BAB IV HASIL DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PERBANDINGAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN DENGAN METODE OBJECT-BASED DAN PIXEL- BASED

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DISKRIMINASI TEGAKAN HTI (Hutan Tanaman Industri) MENGGUNAKAN OBJECT ORIENTED CLASSIFICATION Studi kasus PT. HTI Wira Karya Sakti, Jambi 1

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB III METODE PENELITIAN

Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN UKURAN TRAINING SAMPLE OPTIMUM UNTUK KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN DENGAN METODE KEMUNGKINAN MAKSIMUM ALFIANSYAH MUHAMMAD

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Banding antara Metode Minimum Distance dan Gaussian Maximum Likelihood Sebagai Pengklasifikasi Citra Multispektral

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Aplikasi Object-Based Image Analysis (OBIA) untuk Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

III. BAHAN DAN METODE

Fathurrofi Braharsyah Habibi R. Suharyadi

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Ketahanan Pangan Nasional

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2015

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

Sumber bacaan 4/30/2012. Minggu 10: Klasifikasi Data Citra KOMBINASI WARNA

BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

Stella Swastika Putri Projo Danoedoro Abstract

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

Indra Jaya Kusuma, Hepi Hapsari Handayani Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN PEMETAAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (OLI) DI KABUPATEN BOGOR BUNGA MENTARI

PERBANDINGAN KLASIFIKASI MAXIMUM LIKELIHOOD DAN OBJECT ORIENTED PADA PEMETAAN PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOTIK ISSN:

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN FAMILI MANGROVE MENGGUNAKAN METODE OBJECT BASE IMAGE ANALYSIS (OBIA) PADA CITRA WORLDVIEW-2 DI BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

EVALUASI KLASIFIKASI BERBASIS OBJEK UNTUK PEMETAAN LIPUTAN HUTAN DAN LAHAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian. 3.2 Bahan dan Alat

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

METODE PENELITIAN. Data Citra, Data Pendukung dan Alat

IDENTIFIKASI JENIS TUTUPAN LAHAN DI KAWASAN KPHP POIGAR. DENGAN METODE MAXIMUM LIKELIHOOD A. M. Muhammad (1), J. A. Rombang (1), F. B.

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

PEMETAAN LAHAN TERBANGUN PERKOTAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN NDBI DAN SEGMENTASI SEMI-AUTOMATIK

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

KAJIAN KEMAMPUAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA ALOS AVNIR-2

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Penginderaan Jauh

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN MULTI LAYER PERCEPTRON NEURAL NETWORK

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: klasifikasi multispektral, penutup lahan, maximum likelihood, support vector machine

UJI AKURASI KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEFUZZIFIKASI MAXIMUM LIKELIHOOD BERBASIS CITRA ALOS AVNIR-2 Harvini Wulansari*

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

Kata Kunci : Perubahan Penggunaan Lahan, Quickbird, Dinamika, Ringroad Selatan

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

IDENTIFIKASI LAHAN TAMBANG TIMAH MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI TERBIMBING MAXIMUM LIKELIHOOD PADA CITRA LANDSAT 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk. Pertanian dan Kehutanan

STUDI PERKEMBANGAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG. Walbiden Lumbantoruan 1. Abstrak

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 2 : (2000)

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Hasil Segmentasi Dari beberapa kombinasi scale parameter yang digunakan untuk mendapatkan segmentasi terbaik, untuk mengklasifikasikan citra pada penelitian ini hanya mengambil 3 scale parameter terkecil saja karena semakin besar scale parameter yang digunakan maka ada tutupan kelas yang tidak akan terdefinisikan. Tabel 4.1 menunjukkan segmentasi yang dilakukan dengan beberapa parameter yang berbeda. Tabel 4.1 Parameter Segmentasi yang dilakukan pada Landsat TM Level Scale Parameter Color Shape Smoothness Compactness Level 1 10 0.9 0.1 0.1 0.9 Level 2 20 0.7 0.3 0.9 0.1 Level 3 25 0.5 0.5 0.5 0.5 Keberagaman parameter segmentasi yang digunakan tersebut akan memberikan hasil segmentasi yang berbeda pula. Level 1 (Gambar 4.1) akan memberikan bentuk poligon yang lebih kecil dan lebih banyak, tapi keberagaman piksel dalam satu segmen sedikit. Sedangkan pada level 2 (Gambar 4.2) poligon yang terbentuk lebih banyak dan keragaman dalam satu segmen lebih banyak dari level 1. Pada level 3 (Gambar 4.3) poligon lebih besar lagi dan memiliki lebih banyak keberagaman piksel dalam satu segmennya. 23

Gambar 4.1 Level 1. Poligon yang terbentuk banyak Gambar 4.2 Level 2. Poligon yang terbentuk lebih besar 24

Gambar 4.3 Level 3. Poligon yang terbentuk memiliki keberagaman yang lebih banyak dalam satu segmen Selain melakukan segmentasi pada citra, didapatkan juga segmentasi terbaik untuk setiap kelas. Segmentasi level 1 merupakan segmentasi terbaik untuk kelas jalan dan vegetasi. Level 2 merupakan segmentasi terbaik untuk kelas bangunan dan daerah industry dan lahan kosong. Sedangkan untuk kelas tubuh air segmentasi level 2 dan 3 memberikan hasil yang sama baik, dan untuk kelas lahan terbuka segmentasi level 2 merupakan hasil terbaik. 4.2 Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan 4.2.1 Pixel-Based Classification Metode klasifikasi terbimbing diaplikasikan pada metode pixel-based ini. Maximum likelihood (Gambar 4.4) dan Minimum Distance (Gambar 4.5) merupakan sub metode yang diimplementasikan. Sebelum diklasifikasikan, kelas dari tutupan lahan ditentukan terlebih dahulu. 25

Berdasarkan titik referensi yang telah dikumpulkan ada enam kelas yang telah dikelompokkan yaitu tubuh air (water body), gedung dan daerah industri (building and industry area), permukiman (settlement), lahan terbuka (barren land), jalan (road), dan vegetasi (vegetation). Gambar 4.4 Hasil Klasifikasi Pixel-Based dengan Metode Maximum Likelihood Gambar 4.5 Hasil Klasifikasi Pixel-Based dengan Metode Minimum Distance 26

4.2.2 Object-Based Classification Setelah melakukan proses segmentasi pada citra langkah berikutnya ialah mengklasifikasikan citra tersebut. Klasifikasi dengan metode berbasis objek dilakukan dengan cara memilih sampel untuk setiap kelas tutupan lahan yang ada berdasarkan hasil segmentasi yang ada. Tapi sebelumnya ditentukan terlebih dahulu parameter klasifikasi yang ikut berperan dalam proses klasifikasi ini. Sehingga dalam pemilihan training sampel, tidak hanya mean value dari sampel yang diambil saja yang digunakan sebagai parameter klasifikasi, tapi juga parameter yang didefinisikan sebelumnya. Setelah pemilihan sampel maka citra tersebut kemudian diklasifikasikan dengan metode nearest neighbor berdasarkan sampel yang telah didefinisikan sebelumnya. Untuk dapat dibandingkan dengan dengan metode berbasis piksel maka digunakan tipe kelas dan informasi warna yang sama. Gambar 4.6 Hasil Klasifikasi Object-Based Level 1 27

Gambar 4.7 Hasil Klasifikasi Object-Based Level 2 Gambar 4.8 Hasil Klasifikasi Object-Based Level 3 28

4.3 Accuracy Assessment Suatu proses klasifikasi belum sempurna jika belum dihitung tingkat keakuratannya (Lillesand, 2005). Tingkat akurasi dalam penginderaan jauh yaitu mengukur derajat kepercayaan antara titik referensi dengan hasil klasifikasi. Untuk keperluan ini 180 titik sampel (piksel) telah di pilih secara acak sebagai titik referensi. Dalam penelitian klasifikiasi lazim digunakan producer dan user dalam melihat keakuratan hasil klasifikasi yang didapat. Producer memperlihatkan seberapa besar kemungkinan lahan di lapangan terklasifikasi secara tepat di dalam citra. Sedangkan user memperlihatkan seberapa besar kemungkinan klasifikasi dalam citra terklasifikasi secara tepat di lapangan. Producer dan user dapat memiliki nilai yang berbeda-beda di setiap kategori klasifikasinya. Untuk melihat keakuratan klasifikasi secara umum digunakan overall. Untuk menghitung overall yaitu dengan menjumlahkan nilai diagonal confusion matrix dan membaginya dengan jumlah titik sampel yang diambil. Dalam uji akurasi juga dikenal istilah The Kappa Index of Agreement (KIA). Nilai kappa merupakan ukuran kebenaran antara kelas yang direpresentasikan di dalam citra. Kappa menunjukkan nilai kecocokan hasil klasifikasi pada citra dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Semakin besar nilai Kappa maka semakin benar klasifikasi yang dilakukan, sebaliknya semakin kecil nilai kappa maka semakin kecil pula kemungkinan hasil klasifikasi tersebut dapat digunakan. Hasil uji akurasi dari klasifikasi tutupan lahan baik dengan menggunakan metode berbasis objek maupun berbasis piksel dituangkan dalam bentuk matriks konfusi sebagai berikut: 29

Tabel 4.2 Confusion Matrix Hasil klasifikasi Maximum Likelihood Maximum Barren Water Building Road Settlement Vegetation Likelihood Land Body Building 26 0 0 0 4 0 0.87 Road 0 20 0 0 8 2 0.67 Barren Land 0 2 16 3 4 0 0.67 Water Body 0 0 0 22 0 4 0.85 Settlement 0 2 6 0 26 2 0.72 Vegetation 0 0 0 4 0 26 0.87 Producer's Accuracy 1 0.83 0.73 0.79 0.62 0.76 Average Accuracy 77.25% Average Producer's Accuracy 78.83% Overall Accuracy 77.27% Kappa Agreement 0.7208 Tabel 4.3 Confusion Matrix Hasil klasifikasi Minimum Distance Minimum Distance Building Road Barren Water Settlement Vegetation Land Body Building 26 0 2 0 2 0 0.87 Road 0 28 0 0 0 2 0.93 Barren Land 4 2 6 2 8 2 0.25 Water Body 0 0 0 26 0 0 1 Settlement 0 6 4 0 22 4 0.61 Vegetation 0 0 0 4 0 26 0.87 Producer's Accuracy 0.87 0.78 0.5 0.81 0.69 0.76 Average Accuracy 75.46% Average Producer's Accuracy 73.49% Overall Accuracy 76.14% Kappa Agreement 0.7124 Tabel 4.4 Confusion Matrix Hasil klasifikasi Object-Based Level 1 Level 1 Building Road Barren Water Settlement Vegetation Land Body Building 26 2 0 0 0 2 0.87 Road 0 24 2 0 0 4 0.8 Barren Land 0 2 20 0 2 0 0.83 Water Body 0 0 0 26 0 2 0.93 Settlement 2 0 0 2 32 0 0.89 Vegetation 0 0 2 0 2 26 0.87 Producer's Accuracy 0.93 0.86 0.83 0.93 0.89 0.76 Average Accuracy 86.40% Average Producer's Accuracy 86.69% Overall Accuracy 86.52% Kappa Agreement 0.8377 30

Tabel 4.5 Confusion Matrix Hasil klasifikasi Object-Based Level 2 Level 2 Building Road Barren Water Settlement Vegetation Land Body Building 28 0 0 0 0 0 1 Road 0 12 2 0 4 12 0.4 Barren Land 0 0 22 0 2 0 0.92 Water Body 0 0 0 28 0 0 1 Settlement 0 0 0 0 28 8 0.78 Vegetation 0 0 0 0 4 26 0.87 Producer's Accuracy 1 1 0.92 1 0.74 0.57 Average Accuracy 82.69% Average Producer's Accuracy 86.98% Overall Accuracy 82.02% Kappa Agreement 0.7811 Tabel 4.6 Confusion Matrix Hasil klasifikasi Object-Based Level 3 Level 3 Building Road Barren Water Settlement Vegetation Land Body Building 24 0 0 0 3 0 0.93 Road 0 12 0 0 2 16 0.4 Barren Land 0 0 18 0 6 0 0.75 Water Body 0 0 0 28 0 0 1 Settlement 0 0 2 0 26 8 0.72 Vegetation 2 0 0 0 2 28 0.93 Producer's Accuracy 0.93 1 0.9 1 0.68 0.54 Average Accuracy 78.98% Average Producer's Accuracy 85.38% Overall Accuracy 78.65% Kappa Agreement 0.7202 Tabel 4.7 Perbandingan Accuraccy assessment Pixel-Based dan Object-Based Pixel-based classification Object-oriented classification Maximum Likelihood Minimum Distance Level 1 Level 2 Level 3 Producer's Producer's Producer's Producer's 77.25 78.83 75.46 73.49 86.4 86.69 82.69 86.98 78.98 85.38 Overall : 77.27% Overall : 76.14% Overall : 86.52% Overall : 82.02% Overall : 78.65% Kappa Statistic: 0.7208 Kappa Statistic: 0.7124 Kappa Statistic: 0.8377 Kappa Statistic: 0.7811 Kappa Statistic: 0.7202 4.4 Analisis Dari tabel 4.7 tersebut dapat kita lihat bahwa metode object-based memberikan hasil yang lebih akurat pada level berapa pun dibandingkan dengan metode pixel-based. Metode object-based menggabungkan informasi spasial dan 31

spektral dari objek tersebut sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik. Diawali dengan segmentasi citra yang dibuat dengan menggunakan informasi spasial dan spektral. Saat objek terbentuk, klasifikasi akan lebih terbentuk karena semua piksel dari satu objek terklasifikasikan pada kelas yang sama dan hasilnya akan mendekati dengan apa yang dilihat oleh manusia (Giada et al., 2003). Pada klasifikasi dengan pixel-based, terbatas dengan hanya mengekstraksi informasi spektral saja. Hasil yang paling bagus didapat pada level 1 dengan scale parameter 10 yaitu dengan overall sebesar 86.52 %. Level 1 ini memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan level 2 yang memiliki overall 82.02% dan level 3 yang memiliki overall sebesar 78.65% karena dipengaruhi hasil segmentasi yang dilakukan karena semakin besar scale parameter yang digunakan maka keberagaman piksel yang dikelompokkan menjadi satu objek akan semakin banyak. Hal itu mengakibatkan objek dengan nilai piksel yang berdekatan akan lebih susah dibedakan. Seperti pada objek jalan, semakin besar scale parameter yang digunakan maka objek jalan tersebut akan menyatu dengan objek vegetasi atau permukiman yang berada dekat dengan jalan tersebut. Sehingga khusus untuk kelas jalan (road) pada citra ini hasil klasifikasi pixel-based bisa memperlihatkan kelas jalan dengan lebih baik. Begitu juga dengan nilai kappa dari masing-masing metode, object-based level 1 memberikan hasil yang lebih besar dari pada metode lainnya yaitu sebesar 0.8377. Pada metode pixel-based dilihat pada tabel di atas, metode maximum likelihood memberikan hasil sedikit lebih baik dibandingkan dengan metode minimum distance. Hal ini dikarenakan metode minimum distance didasarkan atas penempatan piksel pada suatu kelas dengan nilai rata-rata yang terdekat sedangkan pada maximum likelihood selain melihat pada kedekatan nilai ratarata juga memperhitungkan pada sebaran normal dari training sample yang telah didefinisikan terlebih dahulu. Sehingga data training sample yang dibuat haruslah mencakupi keberagaman piksel pada kelas tutupan lahan tersebut. Pada saat klasifikasi baik dengan menggunakan metode pixel-based maupun object based masih didapatkan suatu objek ataupun piksel yang bukan dalam suatu kelas tetapi ikut terklasifikasikan maupun yang merupakan anggota suatu 32

kelas tetapi tidak ikut terklasifikasikan. Hal ini disebabkan karena nilai digital number maupun bentuknya hampir sama dengan training sample yang diambil sehingga terjadi adanya misclassification. Contohnya adalah kelas jalan yang terdefinisikan sebagai permukiman atau pun vegetasi. Begitu pula kelas permukiman yang terdefinisikan sebagai jalan. Beberapa kelas lainnya juga, seperti lahan kosong dan bangunan juga masih masuk pada kelas lainnya sehingga masih terdapat kesalahan. Sehingga training sample yang diambil haruslah mencakup keberagaman piksel pada setiap kelas, karena training sample inilah yang menjadi patokan dalam mengklasifikasikan citra. Untuk nilai producer s dan user s dari object-based rata-rata juga memberikan hasil yang lebih baik (meningkat) dibandingkan dengan hasil dari pixel-based. 33