GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Hasil HbA1C dan Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

Kedokteran Universitas Lampung

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

AZIMA AMINA BINTI AYOB

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGASEM I PADA SEPTEMBER-OKTOBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT NI KADEK AYU SUKMAWATI

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KADAR HBA1C PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

Transkripsi:

1 GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 Putu Ugi Sugandha 1, AA Wiradewi Lestari 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Bagian Patologi Klinik FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar ABSTRAK Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang memerlukan penanganan yang berkelanjutan untuk mengontrol gula darah dan berbagai faktor risiko lainnya. Dari epidemiologi, terdapat kecenderungan peningkatan insiden dan prevalensi DM tipe 2 di Indonesia. Dari beberapa penelitian lain pengendalian DM cenderung buruk yang disebabkan oleh multifaktor. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan mengetahui gambaran pengendalian kadar gula darah dan HbA1C berdasarkan jenis kelamin pada pasien DM tipe 2 di RSUP Sanglah. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data hasil pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial dan HbA1C pada pasien DM tipe 2 yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar yang didapatkan sebanyak 25 pasien dengan teknik accidental sampling. Dari hasil penelitian ditemukan sebagian besar sampel laki-laki maupun perempuan memiliki status pengendalian gula darah dan HbA1C yang buruk. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengendalian DM tipe 2 cenderung buruk pada pasien yang dirawat inap di RSUP Sanglah periode Januari Mei 2014. Kata kunci : Pengendalian Diabetes, Gula Darah 2 Jam Post Prandial, HbA1C

2 DESCRIPTION OF CONTROL OF BLOOD SUGAR AND HbA1C LEVELS IN HOSPITALIZED PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS AT SANGLAH HOSPITAL ON PERIOD JANUARY-MAY 2014 ABSTRACT Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that requires ongoing treatment to control blood glucose and various other risk factors. Based on epidemiology, there is a trend of increased incidence and prevalence of type 2 diabetes mellitus in Indonesia. Based on several other studies the poorly controlled diabetes caused by multifactors. This study was a descriptive cross sectional approach to describe control of blood glucose and HbA1C levels based on sex in hospitalized patients with type 2 diabetes mellitus at Sanglah Hospital. The data that recruited in this study were derived from the measured of blood glucose 2 hours post prandial and HbA1C in patients with type 2 diabetes mellitus who were treated in Sanglah Hospital that found as much as 25 patients by accidental sampling technique. This study found most samples of men and women have the bad status of controlled blood sugar and HbA1C. The conclusion of this study is the control of type 2 diabetes mellitus was bad in hospitalized patients at Sanglah Hospital on period January to May 2014. Keywords : Control of Diabetes, 2 Hour Post Prandial Glucose, HbA1C PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang kompleks yang memerlukan penanganan yang berkelanjutan untuk mengontrol gula darah dan berbagai faktor risiko lainnya. Edukasi mengenai self care dan memberikan dukungan bagi pasien penting untuk dilakukan demi mencegah komplikasi akut dan jangka panjang. 1 Berdasarkan epidemiologi, terdapat kecenderungan peningkatan insiden dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai belahan dunia. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penderita diabetes ditahun yang akan datang. Untuk Indonesia, WHO memperkirakan kenaikan jumlah pasien pada tahun 2000 dari 8,4 juta menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan penelitian di berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan pada dekade 1980 memperlihatkan sebaran DM Tipe 2 antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% di Manado. Hasil penelitian pada era 2000 menyebutkan prevalensi meningkat sangat tajam. Contohnya penelitian di daerah suburban Jakarta dari prevalensi DM tipe 2 tercatat 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993. Pada tahun 2001 angka tersebut telah menjadi 12,8%. 2 Diabetes dapat didiagnosis bedasarkan kriteria glukosa plasma, baik dengan glukosa sewaktu atau gula darah 2 jam post prandial (PP ). International Expert Committee menyebutkan yang

3 terbaru dapat ditambahkan pemeriksaan A1C sebagai pilihan ketiga untuk mendiagnosis diabetes. 1 DM tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan. Dalam penatalaksanaan dan kontrol diabetes, tidak hanya gula darah saja yang perlu untuk diperiksa. Kadar HbA1C penting pula untuk diperiksa karena dapat memberikan gambaran pengendalian diabetes yang lebih baik dibandingkan gula darah. HbA1C dapat mengidentifikasi rata-rata konsentrasi glukosa plasma dalam periode 3 bulan. Pada seseorang yang memiliki pengendalian diabetes yang buruk maka terjadi peningkatan kadar HbA1C. 3 Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik. Sasaran pengendalian DM dengan kriteria baik, diantaranya gula darah puasa 80-100 mg/dl, 2 jam post prandial 80-144 mg/dl, A1C <6,5%, kolesterol total < 200 mg/dl, trigliserida <150 mg/dl, IMT 18,5-22,9 kg/m 2 dan tekanan darah <130/80 mmhg. 4 Dari penelitian sebelumnya di Indonesia oleh Mihardja dkk (2009) didapatkan tingginya kontrol gula darah yang buruk pada pasien DM tipe 2 yang diakibatkan oleh multifaktor. 4 Begitu pula dengan beberapa penelitian lain, salah satunya yang dilakukan oleh Khattab dkk (2010) yang menemukan prevalensi pasien DM tipe 2 yang memiliki kontrol gula darah yang buruk sangat tinggi. 5 Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengendalian DM tipe 2 di RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan gula darah 2 jam PP, HbA1C, dan jenis kelamin. METODE Jenis penelitian ini menggunakan penelitian secara kuantitatif dengan rancangan studi deskriptif cross sectional. Metode pendekatan yang dipakai dengan mencatat hasil pemeriksaan gula darah 2 jam PP dan HbA1C dari rekam medis. Penelitian dilakukan di Bagian Rekam Medis RSUP Sanglah Denpasar pada bulan November 2014. Data diambil melalui rekam medis pasien yang menderita DM tipe 2 yang dirawat dari bulan Januari-Mei 2014 di RSUP Sanglah Denpasar. Variabel pada penelitian ini adalah kadar gula darah 2 jam PP, HbA1C, dan jenis kelamin. Gula darah 2 jam PP yaitu glukosa yang terkandung dalam darah yang merupakan produk akhir dari pencernaan karbohidrat yang berguna untuk metabolisme sel yang diukur 2 jam setelah makan, satuannya adalah mg/dl. Sebelum pengukuran pasien sebaiknya istirahat dengan tenang dan tidak merokok. HbA1C adalah zat yang terbentuk dari reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin. HbA1C menggambarkan konsentrasi glukosa darah rata-rata selama periode 3 bulan dengan satuan persen (%). Jenis kelamin laki-laki dan perempuan juga diteliti sebagai variabel dalam penelitian ini. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status pengendalian DM tipe 2 berdasarkan gula darah 2 jam PP dan HbA1C. Status pengendalian gula darah 2 jam PP dibagi menjadi terkontrol baik (80-144 mg/dl), sedang (145-179 mg/dl), dan buruk ( 180 mg/dl). Untuk kadar HbA1C dibagi menjadi baik (<6,5%), sedang (6, 5-8%), dan buruk (>8%).

4 Populasi penelitian ini adalah semua data hasil pemeriksaan gula darah dan HbA1C pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUP Sanglah. Sampel penelitian ini adalah semua data hasil pemeriksaan gula darah dan HbA1C pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUP Sanglah yang dirawat pada bulan Januari-Mei 2014 yang diambil secara accidental sampling hingga mencapai 25 sampel dari data rekam medis. Sampel hasil pemeriksaan gula darah dan HbA1C pada pasien yang dipilih adalah yang diperiksa pada hari yang sama. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kriteria pengendalian DM menurut PERKENI untuk mengkategorikan tingkat kontrol gula darah dan HbA1C. Data yang diperoleh diolah dengan komputer. Setelah data entry selesai, analisis data dilakukan secara univariat dan tabulasi silang. Analisis univariat terhadap variabel jenis kelamin untuk karakteristik sampel, sedangkan analisis univariat terhadap variabel status pengendalian DM tipe 2 untuk distribusi frekuensi variabel. Tabulasi silang dilakukan antara variabel status pengendalian DM tipe 2 dan jenis kelamin. HASIL Karakteristik Sampel Sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 sampel dan pelaksanaan pengumpulan data diperoleh melalui data rekam medis. Dari 25 sampel yang diteliti, laki-laki berjumlah 16 orang (64%) sedangkan perempuan berjumlah 9 orang (36%) seperti yang terlihat pada tabel 1. Sampel tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, pengendalian gula darah 2 jam PP, dan HbA1C. Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 16 64 Perempuan 9 36 Total 25 100 Distribusi Frekuensi Status Pengendalian Diabetes Mellitus Berdasarkan Gula Darah 2 Jam PP dan HbA1C Pengkategorian variabel gula darah 2 jam PP dibagi menjadi terkontrol baik ( 80-144 mg/dl), sedang (145-179 mg/dl), dan buruk ( 180 mg/dl). Untuk kadar HbA1C dibagi menjadi baik (<6,5%), sedang (6, 5-8%), dan buruk (>8%). Tabel 2 dan 3 menggambarkan distribusi frekuensi variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Distribusi status gula darah 2 jam PP pada sampel menunjukkan lebih dari setengah (5 2%) masuk kriteria pengendalian DM yang buruk, sedangkan sisanya masuk kriteria kontrol baik (28%) dan sedang (20%). Rata-rata kadar gula darah 2 jam PP sampel adalah 239,64 mg/dl yang tersebar dari nilai terendah 88 mg/dl dan nilai tertinggi yaitu 564 mg/dl. Berdasarkan kadar HbA1C, lebih dari setengah ( 52%) dari total sampel berada pada kriteria pengendalian DM yang buruk. Sisanya masuk dalam kriteria pengendalian DM yang baik (32%) dan sedang (16%). Rata -rata kadar HbA1C pada sampel adalah 8,3%.

5 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Pengendalian Diabetes Mellitus Berdasarkan Gula Darah 2 Jam PP. Kontrol Gula Darah 2 Jam PP Jumlah Persentase (%) Baik 7 28 Sedang 5 20 Buruk 13 52 Total 25 100 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Status Pengendalian Diabetes Mellitus Berdasarkan HbA1C Kontrol HbA1C Jumlah Persentase (%) Baik 8 32 Sedang 4 16 Buruk 13 52 Total 25 100 Gambaran Status Pengendalian DM Berdasarkan Kadar Gula Darah 2 Jam PP dan HbA1C menurut Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin dan kadar gula darah 2 jam PP, distribusi pengendalian DM yang buruk terlihat paling banyak pada laki-laki maupun perempuan (tabel 4). Pada responden laki-laki pengendalian DM yang buruk mencapai lebih dari setengahnya (56,25%), sedangkan pada perempuan hampir mencapai setengahnya (44,44%). Data pengendalian DM berdasarkan kadar HbA1C pada tabel 5 memperlihatkan bahwa pada sampel angka pengendalian DM yang buruk tertinggi pada masing-masing kelompok jenis kelamin, yaitu 56,25% pada lakilaki dan 77,77% pada perempuan. Tabel 4. Distribusi Pengendalian DM Berdasarkan Kadar Gula Darah 2 Jam PP menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kontrol Gula Darah 2 Jam PP Total (%) Baik Sedang Buruk Laki-laki 4 (25%) 3 (18,75%) 9 (56,25%) 16 (100%) Perempuan 3 (33,33%) 2 (22,22%) 4 (44,44%) 9 (100%)

6 Tabel 5. Distribusi Pengendalian DM Berdasarkan Kadar HbA1C menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kontrol HbA1C Total (%) Baik Sedang Buruk Laki-laki 4 (25%) 3 (18,75%) 9 (56,25%) 16 (100%) Perempuan 2 (22,22%) 0 (0%) 7 (77,77%) 9 (100%) PEMBAHASAN Gambaran status pengendalian DM tipe 2 dapat terlihat dari kadar gula darah dan HbA1C. Hasil penelitian dari 25 sampel yang menderita DM tipe 2 yang dirawat dari bulan Januari-Mei 2014 di RSUP Sanglah Denpasar memperlihatkan bahwa lebih dari separuh dari total sampel memiliki pengendalian kadar gula darah 2 jam PP dan HbA1C yang buruk. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel dengan pengendalian terhadap gula darah 2 jam PP yang buruk sebesar 52%, dengan rata-rata kadar gula darah 2 jam PP sampel adalah 239,64 mg/dl. Buruknya pengendalian gula darah dapat disebabkan berbagai faktor. Seperti yang disebutkan dalam beberapa penelitian lain, faktor yang berhubungan dalam pengendalian gula darah adalah usia, jenis kelamin, diet, edukasi, olahraga, dan kepatuhan minum obat diabetes. 4,6 Bila dilihat dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama-sama tertinggi pada kategori pengendalian gula darah 2 jam PP yang buruk. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mihardja dkk (2009) yang menyebutkan wanita berisiko 2 kali lebih tinggi terjadi hiperglikemia dibanding pria. 4 Data yang didapat dari status pengendalian DM tipe 2 berdasarkan kadar HbA1C memperlihatkan sebanyak 52% sampel berada pada kategori buruk. Rata-rata kadar HbA1C yang diteliti pada sampel adalah 8,3%. Hasil ini sesuai pada penelitan Kusniyah dkk (2010) yang mendapatkan pula tingginya kontrol HbA1C yang buruk pada pasien DM tipe 2 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kadar HbA1C yang tinggi akibat kurangnya self care merupakan prediktor terhadap komplikasi penyakit diabetes mellitus, baik komplikasi mikrovakular atau makrovaskular. 3,7 Menurut penelitian Maidina dkk (2013) di Banjarmasin dikatakan bahwa kadar HbA1C yang tinggi mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian kaki diabetik. 8 Menurut jenis kelamin, kelompok laki-laki dan perempuan tidak berbeda dalam pengendalian kadar HbA1C, yakni tertinggi pada kategori buruk, 56,25% pada laki-laki dan 77,77% pada perempuan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chako dkk (2014) yang menyebutkan secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam pengendalian DM berdasarkan kadar HbA1C. 3 Melihat hasil yang diperoleh pada penelitian ini, pengendalian DM

7 tipe 2 perlu mendapat perhatian yang serius mengingat kontrol DM yang buruk meningkatkan risiko komplikasi sehingga dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. SIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat ditarik simpulan, yaitu sebagian besar sampel masuk dalam kriteria pengendalian DM yang buruk berdasarkan kadar gula darah 2 jam PP (52%) dan HbA1C (52%). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama-sama memperlihatkan tingginya angka kontrol gula darah 2 jam PP dan HbA1C yang buruk. Pengendalian DM tipe 2 cenderung buruk pada pasien yang dirawat inap di RSUP Sanglah periode Januari Mei 2014. Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini diantaranya diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif agar pasien DM tipe 2 memiliki pengendalian gula darah dan HbA1C yang baik, terutama bagi pasien yang sudah pernah dirawat di RSUP Sanglah. Bagi pihak RSUP Sanglah diperlukan pencatatan data yang lebih baik dan lengkap agar memudahkan pengumpulan data, baik data tertulis ataupun data digital. Diperlukan pula penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebab utama buruknya pengendalian DM tipe 2 sehingga dapat ditangani dengan tepat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan ucapan terima kasih kepada seluruh staf dan tenaga kesehatan RSUP Sanglah atas izin dan bantuan dalam rangka pengumpulan data, serta terima kasih khususnya kepada Bagian Patologi Klinik dan Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Sanglah. DAFTAR PUSTAKA 1. American Diabetes Association. Standards of Medical Care. Diabetes Care. 2014; 37(1): S14-5. 2. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. 2011. Jakarta: PB PERKENI. Hal 1-2. 3. Chako KZ, Phillipo H, Mafuratidze E, Zhou DT. Significant Differences in the Prevalence of Elevated HbA1C Levels for type I and Type II Diabetics Attending the Parirenyatwa Diabetic Clinic in Harare, Zimbabwe. Chin J Biology. 2014: 1-5. 4. Mihardja L. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2009; 59(9): 418-23. 5. Khattab M, Khader YS, Khawaldeh AA, Ajlouni K. Factors associated with poor glycemic control among patients with Type 2 diabetes. J Diabetes Complications. 2010; 24: 84 89. 6. Nurlaili HKP, Isfandiari MA. Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. 2013; 1(2): 234-42. 7. Kusniyah Y, Nursiwati, Rahayu U. Hubungan Tingkat Self Care

8 dengan Tingkat HbA1C pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.UNPAD. 2010: 1-20. 8. Maidina TS, Djallalluddin, Yasmina A. Hubungan Kadar HbA1C dengan Kejadian Kaki Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus. Berkala Kedokteran. 2013; 9(2): 211-17.