BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko,

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Institut Teknologi Telkom - Bandung 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. ataupun antara komputer-komputer dengan sumber daya. efektif, misalkan dalam hal pembagian bandwith yang tidak merata, delay

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA ( ) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERFORMANSI GPON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I 1

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi pada dunia telekomunikasi juga semakin pesat, diantaranya adalah video

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

DAFTAR ISI. ABSTRAK...vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiv. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan internet saat

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI VOIP SERVER (STUDI KASUS: CV. SUZUKI DAYA MOTOR)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, para operator telekomunikasi dihadapkan pada situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN METROPOLITAN AREA NETWORK DENGAN INTERNET PROTOCOL VERSI 4 DAN VERSI 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Waktu : Oktober 2009 Februari : 1. Pusat Komputer Universitas Lampung. 2. Pusat Komputer Universitas Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

7.1 Karakterisasi Trafik IP

BAB IV HASIL YANG DIHARAPKAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. biaya pembangunan yang relatif murah, instalasi mudah serta kemampuannya

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG )

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. packet-switch, jadi dalam bertelepon menggunakan jaringan IP atau Internet.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin majunya teknologi telekomunikasi, routing protocol

TUGAS KEAMANAN JARINGAN VPN DI LINUX

BAB I PENDAHULUAN. di mana awalnya konsep jaringan komputer ini hanya untuk memanfaatkan suatu

: ANALISA PERBANDINGAN KINERJA LAYANAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN IP DAN JARINGAN MPLS

PRAKTIKUM 14 ANALISA QoS JARINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH QUALITY OF SERVICE (QoS) TERHADAP PERFORMANSI JARINGAN VIDEO CONFERENCE PROTOKOL H. 323 PADA JARINGAN IPv6

NETWORK MANAGEMENT TASK 2

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat

3.1 Tempat dan waktu Penelitan Data Rancangan Penelitian Perangakat dan Teknik Pengumpulan Data

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada Next Generation Network (NGN) yang kemungkinan besar

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER DI SMK DARUSSALAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

I. PENDAHULUAN. Jaringan sensor nirkabel (wireless sensor network) terdiri atas sejumlah besar

Bab 2. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. 1. Dua unit laptop, dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Transmitter, ACER Aspire 5622WLCi dengan spesifikasi Intel Core 2

BAB 1. PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan dunia bisnis dan industri saat ini. Hal ini disebabkan karena informasi

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

Integrasi Aplikasi Voice Over Internet Protocol (VOIP) Dengan Learning Management System (LMS) Berbasis

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

ANALISA PERBANDINGAN KINERJA LAYANAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN IP DAN JARINGAN MPLS. Disajikan Oleh :David Sebastian Kelas :P4 NPM :

BAB I PENDAHULUAN. IMPLEMENTASI DAN ANALISIS PERFORMANSI ETHERNET OVER IP (EoIP) TUNNEL Mikrotik RouterOS PADA LAYANAN VoIP DENGAN JARINGAN CDMA 1

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS QUALITY OF SERVICE (QoS) JARINGAN INTERNET DI SMK TELKOM MEDAN

ANALISA PERBANDINGAN KINERJA LAYANAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN IP DAN JARINGAN MPLS

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

Aplikasi SIP Based VoIP Server Untuk Integrasi Jaringan IP dan Jaringan Teleponi di PENS - ITS

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerangka kerja pengukuran trafik atau lalu-lintas internet menjadi penting, hal mana melalui kerangka kerja pengukuran dapat diimplementasikan sejumlah proses untuk menjaga kualitas layanan internet. Upaya implementasi pengukuran lalu-lintas internet sesuai kerangka kerja sebagai rujukan pada tingkat pengelola jaringan, adalah melalui SOP (Standar Operasional Prosedur) pemeliharaan jaringan. Permasalahan kemudian menjadi penyebab timbulnya masalah adalah jika terjadi masalah kendala jaringan yang lebih dahulu mengetahui adalah pihak pengguna layanan (Diamanta, 2011). Permasalahan keluhan lambatnya koneksi merupakan keluhan yang sering dikeluhkan pengguna layanan Internet (Chetty dkk, 2011). Telkom Indonesia melalui layanan 147 seharusnya lebih mengutamakan perolehan informasi peningkatan sistem jaringan telekomunikasi, tetapi saat ini lebih dominan sebagai layanan gangguan. Laporan pengaduan pengguna layanan selanjutnya ditindaklanjuti oleh pengelola jaringan, dengan melakukan pengecekan infrastruktur jaringan, untuk mencari dan memperbaiki kendala jaringan yang terjadi. Kondisi terbaik jika pengelola jaringan yang lebih dahulu mengetahui. Salah satu bentuk menjaga kualitas layanan internet melalui pengukuran lalu-lintas internet. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya dibandingkan dengan standar nilai QoS. Perubahan nilai QoS disebabkan faktor-faktor yang ada pada jaringan komputer sebagai sarana layanan Internet. Sistem terpadu dari faktor penyebab yang mempengaruhi nilai QoS, pengukuran nilai QoS dan upaya tindakan dari perolehan hasil perbandingan pengukuran terhadap standar nilai QoS, agar kualitas layanan internet terjaga, apakah telah dilakukan secara otomatis atau masih manual?. Jika dilakukan

2 secara terjadwal berarti dalam kategori manual dan ini menjadi masalah terhadap keselarasan dengan peningkatan pengguna internet saat ini, terus cenderung meningkat berdasarkan data statistik dari yang telah disampaikan sebelumnya. Pengukuran lalu-lintas internet merupakan proses pengukuran jaringan internet dan analisis data untuk mengenali struktur dan karakter jaringan internet (Lee dkk, 2010). Melalui pengukuran yang baik pengelola jaringan akan mengenal struktur dan karakter jaringan yang dikelola, sehingga jika ditemukan kondisi anomali maka pengelola jaringan dapat segera melakukan tindakan perbaikan. Penelitian berkaitan hal ini cukup banyak dilakukan dan terus diperbaharui secara berkala setiap bulan, tetapi pada umumnya berbasiskan vendor (Cottrell, 2015), sebagai contoh dukungan terhadap perkembangan sistem operasi, aplikasi internet dan peralatan berbasiskan jaringan. Karena hasil penelitian berbasiskan vendor dilakukan secara tertutup dan rahasia, hasil yang disampaikan merupakan produk promosi, sehingga lebih mendukung dalam hal pemasaran produk, kurang mendukung pengembangan penelitian berkaitan pengukuran lalu-lintas internet bagi peneliti umum. Forum diskusi isu-isu penelitian pengukuran lalu-lintas internet seperti IETF (The Internet Engineering Task Force), IPPM (IP Kinerjance Metrics), WG (Working Groups) dan di laboratorium berbagai penelitian yang dilakukan dalam komunitas internet terus diupayakan, salah satu tugasnya adalah untuk mengeksplorasi teknik pengukuran lalu-lintas internet sebelum siap menjadi standar IETF. Standarisasi QoS untuk kualitas layanan yang diterbitkan oleh ITU (International Telecommunication Union) telah ada, tetapi untuk menunjang upaya meningkatkan sesuai tujuan tanpa mengharuskan kebutuhan administrator jaringan sebagai personil pengelola jaringan memiliki tingkat literasi tertentu, diperlukan kerangka kerja secara khusus dan mudah diimplementasikan. Dengan pemilihan kerangka kerja yang mendukung optimasi layanan Internet, dapat diperoleh informasi dari sumber data jaringan berupa data karakteristik operasional dan pola-pola jaringan internet dari jaringan komputer yang diamati atau dikelola (Dermawan, 2012). Perolehan informasi data dibutuhkan sebagai bahan evaluasi untuk menginformasikan kinerja jaringan internet saat ini dan

3 bentuknya pada masa yang akan datang. Sehingga layanan dapat mendukung kebutuhan seiring kemajuan dan kebutuhan informasi dari masa ke masa (Soesetijo dan Hermawan, 2013). Internet telah menjadi bagian hidup sebagian besar masyarakat dunia tidak terkecuali negara Indonesia. Struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat telah mengalami perubahan, yang dahulu sulit dalam mencari data sekarang dapat dengan mudah mencari data, bahkan hanya dalam hitungan detik. Salah satu pengaruh akibat sangat cepat dan sangat luasnya perkembangan dari ponsel cerdas yang mengikuti kebutuhan era informasi dewasa ini, peningkatan kebutuhan penggunaan Internet meningkat (Meeker, 2014). Dari data statistik dunia Internet World Stats pada tanggal 30 bulan Nopember tahun 2015, pengguna Internet telah mencapai 46,4% populasi penduduk dunia. Persentase jumlah tersebut sangat jauh jika dibandingkan pada saat awal Internet dipublikasikan secara umum bulan Desember tahun 1995 pengguna Internet baru mencapai 0,4% populasi penduduk dunia. Dengan pencapaian pengguna Internet hingga 42,4% populasi dunia, ini akan meningkatkan skalabilitas lalu-lintas internet. Dengan meningkatnya skalabilitas lalu-lintas internet, pihak pengelola lalu-lintas data jaringan memerlukan informasi besarnya lalu-lintas data internet. Faktor lain yang memicu peningkatan pengguna Internet meningkat tajam seperti di Indonesia adalah infrastruktur nirkabel dengan skala besar. Aplikasi berbasiskan media sosial merupakan salah satu aplikasi yang memiliki kontribusi tertinggi hingga 87,4%, berdasarkan data statistik bulan Februari 2015 dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). Hampir disetiap tempat tersedia akses nirkabel. Diperkirakan saat ini ada 600 hotel mewah, 5.300 hotel ekonomis, dan 8.000 hotel berbiaya murah yang memerlukan peralatan nirkabel. Lebih dari 40 persen perusahaan di Indonesia akan menggunakan nirkabel sebagai jaringan kantor, sehingga sangat penting untuk memilih perangkat dan pendukung nirkabel yang berkualitas (Firlani, 2015). Kondisi ini memicu kecepatan peningkatan penggunaan Internet. Kegagalan sistem pada antar muka jaringan pada jaringan nirkabel lebih tinggi dibandingkan dengan kabel (Hoffman, 2015). Kegagalan transmisi pada nirkabel sangat berpengaruh terhadap standar nilai QoS (Azarfar

4 dkk, 2012). Kondisi ini menjadikan masalah dalam menjaga kualitas layanan internet. Strategi pengambil kebijakan meningkatkan bandwidth dalam upaya meningkatkan kualitas layanan Internet merupakan keputusan yang pada umumnya diambil oleh pihak pengambil keputusan pada sekolah, perguruan tinggi atau perusahaan. Pengambilan keputusan tersebut umum diterapkan akibat maraknya penawaran pihak penyedia layanan Internet untuk meningkatkan bandwidth, dengan alasan menyesuaikan kebutuhan seperti di luar negri (Telkom DBS, 2015). Peningkatan kapasitas bandwidth meningkat tajam dari tahun ke tahun (PUSDATIN, 2013), kondisi ini dikarenakan kapasitas bandwidth berbanding lurus dengan jumlah pengguna, semakin banyak pengguna semakin besar kapasitas bandwidth yang dibutuhkan (Isnawati dkk 2015). Informasi ini diperkuat dengan hasil kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti bulan November 2014, diperoleh data kebijakan meningkatkan bandwidth adalah 67% dari data sampling sebanyak 21 responden pada tingkat jaringan menengah yang dilakukan. Permasalahannya adalah pengambilan kebijakan peningkatan kapasitas bandwidth dengan meningkatkan kapasitas sewa bandwidth dari pihak ISP (Internet Service Provider) belum tentu menyelesaikan masalah kendala jaringan, seperti kelambatan lalu-lintas data yang dirasakan secara langsung oleh pengguna layanan. 1.2. Rumusan Masalah Melaksanakan SOP pemeliharaan jaringan komputer pada tingkat pengelola merupakan usaha untuk menjaga kinerja jaringan komputer. Pengukuran trafik atau lalu-lintas jaringan komputer merupakan pekerjaan utama bagi pengelola jaringan. Standar nilai QoS merupakan barometer dari pengukuran kinerja jaringan komputer. Wilayah kerja jaringan komputer yang dilibatkan hingga jaringan komputer global atau internet. Berdasarkan latar belakang dan uraian sebelumnya, maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut :

5 1. Bagaimana merancang dan membuat sistem rujukan pembentukan SOP berupa kerangka kerja pengukuran terpadu trafik internet, guna menjaga kinerja jaringan sesuai dengan standar nilai QoS? 2. Apakah kerangka kerja pengukuran terpadu trafik internet mampu menjaga kinerja jaringan secara waktu nyata, sesuai dengan standarisasi nilai QoS? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah merancang dan membangun sistem usulan rujukan pembentukan SOP, berupa kerangka kerja pengukuran trafik internet yang terpadu, guna menjaga kinerja jaringan secara waktu nyata, sesuai dengan standarisasi nilai QoS. 1.4. Batasan masalah Untuk melakukan proses penelitian, agar penelitian yang dilakukan tidak keluar dari jalur pembahasan maka peneliti membatasinya. Adapun batasan masalah dalam penelitian yang dilakukan adalah : 1. Protokol Internet yang digunakan IPv4, tidak membahasa IPv6. 2. Sistem operasi yang digunakan standar Linux debian. 3. Parameter QoS yang dibahas adalah packet loss, delay (latency), jitter, throughput tidak membahas MOS (Mean Opinion Score), echo cancellation, PDD (Post-Dial Delay). 4. Standarisasi kualitas layanan untuk delay dan jitter menggunakan ITU-T G.114 (05/2003), packet loss dan throughput menggunakan TIPHONE TR 101 329. 5. Standar untuk pengujian media komunikasi menggunakan IEEE 802.3 Ethernet (100 Mbps) dan IEEE 802.11b Wireless (11Mbps).

6 6. Simulasi pengujian dalam pengiriman lalu-lintas data menggunakan protokol ICMP, yang selanjutnya diimplementasikan sebagai penentuan konfigurasi pengukuran dari banyaknya data yang akan dikirimkan sebagai bagian dari variabel pengujian kualitas jaringan. 7. Masalah-masalah yang mempengaruhi jaringan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kualitas komponen jaringan, serialization delay, routing/switching latency, queuing latency, congestion, topologi jaringan yang tidak tepat dan induksi listrik dan cuaca. 8. Tidak membahas model QoS penjadwalan paket data : Best-Effort Service, Integrated Service (IntServ), dan Differentiated Service (DiffServ). Hal mana fokus penelitian pada sisi pengukuran paket data, bukan pada penjadwalan paket data. 9. Terpadu dalam hal ini merupakan integrasi sistem pengukuran aktif, sistem pengukuran pasif dari pengukuran jaringan terpasang sebagai sumber data lalu-lintas jaringan, yang selanjutnya dilakukan pengamatan perbandingan dengan standar nilai QoS dalam perolehan informasi. Perolehan informasi tersebut menghasilkan rekomendasi usulan tindakan yang perlu dilakukan sebagai upaya menjaga kinerja jaringan tetap stabil. 10. Pengujian model pengukuran pasif berupa penyadapan atau perekaman (capture) lalu-lintas jaringan, dilakukan dengan standar paket penyadapan (sniffer packet), dalam hal ini menggunakan standar pustaka libpcap. Dalam pengujian digunakan psutil python library. 11. Pengujian model pengukuran aktif lalu-lintas jaringan untuk pengukuran kualitas layanan yang dilibatkan sebagai mesin aplikasi utama adalah Ping dan Iperf. Ping merupakan tool standar internal dan Iperf merupakan tool standar eksternal pada sistem operasi linux debian spesialis protokol TCP/IP.

7 1.5. Kontribusi Penelitian Sebagai mana telah disinggung pada subbab latar belakang, peran SOP sangat penting, dalam hal ini sub pekerjaan pemeliharaan jaringan. SOP yang distandarisasikan oleh anri (Arsip Nasional Republik Indonesia) untuk jadwal, pelaksanaan, pelaporan dan upaya tindakan pemeliharaan dilakukan secara manual yang ditetapkan oleh penentu kebijakan atas dasar usulan pengelola lapangan, dalam hal ini pengelola jaringan (Syaifuddin, 2013). SOP tidak menggunakan referensi standar kerangka kerja pengukuran standar QoS, melainkan menggunakan referensi pemeliharaan perangkat keras, lunak dan jaringan secara umum, dalam hal ini khusus jaringan adalah pengamatan dan perbaikan fisik kabel (Puskom, 2012). Dalam SOP pekerjaan pemeliharaan jaringan, diinstruksikan pengelola jaringan membuat jadwal waktu dan pelaksanaan pemeliharaan. Untuk jadwal pemeliharaan umumnya dilakukan dalam kondisi jaringan relatif tidak sibuk seperti pada pagi hari sebelum jam kerja atau sore hari setelah jam kerja, jika diperlukan untuk pemeliharaan total umumnya pihak pengelola akan mengumumkan ke pengguna layanan jaringan untuk sementara layanan jaringan tidak dapat digunakan selama masa pemeliharaan jaringan. Pekerjaan pemeliharaan jaringan berupa pengecekan infrastruktur jaringan dilakukan sesuai standar pengukuran kualitas layanan, hasil pengujian dicatat pada form laporan pemeliharaan. Jika ditemui kendala jaringan maka akan dilanjutkan dengan proses perbaikan. Seluruh hasil pekerjaan dilaporkan ke pihak penentu kebijakan sebagai bahan evaluasi. Selanjutnya untuk sistem manual tersebut dalam penelitian disertasi ini merupakan sistem pembanding. SOP dengan menganut sistem pengukuran manual dan terjadwal sudah tidak tepat jika mengikuti tajamnya peningkatan penguna Internet saat ini, seperti yang telah disampaikan pada subbab latar belakang. Dalam pelaksanaannya jadwal manual tidak efesien, dikarenakan penggunaan jaringan tidak dapat diberlakukan seperti pekerjaan yang kapan mulai dan kapan berakhir, layanan Internet 24 jam mendorong pengguna memanfaatkan secara bebas waktu, tidak menginginkan ada kendala jadwal, terlebih sangat banyak aplikasi yang mampu melakukan

8 pekerjaan tunda atau terus menerus hingga pekerjaan selesai. Pelaksanaan secara manual sangat tidak efektif karena tergantung dari sistem kerja manusia sebagai pelaksana pekerjaannya. Selain itu saat melakukan pelaksanan dalam hal ini pengecekan jaringan, sistem layanan dikondisikan dalam kondisi istirahat, hanya sisitem pengecekan kualitas layanan yang diaktifkan. Ketidakefektifan lainnya adalah birokrasi jika terjadi kendala perlu tindakan pelaporan, persetujuan, pelaksanaan dan pelaporan akhir. Atas dasar tersebut diusulkan pembentukan kerangka kerja pengukuran yang terpadu guna menjaga kinerja jaringan secara waktu nyata dan mengikuti standarisasi nilai QoS. Sistem waktu nyata (real-time) merupakan cara yang paling baik saat melakukan pengukuran layanan (DiCioccio dkk, 2012). Kontribusi kerangka kerja yang diusulkan mengupayakan penyederhanaan pekerjaan penjadwalan dan pelaksanaan pengukuran termasuk pelaporan hasil pengujian infrastruktur jaringan. Selanjutnya untuk sistem yang diusulkan tersebut dalam penelitian disertasi ini merupakan sistem usulan. Kerangka kerja pengukuran yang diusulkan selanjutnya diusulkan sebagai dokumen referensi penyusunan SOP pemeliharaan jaringan. Melalui sistem rekomendasi, pengelola jaringan akan lebih dini dalam menyelesaikan masalah kendala jaringan jika terjadi sewaktu-waktu. Kontribusi penelitian disampaikan pada Gambar 1-1. Pada gambar terlihat pada SOP pemeliharaan jaringan sistem usulan memberikan proses yang lebih singkat dibanding dengan sistem pembanding. Terjadi proses penghilangan jadwal pengukuran dan meminimumkan proses pelaksanaan pengukuran dalam kaitannya pelaksanaan pemiliharaan jaringan.

9 SOP Pemeliharaan Jaringan SOP Pemeliharaan Jaringan (Sistem Pembanding) (Sistem Usulan) Gambar 1-1, Kontribusi penelitian

10 1.6. Sistimatika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai penelitian disertasi ini, pembahasan secara garis besar akan dibuat menjadi enam bab dengan sistimatika penulisan laporan penelitian sebagai berikut : 1. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. 2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tinjauan penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan di bandingkan dengan penelitian yang dilakukan. 3. BAB III : LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori-teori utama berkaitan penelitian disertasi yang dilakukan. 4. BAB IV: METODE PENELITIAN Bab ini berisi metode penelitian yang dilakukan. 5. BAB V : HASIL PENELITIAN Bab ini berisi hasil capaian penelitian yang dilakukan 6. BAB VI : KESIMPULAN Bab ini berisikan kesimpulan akhir dari penelitian disertasi.