BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dituntut untuk sadar akan kewajibannya kepada negara yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masukan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Adapun kesimpulan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM INFORMASI PENGAWASAN PAJAK DAERAH

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 29 Tahun 2015 Seri B Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Peranan pajak sebagai penerimaan dalam negeri semakin besar, hal ini di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah memberikan wewenang kepada daerahnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB I PENDAHULUAN. pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif terhadap kehidupan masa kini, salah satunya dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah di indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat seutuhnya, untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak. hanya mengejar kemajuan daerah saja, akan tetapi mencakup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. oleh pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Pajak adalah kontribusi wajib kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. cukupnya sumber daya alam yang dimilikinya. Bagi daerah yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi hukum dan kedaulatan hukum. Hal ini sebagai konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam peraturan perundang-undangan maupun sistem. wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. asing dan meningkatkan penerimaan dari dalam negeri khususnya dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era otonomi daearah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencapai sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintahan daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Menurut A Rambe (2009) dalam (http://t1k4r.wordpress.com/2009/10/ 10/pengaruh-penerapan-self-assessment-system-terhadap-tingkat-kepatuhan-wajib -pajak-badan-pada-kpp-dki-jakarta-khususnya-jakarta-pusat/): menuliskan bahwa pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Sistem perpajakan selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai perkembangan masyarakat dan negara, baik dalam bidang kenegaraan maupun bidang dalam bidang sosial dan ekonomi. Pemungutan pajak merupakan suatu bentuk kewajiban warga negara selaku wajib pajak serta peran aktif untuk membiayai berbagai keperluan negara yaitu berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. Dana untuk menjalankan pemerintahan dan pembangunan. pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut harus dari berbagai sumber Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

2 penghasilan antara lain kekayaan alam, barang-barang yang dikuasai oleh pemerintah, denda-denda, atau warisan yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan iuran masyarakat kepada negara berdasarkan undang-undang (dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran pemerintah dalam pembangunan daerahnya masing-masing. Ada berbegi alternatif penerimaan daerah, yaitu undang-undang tentang pemerintahan daerah, dan juga undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah, yang menetapkan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari dalam daerah itu sendiri. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah telah mengakibatkan pemungutan berbagai jenis pajak dan retribusi daerah yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pemungutan ini harus dapat dipahami oleh masyarakat sebagai sumber penerimaan yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat di daerah. Untuk mengatur tentang pemungutan pajak dan retribusi daerah, pemerintahan bersama dengan DPR telah mengeluarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Kedua undangundang ini menjadi dasar hukum pemungutan pajak dan retribusi daerah, dewasa ini yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk memungut atau tidak memungut suatu jenis pajak atau retribusi pada daerahnya. Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

3 Menurut undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan merupakan perubahan ketiga Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983. Undang-undang tersebut merupakan aturan fundamental dalam mengelola dan mengatur hubungan antara aparat pajak dan wajib pajak. Perubahan undang-undang ini bertujuan untuk memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, meningkatkan sebuah kepastian dan penegakan hukum, serta mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material di bidang perpajakan. Selain itu, perubahan tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan profesional aparatur perpajakan, dalam meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan, dan juga meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak dalam memberikan laporannya. Seperti sistem perpajakan yang diatur dalam Undangundang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 bertujuan untuk memberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada masyarakat wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Pemerintah aparatur perpajakan berkewajiban memberikan pelayanan, penyuluhan, dan pembinaan serta melakukan pengawasan, penegakan hukum, agar masyarakat wajib pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut Smeets dalam Brotodihardjo (2008:4-5), sebagaimana dikemukakan bahwa: Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui normanorma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

4 kontrapersepsi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Definisi tersebut sudah mewakili pengertian pajak, dimana pajak itu sifatnya memaksa bagi warga negara untuk menyelenggarakan pemerintah dalam tugas-tugasnya mensejahterakan masyarakatnya sendiri. Sejak diterapkannya sistem self assessment dalam undang-undang perpajakan Indonesia, peranan positif wajib pajak dalam memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya menjadi semakin mutlak diperlukan, agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan pelaksanaan penegak hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan penagihan pajak. Pada dasarnya, pajak dapat dipengaruhi oleh kepatuhan wajib pajak dalam kewajiban perpajakannya serta oleh pelaksanaan pajak. Kepatuhan ini akan sangat berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung pada penerimaan pajak. Undang-undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdapat pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009, sedangkan Peraturan Daerah tentang Pajak Parkir dalam Dinas Pendapatan Kota Bandung, yaitu terdapat pada nomor 13 tahun 2001. Realisasi pendapatan asli daerah Kota Bandung anggaran sampel tahun 2008, 2009 dan 2010 dalam Pajak Parkir dari tahun ke tahun itu menurun untuk mencapai target upaya Pajak Daerah yaitu khususnya pada tahun 2010. Adapun realisasi pendapatan asli daerah Kota Bandung anggaran tahun 2008, 2009 dan 2010, yaitu sebagai berikut: Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

5 Tabel 1.1 REALISASI PAJAK PARKIR PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG ANGGARAN TAHUN 2008 Bulan : Desember No. Jenis Pajak Anggaran Realisasi Bulan Sekarang Bulan ini S/d Bulan Lalu S/d Bulan ini % Sisa L/K Jumlah Pajak Parkir 5.059.274.720,00 664.880.986,00 4.589.676.672,00 5.254.557.658,00 103,00 (L) 5.254.557.658,00 (Jumlah) Sumber : Dinas Pendapatan Kota Bandung Tahun 2008 Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

6 Tabel 1.2 REALISASI PAJAK PARKIR PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG ANGGARAN TAHUN 2009 Bulan : Desember No. Jenis Pajak Anggaran Realisasi Bulan Sekarang Bulan ini S/d Bulan Lalu S/d Bulan ini % Sisa L/K Jumlah Pajak Parkir 4.961.668.627,00 757.763.600,00 4.203.905.027,00 4.961.668.627,00 #DIV / 0! - 4.961.668.627,00 (Jumlah) Sumber : Dinas Pendapatan Kota Bandung Tahun 2009 Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

7 Tabel 1.3 REALISASI PAJAK PARKIR PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG ANGGARAN TAHUN 2010 Bulan : Desember No. Jenis Pajak Anggaran Realisasi Bulan Sekarang Bulan ini S/d Bulan Lalu S/d Bulan ini % Sisa L/K Jumlah Pajak Parkir 6.500.000.000,00 963.572.600,00 4.919.825.988,00 5.883.398.588,00 91 (K) 5.883.398.588,00 (Jumlah) Sumber : Dinas Pendapatan Kota Bandung Tahun 2010 Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

8 Realisasi Pajak Parkir pada pendapatan asli daerah Kota Bandung anggaran tahun 2008, 2009 dan 2010 yang diambil sempelnya pada akhir bulan tahun tersebut pada Dinas Pendapatan Kota Bandung, akhir tanggal bulan Desember dan semuanya terhitung pada seluruh jenis/objek pajak parkir. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daearah dan Retribusi Daearah, menjelaskan bahwa: Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa objek pajak parkir bukanlah dalam penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah maupun pemerintahan daearah atau penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri, melainkan penyelenggaraan tempat parkir itu berdasarkan yang diatur oleh peraturan daearah yang ada. Bahwasannya pada tahun 2008 dari keseluruhan Pajak Parkir Kota Bandung mempunyai target anggaran hingga mencapai 5.059.274.720,00 pada akhir tahun 2008 tersebut, akan tetapi dari jumlah keseluruhan pajak parkir pada jenis atau objeknya tersebut mencapai angka 5.254.557.658,00 pada akhir tahun 2008, sehingga pada tahun tersebut realisasi pajak parkir pada pendapatan asli daerah Kota Bandung lebih mencapai target anggaran tahun 2008, maka sekitaran 103,00% dalam pencapaian terget, berarti lebih dari target anggaran realisasi pajak parkir pada pendapatan asli daerah Kota Bandung tersebut, yaitu mencapai angka 195.282.938,00 anggaran pada akhir tahun 2008. Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

9 Selanjutnya pada tahun 2009 dari keseluruhan Pajak Parkir Kota Bandung mempunyai target anggaran hingga mencapai 4.961.668.627,00 pada akhir tahunnya, disini ada penurunan dalam menargetkan pajak parkir yang tadinya dari angka 5.059.274.720,00 menjadi 4.961.668.627,00 akan tetapi dari tahun 2009 jumlah keseluruhan pada jenis atau objek pajak parkir tersebut mencapai angka 4.961.668.627,00 pada akhir tahun 2008, sehingga pada tahun tersebut realisasi pajak parkir pada pendapatan asli daerah Kota Bandung balance dalam anggaran tahun 2009, berarti 100,00% dari target anggaran realisasi pajak parkir pada pendapatan asli daerah Kota Bandung tersebut. Adapun pada tahun 2010 ini dari keseluruhan Pajak Parkir Kota Bandung mempunyai target anggaran hingga mencapai 6.500.000.000,00 pada akhir tahun 2010, akan tetapi dari jumlah keseluruhan pajak parkir pada jenis atau objeknya mencapai angka 5.883.398.588,00 dihitung pada akhir tahun 2010, sehingga pada tahun tersebut realisasi pajak parkir pada pendapatan asli daerah Kota Bandung tidak mencapai target anggaran tahun 2010, maka sekitaran 91,00% yang tidak tercapai target anggaran realisasi pajak parkir pada pendapatan asli daerah Kota Bandung tersebut, yaitu mencapai angka -616.601.412,00 anggaran pada akhir tahun 2010. Berdasarkan hal-hal tersebut dari tahun ketahun Pajak Parkir Kota Bandung merosot atau kurang jeli untuk menargetkan dalam realisasi pendapatan daearah khususnya itu pada pajak parkir. Untuk mengatasi permasalahan yang diuraikan tersebut maka perlu adanya suatu penelitian literatur dalam mengkaji tentang suatu penerapan sistem self assesment pada Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

10 pajak parkir dalam upaya mencapai target pajak daerah dari Dinas Pendapatan Kota Bandung sebagai wujud good governance. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah penelitian tentang sistem self assesment yang sudah terbilang baik pada sistem sebelumnya akan tetapi PAD pajak parkir dalam realisasinya turun dari yang ditargetkan, semuanya itu dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana prosedur penerapan sistem self assesment pada pajak parkir dari Dinas Pendapatan di Kota Bandung? 2) Bagaimana pelaksanaan sosialisasi yang telah dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Bandung mengenai penerapan sistem self assesment pada pajak parkir? 3) Bagaimana efisiensi dan efektivitas dari sistem self assesment ini terhadap kepuasan wajib pajak parkir? 4) Bagaimana kendala yang dihadapi Dinas Pendapatan Kota Bandung tentang penerapan sistem self assesment pada pajak parkir? 5) Bagaimana solusi yang diberikan dalam kendala yang dihadapi Dinas Pendapatan Kota Bandung tentang penerapan sistem self assesment pada pajak parkir? C. Batasan Masalah Masalah yang akan diangkat oleh penulis sebagai fokus penelitian adalah sebagai berikut: 1) prosedur penerapan sistem self assesment pada pajak parkir dari Dinas Pendapatan di Kota Bandung. Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

11 2) Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Bandung mengenai penerapan sistem self assesment pada pajak parkir. 3) Responden kepuasan wajib pajak parkir terhadap sistem self assesment. 4) Kendala yang dihadapi Dinas Pendapatan Kota Bandung tentang sistem self assesment pada pajak parkir, dan 5) Solusi yang diberikan Dinas Pendapatan Kota Bandung tentang kendala sistem self assesment pada pajak parkir. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu gambaran tentang upaya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak. 2. Tujuan Khusus Untuk menjawab permasalahan tersebut akan dijawab melalui penelitian dengan berdasarkan pada refleksi awal (keadaan sebelum penelitian dilakukan). Berikut ini merupakan tujuan penelitian: 1) Menjelaskan prosedur penerapan sistem self assesment pada pajak parkir dari Dinas Pendapatan di Kota Bandung. 2) Menjelaskan pelaksanaan sosialisasi yang telah dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Bandung mengenai penerapan sistem self assesment pada pajak parkir. 3) Menjelaskan efisiensi dan efektivitas dari sistem self asessment ini terhadap kepuasan wajib pajak parkir. Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

12 4) Menjelaskan kendala yang dihadapi Dinas Pendapatan Kota Bandung tentang penerapan sistem self assesment pada pajak parkir. 5) Menjelaskan solusi yang diberikan dalam kendala Dinas Pendapatan Kota Bandung tentang penerapan sistem self assesment pada pajak parkir. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya berguna dalam mata kuliah hukum pajak. Di samping itu, diharapkan juga dapat mendorong dilakukannya kajian-kajian tentang sistem self assessment yang merupakan suatu pemungutan pajak dan memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. 2. Manfaat Praktis Manfaat secara praktis yang perlu diketahui dalam penelitian, yaitu sebagai berikut. 1) Diketahui prosedur penerapan sistem self assesment pada pajak parkir dari Dinas Pendapatan di Kota Bandung. 2) Diketahui pelaksanaan sosialisasi, yang telah dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Bandung mengenai penerapan sistem self assesment pada pajak parkir. 3) Diketahui efisiensi dan efektivitas dari sistem self asessment ini terhadap kepuasan wajib pajak parkir dengan menggunakan sistem tersebut. 4) Diketahui kendala yang dihadapi Dinas Pendapatan Kota Bandung tentang penerapan sistem self assesment pada pajak parkir. Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

13 5) Diketahui solusi yang diberikan dalam kendala yang dihadapi Dinas Pendapatan Kota Bandung tentang penerapan sistem self assesment pada pajak parkir. F. Definisi Operasional Berdasarkan landasan teori dalam penelitian ini, maka dapat diambil definisi operasional sebagai berikut: 1) Menurut O Brien dalam Darwin (2010:198) bahwa Sistem adalah sekumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi dalam satu bentuk secara keseluruhan. 2) Menurut Smeets dalam Brotodihardjo (2008:4-5) sebagaimana dikemukakan: Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontrapersepsi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. 3) Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sebagaimana dikemukakan bahwa: Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 4) Menurut Siahaan (2005:323), sebagaimana sama halnya dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berisikan definisi pajak parkir, bahwa: Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. 5) Menurut Siahaan (2005:10), sebagaimana mengungkapkan pengertian tentang pajak daerah bahwa: Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance

14 Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. 6) Menurut Bestari (2009:320), dalam definisi good governance secara pengertian ringkasnya adalah: Merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan publik goods and service disebut governance (pemerintah atau kepemerintahan), sedangkan praktek tersebut sebaiknyadisebut good governance (kepemerintahan yang baik). Penerapan Sistem Self Assesment Pada Pajak Parkir Dalam Upaya Mencapai Target Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung Sebagai Wujud Good Governance