BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PEMBENTUK BUDAYA KESELAMATAN KERJA DENGAN SAFETY BEHAVIOR DI PT DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA UNIT HULL CONSTRUCTION

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PPNS-ITS (BERDASARKAN PERMENAKER

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan permesinan dan peralatannya dengan mesin berteknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

I-1 BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi suatu produk cepat menjadi ketinggalan zaman, pasar global tidak

STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak normatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya,

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENGAWASAN DAN PELAPORAN PEKERJAAN NON RUTIN MENGGUNAKAN FORM CHECKLIST DI PERUSAHAAN PEMBANGKIT

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya yang lemah akan menghambat dan bertentangan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh berbagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL, TBK

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. akal sehingga dapat merencanakan sesuatu, menganalisa yang terjadi serta

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. OLEH: Hendra Wahyu NIM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MK3 PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003).

DASAR K3 PERTEMUAN I MG CATUR YUANTARI

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

K3 Konstruksi Bangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban manusia telah mendorong industri di Indonesia untuk berkembang semakin maju dari teknologi yang sederhana sampai berteknologi canggih. Kemajuan tersebut memerlukan tingkat keselamatan kerja yang lebih tinggi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi tidak merugikan berbagai pihak. Pemerintah telah menerapkan kebijakan tentang keselamatan kerja dalam UU No. 1 Tahun 1970 dengan dasar hukum yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2008). Berdasarkan kebijakan tersebut berarti setiap warga negara berhak hidup layak dengan pekerjaan dan upah yang cukup serta tidak menimbulkan kecelakaan kerja. Secara global, sekitar 337 juta kecelakaan kerja terjadi tiap tahunnya yang mengakibatkan sekitar 2,3 juta pekerja kehilangan nyawa (ILO, 2013). ILO juga mencatat, setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat kasus kecelakaan yang setiap harinya dialami para buruh dari setiap 100 ribu tenaga kerja dan 30% di antaranya terjadi di sektor konstruksi. Data kecelakaan kerja di wilayah DKI Jakarta pada bulan Januari-Desember 2015 diperoleh fakta kecelakaan kerja sebanyak 5.567 kasus (BPJS Ketenagakerjaan, 2015). Tingkat kecelakaan khususnya dalam suatu industri merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan mengingat angka kecelakaan kerja adalah suatu indikator keberhasilan untuk menilai baik atau tidaknya budaya keselamatan kerja setelah dilakukan penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan pencegahan kecelakaan. 1

2 Budaya K3 dianggap dapat mengurangi potensi bencana dalam skala besar khususnya risiko inherent yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam melaksanakan tugasnya (Cooper, 2002). Istilah budaya K3 pertama kali muncul pada tahun 1987 berdasarkan laporan bencana Chernobyl OECD Nuclear Agency pada tahun 1986. Menurut U.K. Health and safety comission- HSC (1993) budaya K3 didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari nilai-nilai, sikap, kompetensi dan pola perilaku yang dianut individu dan kelompok dalam menentukan komitmen pada program K3, (Cooper, 2002). Cooper (2001) menyatakan bahwa, budaya keselamatan merupakan interelasi dari tiga elemen, yaitu organisasi, pekerja dan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya keselamatan harus dilaksanakan oleh seluruh sumber daya yang ada pada seluruh tingkatan dan tidak hanya berlaku untuk pekerja saja. Indikator pelaksanaan budaya keselamatan tergantung dari visi dan misi organisasi. Indikator tersebut tidak dapat ditetapkan dengan paten karena budaya merupakan suatu hal yang abstrak, dimana di setiap organisasi memiliki budaya yang berbeda. Budaya keselamatan dibentuk oleh komitmen manajemen, peraturan dan prosedur, komunikasi, keterlibatan pekerja, kompetensi dan lingkungan sosial pekerja yang dapat dilihat dari presepsi pekerja. Reason (1997) mengungkapkan bahwa budaya keselamatan kerja yang baik dapat membentuk perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja yang diwujudkan melalui perilaku aman dalam melakukan pekerjaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Karina Zain Suyono dan Erwin Dyah Nawawinetu pada tahun 2013 tentang Hubungan Antara Faktor Pembentuk Budaya Keselamatan Kerja dengan Safety Behavior Di PT. DOK dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction menunjukkan bahwa faktor pembentuk budaya keselamatan dengan kuat hubungan yang lemah terhadap safety behavior yaitu komitmen manajemen, peraturan dan prosedur K3 dan keterlibatan pekerja. Keselamatan kerja membutuhkan komitmen dari manajemen dan akan melahirkan suatu budaya keselamatan kerja. Budaya keselamatan kerja kemudian dapat memperbaiki dampak kepemimpinan yang akhirnya akan mempengaruhi presepsi pekerja tentang keselamatan kerja yang dapat

3 memicu perilaku keselamatan kerja pekerja dengan memperhatikan keselamatan kerja. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudithia Lisnandhita pada tahun 2012 tentang Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Keselamatan Kerja, Iklim Keselamatan Kerja Terhadap Perilaku Keselamatan Kerja di PT. Krama Yudha Ratu Motor (KRM) menunjukkan bahwa budaya keselamatan kerja dapat memoderasi kepemimpinan dengan iklim keselamatan kerja, namun tidak dapat mempengaruhi iklim keselamatan kerja dan perilaku kesealamatan kerja. PT. Pamindo Tiga T Tangerang merupakan sebuah perusahaan yang didirikan pada 9 Juni 1975 sebagai perusahaan joint venture yang bergerak di bidang otomotif pembuatan komponen roda empat, roda dua dan stamping press serta industri pembuatan peralatan mesin-mesin industri, sehingga terdapat banyak potensi dan faktor bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan data evaluasi Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P2K3) di PT. Pamindo Tiga T Tangerang, kejadian kecelakaan kerja yang terjadi adalah sebanyak 9 kali pada tahun 2012, 3 kali pada tahun 2013, 8 kali pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 terjadi sebanyak 9 kali. Jenis kecelakaan yang terjadi di PT. Pamindo Tiga T Tangerang adalah kecelakaan ringan dan sedang seperti terpatok robbot welding, tergores, tertimpa material-material atau peralatan kerja lainnya dan terjepit mesin kerja. Berdasarkan data evaluasi P2K3 dari hasil analisis yang dilakukan oleh tim K3 PT. Pamindo Tiga T, kecelakaan kerja mayoritas disebabkan karena pekerja kurang memahami Standard Operational Procedure (SOP), kondisi tidak aman, tindakan tidak aman dan pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Selain penyebab-penyebab kecelakaan tersebut, terdapat beberapa hal mengenai keselamatan kerja yang belum terpenuhi oleh PT. Pamindo Tiga T seperti belum tersedia Job Safety Analysis (JSA) yang merupakan salah satu bagian dari penerapan manajemen risiko sehingga pekerja tidak memiliki pedoman untuk bekerja dengan bertindak aman, pelatihan tentang keselamatan kerja hanya diberikan wajib untuk karyawan baru sedangkan karyawan lama tidak semua mendapatkan

4 pelatihan sehingga belum seluruhnya benar-benar memahami atau mengetahui tentang keselamatan kerja dan hal tersebut dapat mempengaruhi kurangnya pengetahuan tentang keselamatan kerja sehingga pekerja dapat berperilaku tidak aman dalam bekerja. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan budaya keselamatan kerja di PT. Pamindo belum optimal karena terdapat beberapa indikator dari aspek-aspek budaya keselamatan kerja belum sepenuhnya terpenuhi. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan kerja yang terdiri dari beberapa dimensi yaitu pekerja, pekerjaan dan organisasi di PT. Pamindo Tiga T Tangerang. Dengan menerapkan budaya keselamatan kerja, maka akan terwujud budaya keselamatan kerja yang baik sehingga membentuk iklim keselamatan kerja, perilaku keselamatan kerja dan sistem manajemen keselamatan kerja yang baik agar dapat menghindari kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja dan akan membawa hasil positif bagi perusahaan. 1.2 Perumusan Masalah PT. Pamindo Tiga T Tangerang telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). PT. Pamindo Tiga T Tangerang menerapkan budaya K3 dengan berpedoman kepada UU tentang K3 dan ketenagakerjaan, permenaker tentang P2K3 dan tentang SMK3. Tujuan dibentuknya P2K3 di PT. Pamindo Tiga T Tangerang adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian pengusaha dan pekerja terhadap pelaksanaan K3, meningkatkan keterampilan dan kemampuan pekerja terhadap pelaksanaan K3, mencegah dan meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, kebakaran, peledakkan, keracunan dan penyakit akibat kerja serta menurunkan dan meminimalkan waktu kerja yang hilang karena kecelakaan kerja serta meningkatkan produktifitas kerja. PT. Pamindo Tiga T Tangerang juga menerapkan lima prinsip manajemen lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dengan membuat kebijakan LK3 dan mensosialisasikan kebijakan tersebut kepada seluruh karyawan,

5 membentuk komitmen terkait LK3, membuat dan menjalankan programprogram K3. Salah satu tujuan dari dibentuknya P2K3 adalah untuk memastikan budaya K3 berjalan dengan maksimal. Berdasarkan data tahun 2012-2015 di PT. Pamindo Tiga T Tangerang masih terjadi kecelakaan kerja, seperti terpatok robbot welding, tergores, tertimpa material-material atau peralatan kerja lainnya dan terjepit mesin kerja yang berulang beberapa kali. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan peningkatan keselamatan kerja terhadap seluruh anggota perusahaan, sehingga dapat mencegah munculnya perilaku tidak aman pekerja yang menimbulkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang masih terjadi akan memberikan dampak kerugian bagi pekerja dan perusahaan karena akan terjadi penundaan proses produksi yang secara langsung dapat mengurangi kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil analisis, penyebab dari kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Pamindo Tiga T adalah karena pekerja kurang memahami Standard Operational Procedure (SOP), kondisi tidak aman, tindakan tidak aman dan pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan terdapat beberapa hal mengenai keselamatan kerja yang juga merupakan beberapa indikator dari aspek-aspek budaya keselamatan kerja belum terpenuhi oleh PT. Pamindo Tiga T seperti belum tersedia Job Safety Analysis (JSA) sehingga pekerja tidak memiliki pedoman untuk bekerja dengan bertindak aman, belum diberlakukan adanya pemberian sanksi atau penghargaan terhadap pekerja sehingga pekerja tidak termotivasi untuk bekerja sesuai prosedur dan berperilaku aman, pelatihan tentang keselamatan kerja hanya diberikan untuk karyawan baru dan hal tersebut dapat mempengaruhi kurangnya pengetahuan tentang keselamatan kerja terhadap pekerja lama sehingga pekerja dapat berperilaku tidak aman dalam bekerja. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan budaya K3 di PT. Pamindo Tiga T belum optimal.

6 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana analisa penerapan budaya keselamatan kerja di PT. Pamindo Tiga T Tangerang? 2. Bagaimana penerapan budaya keselamatan kerja berdasarkan dimensi pekerja di PT. Pamindo Tiga T Tangerang? 3. Bagaimana penerapan budaya keselamatan kerja berdasarkan dimensi pekerjaan di PT. Pamindo Tiga T Tangerang? 4. Bagaimana penerapan budaya keselamatan kerja berdasarkan dimensi organisasi di PT. Pamindo Tiga T Tangerang? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Menganalisis budaya keselamatan kerja yang ada di PT. Pamindo Tiga T Tangerang. 1.4.2 Tujuan Khusus 1) Menganalisis budaya keselamatan kerja berdasarkan dimensi pekerja di PT. Pamindo Tiga T Tangerang 2) Menganalisis budaya keselamatan kerja berdasarkan dimensi pekerjaan di PT. Pamindo Tiga T Tangerang 3) Menganalisis budaya keselamatan kerja dalam dimensi organisasi di PT. Pamindo Tiga T Tangerang 1.5 Manfaat Penelitian a. Bagi PT. Pamindo Tiga T Tangerang Sebagai bahan informasi dan rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya manusia yang berpengaruh pada keselamatan kerja. b. Bagi pekerja Sebagai sarana untuk memberikan atau meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya budaya keselamatan kerja.

7 c. Bagi penulis Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan atau teori dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya tentang pentingnya budaya keselamatan kerja. d. Bagi mahasiswa Sebagai bahan informasi tentang budaya keselamatan kerja serta dapat dijadikan sebagai data serta referensi untuk penelitian lebih lanjut. e. Bagi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Prodi Unviersitas Esa Unggul Dapat menjadi acuan ilmiah yang menggambarkan budaya keselamatan kerja.