahwa curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 2.500 3.000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat 7 bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari.

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tabaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan (Sastrosayono, 2003). Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan produksi tandan buah segar. Hadi (2004) menambahkan kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan buah terlambat masak, berat tandan buah berkurang, jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan jumlah bunga jantan dan menurunkan jumlah bunga betina. Kelebihan air yang dikarenakan tingginya curah hujan dapat meneyebabkan kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Curah hujan yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari hujan. Hari hujan yang banyak mengakibatkan penurunan intensitas penyinaran matahari sehingga laju fotosintesis turun dan dapat menyebabkan turunnya produktivitas. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi di lain pihak dapat menghambat penyerbukan karena sebagian serbuk hilang terbawa aliran air hujan. Sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat pembentukan daun, yang akan menghambat pembentukan bunga di ketiak daun (Nugraheni, 2007). Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen

karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan, bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006). Umur Tanaman Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit di suatu kebun dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya (Risza, 2009). Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 11 tahun. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan renta, semakin rendah pula tingkat produktivitasnya. Sedangkan semakin banyak tanaman dewasa dan teruna semakin tinggi pula tingkat produktivitasnya. Menurut Bina Nusantara (2012) tanaman kelapa sawit biasanya dibagi atas 6 kelompok, yaitu : 1. 0-3 tahun muda (belum menghasilkan) 2. 3-4 tahun remaja (sangat rendah) 3. 5-12 tahun teruna (mengarah naik) 4. 12-20 tahun dewasa (posisi puncak) 5. 21-25 tahun tua (mengarah turun)

6. 26 tahun ke atas renta (sangat rendah) Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3 7 tahun (periode tanaman muda, young), mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja, prime) dan mulai menurun secara gradual pada periode tanaman tua sampai saat menjelang peremajaan (replanting) (Pahan, 2008). Jumlah bunga betina pada tanaman muda lebih banyak sehingga buah yang dihasilkan lebih banyak, tetapi bobot yang dihasilkan hanya mencapai kurang 10 15 kg. Berikut ini disajikan pengaruh umur tanaman terhadap Berat Janjang Rata Rata (BJR) pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh umur tanaman dan Berat Janjang Rata Rata (BJR) Umur Tanaman (tahun) Berat Janjang Rata-rata (kg) 3 3-4 4 4-5 5 6-7 6-7 8-9 8-9 10-11 10 >12 (Sunarko, 2007) Dalam Yahya dan Suwarto (2011), bobot tandan rata rata menurut umur tanaman disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Bobot Tandan Rata rata Menurut Umur Tanaman Umur (tahun) Bobot Tandan (kg) 4 4-7 5 6-7 6-7 8-9 8-9 10-11 10 12-15 11-13 17 14-15 18 16-17 20 18-19 22 20-21 25 22-23 22 24-25 20

Umur tanaman berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit. Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit yaitu berpengaruh dalam pembentukan pelepah yakni jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun. Tanaman yang berumur tua jumlah pelepah dan anak daun yang dihasilkan lebih banyak. Pelepah yang terbentuk juga lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Ini berkolerasi positif terhadap ketersediaan makanan bagi tanaman karena pelepah berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Peran umur tanaman jika ditinjau dari pertumbuhan generatif yakni berpengaruh terhadap organ reproduksi tanaman yaitu dalam proses pembentukan dan perkembangan buah. Kelapa sawit yang memiliki komposisi umur tanam muda akan memiliki jumlah janjang yang lebih banyak tetapi berat janjang yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang memiliki komposisi umur tanaman yang lebih tua. Kondisi ini berpengaruh pada BJR kebun yang berpengaruh terhadap pencapaian produksi TBS yang diharapkan (Prihutami, 2011). Drajat (2004) dalam penelitiannya mengatakan bahwa umur tanaman mempengaruhi kualitas rendemen TBS, yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap harga TBS. Kualitas rendemen TBS dikatakan tinggi ketika tanaman berumur pada selang waktu 7 hingga 22 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih tinggi. Tetapi kualitas rendemen TBS masih rendah pada selang umur tanaman 3 sampai 6 tahun dan 23 sampai 25 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih rendah.

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan penelitian Yunita (2010) yang menyatakan bahwa penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit kebun Sei Lala PT Tunggal Perkasa Plantations Indragiri Hulu Riau, dipengaruhi oleh curah hujan. Produktivitas tanaman kelapa sawit terbesar diperoleh saat curah hujan terbesar pula (curah hujan > 100 mm/bulan). Akan tetapi pada curah hujan 60 100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada curah hujan < 60 mm/bulan. Menurut Bando (2012) di Morowali Sulawesi Tengah, data curah hujan tahunan di Kabupaten Morowali, tahun 1991 merupakan tahun dimana jumlah curah hujan paling tinggi, dengan curah hujan total mencapai 5220 mm, sedang curah hujan terendah terjadi pada tahun 2003 dengan total curah hujan mencapai 2115 mm. Produksi kelapa sawit tertinggi adalah pada tahun 2008 dengan total jumlah produksi sebesar 279.540 kg, sedang yang terendah pada tahun 1990 sebesar 440.328 kg. Produksi kelapa sawit mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan atau umur kelapa sawit serta perluasan wilayah perkebunan. Berdasarkan penelitian Pasaribu dkk. (2012) di perkebunan kelapa sawit di PPKS sub unit Kalianta Kabun Riau, besar kecilnya curah hujan sangat mempengaruhi nilai lolosan tajuk dan aliran batang serta intersepsi yang terjadi setiap bulannya. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa lolosan tajuk pada tegakan kelapa sawit cukup tinggi di wilayah ini. Pada bulan Desember 2009 nilai lolosan tajuk mencapai 353.9 mm. Tingginya nilai lolosan tajuk pada bulan ini dikarenakan oleh tingginya curah hujan pada bulan tersebut. Sebaliknya pada bulan Juni 2011 memiliki curah hujan yang rendah sehingga perolehan nilai

lolosan tajuk pada bulan ini hanya sebesar 2.2 mm. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai hujan turun. Kekeringan dengan defisit air di atas 250 mm pertahun akan mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit terganggu yang berlangsung sampai 2 3 tahun ke depan. Sebagai contoh, produksi tandan buah segar di Kebun Bekri (Lampung) menurun akibat kekeringan pada musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1982. Penurunan tersebut 5 11 % pada tahun berjalan, 14 55 % pada tahun 1983, dan 4 30 % pada tahun 1984 (Lubis, 1992). Berdasarkan penelitian Prihutami (2011) di Sungai Bahaur Estate Kalimantan Tengah, yang menyatakan bahwa umur tanaman memiliki peranan yang sangat penting terhadap produksi TBS kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan umur tanaman 7-11 tahun memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi TBS. Tanaman kelapa sawit pada umur 7-11 tahun dapat mencapai produksi optimum dengan jumlah TBS yang dihasikan banyak dan berat janjang yang dihasilkan juga cukup tinggi sehingga berpengaruh kepada pencapaian produksi TBS per hektarnya yang tinggi pula.

Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Kebun Bah Jambi Sejarah Singkat Perusahaan PT Perkebunan Nusantara IV unit usaha Bah Jambi dalah salah satu unit usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV berada di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dan berkantor pusat di Jl. Letjend. Suprapto, Medan. Bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PK). Awalnya unit usaha Bah Jambi adalah milik swasta asing NV, HVA (Handle Veroniging Amsterdam) dari negeri Belanda, komoditinya budidaya sisal (Agave Sisalana). Tanggal 02 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan peraturan nomor 19 dalam lembaran Negara nomor 31, tahun 1959 dengan beralih status menjadi PPN Baru sampai dengan 1963. Tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1963, perusahaan perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka Tanaman (ANTAN) I s/d XIII dan Unit Usaha Bah Jambi masuk dalam PPN Sumut III selanjutnya berubah naman PPN Antan III sampai dengan tahun 1968. Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1968, dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN karet VI dan PPN Serat Sumut menjadi perusahaan Negara Perkebunan VII (PN Perkebunan VII). Tanggal 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan VII (PTP VII). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1996, PT. Perkebunan VII dilebur, selanjutnya dilaksanakan penggabungan PTP di wilayah Sumatera

Utara dan PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan VIII dilebur menjadi satu badan usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Visi dan Misi Perusahaan Visi : PT. Perkebunan Nusantara IV Menjadi pusat keunggulan pengelolaan Misi : perusahaan agro industri kelapa sawit kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan. Menjamin Keberlanjutan usaha yang kompetitif Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan Meningkatkan laba secara berkesinambungan Mengelola usaha secara professional Meningkatkan tanggung jawab social lingkungan Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat/daerah. Letak Geografis Perusahaan Lokasi kebun Bah Jambi berada di kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak dengan kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara berkisar 147 Km, dan dari Kota Pematangsiantar 19 Km. Keadaan Tanah Topografi tanahnya dengan keadaan sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podsolik Coklat Kuning dan Podsolik Coklat.

Luas Kebun Kebun Bah Jambi memiliki luas HGU 8.127,30 Ha, terdiri dari 9 afdeling tanaman kelapa sawit, emplasmen, pembibitan, pabrik dan kolam limbah