PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
C.10 MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELOMPOK BELAJAR DAN SELF EFFICACY

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

II. TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA Miftahul Jannah 1, Ade Susanti 2, dan Benni 3

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENGERJAKAN TUGAS-TUGAS SEKOLAH

KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP ARTIKEL. Disusun Oleh : Suhertati

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh: HESTI NUFRIDA A

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Suatu desain penelitian menyatakan struktur masalah penelitian

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU DITINJAU DARI SEGI MOTIVASI BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII DI SMP IT ABU BAKAR YOGYAKARTA

Pengaruh Kemampuan Awal Matematika dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

KORELASI SIKAP PERCAYA DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR. Sukarman Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian

Pengaruh Penggunaan Media Tanam Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Terong (Solanum melongena) Fahruddin

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PENGENDALIANN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SANTRIWATI PENGURUS ORGANISASI PELAJAR PPMI ASSALAAM (OP3MIA)

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU DI TINJAU DARI SEGI MOTIVASI BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII DI SMP IT ABUBAKAR YOGYAKARTA

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEGIATAN PERKULIAHAN MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB II LANDASAN TEORI. A. Siswa. yang belum dapat dikatakan dewasa, ia memerlukan seseorang untuk

PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH. Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

KOMITMEN KARYAWAN DITINJAU DARI SELF EFFICACY DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI,DI CV. WAHYU JAYA SEMARANG

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 03 NGLEBAK TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TERAS, BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD NEGERI TEGALREJO 02 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menarik kesimpulan sebagai berikut: 2. Tingkat prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Bantul Manunggal tahun

PERAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan pesat. Setiap

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017 DUKUNGAN KELUARGA BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, mencari pekerjaan bukan lagi hal yang mudah. Persaingan yang ketat, membuat masing-masing individu berusaha

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

CHOLISAH FITRI ARUM BIMBINGAN KONSELING UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

PENGARUH JAM BELAJAR MASYARAKAT DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 02 KALISORO TAHUN AJARAN 2014/2015

Ananda Maha Putri 1), Linda Fitria 2) Progarm Studi Bimbingan dan Konseling UPI YPTK Padang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar

HUBUNGAN GENDER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMP

Andi H. Tegelon 1, Muh. Amir Arham 2, Ivan R. Santoso 3 Jurusan Pendidikan Ekonomi ABSTRAK

DEWI ARIANTI PUJI ASTUTI A

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 01 WONOLOPO TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan formal adalah suatu proses yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Mengajar merupakan suatu

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata-1 Program studi Pendidikan Akuntansi.

HUBUNGAN READINESS (KESIAPAN) BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 03 SUKARAJA

PENGARUH PELAYANAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu

Transkripsi:

A.24 PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA Partini A.Z. Rivai Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Belajar merupakan kewajiban dari setiap remaja yang berada dalam usia sekolah. Namun demikian remaja seringkali mengalami hambatan dalam belajar, kurang bersemangat, malas dan lebih memilih aktivitas lain ketimbang belajar. Salah satu faktor yang berperan dalam menumbuhkan motivasi belajar adalah lingkungan belajar yang kondusif dimana lingkungan tersebut dapat tercipta melalui peran keluarga inti. Hasil penelitian pada remaja yang bersekolah di SMP Al-Muayyad Surakarta menunjukkan bahwa peran dukungan kelurga inti untuk menumbuhkan motivasi belajar putra putrinya adalah 21%. Namun demikian bila dilihat dari masing-masing komponen yang ada di dalam dukungan keluarga inti maka dengan menggunakan analisis regresi perbandingan bobot prediktor diperoleh hasil: komponen instrumental memberikan peran 12,36%, komponen informasi 1,49%, komponen penilaian 4,31%, dan komponen emosional 68,16%. Kata kunci: motivasi belajar, dukungan keluarga inti Kegiatan belajar merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh remaja sebagai pelajar. Agar belajar dapat dijadikan sebagai aktivitas yang menyenangkan maka perlu adanya semangat dan motivasi belajar. Motivasi belajar melibatkan seluruh komponen penggerak yang ada dalam diri individu sehingga membangkitkan aktivitas belajar. Menurut Sardiman (2011), Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi belajar sangat penting untuk meraih prestasi terbaik. Hasil penelitian Kertamuda (2008) membuktikan bahwa motivasi belajar berhubungan positif sangat signifikan dengan prestasi belajar. Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin baik prestasi belajarnya. Namun realitas menunjukkan bahwa, masih banyak siswa yang lebih mengutamakan aktivitas lain pada jam-jam yang sudah dijadwalkan untuk belajar. Hal ini dapat diamati pada saat jam-jam belajar antara pukul 7-9 malam. Banyak remaja lebih memilih menggunakan waktu- tersebut untuk menonton televisi, jalan-jalan di mall atau nongkrong bersama teman-temannya. Apabila ada kesediaan belajar, lebih dikarenakan ada perintah atau diingatkan oleh orangtua dan bila memulai belajar 272

Peran Keluarga Inti dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Remaja 273 Partini & Rivai, A.Z [hal.272-278] mereka cepat mengakhirinya atau kurang dapat bertahan dalam waktu yang lama. Hal ini menunjukkan kondisi yang berkebalikan dari ciri-ciri motivasi belajar yang tinggi. Seperti yang ditunjukkan oleh Sardiman (2011), antara lain: bergairah, merasa senang dan semangat untuk belajar, mempunyai banyak energi untuk belajar, meluangkan waktu belajar lebih banyak dan lebih tekun daripada mereka yang kurang memiliki atau tidak memiliki motivasi belajar, terdorong dan tergerak untuk memulai aktivitas atas kemauan sendiri, menyelesaikan tugas tepat waktu, dan gigih serta tidak putus asa saat menjumpai kesulitan saat melakukan tugasnya. Faktor penyebab remaja kurang motivasi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah lingkungan belajar yang kondusif untuk belajar, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno,2008). Lingkungan kondusif dapat berupa dukungan yang berasal dari keluarga. Bentuk dukungan tersebut dapat berupa nasehat, perhatian, kasih sayang, penyediaan fasilitas dan pujian. Sedangkan faktor eksternal lainnya adalah komunikasi interpersonal kelompok belajar. Hasil penelitian Hastory (2012) menunjukkan bahwa, komunikasi interpersonal kelompok belajar memberikan sumbangan hingga 31 % terhadap motivasi belajar. Namun demikian hasil penelitian Partini (2012) menunjukkan sumbangan yang berbeda ketika komunikasi interpersonal kelompok belajar dan efikasi diri dikaitkan dengan motivasi belajar. Komunikasi interpersonal kelompok belajar memberikan sumbangan efektif 3,41% sedangkan efikasi diri berperan 42,93% terhadap motivasi belajar. Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung cita-cita dan harapan anak-anaknya. Dukungan ini dapat diberikan dengan cara melihat hasil belajar anak, kemudian mengevaluasinya. Bentuk dukungan keluarga inti yang demikian berarti mencerminkan adanya pemberian perhatian dan bantuan orangtua terhadap anak. House (dalam Setiadi, 2008) menyatakan bahwa dukungan keluarga meliputi: pemberian informasi, perhatian emosional, bantuan instrumental dan penilaian. Lebih lanjut Setiadi (2008), menyatakan bahwa, dukungan keluarga inti adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari ayah, ibu dan saudara-saudara kandungnya, sehingga individu tersebut akan tahu bahwa keluarga intinya memperhatikan, menghargai, dan mencintainya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa motivasi belajar remaja masih perlu ditingkatkan dan dukungan keluarga inti memiliki peran untuk memacu motivasi belajar putra-putrinya. Seberapa besar masing-masing komponen (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian dan dukungan

274 Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 emosional) yang ada di dalam dukungan keluarga inti berperan dalam menumbuhkan motivasi belajar remaja? Kajian Teori Setiap individu selalu bergerak aktif bertindak tindakan untuk mencapai sasaran atau target tertentu. Untuk bergerak aktif perlu motivasi, yaitu energi pendorong yang berasal dari dalam diri individu tersebut. McDonald (dalam Sardiman,2011) menyatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan merupakan suatu tanggapan terhadap tujuan. Sedangkan Chaplin (2002) menyatakan bahwa motivasi adalah energi yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran. Belajar sebagi suatu serangkaian proses perilaku untuk memperoleh pengalaman dari hasil interaksi kognitif, afektif dan psikomotoris dengan lingkungannya (Djamarah, 2002). Belajar sebagai suatu perilaku juga membutuhkan motivasi agar mencapai target/sasaran (hasil belajar) yang lebih optimal. Menurut Sardiman (2011), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai. Menurut Purwanto (2003), motivasi belajar mengandung tiga aspek, yaitu: a. Menggerakkan. Aspek ini menunjukkan bahwa motivasi menimbulkan kekuatan pada individu untuk bertindak dengan cara tertentu, misalnya: kekuatan ingatan, respon efektif, dan kecenderungan mendapatkan kesenangan. b. Mengarahkan. Aspek ini menunjukkan bahwa motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah laku individu yang diarahkan terhadap sesuatu tujuan. c. Menopang. Aspek ini menunjukkan bahwa untuk menjaga tingkah laku, lingkungan di sekitar remaja harus mengintegrasikan dorongan kearah kekuatan individu. Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2003), bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah: pertama faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual, seperti: kematangan, kecerdasan, latihan, dsb. Kedua, faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial, seperti: keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang

Peran Keluarga Inti dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Remaja 275 Partini & Rivai, A.Z [hal.272-278] digunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia. Sedangkan Uno (2008), menyatakan adanya unsur pendukung yang mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar, yaitu adanya: hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar dan lingkungan belajar yang kondusif. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar tersebut di atas, Nampak jelas bahwa salah satu faktornya adalah adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Lingkungan kondusif dapat berupa dukungan yang berasal dari keluarga. Keluarga adalah sumber dukungan sosial yang penting untuk mengatasi masalah. Santrock (2002), menjelaskan bahwa, keluarga khususnya orangtua dapat menyediakan dukungan dan dapat memberikan rasa aman, serta memelihara penilaian positif seseorang terhadap dirinya melalui ekspresi kehangatan, empati, persetujuan atau penerimaan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga yang lain. Francis dan Setiadarma (2004), dalam penelitian terbukti bahwa dukungan keluarga berperan dalam kesembuhan anggota keluarganya yang mengidap penyakit kanker payudara. Ada beberapa bentuk keluarga. Lubis (2011), menyebutkan ada tiga bentuk keluarga, yaitu nuclear family (terdiri atas ayah, ibu dan anak), extened family (terdiri atas: ayah, ibu, anak, kakek, nenek, paman, bibi) dan blened family yaitu keluarga inti yang ditambah dengan anak dari pernikahan suami atau istri sebelumnya. Dukungan keluarga inti merupakan bantuan atau sokongan dari anggota kelurga yang yang satu diterima oleh anggota keluarga lainnya dalam rangka untuk menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam keluarga inti tersebut (Francis dan Setidarma, 2004). Menurut Setiadi (2008) konponen yang ada di dalam dukungan keluarga inti ada 4, yaitu: a. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. b. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi). c. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik dan menangani pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator intensitas keluarga. d. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

276 Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 Dukungan keluarga inti dipengaruhi oleh berbagai faktor. Friedman (1998), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga inti ada tiga, yaitu: a. Ukuran keluarga, bahwa keluarga besar dan kelurga kecil secara kualitatif menggambarkan perbedaan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak dari keluarga kecil lebih banyak menerima perhatian daripada anak-anak dari keluarga besar. b. Usia, bahwa ibu yang masih muda cenderung tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua. c. Sosial ekonomi, bahwa kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orangtua. Dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoriter. Dukungan keluarga inti akan tercipta apabila ada kesediaan memberi dan menerima di antara anggota keluarga inti. Cohen (Francis dkk, 2004) menyatakan empat faktor yang mempengaruhi kesediaan untuk memberikan dukungan, yaitu faktor penilaian individu terhadap stres, faktor penerima dukungan, faktor hubungan antar anggota kelurga, dan faktor pemberi dukungan. Lebih lanjut dikatakan bahwa, hubungan dengan anggota keluarga dan teman-teman dekat lebih memungkinkan untuk memberikan dukungan. Hal ini dikarenakan adanya tanggung jawab untuk mendukung, perhatian yang lebih besar dan adanya harapan timbal balik. Dengan demikian keintiman hubungan antar keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap adanya dukungan keluarga inti. Remaja sebagai siswa memiliki teman-teman dan guru di sekolah. Namun apabila sudah berada di rumah maka ada ayah, ibu dan saudara-saudara kandungnya. Sebagai pelajar, remaja akan memiliki persoalan-persoalan berkaitan dengan belajar, intensitas komunikasi keluarga dengan remaja sebagai pelajar dapat menjembatani permasalahan siswa yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa ketika di kelas. Dukungan berupa simpati, empati, informasi, fasilitas dan penghargaan dapat membantu siswa dalam menghadapi persoalannya yang berhubungan dengan motivasi belajar tersebut. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan keluarga inti dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa-siswi SMP Al-Muayyad Surakarta. Tidak semua anggota populasi diminta untuk mengisi skala dukungan keluarga inti dan skala motivasi belajar. Hanya sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster-stratified random sampling.

Peran Keluarga Inti dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Remaja 277 Partini & Rivai, A.Z [hal.272-278] Dengan analisis korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi = 0,467, p = 0,000 dan koefisien determinan = 0,218. Dengan demikian sumbangan efektif variabel dukungan keluarga inti terhadap motivasi belajar = 21,8%. Kemudian digunakan analisis regresi step wise untuk mengetahui sumbangan masing-masing komponen yang ada di dalam dukungan keluarga inti dan diperoleh hasil sumbangan efektif masing-masing komponen (instrumental, informasional, penilaian dan emosional), yaitu: 12,36%, 1,48%, 4,31% dan 68,16% Diskusi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis product moment, maka dapat disimpulkan bahwa ada korelasi positif sangat signifikan antara dukungan keluarga inti dengan motivasi belajar. Artinya semakin baik dukungan keluarga inti maka semakin tinggi motivasi belajar. Hal ini sangat sesuai dan mendukung apa yang sudah dikemukakan sebelumnya oleh Uno (2008) dan Santrock (2002) serta Purwanto (2003), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor keluarga. Bahwa, lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik, sedangkan lingkungan kondusif di rumah menjadi tanggung jawab seluruh anggota keluarga inti terutama orangtua (ayah dan ibu). Keluarga khususnya orangtua dapat menyediakan dukungan dan dapat memberikan rasa aman, serta memelihara penilaian positif seseorang terhadap dirinya melalui ekspresi kehangatan, empati, persetujuan atau penerimaan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga yang lain. Sumbangan efektif dukungan keluarga inti terhadap motivasi belajar adalah 21,8%. Artinya dukungan keluarga inti dapat memberikan peran untuk meningkatkan motivasi belajar dan di antara variabel-variabel yang berpengaruh terhadap motivasi belajar, variabel dukungan keluarga inti mampu meningkatkan motivasi belajar sampai dengan 21,8%. Di dalam dukungan keluarga inti terdiri atas empat komponen dan masingmasing komponen memberikan sumbangan efektif atau peran yang berbeda. Dukungan emosional memberikan peran yang paling menonjol (68,16%), artinya dukungan berupa lingkungan kondusif dalam keluarga merupakan lingkungan yang memberikan rasa aman, melalui ekspresi kehangatan, empati, persetujuan dan penerimaan. Setiap anak remaja yang menjadi siswa membutuhkan bantuan afeksi dari anggota keluarga inti yang lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian remaja sebagai siswa yang menghadapi persoalan belajar tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada anggota keluarganya yang memperhatikan, mendengar, bersimpati dan bahkan bersedia

278 Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 membantu memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dukungan instrumental memberikan peran 12,36 %. Artinya dukungan ini akan membantu remaja sebagai siswa dalam melakukan aktifitas belajar karena tersedia peralatan yang memadai. Dukungan penilaian memberikan peran 4,31%, dukungan ini berupa penghargaan atau pemberian penilaian yang mendukung perilaku atau gagasan remaja sebagai siswa dalam memecahkan persoalan belajarnya. Sedangkan dukungan informasional memberikan peran 1,49%, dukungan ini berupa bantuan nasehat dan bimbingan yang membantu mencari jalan keluar atas persoalan yang dihadapinya. DAFTAR PUSTAKA Chaplin, C.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Alih bahasa: Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Francis, S., & Setiadarma, M.P. (2004). Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap kesembuhan Pengidap penyakit Kanker Payudara. Jurnal Ilmiah Psikologi ARKHE, Th.9 no.1. Hastory, Y. (2012). Hubungan antara Komunikasi Interpersonal Kelompok Belajar dengan Motivasi Belajar Pada Siswa-Siswi SMP Al-Muayyad Surakarta. Skripsi. tidak diterbitkan. Surakarta. UMS Kertamuda, Fatchiah. (2008). Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Psikologi, Vol.21,01 Lubis, Namora Lumongga. (2011). Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktek. Kota: Bandung Partini. (2012). Motivasi Belajar ditinaju dari komunikasi interpersonal kelompok belajar dan self efficacy. Proseding Seminar Nasional Psikologi Islami. Fakultas Psikologi UMS Purwanto. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Santrock,J.W. (2002). Life Span Developmental : Perkembangan Masa hidup (edisi 5, jilid II). Jakarta: Erlangga Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Setiadi. (2008). Konsep dan Preses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu Uno, B. H. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara