Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Medika Prasetya 1, Fadil Oenzil 2, Yerizal Karani 3

dokumen-dokumen yang mirip
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Derajat Obesitas dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Masyarakat di Kelurahan Batung Taba dan Kelurahan Korong Gadang, Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kadar Kolesterol Tinggi Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Darah

B A B I P E N D A H U L U A N

Hubungan antara Lingkar Pinggang dengan Profil Lipid Pasien Penyakit Jantung Koroner Di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

UJI SENSITIVITAS SKOR RISKESDAS CORONARY HEART DISEASE TERHADAP RASIO LDL/HDL PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUD KABUPATEN PANGKEP

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Pada Pasien Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo) Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN SERAT, INDEKS MASSA TUBUH, DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PEGAWAI DINAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk


ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Transkripsi:

737 Artikel Penelitian Hubungan Indeks Masa Tubuh dan Lingkar Perut dengan Low Density Lipoprotein pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang Medika Prasetya 1, Fadil Oenzil 2, Yerizal Karani 3 Abstrak Berat badan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) lebih dari 30 kg/m2 pada laki-laki dan wanita akan meningkatkan risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) 4 kali lipat. Tingginya proporsi penyakit kardiovaskuler pada etnik Minangkabau/Padang diperkirakan berkaitan dengan tingginya prevalensi dislipidemia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan IMT dan Lingkar perut (LP) dengan kadar Low density Lipoprotein (LDL) pada pasien penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUP Dr M Djamil Padang. Penelitian ini mengunakan rancangan analitik dengan pendekatan cross sectional study dengan mengumpulkan data primer berupa tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut dan data sekunder berupa kadar LDL dari rekam medik pasien. Populasi studi adalah semua penderita jantung koroner dengan LDL diatas normal yang berusia 20 tahun sampai 64 tahun lebih yang berasal dari Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Barat telah berobat di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Dr M. Djamil pada bulan Mei tahun 2012 serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian. LP yang tidak normal 20 orang (54,1%) yang kadar LDL tinggi. Hasil statistik diperoleh nilai p=0,02 yang berarti ada perbedaan proporsi kadar LDL tinggi antara responden LP tidak normal dengan kadar LDL tinggi. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2,64, artinya LP responden yang tidak normal mempunyai peluang 2,64 kali untuk kadar LDL tinggi dibandingkan responden yang LP normal. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan IMT dengan kadar LDL. Yang menunjukan adanya hubungan adalah antara LP dengan kadar LDL tinggi. Kata kunci: IMT, LP, penyakit jantung koroner Abstract Weight gain by Body Mass Index (BMI) over 30 kg/m2 both in men and women will increase 4-fold risk of Coronary Heart Disease (CHD). The high proportion of cardiovascular disease in ethnic Minangkabau/Padang associated to higher prevalence of dyslipidemia. The objective of this study was to determine the relationship of BMI (body mass index) and abdominal circumference (LP) to high levels of low-density lipoproteins (LDL) in patients with CHD in the Heart Clinic Dr M Djamil Padang in May in 2012. The design of this study was a cross-sectional study to collect primary data such as height, weight, and abdominal circumference, but LDL data got from medical records. The study population was all patients with coronary heart disease with normal LDL above 20 years old to 64 years who came from County/City of West Sumatra had been treated at the clinic Dr M. Djamil Heart Hospital in May of 2012, and are willing to participate in the study. Abnormal LP 20 people (54.1%) were high LDL levels. The statistical results obtained by p=0.02, it can be concluded that there is a difference between the proportion of high LDL levels to high LDL levels. From the results obtained by the analysis of the value of OR = 2.64, meaning the LP respondents who do not normally have the opportunity to LDL levels of 2.64 times higher than the normal LP respondents. In this study there was no significant association with BMI levels of LDL. that there is a relationship between the LP with high LDL. Keywords: BMI, LP, Coronary Heart Disease

738 Affiliasi penulis: 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Biokimia FK UNAND, 3.Bagian Jantung dan Pembuluh Darah FK UNAND. Korespondensi: Medika Prasetya, E-mail: medika.cardio@yahoo.com, Telp: 082382002191 PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi sebagai manifestasi dari penurunan suplai oksigen ke otot jantung akibat dari penyempitan atau penyumbatan aliran darah arteri koronaria yang manifestasi kliniknya tergantung pada berat ringannya penyumbatan arteri koronaria. 1 Penyakit jantung koroner (PJK) adalah ketidak sanggupan jantung akut atau kronis yang timbul karena kekurangan suplai darah pada Miokardium sehubungan proses penyakit pada system nadi koroner. 2 Obesitas adalah merupakan kunci penting dari terjadinya peningkatan kejadian penyakit jantung koroner (PJK). Peningkatan berat badan dengan indeks masa tubuh lebih dari 30 kg/m 2 baik pada lakilaki ataupun wanita akan meningkatkan risiko PJK 4 kali lipat.obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di negara berkembang. Lebih 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 juta adalah obesitas di seluruh dunia dan telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9%. 3 Prevalensi nasional penyakit jantung di Indonesia sebesar 7,2%, Prevalen kasus jantung di Sumatera Barat 1,3%. 4 Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol, dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis koroner. Prevalensi PJK pada etnik Minangkabau di Sumatera Barat dilaporkan tertinggi di antara 30 provinsi di Indonesia yaitu 4%. Hal itu diperkirakan berhubungan dengan pola makan dan asupan tinggi lemak hewan tetapi rendah sayur dan buah yang merupakan sumber serat dan antioksidan. Konsumsi tinggi lemak, rendah serat, dan antioksidan merupakan salah satu faktor risiko untuk PJK. Asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol, sedangkan serat dapat membantu menghambat absorbsi lemak yang secara tidak langsung membantu menurunkan kadar kolesterol. 5 Tingginya proporsi penyakit kardiovaskuler pada etnik Minangkabau/Padang diperkirakan berkaitan dengan tingginya prevalensi dislipidemia. Ini dilihat dari rerata kadar total kolesterol dan LDL kolesterol yang tinggi pada lansia di kota Padang, yaitu masing-masing 239 mg/dl dan 168.4 mg/dl, sementara rasio total kolesterol terhadap HDL kolesterol darah juga tinggi. Lanjut usia yang tinggal di Padang mempunyai prevalensi 56.1% untuk hiperkolesterolemia (total kolesterol > 240 mg/dl), dan prevalensi LDL yang tinggi (>160 mg/dl) sebanyak 64.6%. Prevalensi overweight di kota Padang cukup tinggi mencapai 27.3%. Peningkatan trigliserida, kolesterol total, LDL serta penurunan kadar HDL sering berhubungan dengan kegemukan. 6 Belum adanya penelitian di RSUP Dr. M. Djamil mengenai hubungan IMT (Indeks Masa Tubuh) dan Lingkar perut dengan Low Density lipoprotein (LDL), maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan IMT (Indeks Masa Tubuh) dan Lingkar perut dengan Low density Lipoprotein (LDL) pada pasien penyakit jantung koroner sehingga upaya pencegahan terjadinya penyakit kardiovaskuler yang dilakukan akan lebih rasional. METODE Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional study dengan mengumpulkan data primer berupa tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut dan data sekunder berupa kadar LDL dari rekam medik pasien. Populasi studi adalah Semua penderita Jantung Koroner dengan LDL diatas normal yang berusia 20 tahun sampai 64 tahun lebih yang berasal dari Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Barat telah berobat di Poliklinik Jantung Rumah Sakit Dr. M. Djamil pada bulan Mei tahun 2012 serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling yaitu semua subyek yang datang dan

739 memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi, jumlah sampel seluruhnya adalah 50 orang. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan IMT (Indeks Masa Tubuh) dan Lingkar perut (LP) dengan kadar Low density Lipoprotein (LDL) pada pasien penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan Mei tahun 2012. HASIL Sampel yang diambil berdasarkan data primer yang berjumlah 50 responden. Data diperiksa kelengkapannya (editing) guna mengetahui adanya data yang missing dan dilakukan pembersihan data (Cleaning), Data dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi frekuensi IMT responden pada penderita penyakit jantung koroner di RSUP. Dr. M.Djamil Padang Variabel Mean SD Minimal- 95% CI Maksimal IMT 25,32 3,67 18-36 24,27-26,36 Hasil analisis didapatkan rerata IMT responden adalah 25,32 ( 95% CI 24,27-26,36), dengan standar deviasi 3,67. IMT terendah 18 dan IMT tertinggi 36. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% dengan rata-rata IMT responden adalah diantara 24,27 kg/m2 sampai dengan 26,36 kg/m 2. Tabel 2. Distribusi frekuensi LDL responden pada penderita penyakit jantung koroner di RSUP. Dr. M.Djamil Padang Variabel Mean SD Minimal- 95% CI Maksimal LDL 137,80 54,1 61-354 122,42-153,18 Hasil analisis didapatkan rerata Low Density Lipoprotein (LDL) responden adalah 137,80 (95% CI 122,42-153,18), dengan standar deviasi 54,1. LDL terendah 61 dan LDL tertinggi 354 Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% dengan rerata LDL responden adalah diantara 122,42 sampai dengan 153,18. Tabel 3. Distribusi frekuensi LP responden pada penderita penyakit jantung koroner Di RSUP. Dr. M.Djamil Padang Variabel Mean SD Minimal- 95% CI Maksimal ( Confidence Interval) LP 95,40 12,2 64-124 91,93 98,87 Hasil analisis didapatkan rata-rata Lingkar Perut (LP) responden adalah 95,40 ( 95% CI 91,93 98,87), dengan standar deviasi 12,2. LP terendah 64 dan LP tertinggi 124 Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% dengan rata-rata LP responden adalah diantara 91,93 sampai dengan 98,87. Hasil analisis didapatkan rata-rata Lingkar Perut (LP) responden adalah 95,40 ( 95% CI 91,93 98,87), dengan standar deviasi 12,2. LP terendah 64 dan LP tertinggi 124 Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% dengan rata-rata LP responden adalah diantara 91,93 sampai dengan 98,87. Analisa bivariat dalam penelitian ini dengan melakukan tabulasi silang antara variabel independent (Indeks masa tubuh (IMT) dan Lingkar Perut (LP) dengan variabel dependent yaitu kadar low Density Lipoprotein (LDL) pada penyakit jantung koroner. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan bermakna secara statistik antara variabel independent dan variabel dependent. Analisa bivariat dalam penelitian ini dengan melakukan tabulasi silang antara variabel independent (Indeks masa tubuh (IMT) dan Lingkar Perut (LP) dengan variabel dependent yaitu kadar low Density Lipoprotein (LDL) pada penyakit jantung koroner.analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan bermakna secara statistik antara variabel independent dan variabel dependent.

740 Tabel 4. Hasil analisis bivariat antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Low Density Lipoprotein (LDL) pada penderita jantung koroner Di RSUP Dr. M.Djamil LDL IMT Normal Tinggi Total OR n % n % n % (95%CI) Normal 16 52,2 13 44,8 29 100 1,354 Obesitas 10 47,6 11 52,4 21 100 (0,439- Jumlah 26 52,0 24 48,0 50 100 4,176) Hasil analisis hubungan antara IMT dengan kadar LDL tinggi pada Penderita Jantung Koroner diperoleh sebanyak 13 orang (44,8%) responden yang IMT normal dengan kadar LDL tinggi. Sedangkan diantara IMT yang obesitas, ada 11 orang (52,4%) yang kadar LDL tinggi. Hasil statistik diperoleh nilai P value 0,77 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kadar LDL tinggi antara responden IMT obesitas dengan kadar LDL tinggi (tidak ada hubungan yang signifikan IMT dengan kadar LDL). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,354, artinya IMT responden yang obesitas mempunyai peluang 1,35 kali untuk kadar LDL dibandingkan responden yang IMT normal. Walaupun berhubungan tetapi tidak kuat. Tabel 5. Hasil analisis bivariat antara Lingkar (LP) dengan Low Density Lipoprotein (LDL) pada penderita jantung koroner di RSUP Dr. M.Djamil Padang LDL Total OR p LP Normal Tinggi dalam % (95%CI) Normal 9 69,2 4 30,8 13 100 2,64 0,69 10,14) 0,02 Tidak 17 45,9 20 54,1 37 Normal, 100 Jumlah 26 52,0 24 48,0 50 100 Hasil analisis hubungan antara LP dengan kadar LDL tinggi pada Penderita Jantung Koroner diperoleh sebanyak 4 orang (30,8%) responden yang LP normal dengan kadar LDL tinggi. Sedangkan diantara LP yang tidak normal, ada 20 orang (54,1%) yang kadar LDL tinggi. Hasil statistik diperoleh nilai P value 0,02 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kadar LDL tinggi antara responden LP tidak normal dengan kadar LDL tinggi (ada hubungan yang signifikan LP dengan kadar LDL. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2,64, artinya LP responden yang tidak normal mempunyai peluang 2,64 kali untuk kadar LDL dibandingkan responden yang LP normal. PEMBAHASAN Penelitian dengan mengunakan data primer dan data skunder secara pengambilan data cukup baik, namun mempunyai keterbatasan. Dari segi variabel. disesuaikan dengan variabel dalam cek list yang akan dilakukan pengukuran, tapi ada variabel yang datanya diambil dari status penderita, yaitu kadar LDL.Desain yang digunakan adalah cross sectional yang mempunyai kelemahan tidak dapat menunjukan hubungan sebab akibat, melainkan hanya sebatas melihat asosiasi antara variabel independent dengan variabel dependent saja sehinga kurang dapat untuk memprediksi kejadian, kondisi, atau penyakit dimasa yang akan datang. Pada penelitian ini juga belum memperhitungkan kekuatan uji power β untuk uji bivariat sehingga kurang cukup baik dalam menganalisis kuatnya hubungan antara variabel independent dan dependent. Pada penelitian ini jumlah juga sampelnya terbatas, sehinga hasilnya kurang repersentatif, karena pada desain cross sectional sebaiknya sampelnya lebih banyak sehingga hasilnya repersentatif. Sumber data yang mengunakan data skunder yang berasal dari status penderita yaitu pada pengukuran kadar LDL, dimana kadar LDL tersebut diukur oleh petugas laboratorium dengan waktu pengukuran yang tidak sama dan alat pengukurannya tidak diketahui. Pada saat pengukuran BB, TB, LP, tidak dilakukan validasi alat (ketelitiannya berapa), sehinga bias informasi sangat mungkin terjadi, bias saat mengamati, melaporkan, mengukur, mencatat, dan dalam menginterpretasi status paparan dan penyakit yang mengakibatkan kesalahan dalam memperkirakan pengaruh paparan terhadap penyakit. Distribusi frekuaensi menunjukan dari 50 responden menunjukan bahwa 58% IMT normal dan 42% menunjukan obesitas. Hasil analisis didapatkan rata-rata indeks masa tubuh responden adalah 25,32

741 (95% CI 24,27-26,36), dengan standar deviasi 3,67. IMT terendah 18 dan IMT tertinggi 36. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% dengan rata-rata IMT responden adalah 24,27 sampai 26,36. Hasil IMT yang didapatkan rata-rata 25,32 (95% CI 24,27-26,36) berarti IMT nya adalah beresiko atau Obesitas. Sedangkan berdasarkan IMT, overweight diatas 25 kg/m 2. Dari hasil penelitian ini bahwa IMT Penderita Penyakit jantung Koroner di RSUP Dr. M.Djamil Padang pada bulan Mei rata-rata obesitas. Dari 50 responden yang mengalami LDL tinggi hanya 48% dan 52% Normal. Hasil analisis didapatkan rata-rata Low Density Lipoprotein (LDL) responden adalah 137,80 (95% CI 122,42-153,18), dengan standar deviasi 54,1. LDL terendah 61 dan LDL tertinggi 354 Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% dengan rata-rata LDL responden adalah diantara 122,42 sampai dengan 153,18. Berdasarkan klasifikasi kadar lipid atau lemak dalam darah bahwa kadar LDL yang didapatkan dari hasil penelitian ini menunjukan klasifikasi batas tinggi yaitu diatas 130 mg/dl. Penelitian tahun 1975telah meneliti hubungan antara kolesterol dengan PJK, bahwa diungkapkan kadar kolesterol berkisar antara 150 300 mg/dl, mempunyai korelasi dengan insiden PJK. 8 Pada penelitian ini responden menunjukan LP nya mayoritas tidak normal yaitu 74% dan lingkar perut normal 26%. Hasil analisis didapatkan rata-rata Lingkar Perut (LP) responden adalah 95,40cm (95% CI 91,93 98,87), dengan standar deviasi 12,2. LP terendah 64cm dan LP tertinggi 124cm Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% dengan rata-rata LP responden adalah diantara 91,93 sampai dengan 98,87. Lingkar perut digunakan untuk mendeteksi kesehatan pada berat normal dan kelebihan berat. Kriteria obesitas sentral dapat dinilai dengan lingkar perut. Lingkar perut lebih kuat sebagai predictor CHD (Congesti Heart Desease). 9 Adapun kriteria obesitas sentral di wilayah Asia pasifik adalah lingkar perut untuk laki-laki 90cm, dan pada perempuan 80cm. 3 Berdasarkan penelitian yang dilakukan rata-rata LP responden 95,40cm, berarti LP responden penderita Jantung Koroner di RSUP. Dr. M. Djamil Padang dengan nilai diatas rata, dengan mayoritas LP tidak normal (74%). Hasil analisis terhadap 50 responden diperoleh sebesar 42%IMTnya tidak normal (Obesitas) sedangkan pada hasil bivariat menunjukan tidak ada hubungan, IMT yang obesitas, ada 11 orang (52,4%) yang kadar LDL tinggi. Hasil statistik diperoleh nilai P value 0,77 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kadar LDL tinggi antara responden IMT obesitas dengan kadar LDL tinggi tidak ada hubungan yang signifikan IMT dengan kadar LDL. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai (OR= 1,354), artinya IMT terlihat ada hubungan tetapi tidak kuat. IMT secara bermakna berhubungan dengan Kolesterol LDL; penurunan berat badan akan menurunkan kadar Kolesterol LDL. 10 sehingga penting untuk mempertahankan berat badan dalam kondisi normal/ ideal untuk mencegah tinggiya kadar Kolesterol LDL. Pada penelitian ini dari persamaan yang didapat terlihat bahwa setiap peningkatan 1 unit IMT akan meningkatkan 1.65 mg/dl Kolesterol LDL. 9 Hasil analisis Bivariat pada penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara LP dengan kadar LDL tinggi pada Penderita Jantung Koroner. Dari 50 orang responden menunjukan 74% responden LP tidak normal. diperoleh sebanyak 4 orang (30,8%) responden yang LP normal dengan kadar LDL tinggi. Sedangkan diantara LP yang tidak normal, ada 20 orang (54,1%) yang kadar LDL tinggi. Hasil statistik diperoleh nilai P value 0,02 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kadar LDL tinggi antara responden LP tidak normal dengan kadar LDL tinggi (hubungan yang signifikan LP dengan kadar LDL). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2,64, artinya LP responden yang tidak normal mempunyai peluang 2,64 kali untuk kadar LDL dibandingkan responden yang LP normal. Dengan 95% CI(0,69 10,14). Indeks masa tubuh memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas. Selain IMT metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar perut/pinggang. Pengukuran lingkar perut/ pinggang dilakukan dengan mengukur keliling perut melalui pertengahan krista

742 dengan tulang iga terbawah secara horizontal. Secara simultan kadar kolesterol LDL berhubungan dengan lemak dalam rongga perut (RLPP), indeks massa tubuh (IMT) dan umur; lemak dalam rongga perut akibat kelebihan asupan energi sangat potensial meningkatkan kadar Kolesterol LDL. Persamaan yang didapat menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 unit RLPP akan meningkatkan 16.95 mg/dl Kolesterol Total. maka RLPP secara bermakna berkontribusi sebesar 1.60% terhadap Kolesterol LDL. Selanjutnya secara bersamaan antara RLPP, IMT dan Umur secara bermakna berkontribusi sebesar 6.10% terhadap Kolesterol LDL. Atau RLPP berkontribusi sebesar 26.2% {=(1.6/6.10) x 100} terhadap Kolesterol LDL. Artinya 93.9% kadar LDL disebabkan oleh selain RLPP, IMT dan umur. Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang significant antara LP dengan kadar LDL pada Penderita Jantung Koroner. Yaitu LP yang tidak normal akan meningkatkan resiko 2,64 kali meningkatkan kadar LDL dalam darah, yang beresiko terjadinya jantung Koroner.Kolesterol LDL lebih popular dikenal sebagai kolesterol jahat/bad cholesterol. Berbagai penelitian, baik pada hewan, uji klinis dan penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa hiperkolesterol LDL merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kolesterol LDL menyebabkan pengapuran pembuluh koroner dan menimbun kolesterol di pembuluh koroner. 10,11 KESIMPULAN Ada perbedaan proporsi kadar LDL tinggi antara responden LP tidak normal dengan kadar LDL tinggi (hubungan yang signifikan LP dengan kadar LDL). LP responden yang tidak normal mempunyai peluang 2,64 kali untuk kadar LDL dibandingkan responden yang LP normal DAFTAR PUSTAKA 1. Kalim H. Pedoman tatalaksana koroner akut, dalam: pedoman tatalaksana penyakit kardiovaskuler. Indonesia; PERKI; 2003.hlm.333-92 2. WHO. Cardiovascular diseases. 2010. Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.who.int/cardiovascular_diseases 3. WHO Obesity and overweight, 2005 (diunduh 2009 Agustus 8). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.who.int 4. Departemen Kesehatan, Laporan nasional riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan; 2007. 5. Gotera. Hubungan antara obesitas sentral dengan adiponektin pada pasien geritari dengan penyakit jantung koroner. Jurnal Penyakit Dalam. 2006;7. 6. Sulastri D. Pada asupan lemak, serat dan anti oksidan serta hubungan dengan propid Lipid pada Laki-laki Etnik Minang Kabau, Majalah kedokteran Indonesia. 2005; 55(2). 7. Departemen Kesehatan. Pedoman pengukuran dan pemeriksaan. Badan Penelitian dan Pengembangan, 2007. 8. Kodim N. Epidemiologi penyakit jantung koroner. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2006. 9. Soegih R. BMI and waist circumference cut off for the risk of comorbidities of obesity in populastion In Indonesia. Jakarta: Departement of Nutrition Faculty of Medicine UI. 2004;13(4). 10. Ari B. Adiponectin in acute coronary syndrom. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2007;28(6). 11. Roubenoff, Predicting body fatness : the body mass index vs estimation by bioelectrical impedance. Am J Publ Health. 1995;85:726-8.